BAB 1 PENDAHULUAN. terutama di dunia Barat, dan juga menjadi salah satu masalah kesehatan utama di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma serviks uteri merupakan masalah penting dalam onkologi ginekologi di

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

BAB I PENDAHULUAN. ganas hidung dan sinus paranasal (18 %), laring (16%), dan tumor ganas. rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah.

Kadar Carcinoembryogenic Antigen (CEA) Serum Penderita Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil di RSUP Adam Malik

KADAR CARCINOEMBRIONIC ANTIGEN (CEA) PADA PASIEN KANKER PARU YANG MENDAPAT KEMOTERAPI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERBEDAAN KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI PADA PASIEN DENGAN KARSINOMA KOLOREKTAL ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012).

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan proliferasi selular dari trofoblas plasenta meliputi :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyebab yang kompleks. Angka kejadian KNF tidak sering ditemukan di dunia barat

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

(PR), serta human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) kanker payudara tersebut. (Shenkier, 2004) Keberhasilan dalam penatalaksanaan kanker

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit. tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menginvasi jaringan sekitar serta dapat menyebar ke bagian tubuh lain. 21,22,23 Kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 menunjukan, kasus rawat

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang. menginfeksi lebih dari 90% populasi di dunia, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. baik di belahan dunia Barat maupun di Indonesia. Kanker kolorektal (KKR) jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker ovarium berada pada urutan keempat dari seluruh kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma sel skuamosa di laring (KSSL) menempati. urutan kedua dariseluruhkarsinomadi saluran

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. KHS terjadi di negara berkembang. Karsinoma hepatoseluler merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dibanding kasus). Kematian akibat kanker payudara menduduki peringkat

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. biaya. 1 Kanker payudara merupakan kanker yang sering dialami perempuan saat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).


BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura merupakan manifestasi penyakit pada pleura yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap pertumbuhan sel ikut termutasi (Saydam, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB I PENDAHULUAN. keganasan epitel tersebut berupa Karsinoma Sel Skuamosa Kepala dan Leher (KSSKL)

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Epstein-Barr Virus (EBV) menginfeksi lebih dari. 90% populasi dunia. Di negara berkembang, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kanker paru-paru adalah kanker yang mematikan dan merupakan tumor ganas terutama di dunia Barat, dan juga menjadi salah satu masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Kanker yang banyak menimbulkan kematian di seluruh belahan dunia adalah kanker paru. Kanker paru dibagi menjadi 2 jenis secara garis besar berdasarkan histologi, yakni kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) dan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK). 75-85% dari pasien kanker paru termasuk jenis kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang mana terdiri dari beberapa sub tipe dan yang paling sering dijumpai adalah karsinoma skuamosa, adenokarsinoma dan karsinoma sel besar. Jenis karsinoma bronkoalveolar merupakan subtipe dari adenokarsinoma juga sering ditemukan. Jenis kanker paru karsinoma sel kecil terdapat pada 15-25% penderita kanker paru. 1,2 Dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat baik di negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Tahun 2010 di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 29% dari seluruh kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada laki-laki. Dan terdapat 26% kematian pada perempuan. 15% kasus baru kanker paru pada laki-laki dan 14% kasus baru kanker paru pada perempuan pada tahun 2010 di Amerika serikat. 3

Tahun 2004 di RS Persahabatan di Indonesia dilaporkan bahwa keganasan di rongga toraks tercatat 448 kasus, 262 kasus diantaranya didiagnosis kanker paru. Ada 93.4% kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang terdiri dari 80% adenokarsinoma, 14.7% karsinoma sel skuamosa, 3.3% karsinoma sel besar dan 2% jenis lainnya dan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) sangat jarang ditemukan di Indonesia. Panderita kanker paru ketika datang berobat ke RS Persahabatan sebahagian besar telah berada pada stadium III dan IV dan hampir 90% penderita meninggal dalam 2 tahun. 4 Tahun 2002 di RSU.H.Adam Malik Medan, penelitian Siagian P melaporkan dari 38 kasus keganasan yang ditemukan berdasarkan foto toraks, ada 24 kasus tumor terdapat di sentral (63.2%) dan sebanyak 14 kasus tumor terdapat di perifer (36.8%). Dari 24 kasus tumor yang terdapat disentral, sebanyak 36.8% adalah karsinoma sel skuamous dan sebanyak 21.1% adalah adenokarsinoma. Dari 14 kasus tumor yang terdapat di perifer, sebanyak 10.5% adalah karsinoma sel skuamous dan sebanyak 36,3% adalah adenokarsinoma. 5 Pada Januari 2007-2010 terdata ada 210 pasien yang didiagnosis kanker paru secara defenitif (sitologi/histopatologi) yang dirawat di RA3 RSUP HAM Medan. 6 Penelitian terbaru tahun 2011 oleh Kasuma D dilaporkan bahwa dari 100 penderita kanker paru yang telah dilakukan bronkoskopi di Instalasi Diagnostik Terpadu (IDT) RSUP H.Adam Malik Medan, berdasarkan sitologi bronkus, adenokarsinoma menempati urutan pertama sebanyak 45%, yang kedua adalah karsinoma sel skuamous sebanyak 33%. 7 Saat ini pengujian biokimia laboratorik sangat membantu penatalaksanaan pasien kanker, termasuk diantaranya dalam penatalaksanaan pasien kanker paru.

