Karakteristik Hunian Pada Permukiman Bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung Kota Makassar
|
|
- Yohanes Tan
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 3, C , Oktober Karakteristik Hunian Pada Permukiman Bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung Kota Makassar Cahyani Lab. Perumahan dan Permukiman/Departemen Arsitektur/Fakultas Teknik/Universitas Hasanuddin Makassar Korespondensi: Abstrak Permukiman bantaran kanal selama ini banyak di jumpai di kota-kota besar termasuk kota Makassar. Perkembangan kota yang kompleks mengakibatkan kota Makassar menjadi kota metropolitan di Indonesia dengan pembangunan industry yang memberikan dampak besar terhadap kota Makassar. Salah satu dampak besarnya adalah terjadinya pembangunan liar atau biasa disebut squatter settlements, hal ini terjadi karena perkembangan kota diiringi dengan terjadinya urbanisasi. Urbanisasi terjadi karena adanya daya tarik kota yang menjanjikan taraf hidup yang lebih baik, dimana banyaknya kesempatan kerja yang bisa didapatkan oleh masyarakat atau penduduk setempat. Kota Makassar yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat, tiap tahunnya mengalami peningkatan melampaui ketersediaan lapangan kerja, sehingga menambah permasalahan kota seperti masalah ekonomi dan keterdesakan akan tempat tinggal, hingga masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki tempat tinggal kepemilikan sendiri, membentuk permukiman permukiman liar di daerah yang rawan terjadinya pembangunan liar seperti bantaran sungai maupun bantaran kanal, tak terkecuali bantaran kanal di kelurahan tamamaung. Permukiman di bantaran kanal kelurahan tamamaung cukup memprihatinkan, dimana kondisi permukiman yang cukup padat dan tergolong tidak layak huni, dengan akses yang cukup sempit karena merupakan garis sempadan sungai yang dimanfaatkan sebagai tempat bermukim dan juga sebagai akses utama, kondisi sanitasi yang kurang sehat karena pembuangan air kotor langsung ke kanal, jaringan listrik yang saling tumpang tindih, serta jaringan air bersih yang diangkut menggunakan jergen, serta masyarakatnya yang kurang sadar kebersihan lingkungan dengan menjadikan kanal sebagai tempat pembuangan sampah. Kata-kunci : Karakteristik, permukiman, hunian, kepadatan, kanal Pendahuluan Pesatnya perkembangan permukiman perkotaan disebabkan oleh pertumbuhan penduduk maupun urbanisasi yang mengakibatkan timbulnya permukiman kumuh. Hal tersebut membuat terjadinya peningkatan kebutuhan hunian di perkotaan. Masalah perkotaaan tidak pernah lepas dari permukiman dan perumahan, khususnya dari segi ketersediaan lahan dan harga lahan, serta hunian layak huni untuk masyarakat. Masalah-masalah ini muncul karena adanya pertumbuhan penduduk kota yang begitu tinggi sehingga berdampak pada kebutuhan permukiman yang juga meningkat. Masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli lahan untuk bermukim kemudian menjadikan lahan-lahan yang seharusnya bebas permukiman sebagai lahan bermukim. Seperti pada bantaran-bantaran sungai ataupun kanal, mereka membuat bangunan sendiri dengan material Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin ISBN XXX E-ISBN XXX Prosiding Seminar Archimariture IPLBI C 015
2 Karakteristik Hunian Pada Permukiman Bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung seadanya pada bagian-bagian tertentu yang dianggap tidak ada status hukum atas tanah sehingga berdampak pada munculnya permukiman liar (squatter settlement). Fenomena kondisi current living space being yang diterjemahkan sebagai korban pasif pembangunan sehingga harus dipisahkan dalam sistem hidup keruangan. Ada tujuh aspek yang disebutkan sebagai hunian layak yaitu keamanan bermukim, kelayakan huni, aksesibilitas, ketersediaan layanan, infrastruktur, lokasi dan social budaya. Hak asasi atas hunian layak bukan hanya terdiri dari empat dinding dan satu atap, tapi ini adalah hak asasi atas segenap perempuan, laki-laki, kaum tua muda dan anak-anak untuk mendapatkan dan mempertahankan rumah dari komunitas yang aman serta hidup terjamin. Undang-undang Perumahan dan Permukiman Pasal 9 ayat 1 mengatakan penyelenggaraan perumahan adalah salah satu kebutuhan dan Pasal 9 ayat 2 menyebutkan penyelenggaraan tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah aderah atau setiap orang. Hunian layak berdasarkan Bappenas Kebijakan Nasional 2017, dapat juga dinilai dari kondisi 1) Ketahanan bangunan seperti kondisi lantai, dinding, dan atap hunian, serta tidak pada lokasi flood plain. 