Roselinda Siregar Guru SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Surel :

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh : Retnosari Widiastuti ABSTRAKSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT

Kata kunci: Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

VOL. 8 NO. 1 MARET 2018 ISSN: ISSN: RIYANTON

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

Desra Putri Devi. Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

Majalah Ilmiah Inspiratif, Vol.2 No.2 Januari 2016

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

PENINGKATAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF COURSE REVIEW HORAY (CRH)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE TALKING STICK

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 Juli 2016

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Pelajaran fisika menarik untuk dipelajari tetapi pada kenyatan siswa

Oleh: Prijo Santoso SMK Negeri 1 Trenggalek

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE JIGSAW LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN SISWA KELAS V SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. membosankan menurut siswa kelas X-5 SMA 17 Agustus Dengan

ABSTRAKSI. Irma Susilowati Guru SMA Negeri 1 Cepiring

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (PTK) atau disebut classroom action research.

Saintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ?

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ BERBASIS CD PADA MATERI SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

Oleh: Bakim SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

JEMBER TAHUN PELAJARAN

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BUDIMAN SIHOMBING Guru SMP Negeri 15 Medan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE COURSE REVIEW HORAY (CRH) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

Sri Sudarni, S.Pd.SD SDN III Krisak, Selogiri, Wonogiri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

MINARNI SMA Negeri 1 Ngunut Kab. Tulungagung

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

Transkripsi:

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS2 SMA NEGERI 1 TEBING TINGGI Roselinda Siregar Guru SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Surel : roselindasiregar15@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Meningkatkan keaktifan belajar siswa (2) Meningkatkan prestasi belajar Sejarah siswa kelas. Metode penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian sebanyak 30 siswa. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis data statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil observasi dan refleksi pada siklus I, II dan siklus III. Hasil penelitian menunjukkan (1) Metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa (2) Metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar Sejarah siswa. Pada akhir siklus III, jumlah siswa yang telah tuntas atau berhasil memperoleh nilai 70 sesuai KKM sebanyak 28 siswa atau sebesar 93,33%. Kata Kunci: Prestasi Belajar Sejarah, Metode Pembelajaran Kooperatif, NHT. PENDAHULUAN Proses belajar mengajar merupakan interaksi guru dan siswa yang terjadi dalam suatu lingkungan belajar, dan mengarah pada tujuan pembelajaran. Interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar seharusnya merupakan interaksi dua arah, sehingga mencerminkan proses yang aktif baik guru maupun siswa. Observasi selama proses pembelajaran di kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi semester dua tahun pelajaran 2015/2016 menunjukkan sebagian siswa kurang menyukai mata pelajaran Sejarah karena menganggapnya sebagai mata pelajaran yang membosankan dan tidak penting. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran sejarah di kelas XI IPS2 menunjukkan bahwa siswa kurang termotivasi untuk belajar, keaktifan siswa sangat rendah. Siswa hanya duduk, diam, mendengarkan guru ataupun mencatat jika diminta oleh guru dan kadang-kadang menjawab jika ditanya oleh guru. Prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 juga termasuk rendah dibandingkan dengan kelas yang lain. Nilai rata-rata kelas hasil ulangan pada kompetensi dasar Perkembangan paham-paham baru 172

dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan yang diberikan pada awal semester dua ini, hanya mencapai 68,5. Sebanyak 15 siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 70. Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran di kelas dan hasil ulangan tersebut, peneliti memandang perlunya dilakukan tindakan agar siswa menjadi lebih berminat, tertarik, dan senang mempelajari materi-materi Sejarah. Ketertarikan siswa dan minatnya terhadap pembelajaran Sejarah diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran di kelas. Peningkatan keaktifan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari, sehingga pada akhirnya nilai prestasi belajar Sejarah dapat mencapai bahkan melebihi batas ketuntasan belajar yang ditetapkan guru. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti adalah metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together. Metode ini dipergunakan untuk menciptakan proses pembelajaran Sejarah yang aktif, bersifat menantang siswa tetapi juga bersifat menyenangkan karena seperti permainan. Metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Togehter (NHT) ini sama-sama melibatkan semua siswa. Siswa yang kurang pintar ataupun siswa yang pintar sama-sama memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini, siswa belajar memahami materi bersama-sama, berlatih menyelesaikan soal-soal dengan teman dalam kelompok dan saling mengajarkan sehingga semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dipelajari. Siswa yang pintar dalam kelompok mengajari siswa anggota kelompok. Siswa yang kurang pintar juga menyadari bahwa peran dirinya sama-sama pentingnya dengan peran anggota kelompok yang lain. Proses pembelajaran ini menuntut semua siswa untuk aktif sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa akan meningkat dibandingkan sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif NHT. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas pada mata pelajaran sejarah sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa. Rumusan Masalah Dari permasalahan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:1)apakah metode pembelajaran kooperatif numbered head together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran Sejarah? 2) Apakah metode pembelajaran kooperatif numbered head together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi semester dua tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan 173

prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran sejarah melalui metode pembelajaran kooperatif numbered head together (NHT) dan meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2015/2016 melalui metode pembelajaran kooperatif numbered head together (NHT). METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi merupakan SMA swasta yang terakreditasi dengan nilai A. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama empat bulan yaitu dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2016. Subjek penelitian siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi semester dua, tahun pelajaran 2015/2016. Siswa kelas XI IPS 2 adalah salah satu kelas yang menurut guru mata pelajaran dan observasi di lapangan mempunyai nilai rata-rata lebih rendah yaitu di bawah Kriteria Ketentuan Minimal ( KKM ), jumlah siswa 30 orang, terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan pengamatan, dan (4) analisis dan refleksi. Penelitian tindakan ini dilakukan dengan bantuan kolaborator atau guru mitra. Instrumen pengambilan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes prestasi belajar sejarah digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar sejarah. Adapun instrumen non tes berupa kuesioner atau angket respon digunakan untuk mengumpulkan data mengenai respon siswa terhadap guru dan terhadap pembelajaran dengan model NHT, dan instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran sejarah. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: Tes prestasi belajar, Observasi, wawancara, angket. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis data statistik deskriptif dan teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis statistik deskriptif dimaksudkan untuk menganalisis data nilai hasil ulangan pada awal sebelum dilakukan tindakan maupun nilai hasil ulangan yang dilaksanakan pada akhir siklus, yaitu mengetahui nilai tertinggi, terendah, rata-rata, standar deviasi, persentase nilai yang termasuk dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi. Data nilai tersebut kemudian dibandingkan antara nilai tes sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, dan nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II dan nilai tes siklus III. Selanjutnya data kualitatif dianalisis dengan 174

mempergunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis data dalam penulisan ini dilakukan secara induktif, yakni mengkaji dan melalui proses yang berlangsung dari fakta menuju suatu hipotesis. Indikator kinerja penelitian tindakan dapat dinyatakan berhasil apabila siswa menunjukkan perhatian dan minat yang lebih baik terhadap mata pelajaran sejarah dibandingkan dengan sebelum menerima tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran NHT. Keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran terlihat lebih baik dibandingkan dengan sebelum tindakan. Penelitian ini dapat dinyatakan berhasil apabila nilai prestasi belajar siswa dapat memenuhi KKM sebesar 70. Secara klasikal, penelitian ini dapat dinyatakan berhasil apabila 80% atau lebih siswa memperoleh nilai sama atau lebih dari 70. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal Sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran kooperatif NHT, proses pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi tahun pelajaran 2015/2016 berlangsung satu arah dengan dominasi guru. Guru lebih banyak berceramah, bertanya, dan memberikan tugas, sementara siswa banyak mendengarkan, menjawab, mencatat atau mengerjakan tugas. Proses pembelajaran kurang efektif. Siswa lebih banyak diam dan tidak banyak berpartisipasi secara aktif. Hal tersebut berpengaruh terhadap pemahaman siswa pada materi yang sedang dipelajari. Siswa kurang memahami materi dengan baik, pada gilirannya mereka tidak dapat mengerjakan soal-soal tes dengan baik, sehingga prestasi belajar mereka menjadi rendah seperti dalam tabel sebagai berikut. Deskriptif Prestasi Belajar Sejarah Sebelum Tindakan No Uraian Hasil Ulangan 1 Rata-rata 68,5 2 Nilai Tertinggi 90 3 Nilai terendah 50 Tabel tersebut menunjukkan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Nilai rata-rata kelas hanya 68,5. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM juga hanya sebagian. Nilai siswa tersebut dapat dilihat kategorisasinya dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2 Kategorisasi Data Prestasi belajar Sejarah Sebelum Tindakan Interval Awal Kategori Nilai Frek. % Sangat Baik 90 100 1 3.4 Baik 80 89 4 13.3 Cukup Baik 70-79 10 33.3 Tidak Baik 69 15 50 175

