Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada Sayur Kangkung Secara Spektrofotometri Serapan Atom

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada Sayur Kangkung Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Transkripsi

1 Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada Sayur Kangkung Secara Spektrofotometri Serapan Atom Bryna Aurellya Maheswary a,* a Jurusan Analisis Kimia FMIPA Universitas Islam Indonesia brynaaurellyam628@gmail.com ABSTRAK Kangkung merupakan jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan sayuran ini merupakan sumber vitamin A yang sangat baik. Analisis kandungan logam timbal (Pb) pada seluruh bagian kangkung pada dagangan penjual sayur yang menggunakan mobil pick up bertujuan untuk melihat pengaruh kondisi lingkungan terhadap sayur kangkung itu sendiri. Pengambilan sampel kangkung dilakukan dengan cara membelinya pada pedagang sayur yang biasa berkeliling rumah warga dengan menggunakan mobil pick up. Analisis kandungan Pb menggunakan metode kurva kalibrasi dengan menggunakan AAS untuk mengetahui kandungan Pb pada seluruh bagian sayur (daun, batang, dan akar). Hasil penelitian kandungan air pada kangkung diperoleh sebesar 86%. Sedangkan untuk kadar Pb diperoleh sebesar 0,5419 ppm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa polusi ataupun kondisi wilayah berpengaruh terhadap kandungan Pb pada kangkung. Metode untuk membandingkan kedua hasil rata-rata pengujian disebut dengan uji kebermaknaan atau uji signifikasi, untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan sistemik selama proses analisis. Perbandingan antara spike preparasi dengan spike nonpreparasi diperoleh hasil dari uji signifikan pada selang kepercayaan 95% dengan hasil nilai t hitung = 2, > t tabel = -8,40856, sedangkan untuk selang kepercayaan 99% diperoleh hasil nilai nilai t hitung = 3, > t tabel = -8, Hipotesis nol pada selang kepercayaan 95% dan 99% yaitu ditolak yang berarti ada perbedaan kadar Pb yang signifikan antara spike preparasi dan spike nonpreparasi. Kata kunci: Timbal (Pb), AAS, Uji Signifikasi 1. Pendahuluan Sayuran merupakan sumber pangan yang mengandung banyak vitamin dan mineral yang berguna dalam kesehatan masyarakat salah satunya adalah sayuran kangkung. Kangkung merupakan jenis sayur-sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dan sayuran ini merupakan sumber vitamin A yang sangat baik (Kohar., dkk. 2005). Kangkung merupakan sayuran yang mudah tumbuh di tempat berair ataupun di dekat sungai dan disirami dengan air sungai tersebut. Logam berat (heavy metals) adalah sekelompok elemen-elemen logam yang dikategorikan berbahaya jika masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Logam-logam seperti merkuri (Hg), nikel (Ni), kromium (Cr), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) logam-logam tersebut termasuk logam berat yang dapat ditemukan dalam lingkungan perairan yang tercemar (Nugroho., dkk. 2007). Kangkung merupakan tanaman yang mudah menyerap logam berat di antaranya Pb dan ternyata tanaman kangkung yang tumbuh atau ditanaman di daerah yang tercemar Pb dapat menyerap Pb dan dibawa ke seluruh bagian tanaman (Kohar., dkk. 2005). Penentuan kandungan timbal pada produk makanan sangat penting, untuk mengurangi toksisitas timbal pada makanan yang dapat menyebabkan penyakit hingga kematian. Produk makanan yang layak untuk dikonsumsi adalah produk makanan yang memasuki baku mutu. Batas maksimum cemaran timbal (Pb) dalam pangan, yaitu kandungan logam berat timbal pada sayuran kangkung sebesar 0,5 mg/kg (SNI ). Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang berbahaya jika dikonsumsi oleh makhluk hidup karena bersifat toksik. Sayur-sayuran yang beredar di masyarakat belum terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam-logam berat seperti logam timbal terutama tanaman yang ditanam di daerah yang tercemar limbah pabrik ataupun polusi udara akibat kendaraan. 117