2) Keterjangkauan, dilihat dari proporsi pengeluaran rumah tangga untuk rumah. 3) Kecukupan luas tempat tinggal, luas hunian memenuhi standar luas lantai per kapita < 7,2 m 2. 4) Keamanan bermukim, berdasarkan pada status lahan hunian (terjamin atau tidak). 5) Akses air minum, layak konsumsi atau aman 6) Akses Sanitasi, layak dan aman. Kota Makassar yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat, tiap tahunnya mengalami peningkatan melampaui ketersediaan lapangan kerja, sehingga menambah permasalahan kota seperti masalah ekonomi dan keterdesakan akan tempat tinggal, hingga masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk memiliki tempat tinggal kepemilikan sendiri, membentuk permukiman - permukiman liar di daerah yang rawan terjadinya pembangunan liar seperti bantaran sungai maupun bantaran kanal, termasuk bantaran kanal Kelurahan Tamamaung menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk dijadikan sebagai lahan bermukim. Permukiman di bantaran kanal kelurahan tamamaung cukup memprihatinkan, dimana kondisi permukiman yang cukup padat dan tergolong tidak layak huni, dengan akses yang cukup sempit karena merupakan garis sempadan sungai yang dimanfaatkan sebagai tempat bermukim dan juga sebagai akses utama, kondisi sanitasi yang kurang sehat karena pembuangan air kotor langsung ke kanal, jaringan listrik yang saling tumpang tindih, serta jaringan air bersih yang diangkut menggunakan jergen, serta masyarakatnya yang kurang sadar kebersihan lingkungan dengan menjadikan kanal sebagai tempat pembuangan sampah. Hunian yang berada di bantaran kanal ini berbentuk memanjang mengikuti alur kanal Kelurahan Tamamaung. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik hunian pada permukiman bantaran kanal Kelurahan Tamamaung Kota Makassar ditinjau dari dari aspek kelayakan bangunan hunian meliputi kondisi ketahanan bangunan, keterjangkauan bangunan, kecukupan luas tempat tinggal, keamanan bermukim, akses air minum dan akses sanitasi. Serta ketidakteraturan bangunan, kepadatan bangunan hunian, ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis bangunan, dan legalitas bangunan. Metode Penelitian Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik hunian pada permukiman bantaran kanal Kelurahan Tamamaung yang menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengacu pada defenisi hunian layak berdasarkan data dari Bappenas tentang Kebijakan Bangunan Layak Huni oktober tahun 2017 C 016 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI
3 Cahyani serta kriteria kekumuhan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan dan Permukiman Kumuh. Gambar 1. Defenisi Layak Huni Sumber: Bappenas Kebijakan Nasional Bangunan Layak Huni Gambar 2. Akses Hunian Layak Sumber: Bappenas Kebijakan Nasional Bangunan Layak Huni Gambar 3. Keterjangkauan Masyarakat Sumber: Bappenas Kebijakan Nasional Bangunan Layak Huni Prosiding Seminar Archimariture IPLBI C 017
4 Karakteristik Hunian Pada Permukiman Bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung Gambar 4. Akses Air Minum dan Sanitasi Sumber: Bappenas Kebijakan Nasional Bangunan Layak Huni Hasil dan Pembahasan Kelurahan Tamamaung adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan Panakkukang, kelurahan ini berbatasan langsung dengan 1) Kelurahan Sinrijala (sebelah utara) Kecamatan Panakkukang, 2) Kelurahan Masale (sebelah selatan) Kecamatan Panakkukang, 3) Kelurahan Karampuang (sebelah barat) Kecamatan Panakkukang, 4) Kelurahan Bara barayya (sebelah barat) Kecamatan Makassar. Luas wilayah Kelurahan Tamamaung 1,16 ha/m 2. Jumlah penduduknya sebanyak jiwa,dengan jumlah laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Titik kumuh kelurahan tamamaung berada di RT 006 dengan jumlah KK 80 atau 400 jiwa. Sedangkan angka jumlah KK rumah tidak layak huni adalah 95 KK tau setara dengan 475 jiwa dengan sifat rumah semi permanen (Sumber: Kecamatan Panakkukag Dalam Angka) C 018 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI
5 Cahyani Gambar 5. a) Peta Kota Makassar, b) Kecamatan Panakkukang Sumber: RTRW kota Makassar Gambar 6. a) Kelurahan Tamamung, b) Bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung Sumber: Akses Hunian Layak (Kondisi Hunian) Gambar 7. Kondisi Hunian di bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018 Dari segi kondisi kelayakan bangunan, bangunan berada diatas garis sempadan sungai atau kanal. Kondisi bangunan di bantaran kanal Kelurahan Tamamaung cukup memprihatinkan, dimana kondisi lantai hanya semen yang tidak diberi keramik, jika menggunakan keramik terbuat dari pecahanpecahan keramik bekas, kondisi dinding yang terbuat dari tripleks dan juga seng serta batu bata yang disusun menjadi satu kesatuan dinding hunian yang kondisi materialpun sudah banyak yang rusak, serta material atapnya terbuat dari seng yang kondisinya sudah cukup tua. Material bangunan di permukiman bantaran kanal Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang ini terbuat merupakan material-material bekas yang dikumpulkan oleh pemiliknya untuk dijadikan sebagai material tempat tinggal warga. Untuk luas bangunan sudah melebihi dari luas lahan perkapita yakni 7,2 m 2 karena luas lahan hunian rata-rata 3x3 dan bangunannya dibuat berlantai. Namun dari segi Prosiding Seminar Archimariture IPLBI C 019
6 Karakteristik Hunian Pada Permukiman Bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung keamanan bangunan tentu jauh dari kata aman, karena material bangunan yang sudah tidak kokoh menyebabkan bangunan tersebut memiliki resiko yang besar untuk mengalami kerusakan apabila beban terlalu berat, atau terjadi hujan deras dan angin kencang. Keterjangkauan Masyarakat (Kondisi Ekonomi) Gambar 8. a) Tukang Becak, b) Pemulung, c) Buruh bangunan Sumber: Ilustrasi Mata Pencaharian Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan warga pemilik hunian di bantaran kanal Kelurahan Tamamaung, rata- rata mata pencaharian penduduk adalah tukang becak, pemulung dan juga buruh bangunan. Kondisi ekonomi mereka yang hanya berpenghasilan rata-rata rupiah perbulan bahkan bisa kurang. Berdasarkan table pendapatan rumah tangga perbulan pada Bappenas maka kelompok rumah tangga tersebut masuk kedalam golongan tidak memungkinkan untuk memiliki bangunan hunian tempat tinggal dengan status kepemilikan sendiri serta memiliki izin imb jika ditinjau dari legalitas bangunan menurut permen PUPR 02/PRT/M/2016. Sehingga masyarakat memilih untuk membangun secara liar di area-area yang tidak memiliki legalitas hukum secara resmi seperti di bantaran kanal Kelurahan Tamamaung Kecamatan Panakkukang Kota Makassar Sulawesi Selatan. Akses Air Minum (Jaringan Air Bersih) Gambar 9. Jaringan Air bersih Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018 Air Bersih pada permukiman bantaran kanal di Kelurahan Tamamaung diangkut oleh masing-masing warga menggunakan gerobak dengan wadah jergen bekas dan kemasan cat yang sudah tidak terpakai, hal ini dikarenakan tidak adanya jaringan air bersih yang masuk ke dalam permukiman tersebut seperti PDAM ataupun PAMSIMAS dan untuk pengalirannya menggunakan selang plastik. Penampungannya terdiri dari ember-ember, jergen, dan tempat cat karena ketidakmampuan warga untuk membuat ataupun membeli penampungan air yang layak. C 020 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI
7 Akses Sanitasi (Jaringan Air Kotor) Cahyani Gambar 10. a) Sanitasi (Air kotor), b)persampahan Sumber: Dokumentasi Penulis, 2018 Akses sanitasi pada permukiman bantaran kanal Kelurahan Tamamaung sudah menggunakan wc pribadi dengan septictank sendiri di dalam rumah, namun untuk air limbah cucian di buang di kanal. Sementara untuk jaringan persampahan dibuang di kanal, menurut warga setempat sebelumnya ada yang bertugas mengangkut sampah namun tidak rutin, sehingga warga memilih membuang sampah kedalam kanal. Meskipun hal tersebut sudah ada larangan langsung dari pihak pemerintah, tetapi masih banyak warga yang kurang kesadaran dan mencuri curi waktu untuk membuang sampah di kanal yakni pada waktu tengah malam. Kesimpulan dan Saran Permasalahan yang ditemukan pada permukiman bantaran kanal di Kelurahan Tamamaung, yakni kondisi hunian yang tidak layak dari segi material dan kekuatan serta keamanan, dari segi kepemilikan bukan hak milik sendiri karena warga dengan kondisi ekonomi yang dalam kategori bawah tidak memungkinkan untuk memiliki unit rumah