Jumlah 30 100 Tabel tersebut menunjukkan hanya satu siswa yang memperoleh nilai sangat baik atau kategori sangat tinggi antara 90 100. Siswa yang memperoleh nilai baik atau antara 80 89 hanya 4 orang siswa dan 10 siswa memperoleh nilai cukup baik atau antara 70-79. Selebihnya 15 siswa memperoleh nilai di bawah KKM atau di bawah 70. Kondisi tersebut perlu diperbaiki segera agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan. Oleh karena itu dilakukan tindakan pembelajaran Jumlah siswa yang tuntas atau memperoleh nilai sama dengan atau di atas KKM 70 meningkat dari 15 pada awal sebelum tindakan menjadi dengan menerapkan metode pembelajaran NHT. Deskriptif Statistik Prestasi belajar Sejarah Kondisi Awal dan Siklus I No Uraian Kondisi Awal Siklus I 1 Nilai Tertinggi 90 95 2 Nilai terendah 50 55 3 Rata-rata 68.5 71.16 21. Setelah siklus I seperti terlihat dalam tabel dan diagram batang berikut : Kategorisasi Prestasi Belajar Sejarah Awal dan Siklus I Awal Siklus I Kategori Interval Nilai Frek. % Frek. % Sangat Baik 90 100 1 3.4 1 3.4 Baik 80 89 4 13.3 4 13.3 Cukup Baik 70 79 10 33.3 16 53.3 Tidak Baik 69 15 50 9 30 Jumlah 30 100 30 100 176

18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 90-100 80-89 70-79 69 awal siklus I Gambar Diagram Prestasi Belajar Sejarah Awal dan Siklus I bawah 70. b) Dibentuk kelompok baru yang dipilih oleh guru secara heterogen sehingga siswa yang pintar tidak masuk dalam satu kelompok, tetapi tersebar. c) Kelompok yang dibentuk lebih kecil, sehingga semua anggota kelompok dituntut untuk lebih aktif. Analisis dan refleksi Keberhasilan: a) Partisipasi dan keaktifan siswa meningkat lebih baik dari sebelum tindakan pembelajaran NHT. b) Nilai prestasi belajar siswa meningkat. Jumlah siswa yang tuntas meningkat dari 15 menjadi 21. Kekurangan: a) Keaktifan siswa belum merata. Siswa masih banyak bergantung pada siswa yang pintar. b) Kelompok tidak heterogen dan berdasarkan pilihan siswa sendiri sehingga siswa yang pintar mengelompok menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok 1 dan kelompok 3.Siswa juga masih perlu ditunjuk untuk menjawab pertanyaan guru di luar kuis. c) Jumlah siswa yang belum tuntas masih 9 siswa atau 30%. Berdasarkan keberhasilan dan kekurangan tersebut maka peneliti merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut: a)penelitian tindakan masih perlu dilanjutkan ke siklus kedua karena adanya 9 atau 30% siswa yang memperoleh nilai di Deskripsi Siklus II Perencanaan Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk siklus II berikut soal-soal evaluasi 1) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan yaitu gambargambar 2) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran 3) Mempersiapkan lembar pengamatan keaktifan siswa dan lembar pengamatan keaktifan guru yang akan diisi oleh guru kolaboran, lembar penilaian guru oleh kolaboran, angket respon siswa terhadap 173