2 2. Metodologi 2.1 Alat dan Bahan Spektrofotometri Serapan Atom Perkin Elmer AAnalis 100, oven memmert, desikator, furnace Thermolyne, timbangan analitik Ohaus, seperangkat alat refluks, termometer, penjepit, cawan porselin, botol semprot, pisau, corong Herma, lumpang dan alu, blender kering, gelas beaker Herma, kaca arloji, pro pipet, spatula, botol semprot, pipet ukur Iwaki, dan labu ukur Iwaki. Bahan-bahan yang digunakan adalah sayur kangkung air, asam nitrat (HNO 3 ) 65% KGaA, hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) 30% KGaA, akuades, kertas saring whatman no.41, dan larutan standar timbal p.a ppm. 2.2 Preparasi Sampel 1. Perlakuan terhadap sampel Sampel dicuci terlebih dahulu kemudian dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan menggunakan lumpang dan alu, setelah itu diletakkan pada cawan porselin dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 o C selama ± 4 jam, kemudian kembali dihaluskan dengan menggunakan blender kering sampai halus sempurna. 2. Pemeriksaan kadar air (Erdayanti, dkk. 2015) Sampel dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu, kemudian dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan alu. Ditimbang cawan kosong sebagai W 1 kemudian sampel yang telah halus dan masih basah ditimbang sebanyak ± 5 gram dengan menggunakan cawan porselin (untuk mendapatkan berat awal atau W 2 ), setelah itu sampel dipanaskan pada suhu 105 o C selama ± 3 jam. Sampel dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit, dan sampel ditimbang kembali sebagai sampel kering (W 3). Perlakuan tersebut dilakukan hingga didapatkan berat konstan dengan pengulangan sebanyak 3 kali. 3. Dekstruksi sampel kering (Maria. 2009) Sampel yang telah halus ditimbang sebanyak ± 0,2 gram dengan menggunakan krus porselin setelah itu diuapkan dalam oven dengan suhu o C selama 45 menit lalu diabukan dalam furnace selama 6 jam pada suhu 450 o C. Abu yang diperoleh ditambahkan HNO 3 pekat beberapa tetes sampai abu larut kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dan diencerkan dengan akuades sampai tanda tera setelah itu dihomogenkan. 2.3 Pembuatan Larutan Baku 1. Pembuatan larutan baku Pb 100 ppm (SNI ) Larutan standar timbal 1000 mg/l dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml setelah itu ditambahkan akuades hingga tanda tera dan dihomogenkan. 2. Pembuatan larutan baku Pb 10 ppm (SNI ) Larutan standar timbal 100 mg/l dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml setelah itu ditambahkan akuades hingga tanda tera dan dihomogenkan. 2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Pb (SNI ) (SNI ) Larutan baku timbal 10 mg/l dipipet 0,0 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; dan 1,0 ml dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 10 ml. Setelah itu ditambahkan akuades sampai tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga diperoleh kadar timbal 0,0 mg/l; 0,2 mg/l; 0,4 mg/l; 0,6 mg/l; 0,8 mg/l; dan 1,0 mg/l. Alat SSA diatur dan dioptimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian kadar timbal. Diaspirasikan larutan blangko ke dalam SSA nyala lalu diukur serapannya hingga nol. Diaspirasikan larutan deret standar timbal konsentrasi 0,0 mg/l; 0,2 mg/l; 0,4 mg/l; 0,6 mg/l; 0,8 mg/l; dan 1,0 mg/l satu persatu ke dalam alat SSA melalui pipa kapiler, kemudian dibaca dan dicatat masing-masing serapannya pada panjang gelombang 283,3 nm. Dibuat kurva kalibrasi dari data yang diperoleh. 2.5 Penentuan Kadar Konsentrasi Logam Timbal pada Sampel (Erdayanti, dkk. 2015) Kadar timbal dalam sampel diukur dengan mengambil filtrat dari hasil destruksi sampel, dipipet 2 ml contoh ke dalam labu ukur 10 ml kemudian tera sampai tanda batas dan diuji absorbansinya menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) pada panjang gelombang 283,3 nm. Konsentrasi timbal ditentukan berdasarkan persamaan regresi kurva kalibrasi standar. 118

