BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang mandiri, andal,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. pengolahan hasil perkebunan, juga dapat menyerap banyak tenaga kerja karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Industri hulu migas khususnya di KUH saat ini yang mempengaruhi kondisi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja pada sektor migas sangat beresiko akan terjadinya

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara akan menimbulkan konflik jika terjadi akuisisi atau diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang semakin maju menuntut kita untuk berusaha. memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada bab ini akan disampaikan kesempulan dan saran. 1. Pembagian Tanggung Jawab Mengenai Risiko Dalam Hal Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai maksud dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

SAFETY INSTINCT DASAR PEMBENTUKAN SAFETY BEHAVIOUR

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur sebagai pendukung untuk peningkatan ekonomi. Sisi positif dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

RISIKO KERUSAKAN PROPERTY & KEWAJIBAN (LIABILITY)

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang memproduksinya lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Migas) di Cepu merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 pasal 1 ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat di segala bidang kehidupan seperti sektor industri, jasa, properti,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin

BAB I PENDAHULUAN. karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dunia industri berkembang dan tumbuh secara cepat,

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. 1. Pengelolaan manajemen perubahan (management of change) terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

DATA DAN INFORMASI MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

HUBUNGAN PENGALAMAN KERJA DAN KELELAHAN DENGAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN OPERASIONAL PT.

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

BAB I PENDAHULUAN. pernah lepas dari kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Industri Minyak dan Gas Bumi merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri maupun sebagai penghasil devisa negara sehingga pegelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin. Dalam upaya menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional sehingga mampu mendukung kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, telah ditetapkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tenang Minyak dan Gas Bumi. Industri Migas merupakan industri yang berisiko tinggi. Pelanggaran yang disebabkan akibat kelalaian dan ketidakpedulian yang kecil sekalipun terhadap persyaratan K3LH dapat berakibat fatal sehingga menimbulkan bencana yang berdampak sangat serius. Menurut data Kementrian Energi dan Sumber Daya (ESDM) mencatat angka kecelakaan kerja pada kegiatan hulu minyak dan gas bumi (migas) di sepanjang tahun 2014 mencapai 159 kejadian. Dari angka tersebut, 6 diantaranya merupakan kecelakaan ringan, 32 kecelakaan sedang, 16 kecelakaan berkategori berat, dan 6 lainnya kecelakaan fatal. Berdasarkan hasil riset mengenai kecelakaan kerja menurut Syartini (2010). Kecelakaan kerja 1

2 merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengan pekerjaan. Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja perlu adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berupa komunikasi tentang K3. Komunikasi merupakan dasar interaksi didalam sebuah perusahaan maupun organisasi. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik. Akan tetapi, persoalan mendasar dari masalah ini terletak pada hambatan yang muncul dalam membangun kesepahaman diantara orang-orang yang terlibat (komunikator dan komunikan) dan usaha mencapai tujuan secara maksimal. Aspek komunikasi sangat penting dalam K3. Banyak kecelakaan terjadi akibat kurang baiknya komunikasi sehingga mempengaruhi kinerja K3 organiasi. Sebagai contoh, kebijakan K3 yang ditetapkan oleh manajemen harus dipahami dan dimengerti oleh seluruh anggota organisasi dan pemangku kepentingan yang terkait dengan kegiatan, untuk itu kebijakan K3 harus dikomunikasikan sehingga diketahui, dimengerti, dihayati dan dijalankan oleh semua pihak terkait (Ramli, 2010). PT. Pertamina EP memiliki komitmen untuk melakukan komunikasi aspek HSSE secara transparan. Komunikasi dianggap sebagai alat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kinerja HSSE, maka dari itu komunikasi HSSE internal disampaikan secara intensif dari dan ke seluruh pekerja dan mitra

3 kerja, keluarga, dan stakeholder dengan media yang telah ditentukan. Salah satunya dengan media komunikasi Management Walkthrough (MWT) adalah cara manajemen untuk memperoleh peluang perbaikan bagi para manajer dan pekerja yang secara bersama-sama mewujudkan harapan dan menemukan solusi perbaikan bagi perusahaan. MWT bisa dijadikan cara untuk memfokuskan pada solusi. Dengan menjalankan MWT. Semua pihak yang terkait dalam aktifitas kerja di perusahaan dapat menajamkan naluri kewaspadaan terhadap risiko atau ancaman bagi perusahaan, mengalokasikan sumber daya untuk memperbaiki kelemahan dan yang paling penting adalah bias memperoleh masukan langsung dari bawahan tentang permasalahan di lapangan. Berdasarkan hasil observasi di PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Management Walkthrough merupakan salah satu program Road to Zero Accident dan belum pernah dilakukan pengukuran terhadap capaiannnya. sehingga dari latar belakang tersebut akan dilakukan pengukuran terhadap efektifitas Management Walkthrough sebagai bahan pembuatan laporan Tugas Akhir dengan mengambil judul Analisis Deskrptif Media Komunikasi Management Walkthrough Sebagai Upaya Pencapaian Zero Accident di PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dimunculkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pelaksanaan Management Walkthrough di PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu telah berjalan sesuai program?

4 2. Bagaimana pelaksanaan Management Walkthrough di PT Pertamina EP Cepu sebagai upaya pencapaian Zero Accident dapat sepenuhnya dilakukan? C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan media komunikasi Management Walkthrough di PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. 2. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pelaksanaan media komunikasi Management Walkthrough di PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu. 3. Untuk mengetahui kendala dan usaha yang dilakukan sebagai tindak lanjut pelaksanaan media komunikasi Management Walkthrough agar sepenuhnya dilakukan dalam upaya pencapaian Zero Accident. D. Manfaat 1.Bagi Perusahaan a. Dapat mengetahui efektifitas media komunikasi Management Walkthrough dalam upaya pencapaian Zero Accident. b. Dapat memberikan masukan sebagai bahan untuk evaluasi terhadap pelaksanaan media komunikasi Management Walkthrough yang telah berjalan. c. Dapat membantu monitoring jalannya media komunikasi Management Walkthrough. 2.Bagi Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas pembekalan pengetahuan. 3.Bagi Mahasiswa a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan keilmuan yang didapat di perkuliahan pada dunia kerja yang nyata dan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman di lapangan mengenai Sistem Manajemen K3;

5 b. Mengetahui penerapan media komunikasi Management Walkthrough dalam upaya pencapaian Zero Accident di PT Pertamina EP Asset 4 Field Cepu.