pembelajaran Sejarah dengan metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT), angket tanggapan siswa terhadap kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran 4) Menyusun latihan-latihan soal untuk bahan latihan dalam kelompok dan soal-soal untuk kuis siklus II 5) Mempersiapkan penghargaan untuk pasangan terbaik berupa alat tulis seperti buku tulis, pensil, dan pulpen. 6) Membentuk 6 kelompok siswa terdiri dari 5 anggota yang heterogen baik dari tingkat kepintaran dan jenis kelamin. Pelaksanaan Tindakan Pembukaan Apersepsi : guru membuka pelajaran, mengisi absen dan jurnal kelas. Selanjutnya guru mengingatkan kembali siswa dengan materi terdahulu. Guru kembali menjelaskan langkah pembelajaran dengan NHT. Dan membentuk 6 kelompok belajar terdiri dari 5 anggota. Kegiatan Inti Guru meminta setiap siswa duduk berhadap-hadapan dalam kelompok masing-masing. Guru menjelaskan materi pergerakan nasional Indonesia, memberikan 10 soal untuk dikerjakan siswa dalam kelompok. Soal tersebut berkaitan dengan materi gerakan nasional Indonesia. Siswa mendiskusikan hasil jawaban untuk setiap pertanyaan Penutup Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari pada pertemuan tersebut yaitu tentang pergerakan nasional Indonesia, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru menjawab pertanyaan siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru menutup pertemuan. Pengamatan Selama guru melaksanakan pembelajaran, guru kolaboran melaksanakan observasi baik terhadap guru (peneliti) yang mengajar maupun terhadap siswa yang terlibat dalam pembelajaran. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : 1) Partisipasi siswa selama proses pembelajaran sudah meningkat dan jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan pembelajaran kooperatif NHT. Siswa secara berkelompok aktif berdiskusi dan mempelajari materi yang diberikan oleh guru, mencari bahan-bahan dari internet dan mendiskusikan jawabannya. Menjawab tanpa perlu ditunjuk. Suasana kelas juga cukup aktif, ramai tetapi bersifat positif, saling berdiskusi materi pelajaran. Siswa suka dengan pembelajaran kooperatif NHT. Hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif NHT menunjukkan bahwa: 30 siswa sangat setuju belajar Sejarah dengan NHT karena lebih menyenangkan 178

daripada dengan metode biasa, 30 siswa menyatakan bahwa NHT membuat lebih bersemangat dan lebih mudah memahami materi, Hasil wawancara dengan siswa juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sangat senang dapat belajar dalam kelompok. 30 siswa menyatakan bahwa mengerjakan soal dengan teman menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan. 2) Kinerja dan penampilan guru dalam menjalankan tugas pembelajaran dengan NHT cukup baik. Hasil angket siswa menunjukkan bahwa (a) 30 siswa menyatakan penampilan guru menarik dan simpatik, (b) 30 siswa setuju bahwa guru sangat menguasai materi dan bahan ajar, (c) 30 siswa setuju guru menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, (d) 30 siswa menyatakan kemampuan guru dalam menjelaskan baik, (e) 30 siswa setuju materi yang disajikan menarik, (f) 30 siswa menyatakan guru telah melibatkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. 3) Hasil pengamatan oleh guru kolaboran terhadap guru selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa (a) Guru membuat persiapan yang baik dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif NHT, (b) mempersiapkan media yang menarik, (c) menguasai materi dan bahan ajar, (d) dapat memotivasi siswa dengan sangat baik sehingga siswa sangat termotivasi untuk belajar sejarah, (e) dapat menjelaskan dengan suara yang keras, jelas dan mudah dimengerti, (f) mampu mendorong siswa untuk aktif, (g) dapat mengendalikan kelas dengan baik sehingga kelas tetap tertib. 4) Sebagian siswa masih belum memahami kompetensi dasar Perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan 5) Hasil ulangan pada akhir siklus menunjukkan prestasi belajar siswa meningkat. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 71,16 pada siklus I menjadi 74,33 pada akhir siklus II seperti dalam tabel berikut. Tabel Deskriptif Statistik Prestasi belajar Sejarah Siklus I dan II No Uraian Kondisi Awal Siklus I 1 Nilai Tertinggi 95 95 2 Nilai terendah 55 60 3 Rata-rata 71,16 74,33 179