3 2.6 Penentuan Presisi Presisi ditentukan dengan menghitung nilai standar deviasi dan nilai rata-rata dari 5 kali pengulangan pada prosedur dekstruksi kering, penentuan kadar konsentrasi logam timbal pada sampel. 2.7 Penentuan Akurasi (Supriyanto. 2010) Metode uji akurasi diperoleh dengan cara melakukan uji pungut ulang (recovery) masingmasing unsur. Uji pungut ulang dilakukan dengan cara melakukan analisis kembali konsentrasi uji yang telah ditambahkan dengan larutan standar timbal 0,1 ml 100 ppm pada prosedur dekstruksi kering sebelum sampel dimasukkan ke dalam furnace dan sesudah sampel dimasukkan ke dalam furnace serta sebelum penambahan HNO 3, lalu dibandingkan dengan konsentrasi contoh uji murni (tanpa penambahan larutan standar). Hasil perbandingan berupa persentase kesalahan menunjukkan akurasi. 3. Hasil Penelitian Penelitian kandungan logam timbal yang ada dalam sayur kangkung air secara spektrofotometri serapan atom bertujuan untuk mengetahui kadar logam timbal yang ada dalam sayur kangkung air, serta membandingkan proses spike preparasi dengan spike nonpreparasi untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan sistemik selama proses analisis dilakukan. 3.1 Analisis Kadar Air pada Sayur Kangkung Darat Penentuan kadar air dalam sayur kangkung darat ini dilakukan dengan cara sampel dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan tanah ataupun kotoran yang menyangkut di bagian sayur kangkung darat, kemudian dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan menggunakan lumpang dan alu. Ditimbang cawan kosong sebagai W 1, kemudian sampel yang telah halus dan masih basah ditimbang sebanyak ± 5 gram dengan menggunakan cawan porselin (untuk mendapatkan berat awal atau W 2 ), setelah itu sampel dipanaskan pada suhu 105 o C selama ± 3 jam untuk menghilangkan kadar air yang ada di dalam sayur kangkung darat. Sampel dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit untuk mendinginkan sampel, dan sampel ditimbang kembali sebagai sampel kering (W 3 ). 119 Perlakuan tersebut dilakukan hingga didapatkan berat konstan dengan pengulangan sebanyak 3 kali untuk meminimalkan kesalahan dalam perlakuan. Tabel 1. Hasil Penentuan Kadar Air pada Sayur Kangkung Darat No W 1 (gram) W 2 (gram) W 3 (gram) % Kadar Air 1 53, , , , , , , , ,2630 W Ratarata 58, , ,7943 Keterangan: W1 = berat cawan kosong, W2 = berat cawan + sampel basah, dan W3 = berat cawan + sampel kering Berdasarkan data yang telah diperoleh seperti pada tabel 1 dapat ditentukan kadar air dalam sayur kangkung darat yaitu sebesar 86%. 3.2 Analisis Kandungan Logam Timbal Dalam Sayur Kangkung Darat Sampel kangkung dibeli dari penjual sayuran dengan mobil pick up yang berkeliling disekitar Jalan Kaliurang KM. 14,5. Sampel kangkung sebelum didestruksi, dikeringkan terlebih dahulu dalam oven dengan suhu 105 C selama 4 jam yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam sampel kangkung. Setelah itu sampel diblender yang bertujuan agar sampel berupa padatan menjadi halus. Setelah itu sampel difurnace pada suhu 450 C selama 6 jam yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan karbon dan kandungan mineral yang tidak diinginkan seperti Cu, Fe, Hg, Zn, dan Ni. Setelah itu sampel didestruksi dengan penambahan HNO 3 65% sebanyak 5 tetes yang bertujuan karena timbal dapat larut sempurna dengan HNO 3. Warna jernih yang dihasilkan pada proses destruksi terbuka dimungkin kan senyawa organik yang terkandung dalam sampel kangkung telah larut (Kristianingrum. 2012) Destruksi Analisis kandungan logam timbal di dalam sayur kangkung yang pertama dilakukan yaitu preparasi sampel terlebih dahulu. Sampel dicuci hingga bersih, kemudian dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan menggunakan lumpang dan alu, setelah itu diletakkan pada cawan porselin dan