sendiri dengan kepemilikan lahan sendiri secara legal atau resmi, serta kondisi air bersih yang masih konvensional dan sanitasi air kotor juga jaringan persampahan yang tidak layak dan tidak sehat. Rekomendasi yang diajukan ialah Kampung Kota. Dimana kampong kota lebih mengedepankan kepada mempertahankan pola kehidupan kota yang penuh akan interaksi social dan kebudayaan dan sifatnya berada diperkotaan. Kampung kota ini akan mampu memberikan respon baik terhadap masyarakat ketika akan direlokasikan, karena pola kehidupan mereka yang tidak bisa berubah dan dirubah. Sehingga dengan mendesain kampong kota diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi mereka juga bagi masyarakat disekitarnya. Konsep yang diterapkan pada desain penataan kawasan permukiman kumuh di beberapa titik kelurahan tamamaung yaitu kampung kota berdasarkan study kasus ataupun literatur serta analisa data. Kampung kota ialah sebuah permukiman yang berada di tengah kota atau area kota. Yang membedakan bangunan ini dengan hunian lainnya adalah bentuk bangunan yang tetap sederhana dan ramah lingkungan dimana bangunannya menganut konsep Pilotis Building atau adanya lorong angin yang mampu menyebar sirkulasi udara disekitar bangunan, hal ini bertujuan untuk menghindari pemblok-an angin atau aliran udara yang dapat menyebabkan polusi udara dimana udara menjadi tidak sehat dan tentunya dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk sekitar bangunan. Prosiding Seminar Archimariture IPLBI C 021
8 Karakteristik Hunian Pada Permukiman Bantaran Kanal Kelurahan Tamamaung Gambar 10. View Kampung Kota Samping Kanal Sumber : Ilustrasi Penulis, 2018 Daftar Pustaka Bappenas Kebijakan Nasional, diakses pada 16 september 2018 pada file:///c:/users/win Google Image, diakses pada 16 september 2018 Hunian layak adalah hak asasi, diakses pada 16 september 2018 pada Rtrw Kota Makassar , diakses pada 16 september 2018 pada Undang undang 01 tahun 2011 perumahan permukiman, diakses pada 16 september 2018 pada C 022 Prosiding Seminar Archimariture IPLBI
BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciBAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN
BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler
BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga
Lebih terperinciPLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT
BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1. ekonominya. RT. 37 ini merupakan salah satu kantong "PAKUMIS" (Padat, Kumuh, Miskin) dari seluruh kawasan Kelurahan Basirih yakni pada RT. 37 ini pula yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan
Lebih terperinciSalah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak
Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran
Lebih terperinciBAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini
BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK Kegiatan studi lapangan untuk kasus proyek ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan selama dalam pembuatan proyek dan juga untuk mengetahui kondisi
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:
JurnalSangkareangMataram 9 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Perkembangan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK
BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK 2.1 KONDISI AWAL KAWASAN PRIORITAS 2.1.1 Delineasi Kawasan Prioritas Berdasarkan 4 (empat) indikator yang telah ditetapkan selanjutnya dilakukan kembali rembug
Lebih terperinciTINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 1 TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT Oleh Ambarwati, D. Sugandi *), D. Sungkawa **) Departemen Pendidikan Geografi,
Lebih terperinciLingkungan Permukiman
8 Lingkungan Permukiman Lingkungan permukiman adalah lingkungan buatan, bukan lingkungan alami. Lingkungan permukiman merupakan salah satu komponen pembentuk perkampungan / kota. Secara garis besar, lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN
4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...
Lebih terperinciSabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN
Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli
Lebih terperinciBAB III METODE PERENCANAAN
BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Wilayah Perencanaan Perencanan TPST ini berlokasi di Kelurahan Pemurus Dalam yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.