Jumlah siswa yang tuntas atau memperoleh nilai sama dengan atau di atas KKM 70 meningkat dari 21 pada siklus I menjadi 23 setelah siklus II seperti terlihat dalam tabel dan diagram batang berikut. Tabel Kategorisasi Prestasi belajar Sejarah Siklus I dan II Siklus I Siklus II Kategori Interval Nilai Frek. % Frek. % Sangat Baik 90-100 1 3.33 2 6.67 Baik 80-89 4 13.3 6 20 Cukup Baik 70-79 16 53.3 15 50 Tidak Baik 69 9 30 7 23.3 Jumlah 30 100 30 100 20 15 10 5 siklus I Siklus II 0 90-100 80-89 70-79 69 Gambar 2. Analisis dan refleksi Keberhasilan: a) Partisipasi dan keaktifan siswa meningkat lebih baik dari sebelum tindakan pembelajaran NHT. b) Nilai prestasi belajar siswa meningkat. Jumlah siswa yang tuntas meningkat dari 21 menjadi 23. Kekurangan: a)keaktifan siswa belum merata. Siswa masih banyak bergantung pada siswa yang pintar terutama karena pembentukan kelompok tidak heterogen dan masih didasarkan atas kedekatan tempat duduk dan keakraban saja. b) Jumlah siswa yang belum tuntas masih 7 siswa atau 23,3%. Diagram Prestasi Belajar Siklus I dan Siklus II Berdasarkan keberhasilan dan kekurangan tersebut maka peneliti merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut. a) Penelitian tindakan masih perlu dilanjutkan ke siklus ketiga karena masih ada 7 siswa atau 23,3 % siswa yang belum tuntas atau masih memperoleh nilai di bawah 70. b) Dibentuk kelompok baru yang dipilih oleh guru secara heterogen sehingga siswa yang pintar tidak masuk dalam satu kelompok, tetapi tersebar. c) Kelompok yang dibentuk lebih kecil, sehingga semua anggota kelompok dituntut untuk lebih aktif. d) Materi pengidentifikasian penurunan lahan 180

perlu diberi porsi lebih banyak dan disertai dengan contoh-contoh kasus yang terjadi di lingkungan sekitar agar siswa memahami dengan lebih baik. Deskripsi Siklus III Perencanaan Perencanaan siklus III dilaksanakan selama kurang lebih 4 hari yaitu setelah diperoleh hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus I. Perencanaan siklus 3 ini dilaksanakan mulai tanggal 14 sampai tanggal 19 Maret 2016. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut soal-soal untuk ulangan siklus III. 2) Mempersiapkan materi dan bahan dengan menambah bahanbahan dari internet atau dari buku pendamping sejarah atau majalah-majalah ilmiah. 3) Mempersiapkan lembar pengamatan, angket respon siswa, angket tanggapan siswa. 4) Menyusun soal-soal untuk latihan dan kuis 5) Mempersiapkan penghargaan untuk kelompok terbaik. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus 3 dilakukan dalam 3 Pertemuan, yaitu 2 pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan pertemuan 3 untuk pelaksanaan ulangan. Pembukaan :Guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa. Guru memberitahu kan bahwa karena masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, masih dalam kelompok terdiri dari 5 siswa. Guru meminta masing-masing kelompok duduk berhadap-hadapan di bangku. Kegiatan Inti : Guru meminta setiap siswa duduk berhadap-hadapan dalam kelompok masing-masing. Guru menjelaskan materi. Guru memberikan 10 soal untuk dikerjakan siswa dalam kelompok. Guru memberikan waktu selama 25 menit untuk mengerjakan soal tersebut. Selanjutnya guru memanggil satu nomor dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan soalsoal tersebut. Apabila jawabannya benar maka kelompok memperoleh nilai 1 poin dan apabila salah maka kelompok tidak memperoleh poin dan guru memanggil siswa dari kelompok lain untuk mengerjakannya Penutup : Guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Guru menutup pertemuan. Pengamatan Selama guru melaksanakan pembelajaran, guru kolaborator melaksanakan observasi baik terhadap guru(peneliti) yang mengajar maupun terhadap siswa yang terlibat dalam pembelajaran. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut : 181

1) Partisipasi dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran NHT pada siklus III ini meningkat jauh lebih baik dibandingkan dengan keaktifan siswa di siklus I dan II. Kelompok kecil mendorong semua siswa untuk terlibat secara aktif dan tidak lagi menggantungkan diri pada anggota kelompok yang lain. Siswa tidak ada yang terlihat mengantuk atau bosan, tetapi lebih antusias dan lebih semangat dalam belajar. 2) Respon siswa terhadap pembelajaran dengan NHT sangat baik. Hasil angket pada siklus III ini menunjukkan bahwa: keseluruhan siswa menyatakan sangat setuju bahwa (1) belajar sejarah dengan model NHT lebih menyenangkan daripada dengan metode biasa (2) membuat lebih bersemangat, (3) siswa lebih mudah memahami materi, (4) membuat siswa dapat saling membantu, dan (5) mengerjakan soal bersama dengan teman dalam kelompok 3) Hasil penilaian siswa terhadap kinerja dan penampilan guru selama pembelajaran kooperatif NHT di kelas cukup baik. Sebagian besar siswa menyatakan guru sangat menarik, mampu menjelaskan dengan baik, menguasai materi, mampu mengaktifkan siswa. 4) Hasil pengamatan oleh kolaboran menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif NHT. Guru juga dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dan tidak takut bertanya atau menjawab pertanyaan, menjadi lebih percaya diri dan tidak tergantung pada teman yang pintar dan ada perasaan malu bila tidak dapat menjawab pertanyaan. 5) Nilai prestasi belajar Sejarah dalam siklus III terlihat meningkat sangat baik dibandingkan dengan prestasi belajar pada awal dan akhir siklus 1 dan 2. Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77 seperti dalam tabel sebagai berikut. Tabel Deskriptif Statistik Prestasi Belajar Sejarah Siklus I, II, dan III No Uraian Siklus I Siklus II Siklus III 1 Nilai Tertinggi 95 95 95 2 Nilai terendah 55 60 60 3 Rata-rata 71.16 74.33 77 Peningkatan prestasi belajar dilihat dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas yaitu menjadi 28 siswa seperti terlihat dalam tabel dan diagram batang sebagai berikut: 182

Tabel Perbandingan Prestasi Belajar Sejarah Siklus I, II, dan II Interval Siklus I Siklus II Siklus III Kategori Nilai Frek. % Frek. % Frek. % Sangat Baik 90 100 1 3.4 2 6.67 5 16.67 Baik 80 89 4 13.3 6 20 5 16.67 Cukup Baik 70 79 16 53.3 15 50 18 60 Tidak Baik 69 9 30 7 23.3 2 6.66 Jumlah 30 100 30 100 30 100 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 90-100 80-89 70-79 69 siklus I Siklus II Siklus III Gambar Diagram Prestasi Belajar Sejarah Siklus I, II dan III Analisis dan refleksi Keberhasilan a) Partisipasi dan keaktifan siswa meningkat dan lebih merata. b) Nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77. c) Jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 28 siswa. Kekurangannya hanya terletak pada waktu yang terbatas, sehingga pelaksanaan pembelajaran masih belum tuntas. Guru hanya memberikan 10 soal uraian maksimal untuk satu pertemuan, sehingga guru perlu mendorong siswa untuk belajar berkelompok di rumah dan mencari bahan-bahan di internet atau sumber lain. Rekomendasi pada akhir siklus II, nilai rata-rata kelas meningkat dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada kondisi awal, siklus I, maupun pada siklus II, yaitu dari 71,16 menjadi 74,33 menjadi 77. Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran meningkat menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi awal dan pada siklus I. Penelitian tindakan dinyatakan berhasil karena 93,33 % siswa sudah memperoleh nilai sama dengan atau di atas 70. Hasil akhir menunjukkan adanya peningkatan partisipasi dan prestasi belajarnya. Oleh karena itu penelitian tindakan ini dapat dianggap berhasil dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hasil Tindakan dan Pembahasan Keaktifan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Sejarah 183

Partisipasi dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran Sejarah dengan Numbered Head Together meningkat lebih baik dibandingkan dengan kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan. Keaktifan dan partisipasi siswa ini diamati dengan bantuan lembar observasi. Hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa siswa cukup aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Sebagian besar siswa menunjukkan kecenderungan untuk lebih banyak berlatih mengerjakan soal, bertanya kepada guru maupun kepada teman. Hal tersebut berbanding terbalik dengan partisipasi dan keaktifan siswa sebelum dilakukan tindakan. Sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model numbered head together, siswa lebih banyak diam, takut bertanya, pada waktu pelaksanaan NHT, sebagian besar siswa lebih suka berlatih mengerjakan soal, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru Pada siklus I, sebagian siswa sudah mulai cukup aktif, berani bertanya, berani maju ke depan untuk menyelesaikan soal, dan berani mengajukan pendapatnya sendiri. Sebagian belum berani maju atau menjawab pertanyaan guru, tetapi sudah cukup terlibat aktif dalam kerjasama dengan kelompok dan membahas cara penyelesaian soal. Keaktifan siswa lebih meningkat lagi pada siklus II. Siswa yang aktif tidak hanya terbatas pada siswa yang pintar. Siswa yang kurang pintar atau pemalu menjadi terdorong untuk lebih aktif. Sebagian besar siswa menyadari adanya saling ketergantungan dengan anggota kelompok yang lain, sehingga berusaha untuk saling belajar dan membelajarkan. Siswa yang lebih pintar dan sudah menguasai materi berupaya untuk memberikan bantuan kepada anggota kelompok yang lain agar lebih mudah memahami materi tersebut. Pembelajaran sebaya ini memudahkan siswa memahami materi. Siswa juga lebih mudah bertanya kepada teman dibandingkan kepada guru. Peran Guru Peran guru cukup besar dalam memberikan motivasi terutama dengan penerapan pembelajaran kooperatif NHT, guru telah mempersiapkan perencanaan, pelaksanaan,penilaian sampai refleksi yang diulang sampai 3 siklus demi tercapainya peningkatan prestasi agar dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan. Prestasi belajar Sejarah Penerapan metode pembelajaran kooperatif Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar Sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi semester dua tahun pelajaran 2015/2016. Selama proses pembelajaran, soal-soal yang diajukan oleh guru dapat diselesaikan oleh siswa dengan cukup baik. Beberapa siswa memang terlihat belum memahami materi dengan baik, tetapi telah terjadi 184

peningkatan yang cukup signifikan. Siswa saling mengajarkan dengan siswa lain dalam satu kelompok sehingga semua anggota kelompok memahami cara menyelesaikan soal dengan benar, selain itu juga sesama siswa dapat bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran kooperatif numbered head together dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pemberian nomor untuk setiap siswa dan penunjukan nomor secara acak menyebabkan situasi belajar yang aktif. Meskipun sedikit tegang pada awalnya, tetapi membuat semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga tidak bosan. Model pembelajaran ini juga menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan partisipasi belajar sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil pengamatan tersebut didukung dengan hasil tes yang dikerjakan oleh siswa pada akhir siklus. Nilai prestasi belajar siswa meningkat dari siklus ke siklus berikutnya. Secara umum nilai ratarata kelas meningkat jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. Secara umum nilai prestasi belajar Sejarah mengalami peningkatan dari sebelum tindakan ke siklus I dan ke siklus II. Dari kondisi awal ke kondisi akhir terdapat peningkatan prestasi belajar Sejarah dari rata-rata 68,5 menjadi 71,16, menjadi 74,33 dan menjadi 77 pada akhir siklus III. Nilai tertinggi meningkat dari 90 menjadi 95 dan nilai terendah meningkat dari 50 menjadi 60. Peningkatan prestasi belajar ini dikarenakan semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Pada akhir siklus III jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas ada 28 atau 93,33%. Dengan demikian penelitian tindakan ini dapat dinyatakan berhasil karena sudah mencapai bahkan melebihi target yang ditetapkan dalam indikator kinerja. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi semester dua tahun pelajaran 2015/2016 dalam proses pembelajaran Sejarah materi perkembangan paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan dan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar Sejarah materi perkembangan paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan siswa kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi semester dua tahun pelajaran 2015/2016. Pada akhir siklus III, 185

jumlah siswa yang telah tuntas atau berhasil memperoleh nilai 70 atau lebih sebanyak 28 siswa atau sebesar 93,33%. Guru dianjurkan untuk menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga suasana pembelajaran tidak monoton dan menjemukan sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Guru dianjurkan untuk lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan cara mengurangi dominasi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Saran kepada siswa agar semua siswa untuk ikut aktif misalnya dengan memberitahu bahwa nilai tidak hanya diambilkan dari nilai ulangan saja tapi juga dari proses melalui keaktifan siswa dalam pembelajaran. Untuk siswa yang aktif atau kelompok yang paling aktif dalam bekerjasama dalam kelompoknya juga mempunyai nilai yang digabung dengan nilai ulangan. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baharudin dan Wahyuni, Esa Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Miftahul A la. Quantum Teaching. Jogjakarta: Diva Press. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya Offset. Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Rivklefs, M.C. 1999. Sejarah Modern. Dikmenum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sardiman A.M. 2007. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Sarwidji Suwandi. 2008. Model Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13... 2015. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sri Anitah. 2007. Media Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. 186