4 dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 105 o C selama ± 4 jam hingga diperoleh sampel yang kering, kemudian kembali dihaluskan dengan menggunakan blender o C selama 45 menit lalu diabukan dalam furnace selama 6 jam pada suhu 450 o C hingga mendapatkan sampel berupa abu. Abu yang diperoleh ditambahkan HNO 3 pekat beberapa tetes sampai abu larut kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml sambil disaring dan diencerkan dengan akuades sampai tanda batas setelah itu dihomogenkan agar tercampur rata Kurva Kalibrasi Larutan Standar Pb Penelitian dimulai dengan cara membuat deret larutan standar untuk menentukan kurva kalibrasi larutan standar Pb. Dari larutan standar tersebut, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 283,3 nm. Absorbansi yang diperoleh kemudian dibuat regresi linier hubungan antara konsentrasi larutan standar Pb (ppm), maka diperoleh absorbansi pada larutan standar Pb seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Absorbansi Larutan Standar Pb pada AAS Standar Pb Absorbansi (ppm) Rata-rata Absorbansi yang diperoleh kemudian dibuat regresi linier hubungan antara konsentrasi larutan standar Pb (ppm). kering sampai halus sempurna seperti bubuk. Sampel yang telah halus ditimbang sebanyak ± 0,2 gram dengan menggunakan krus porselin setelah itu diuapkan dalam oven dengan suhu Gambar 1. Hubungan Antara Konsentrasi Pb (ppm) dengan Kapasitas Adsorpsi (%) Berdasarkan persamaan regresi kurva seperti pada gambar 1 diperoleh hasil perhitungan persamaan garis y = 0,0139x 0,0002 dengan koefisien determinasi (R²) sebesar Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan serapan. Artinya, dengan meningkatnya konsentrasi, maka absorbansi juga akan meningkat. Hal ini berarti bahwa terdapat 99,7% data memiliki hubungan linier. Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung melalui persamaan linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai a (slope) pada persaman garis linier y = ax + b, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x). Penentuan LoD dan LoQ pada penentuan Pb dalam sayur kangkung dilakukan untuk mengetahui apakah kadar yang dihasilkan menunjukkan hasil yang sesuai dengan kemampuan metode maupun alat. Nilai LoD merupakan nilai yang dijadikan acuan sebagai nilai kadar terendah yang masih dapat dianalisis oleh alat dan nilai LoQ merupakan nilai kadar terendah yang dapat memenuhi kuantitasi akurat dan presisi. Data hasil penentuan LoD dan LoQ logam Pb berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Penentuan LoD dan LoQ Logam Timbal (Pb) Standar Pb (ppm) Absorbansi Yi (Y-Yi) ,0002 0, ,2 0,0027 0,0026 0, ,4 0,0050 0,0054 0, ,6 0,0083 0,0081 0, ,8 0,0107 0,0109 0, ,0140 0,0137 0, n = 6 Rata-rata (Y) 0,0068 (Y- Yi) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai limit deteksi (LoD) pada penentuan larutan 120

5 standar Pb dengan spektrofotometer serapan atom adalah sebesar 1,2550 ppm. Nilai ini menunjukkan jumlah analit terkecil yang masih dapat terukur oleh spektrofotometer serapan atom. Jadi, untuk analisis kadar logam timbal (Pb) dengan spektrofotometer serapan atom masih dapat terbaca serapannya pada batas limit deteksi (LoD) sebesar 1,2550 ppm. Hasil limit kuantitasi (LoQ) yang diperoleh sebesar 4,1833 ppm nilai ini menunjukkan kuantitas terkecil dari analit yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Tabel 4. Hasil Perhitungan Konsentrasi Pb pada Masing-masing Sampel Sampel Konsentrasi (ppm) 1 0, , , , , n = 5 Rata rata (Xi) = 0, Konsentrasi logam timbal (Pb) pada tabel 4 memiliki kadar di bawah nilai LoD. Nilai konsentrasi yang lebih kecil dari nilai LoD menunjukkan bahwa kadar sampel yang dianalisis memiliki kadar yang sangat kecil sehingga kemungkinan kesalahan pada pembacaan lebih besar. Perbandingan nilai LoQ dengan konsentrasi logam Pb yang didapat menunjukkan adanya hasil kadar di bawah nilai LoQ, nilai konsentrasi di bawah nilai LoQ dapat diartikan bahwa nilai tersebut tidak terkuantitasi dengan akurasi dan presisi tetapi masih dapat dianalisis menggunakan metode spektrofotometri Penentuan Kadar Pb Pada penentuan uji sampel setelah dibaca dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom maka sayur kangkung memiliki absorbansi sebesar 0,0073 dan kandungan logam timbal yang terkandung dalam sayur kangkung yaitu 0,5419 ppm. Berdasarkan konsentrasi maksimum kadar Pb dalam sayuran yaitu sebesar 0,5 mg/kg (SNI ). Jika dibandingkan kadar yang diperoleh dari perhitungan dengan kadar standar baku mutu maka sayur kangkung yang diuji menunjukkan melebihi dari standar baku mutu yaitu sebesar 0,0419 mg/kg atau 0,0419 ml/l. Sampel sayur kangkung ini diperoleh dari penjual sayur yang biasa keliling kompleks rumah warga dengan 121 menggunakan mobil pick up, kemungkinan yang terjadi adalah mengakibatkan sayuran yang berada di dalam mobil tersebut dapat terkontaminasi oleh polusi kendaraan maupun wilayah kebun sayur kangkung yang tercemar logam berbahaya termasuk logam Pb, sehingga kadar logam yang ada di sayur memiliki nilai kadar yang cukup besar. Metode uji akurasi diperoleh dengan cara melakukan uji pungut ulang (recovery) masingmasing unsur. Uji pungut ulang dilakukan dengan cara melakukan analisis kembali konsentrasi uji yang telah ditambahkan dengan larutan standar timbal 0,1 ml 100 ppm pada prosedur dekstruksi kering sebelum sampel dimasukkan ke dalam furnace dan sesudah sampel dimasukkan ke dalam furnace serta sebelum penambahan HNO 3, lalu dibandingkan dengan konsentrasi contoh uji murni (tanpa penambahan larutan standar). Tabel 5. Data Absorbansi Pb pada Preparasi dan Nonpreparasi Preparasi Nonpreparasi Absorbansi Rata-rata Absorbansi Rata-rata 1 0, , , , , , , , , , Rata-rata 0, , Tabel 6. Data Konsentrasi Pb (ppm) pada Preparasi dan Nonpreparasi Preparasi Nonpreparasi Konsentrasi Pb (ppm) Konsentrasi Pb (ppm) 1 0, , , , , , , , , ,2446 Rata-rata 1, ,77938 Hasil perbandingan berupa persentase kesalahan menunjukkan akurasi. Pada spike preparasi Pb (ppm) diperoleh konsentrasi dari hasil perhitungan sebesar 1,0407 ppm, sedangkan untuk spike nonpreparasi Pb (ppm) diperoleh konsentrasi sebesar 37,7793 ppm. Jika spike preparasi atau larutan standar yang ditambahkan ikut pada prosedur preparasi dibandingkan dengan spike nonpreparasi atau