Lebih terperinciKondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
TEMU ILMIAH IPLI 206 Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota engkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Muhammad Rijal (), Ardiansyah (2) () Lab. Preservasi dan Konservasi,
Lebih terperinciKonsep Pemukiman Kembali Kawasan Kumuh Kampung Pangalangan Batang Arau, Kota Padang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Konsep Pemukiman Kembali Kawasan Kumuh Kampung Pangalangan Batang Arau, Kota Padang Desy Aryanti desy73aryanti@gmail.com Perumahan Permukiman, Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.
ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciBAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa
BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari
Lebih terperinci3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS
3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap
Lebih terperinciPENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado
PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado Windy J. Mononimbar Program Studi Arsitektur dan Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tiga gerakan yaitu gerakan sistem sunda di bagian barat, gerakan sistem pinggiran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia berada pada daerah pertemuan dua lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia serta dipengaruhi oleh tiga gerakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman
Lebih terperinciKonsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo
Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciCONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)
Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan
Lebih terperinciBAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi
BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai
TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki
Lebih terperinciPENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR
PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, pertumbuhan kota di Indonesia terjadi secara pesat. Pertumbuhan kota yang pesat ini dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinci1 Halaman 1. Kabupaten Banyuwangi
K ondisi permukiman kumuh di Kabupaten Banyuwangi secara umum barada pada kawasan pesisir. Pada umumnya tingkat kepadatan bangunan dapat diklasifikasikan ke dalam kepadatan sedang. Kawasan permukiman kumuh
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DIREKTORAT PERKOTAAN, PERUMAHAN, DAN PERMUKIMAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS JAKARTA, 9 OKTOBER 2017 DATE KEBIJAKAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN SASARAN
Lebih terperinciBAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE
BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan
Lebih terperinciKata kunci : sanitasi lingkungan, pemukiman nelayan, peran serta masyarakat
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan lingkungan di pemukiman nelayan Bandengan Kabupaten Kendal terkait dengan kondisi sanitasi yang tidak sesuai untuk kondisi standar layak suatu
Lebih terperinciBentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi
Lebih terperinciV. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan
V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.
Lebih terperinciTINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG
TINJAUAN BENCANA SITU GINTUNG DARI SUDUT PANDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Firman M. Hutapea, MUM Kasubdit Pembinaan Perencanaan Tata Ruang Perkotaan dan Metropolitan Wilayah II (Jawa Bali) Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciIdentifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok
1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta memegang peran yang cukup besar dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu peranan yang dimaksud adalah
Lebih terperinciSite Report Tim Kerelawanan Waktu : Juli 2009 Lokasi : Makassar
Site Report Tim Kerelawanan Waktu : 13 22 Juli 2009 Lokasi : Makassar A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kelurahan Tabaringan, Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Tabaringan berada di pinggiran utara Kota Makassar.