Beberapa kanker dihubungkan dengan abnormalitas produksi enzim, protein, dan hormon yang dapat diukur di dalam plasma atau serum. Semua molekul ini dikenal sebagai penanda tumor (tumor marker). 8 Petanda ganas atau tumor marker merupakan substansi yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi akibat kanker. Dewasa ini banyak diteliti dan dikembangkan pemeriksaan petanda ganas ideal yang dapat memberikan petunjuk tentang perkembangan kanker, baik di tingkat ekstraseluler, seluler maupun molekuler. 8,9 Selama terapi aktif, penanda tumor dapat memberikan perkiraan yang akurat dari efektivitas pengobatan. Deteksi dini kekambuhan memungkinkan modifikasi terapi pada waktu yang mungkin mendahului klinis normal dari kekambuhan dalam beberapa minggu. 10 Kombinasi kemoterapi telah menjadi standar perawatan untuk pasien dengan stadium lanjut pada kanker paru, karena telah terbukti efektif untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas hidup. Dalam memantau efek dari kemoterapi digunakanlah penilaian CEA dan CYFRA 21-1 pada penelitian Ardizzoni dkk, yang mana dari 107 pasien kanker paru yang diberi 2 siklus kemoterapi terdapat pengurangan 20% dari nilai awal CEA dan cyfra 21-1. CEA dibandingkan dengan CYFRA 21-1, CYFRA 21-1 memiliki sensitivitas 81% dan CEA 55%. 11 Carcinoembryonic antigen (CEA) merupakan antigen karsinofetal yang berbentuk glikoprotein diproduksi selama embrional dan perkembangan fetus. Sensitiviti CEA sebesar 40-70% untuk karsinoma paru kelompok bukan sel kecil (KPKBSK) dan 30-65% karsinoma paru kelompok sel kecil (KPKSK). Nilai sensitiviti CEA dengan konsentrasi tertinggi ditemukan pada adenokarsinoma dan nilai terendah

didapatkan pada tumor sel skuamosa. Carcinoembryonic antigen sebagai informasi nilai prognosis KPKBSK terutama adenokarsinoma paru. Pemeriksaan CEA sebagai diagnosis awal kekambuhan dan evaluasi terapi telah diketahui. 12 Pada penelitian Soeroso NN, ditemukan kadar CEA serum mengalami peningkatan sekitar 63.4% pada penderita KPKBSK. Kadar CEA berdasarkan jenis sitologi/histopatologi menunjukkan perbedaan bermakna secara chi square test. Hasil CEA meningkat pada jenis adenokarsinoma sekitar 54 penderita (56.84%), sel skuamous 41 penderita (66.13%) dan sel besar sekitar 9 penderita (90%). 13 Carcinoembryonic antigen dapat digunakan sebagai prognosis KPKBSK terutama untuk adenokarsinoma paru. Kegunaan CEA juga sebagai evaluasi terapi stadium lanjut dan mendeteksi kekambuhan dari adenokarsinoma. 14 Ragab dkk dalam penelitiannya menunjukkan data bahwa baik CEA dan β2 meningkat pada pasien karsinoma bronkogenik bila dibandingkan dengan kontrol. Nilai CEA menunjukkan elevasi yang signifikan pada pasien yang memiliki effusi pleura. CEA meningkat secara signifikan pada kanker paru stadium IV daripada pada stadium III. Serum CEA menurun secara signifikan dalam respon pengobatan. 15 Pemeriksaan serial dari CEA diharapkan memiliki peran dalam monitoring terapi kanker paru. Penelitian tentang pemeriksaan serial dari biomarker ini belum banyak dilakukan. Tahun 1978 Gropp C, dkk melakukan pemeriksaan serial CEA dan Ferritin pada pasien kanker paru selama dilakukan radioterapi dan kemoterapi dengan hasil peningkatan nilai CEA ditemukan pada 47% yang mana sebagian besar pasien yang memiliki kadar CEA tinggi adalah pasien yang mengalami metastasis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengukuran CEA serial juga berguna pada pasien dengan kanker paru. Pasien yang respon dengan kemoterapi atau radioterapi