6 larutan standar yang ditambahkan tidak ikut dalam prosedur preparasi, maka kadar Pb pada spike nonpreparasi lebih besar dibandingkan kadar pada spike preparasi. Begitu pula dengan absorbansi pada spike nonpreparasi lebih besar daripada absorbansi spike preparasi yaitu 0,5249 > 0,0142. Hal ini menandakan bahwa jika larutan standar yang ditambahkan ke dalam sampel tidak diikutkan ke dalam prosedur preparasi atau persiapan sampel, maka akan menghasilkan nilai kadar yang besar. Presisi ditentukan dengan menghitung nilai standar deviasi dan nilai rata-rata dari 5 kali pengulangan pada prosedur dekstruksi kering, penentuan kadar konsentrasi logam timbal pada sampel. preparasi Pb (ppm) diperoleh nilai %R dan %RSD dari perhitungan masingmasing sebesar 49,88% dan 17,19%, sedangkan untuk spike nonpreparasi Pb (ppm) diperoleh nilai %R dan %RSD sebesar 3723,74% dan 26,04%. Karena nilai %R dan %RSD yang diperoleh sangat besar maka akan dilakukan uji signifikasi untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan sistemik selama proses analisis. 3.3 Hasil Analisis Uji Signifikasi Metode untuk membandingkan kedua hasil rata-rata pengugjian disebut dengan uji kebermaknaan atau uji signifikasi. Uji rata-rata untuk dua kelompok data yang bersifat saling tergantung atau dependen. Misalnya kelompok data sebelum perlakuan dan kelompok data setelah perlakuan. Uji ini dinamakan uji t sampel berpasangan (paired t-test). Pada uji ini sampel diukur sebanyak dua kali misalnya sebelum dan setelah dikenai perlakuan dan kedua rata-ratanya dibandingkan. Tabel 7. Data Uji Signifikasi Untuk Selang Kepercayaan 95% Preparasi Nonpreparasi Mean 1, ,77937 Variasi 0, ,8035 Observasi 5 5 Korelasi Pearson 0, Hypothesized Mean Difference 0 Df 4 t Stat -8,40856 t Critical one-tail 2, Mean adalah nilai rata-rata output spike preparasi yaitu 1, dan nilai rata-rata output spike nonpreparasi yaitu 37, Nilai variasi output pada spike preparasi yaitu 0, dan nilai variasi output spike nonpreparasi yaitu 96,8035. Nilai observasi atau jumlah pengamatan spike preparasi dan spike nonpeparasi yang masing-masing berjumlah 5 pengamatan. Korelasi pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier dari dua variabel (Smartstat. 2010), nilai korelasi pearson yang diperoleh sebesar 0, Hypothesized Mean Difference adalah perbedaan rata-rata antara spike preparasi dengan spike nonpreparasi, untuk kasus ini diasumsikan tidak ada perbedaan sehingga nilainya adalah 0. Df adalah Degree of Freedom atau derajat kebebasan yang diperoleh yaitu 4. t Stat adalah nilai t hitung yaitu sebesar -8, t Critical one-tail adalah nilai t tabel yaitu 2, Pada selang kepercayaan 95% ini menunjukkan nilai t hitung sebesar 2, dan t tabel sebesar -8, Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2, > -8,40856 maka Hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti ada perbedaan kadar logam timbal yang signifikan antara spike preparasi dan spike nonpreparasi. Tabel 8. Data Uji Signifikasi Untuk Selang Kepercayaan 99% Preparasi Nonpreparasi Mean 1, ,77937 Variasi 0, ,8035 Observasi 5 5 Korelasi Pearson 0, Hypothesized Mean Difference 0 Df 4 t Stat -8,40856 t Critical one-tail 3, Pada uji signifikasi selang kepercayaan 99% mean (nilai rata-rata) untuk output spike preparasi dan output spike nonpreparasi yaitu sebesar 1, dan 37, Nilai variasi output pada spike preparasi yaitu 0, dan nilai variasi output spike nonpreparasi yaitu 96,8035. Nilai observasi atau jumlah pengamatan spike preparasi dan spike 122