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PROYEK
8 BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Data Umum Proyek Proyek perancangan Penataan Kampung Kota Berbasis Arsitektur Berbagi Kampung Kota. Yang berorientasikan pada sungai Cikapundung, berlokasi Jln.Taman Hewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan dasar, salah satunya adalah kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal dalam permukiman.
Lebih terperinci-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi
-- LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/206 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH PENETAPAN LOKASI I. Bagan Alir Penetepan
Lebih terperinciRUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO
RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO (Behavior Modifier) Elza Yustin Landimuru, Mahasiswa S1 Arsitektur UNSRAT Pierre H Gosal, Staf Dosen Pengajar Arsitektur UNSRAT Fela Warouw,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah
Lebih terperinciINFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50)
INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (43-50) MUTU PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI DI BANJARMASIN Kurnia Widiastuti Jurusan Arsitektur Univ. Lambung Mangkurat Banjarmasin Abstrak Secara empiris daerah bantaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di Yogyakarta Kampung Ngampilan RW I secara geografis terletak di daerah strategis Kota Yogyakarta,
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Disusun oleh: AKBAR HANTAR ROCHAMADHON NIM. I 0208092
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)
ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK) Pendahuluan Perkembangan Kota dapat mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk Permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciDOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan dan Drainase Banyak rumah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman perkotaan masa kini mengalami perkembangan yang pesat karena pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang tinggi sementara luas lahan tetap. Menurut Rahmi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...
DAFTAR ISI Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka... i ii iv vi vii viii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1-1 1.2. Perumusan Masalah..
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA
IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen dengan tingkat kepadatan penduduknya yang mencolok, di mana corak masyarakatnya yang heterogen dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 4 tahun 1992, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Kelurahan dadapsari merupakan bagian dari kecamatan semarang utara yang memiliki luas 81.243 Ha. Kecamatan ini berbatasan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan rutinitas dan padatnya aktivitas yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010
Lebih terperinciDisajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)
Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta
Lebih terperincib. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan
Lebih terperinciADITYA PERDANA Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Esa Unggul BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang sering terjadi di suatu negara yang tingkat pembangunannya tidak merata. Fenomena urbanisasi menyebabkan timbulnya pemukimanpemukiman
Lebih terperinciFaktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin
C166 Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin Abi Syarwan Wimardana, dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data PEKERJAAN UMUM A. Panjang Jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau
Lebih terperinciKRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
- 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET
BAB IV ANALISIS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PUSAT KOTA BANDUNG KELURAHAN NYENGSERET 4.1 Analisis Deskriptif Beberapa Aspek Kawasan Sebelum masuk kepada analisis relevansi konsep penanganan permukiman
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciPemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal
BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016
Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
47 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada Bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Kelurahan Tamansari yang diantaranya berisi tentang kondisi geografis dan kependudukan, kondisi eksisting ruang
Lebih terperinciA. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya
Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar dan terkenal gudegnya sebagai makanan khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah ini.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tujuan utama bagi penduduk untuk berurbanisasi karena mereka pada umumnya melihat kehidupan kota yang lebih modern dan memiliki lebih banyak lapangan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, dari penelitian ini didapati kesimpulan dan temuan-temuan sebagai berikut: 1. Karakteristik fisik permukiman kampung
Lebih terperinciREVITALISASI PERMUKIMAN BERBASIS KEGIATAN EKONOMI RUMAH TANGGA DI KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR
PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK REVITALISASI PERMUKIMAN BERBASIS KEGIATAN EKONOMI RUMAH TANGGA DI KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR Yusni Mustari, Suriana La Tanrang & Muhammad Anwar
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan dari evaluasi pelaksanaan program Penataan dan peremajaan prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini antara lain:
Lebih terperinci