menunjukkan penurunan tingkat CEA dari CEA awal sebelum dilakukan terapi. Di sisi lain, pasien yang tidak respon dengan terapi menunjukkan peningkatan CEA oleh karena perkembangan tumor. 16 Penelitian ini tidak dilanjutkan dengan evaluasi efek terapi yang diberikan pada pasien-pasien tersebut. Apakah peningkatan level serum CEA sejalan dengan progressifitas dari penyakit yang diderita pasien. Ataukah selama dilakukan terapi, level serum CEA mengalami penurunan dan ini dapat memberikan kesimpulan bahwa terapi yang diberikan respon pada pasien tersebut. Vincent, dkk dalam penelitiannya tentang CEA pada 228 pasien dengan kanker paru, menemukan penurunan konsentrasi CEA dalam plasma pasien sebagai respon dari kemoterapi dan radioterapi. 17 CEA tidak cukup sensitif untuk digunakan secara eksklusif dalam menyaring populasi risiko tinggi kanker paru. 17 Walaupun CEA tidak menjadi salah satu yang digunakan untuk diagnosis kanker paru, namun sering digunakan untuk evaluasi pengobatan. Pengukuran CEA pada pasien dengan kanker paru pada penelitian Dent dkk, menunjukkan peningkatan kadar CEA serum berhubungan dengan prognosis yang buruk, sehingga penilaian CEA ini dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk menunjukkan prognosis pasien kanker paru. 18 CEA merupakan serum tumor marker yang dapat digunakan dalam pemantauan KPKBSK. Dalam beberapa penelitian juga menguatkan tentang nilai prognostik dari CEA. 14,19 Dalam penelitian ini, CEA tinggi mengindikasikan prognosis yang buruk pada pasien adenocarcinoma. 20 Pada Adenocarcinomas juga terlihat kadar CEA yang cenderung tinggi. 19 Tidak ada efek yang jelas dari CEA terlihat pada karsinoma sel

skuamosa. Pada studi kohort peningkatan nilai CEA memprediksikan angka survival yang rendah pada karsinoma sel besar dan adenokarsinoma namun tidak dalam sel squamous. 14 Di Indonesia, belum ada data penelitian tentang pemeriksaan serial atau berkala dari CEA dalam pengobatan kanker paru. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memantau kadar CEA serial pada pasien kanker paru selama kemoterapi. 1.2. PERMASALAHAN Berdasarkan hasil uraian dan latar belakang diatas, petanda tumor CEA dapat digunakan sebagai monitoring terapi dan belum adanya data di Indonesia tentang pemantauan nilai pemeriksaan CEA pada pasien kanker paru selama terapi terutama kemoterapi. 1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM Pemantauan kadar CEA pasien kanker paru yang mendapatkan kemoterapi yang dirawat inap di RA3 RSUP Haji Adam Malik Medan. 1.3.2. TUJUAN KHUSUS - Mengetahui karakteristik sosiodemografis pasien kanker paru yang mendapat kemoterapi - Mengetahui deskripsi kadar CEA pada pasien kanker paru sebelum dilakukan kemoterapi.

- Mengetahui deskripsi kadar CEA pada pasien kanker paru selama dilakukan kemoterapi. - Mengetahui karakteristik sosiodemografi pasien kanker paru dihubungkan dengan nilai CEA pasien sebelum dan sesudah kemoterapi. - Mengetahui distribusi penderita kanker paru yang mendapatkan kemoterapi berdasarkan derajat merokok/indeks Brinkmann. - Mengetahui nilai CEA pasien kanker paru yang mendapatkan kemoterapi dengan indeks brinkmann. - Mengetahui nilai CEA pasien kanker paru yang mendapatkan kemoterapi dengan jenis histologi kanker paru. - Mengetahui nilai CEA pasien kanker paru yang mendapatkan kemoterapi dengan stadium kanker paru. - Mengetahui respon kemoterapi pada penderita kanker paru yang mendapat kemoterapi 4 siklus. - Mengetahui nilai CEA pasien kanker paru yang mendapatkan kemoterapi 2 siklus dengan respon kemoterapi setelah mendapatkan 2 siklus kemoterapi. 1.4. MANFAAT PENELITIAN 1.4.1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang deskripsi kadar CEA serial pada pasien kanker paru yang dilakukan kemoterapi yang dirawat di ruang rawat inap RSUP H Adam Malik Medan.

1.4.2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan profil kadar CEA pasien kanker paru sebelum dilakukan terapi di RSUP H Adam Malik Medan. 1.4.3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi pengobatan terutama evaluasi kemoterapi pada pasien kanker paru. 1.4.4. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai faktor prognosis pada pasien kanker paru yang dilakukan kemoterapi.