7 nonpeparasi yang masing-masing berjumlah 5 pengamatan. Nilai korelasi pearson yang diperoleh sebesar 0, Hypothesized Mean Difference (perbedaan rata-rata) antara spike preparasi dengan spike nonpreparasi, untuk kasus ini diasumsikan tidak ada perbedaan sehingga nilainya adalah 0. Df adalah Degree of Freedom atau derajat kebebasan yang diperoleh yaitu 4. t Stat adalah nilai t hitung yaitu sebesar -8, t Critical one-tail adalah nilai t tabel yaitu 3, Pada selang kepercayaan 99% ini menunjukkan nilai t hitung 3, dan t tabel -8, Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 2, > -8,40856 maka Hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti ada perbedaan kadar logam timbal yang signifikan antara spike preparasi dan spike nonpreparasi. 4. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar logam timbal diperoleh sebesar 0,5419 ppm. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa polusi ataupun kondisi wilayah berpengaruh terhadap kandungan Pb pada kangkung. Hasil perbandingan antara spike preparasi dengan spike nonpreparasi diperoleh hasil dari uji signifikan pada selang kepercayaan 95% diperoleh hasil nilai t hitung = 2, > t tabel = -8,40856, sedangkan untuk selang kepercayaan 99% diperoleh hasil nilai nilai t hitung = 3, > t tabel = - 8, Karena pada selang kepercayaan 95% dan 99% diperoleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka Hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti ada perbedaan kadar logam timbal yang signifikan antara spike preparasi dan spike nonpreparasi. Daftar Pustaka Erdayanti, P., Hanifah, T.A., dan Anita, S., Analisis Kandungan Logam Timbal pada Sayur Kangkung dan Bayam Di Jalan Kartama Pekanbaru Secara Spektrofotometri Serapan Atom. JOM FMIPA. Vol. 2 No. 1. Hal Kohar, Indrajati, Poppy, H.H., dan Simon P Penetapan Kadar Pb Dalam Kangkung (Ipomoea Reptans Poir). Journal Ilmiah Sains dan Teknologi. Vol. 1 No.1. Hal Kristianingrum, S Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan Efeknya. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, FMIPA UNY. Hal Maria, G. M., Respon Produksi Tanaman Kangkung Darat (Ipomea reptans Poir) Terhadap Variasi Waktu Pemberian Pupuk Kotoran Ayam. Jurnal Ilmu Tanah. Vol. 7 No. 1. Hal Nugroho, A., Hendro,Z.W., Siti, F., Metode Analisis Untuk Penentuan Unsur As dan Sb Menggunakan ICP AES Plasma 40. PPI- PDIPTN. Pustek Akselerator dan Proses Bahan-BATAN. Hal Smartstat Korelasi Pearson. Smartstat. orelasi-pearson/. Diakses pada tanggal 31 September SNI Air dan Air Limbah Bagian 45 : Cara Uji Kadar Timbal (Pb) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Secara Ekstraksi. Jakarta: BSN. SNI Udara Ambien Bagian 4: Cara Uji Kadar Timbal (Pb) dengan Metode Dekstruksi Basah Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Jakarta: BSN. SNI Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan. Jakarta: BSN. Supriyanto, C., dan Purwanto, A., Validasi Metode Spektrometri Serapan Atom pada Analisis Logam Berat Cr, Cu, Cd, Fe, Pb, Zn dan Ni dalam Contoh Uji Air Laut. Prosiding PPI-PDIPTN. Yogyakarta: Pustek Akselerator dan Proses Bahan-BATAN. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi Gambar 6. Sayur Sawi yang dijadikan Sampel Lampiran 2. Perhitungan Penetapan Kadar Air Metode Gravimetri a. Penetapan Bobot Tetap Cawan Kosong Dengan pernyataan bobot

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 33 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 36 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat-alat - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Alat-alat gelas pyrex - Pipet volume pyrex - Hot Plate Fisons - Oven Fisher - Botol akuades - Corong - Spatula

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015 BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Tempat danwaktupenelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Januari-April 2015 2.2Bahan-bahan 2.2.1 Sampel Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar 1. Kentang (Solanum tuberosum L.) Kentang (Solanum tuberosum L.) Gambar. Tanaman Kentang Tanaman Kentang Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif Timbal dan Kadmium Kadmium Timbal Hasil Analisa Kualitatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), jalan Tangkuban Perahu No. 157 Lembang, Bandung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) 93 Lampiran. Identifikasi Tumbuhan 94 Lampiran 3. Bagan Alir Proses Pembuatan Larutan Sampel Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.) sebanyak

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel Mata air yang terletak di Gunung Sitember Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat 48 Air minum yang dialirkan menggunakan pipa besi Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 30 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Kimia Analitik, Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA DETERMINATION OF COPPER CONTENT IN MEATBALLS AND BEEF BURGERS DISTRIBUTED IN SURAKARTA Endang Sri Rejeki 1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan sampel yaitu, di sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia,

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS TIMBAL, TEMBAGA, DAN SENG DALAM SUSU SAPI SEGAR YANG BEREDAR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALYSIS OF LEAD, COPPER, AND ZINC IN FRESH COW S MILKS COMMERCIAL

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional D a f t a r i s i Daftar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai Desember 2013 bertempat di Laboratorium Biomassa Terpadu Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 6: Cara uji tembaga (Cu) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia SNI 6989.16:2009 Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel.

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 24 III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian 1. Feses sapi potong segar sebanyak 5 gram/sampel. 2. Sludge biogas sebanyak 5 gram/sampel. 3. Bahan yang digunakan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm No Menit ke- Absorbansi 1 4 0,430 5 0,431 3 6 0,433 4 7 0,434 5 8 0,435 6 9 0,436 7 10 0,437 8 11 0,438 9 1 0,439

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Linieritas Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara absorbansi pada sumbu y dan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum yakni tentang analisis penyebaran logam berat tembaga pada air tanah dan aliran sungai di sekitar industri kerajinan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 7: Cara uji seng (Zn) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2013 sampai dengan 12 Oktober 2013 di Laboraturium Unit Pelayanan Teknis (UPT) Dinas

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.), HNO 3 1

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam klorida pekat 37% (Merck KG, aa), sampel krim, metil paraben pa (Brataco), dan propil paraben

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah galah bambu, kantong plastik, ice box, kertas ph, gunting, oven, timbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan Lampiran 1. Flowsheet Destruksi Basah Sampel yang telah dihomogenkan Ditimbang 5 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 5 ml Didiamkan selama 4 jam Sampel + HNO 3 (p) Larutan Sampel Hasil Dipanaskan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam klorida pekat 37% (Merck KG aa), akuadestilata, sampel hand body lotion, standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan Gambar 5. Air Minum Isi Ulang Lampiran. Hasil Analisis Kualitatif Kalsium, Magnesium dan Timbal

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN ANALISIS CEMARAN TEMBAGA DALAM AIR SUMUR INDUSTRI PELAPISAN EMAS DI KOTA TEGAL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Listiowati, Wiranti Sri Rahayu, Pri Iswati Utami Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran 1. Gambar sekam padi Gambar sekam padi Gambar sekam padi setelah dihaluskan Lampiran. Adsorben sekam padi yang diabukan pada suhu suhu 500 0 C selama 5 jam dan 15 jam Gambar Sekam Padi Setelah

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN ANALISIS MERKURI DALAM SEDIAAN KOSMETIK BODY LOTION MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Agung Dimas Jatmiko, Tjiptasurasa, Wiranti Sri Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Tahapan dalam penelitian ini di mulai dari studi literatur hingga penyusunan Laporan Tugas Akhir, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Kerangka Penelitian :

Lebih terperinci

Gambar 2. Daun Tempuyung

Gambar 2. Daun Tempuyung Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Tanaman Daun Tempuyung Gambar. Daun Tempuyung 41 Lampiran 1. (Lanjutan) Gambar 3 Kapsul Ekstrak Tempuyung Gambar 4. Kemasan Kapsul 4 Lampiran 1. (Lanjutan) Gambar 5.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI PADA PENETAPAN KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir).

PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI PADA PENETAPAN KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir). PERBANDINGAN METODE DESTRUKSI PADA PENETAPAN KANDUNGAN TIMBAL (Pb) DALAM TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir). Poppy Hartatie Hardjo, Indrajati Kohar, Lusy Wijaya Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Lampung Bandar Lampung, Mahasiswa Jurusan Kimia, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 35145

Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Lampung Bandar Lampung, Mahasiswa Jurusan Kimia, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 35145 VALIDASI METODE ANALISIS Pb DENGAN MENGGUNAKAN FLAME SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) UNTUK STUDI BIOGEOKIMIA DAN TOKSISITAS LOGAM TIMBAL PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum) Dian Septiani Pratama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet Lampiran. Gambar Cibet (Orthetrum sp.) dan Capung (Orthetrum Sabina) sp.) (Orthetrum sabina) Capung Lampiran 3. Data Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N Rumus normalitas larutan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat yang Digunakan Selain peralatan gelas standar laboratorium kimia, digunakan pula berbagai peralatan lain yaitu, pompa peristaltik (Ismatec ) untuk memompakan berbagai larutan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Sampel Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang hidup di tumpukan sampah basah, diambil di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas

Lebih terperinci

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia ANALISIS LOGAM ARSENIK (AS) DAN KADMIUM (CD) PADA SAYUR BAYAM HIJAU (AMARANTHUS TRICOLOR) TERHADAP BAYAM MERAH (BLITUM RUBRUM) DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Muhammad Ridwan Harahap

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau selama kurang lebih 5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksploratif, untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat timbal (Pb) pada tiap lokasi di perairan Waduk Sengguruh. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. 3.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian ini termasuk eksperimen karena telah dilakukan manipulasi terhadap objek penelitian dan terdapat kontrol

Lebih terperinci

ANALISIS CEMARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIAAN OBAT HERBAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS CEMARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIAAN OBAT HERBAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS CEMARAN LOGAM BERAT DALAM SEDIAAN OBAT HERBAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI RAHMAH PADANG SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zulharmita 1), Meta Zulfaretna 1), Sestry Misfadhila 1) 1) Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi 1. Lokasi Pengambilan Sampel Air Tanah Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan

Lebih terperinci

EVALUASI KADAR CEMARAN

EVALUASI KADAR CEMARAN EVALUASI KADAR CEMARAN Pb dan Cd DALAM IKAN BANDENG (Chanos chanos) PADA DAERAH PERIKANAN DI SEKITAR KAWASAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI Oleh: MUHAMMAD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di daerah tersebut banyak terdapat penjual jajanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sampel yang Digunakan. Gambar 4. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis)

Lampiran 1. Sampel yang Digunakan. Gambar 4. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis) Lampiran 1. Sampel yang Digunakan Gambar. Ikan Sembilang (Paraplotosus albilabris). Gambar 5. Ikan Kepala Batu (Pranesus duodecimalis) Lampiran.Bagan Alir Proses Destruksi Basah. Sampel yang sudah dihaluskan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar Sampel Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Lampiran 2. Hasil Analisis Kualitatif Mineral Fosfor Gambar 3. Hasil Analisis Kualitatif dengan

Lebih terperinci

Pupuk fosfat alam untuk pertanian

Pupuk fosfat alam untuk pertanian Standar Nasional Indonesia Pupuk fosfat alam untuk pertanian ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Kota Gorontalo. 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1.1 Lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pengambilan sampel dilakukan di TPA Tanjung Kramat, selanjutnya pemeriksaan dan analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang sungai Kali Pucang, Cilacap. Sampel yang diambil berupa tanaman

Lebih terperinci

Analisis Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica) Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

Analisis Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica) Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Analisis Kadar Logam Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Tanaman Kangkung (Ipomoea aquatica) Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Nurul Fajriah, Zulfadli, M. Nasir Prodi Kimia FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Sampel yang digunakan adalah gorengan berlapis tepung yang diolah sendiri. Jenis gorengan yang diolah mengacu pada hasil penelitian pendahuluan mengenai jenis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi

Lebih terperinci

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan

Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan Standar Nasional Indonesia Cara uji kimia Bagian 5: Penentuan kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun Kembangan, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan batang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Penelitian ini didukung oleh penelitian deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci