PERBEDAAN PENURUNAN SKOR PLAK ANTARA MENGUNYAH PERMEN KARET XYLITOL DAN BUAH APEL (Pyrus malus) Karina Cendrakasih Abstract Oral health can affect quality of life. One indicator of oral health is the level of oral hygiene. Oral hygiene can be seen from the absence of such deposit, for example dental plaque. Dental plaque is contains bacteria and its products are formed on the surface of the tooth. Chewing xylitol gum can reduce plaque scores. Mechanism of xylitol divided into 2 kinds can actively interfere with the attachment of bacteria and passive xylitol can not be fermented by bacteria. Chewing apple also can reduce the accumulation of plaque because it has a flavonoids. The flavonoid is the power of catechins that have anti-bacterial. It can also inhibit the growth of bacteria such as Streptococcus mutans. Apple also contain polyphenols that can inhibit the metabolic activity of bacteria named tannins. Purpose : to see the differences between chewing xylitol gum and apples (Pyrus malus) on reducing plaque scores. Methods : experimental study with pre and post design. The research was conducted on the students of grade 10 of MA Ali Maksum Yogyakarta. Measurements made with Plaque Control Record (PCR) or O'Leary index. Results : data will be analysis with Independent t-test. The result is significant value p = 0,000 (p < 0,05). Conclusion : There is a difference between the decrease in plaque scores of chewing xylitol gum and apples (Pyrus malus). The decrease in plaque scores chewing an apples (Pyrus malus) have higher than chewing xylitol gum. Keywords : plaque, xylitol gum, an apple (Pyrus malus), O'Leary index Pendahuluan Menurut WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa masalah kesehatan mulut disebabkan oleh karies gigi dan penyakit periodontal 1. Masyarakat pada umumnya banyak yang tidak peduli dengan masalah kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut penting bagi kesehatan dan dapat mempengaruhi kualitas kehidupan. Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan rongga mulut. Kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari ada tidaknya deposit-deposit organik, seperti pelikel, materi alba, sisa makanan, kalkulus, dan plak gigi 2. Plak gigi merupakan lengketan berisi bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk
pada permukaan gigi. Plak terbentuk tidak secara cepat, namun melalui tahapan-tahapan. Tahapan akumulasi plak dimulai setelah menggosok gigi. Email yang sudah bersih beberapa saat kemudian ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yaitu pelikel. Pelikel terdiri dari glikoprotein yang dapat diendapkan oleh saliva. Sifat pelikel tersebut lengket dan dapat melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi, misalnya bakteri Streptococcus mutans. Mulamula bakteri berbentuk kokus, namun dalam beberapa hari plak akan menebal dan bakteri akan berubah menjadi kokus, batang, dan filamen 3. Akumulasi plak dapat dihilangkan dengan dua cara, yaitu mekanik dan kimiawi. Cara mekanik dapat dilakukan dengan menggosok gigi atau menggunakan dental floss. Cara kimiawi dapat dilakukan dengan berkumur dengan klorheksidin atau menggunakan obat antibakteri. Cara mekanik dengan menggosok gigi lebih efektif untuk mengontrol plak dan mencegah perlekatan kalkulus 4. Mengunyah permen karet xylitol juga dapat menurunkan plak dan kontrol untuk mencegah terjadinya karies. Saat mengunyah permen karet dapat menstimulasi keluarnya saliva, sehingga volume saliva bertambah, dan dapat meningkatkan ph plak. Meningkatnya ph plak membuat keadaan rongga mulut menjadi tidak asam sehingga bakteri terutama Streptococcus mutans tidak dapat berkembang biak 5. Mengunyah apel juga dapat menurunkan akumulasi plak. Pada buah apel terdapat senyawa kimia yaitu katekin yang mempunyai daya anti bakteri dan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans 6. Buah apel juga mengandung polifenol yang dapat menghambat aktivitas metabolisme bakteri. Polifenol yang berperan dalam menghambat bakteri pada apel adalah tanin 7. penelitian 30 orang yang diambil secara cluster random sampling. Cluster random sampling dilakukan dengan membagi populasi studi menjadi beberapa bagian sebagai cluster dan dilakukan pengambilan sampel dari tiap cluster 8. Metode Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan pre test dan post test. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Ali Maksum Yogyakarta yang Hasil Penelitian Subyek penelitian yang masuk dalam perhitungan sebanyak 30 orang dengan dua perlakuan yaitu perlakuan pertama mengunyah permen karet xylitol dan perlakuan kedua mengunyah buah apel (Pyrus malus). berjumlah 213 orang. Jumlah subyek Tabel 1. Rerata Penurunan Skor Plak Penurunan skor plak Mengunyah permen karet xylitol 30 15,54 4,5483 Mengunyah buah apel (Pyrus malus) 30 21,94 7,8717 Keterangan : n = jumlah subyek = rerata = standard deviasi Dari data hasil penelitian dilakukan kelompok yang berarti sebaran data n uji normalitas dengan Shapiro-wilk normal. menunjukkan nilai p>0,05 pada kedua
Tabel 2. Uji Normalitas dengan Shapiro-wilk Shapiro-wilk Penurunan skor plak n p Mengunyah permen karet xylitol 30 0,120 Mengunyah buah apel (Pyrus malus) 30 0,287 Keterangan : n = jumlah subyek p = nilai signifikansi Hasil uji normalitas menunjukkan dilanjutkan analisis data dengan uji sebaran data normal sehingga dapat parametrik Independent t-test. Tabel 3. Uji Independent t-test Independent t-test Penurunan skor plak Mean Mean Difference p Mengunyah permen karet xylitol 15,54 Mengunyah buah apel (Pyrus malus) 21,94 6,40 0,000 = 95% Hasil uji Independent t-test menunjukkan nilai p = 0,000 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah permen karet xylitol dan buah apel (Pyrus malus). Rerata penurunan skor plak mengunyah permen karet xylitol sebesar 15,54. Rerata penurunan skor plak mengunyah buah apel (Pyrus malus) sebesar 21,94. Penurunan skor plak mengunyah buah apel (Pyrus malus) lebih tinggi daripada mengunyah permen karet xylitol dengan perbedaan sebesar 6,4. Diskusi Hasil analisis data menggunakan Independent t-test menunjukkan adanya perbedaan penurunan skor plak antara mengunyah permen karet xylitol dan buah apel (Pyrus malus). Mengunyah
permen karet xylitol maupun buah apel (Pyrus malus) sama-sama dapat menurunkan skor plak. Penurunan skor plak mengunyah buah apel (Pyrus malus) lebih besar daripada permen karet xylitol. Mengunyah permen karet xylitol dapat menurunkan skor plak. Hal ini sesuai dengan penelitian Fatikarini dan Handajani 5 bahwa ada perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xylitol. Xylitol tidak dapat difermentasikan bakteri plak sehingga ph plak tidak turun. Saat ph plak tidak turun, demineralisasi email tidak terjadi, dan bakteri tidak dapat berkembang biak sehingga karies dapat dicegah. Xylitol dapat mengurangi akumulasi plak di permukaan gigi. Mengunyah permen karet yang mengandung xylitol dapat menstimulasi sekresi saliva sehingga dapat menjadi buffer pada plak 5. Mekanisme xylitol menghambat pertumbuhan bakteri rongga mulut dibagi dua yaitu secara aktif dan pasif. Secara pasif xylitol tidak mampu difermentasi oleh mikroorganisme rongga mulut karena tidak adanya enzim esensial yaitu dehydrogenase. Sifat aktif dari xylitol yaitu mampu mempengaruhi metabolisme pertumbuhan dan perlekatan di permukaan gigi, sehingga menghambat akumulasi plak 9. Xylitol dalam sistem fosfotransferase sel tubuh Streptococcus mutans akan berikatan dengan fosfor menjadi xylitol fosfat yang bersifat toksik bagi bakteri karena tidak dapat dimanfaatkan sebagai energi yang dibutuhkan intrasel, keadaan ini menyebabkan
kematian bakteri sehingga plak tidak dapat berkembang biak 10. Mengunyah buah apel dapat menurunkan skor plak, karena buah apel mengandung banyak mineral, polifenol, flavonoid, serta air. Buah apel mengandung polifenol yang dapat menghambat aktivitas metabolisme bakteri. Polifenol yang berperan dalam menghambat bakteri pada apel adalah tanin 7. Daya antibakteri tanin disebabkan adanya gugus pirogalol dan gugus galoil yang merupakan gugus polifenol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan membunuhnya dengan cara bereaksi dengan protein dari bakteri sehingga terjadi denaturasi protein. Adanya denaturasi pada protein menyebabkan gangguan metabolisme bakteri sehingga terjadi kerusakan dinding sel bakteri yang akhirnya membuat bakteri lisis 11. Kerja tanin untuk menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans juga dipengaruhi dengan keadaan rongga mulut tiap individu 12. Buah apel juga mempunyai kandungan flavonoid yaitu katekin. Efek antibakteri dari flavonoid ini di dapat dengan cara membentuk ikatan kompleks dengan protein terlarut dan protein ekstraseluler dinding sel bakteri. Hal ini akan merusak integritas dinding sel dan akhirnya dinding sel tersebut akan rusak 11. Jika dinding sel rusak dapat menyebabkan kebocoran lisosom sehingga bakteri akan mati dan tidak terjadi pertumbuhan Streptococcus mutans 6. Hasil penurunan skor plak mengunyah buah apel (Pyrus malus) lebih tinggi daripada mengunyah permen karet xylitol. Hal ini dapat terjadi karena buah apel selain memiliki kandungan polifenol (tanin)
dan flavonoid (katekin), buah apel juga sangat banyak mengandung air. Kandungan air pada buah apel sebanyak 85,56 gram/100 gram 13. pada gigi sehingga skor plak dapat diturunkan. Kesimpulan Kandungan air yang banyak pada Terdapat perbedaan buah apel dapat menjadi self cleansing di rongga mulut sehingga menurunkan akumulasi plak pada rongga mulut. Buah apel (Pyrus malus) juga memiliki kandungan serat yang tinggi sehingga dapat penurunan skor plak antara mengunyah permen karet xylitol dan buah apel (Pyrus malus). Penurunan skor plak mengunyah buah apel (Pyrus malus) lebih tinggi daripada mengunyah permen karet xylitol. membersihkan plak yang menempel Daftar Pustaka 1. Sriyono, N. W. 2007. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Yogyakarta : Medika Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta (II), 22 2. Sasmita, I. S., Pertiwi, A. S. P., dan Halim, M. 2004. Gambaran efek pasta gigi yang mengandung Herbal terhadap penurunan plak. Journal Fakultas Kedokteran UNPAD 3. Kidd, E. A. M., dan Bechal, Joyston, S. 1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta : EGC 4. Manson, J.D. dan Eley, B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta : Hipokrates (2 th ), Alih bahasa : drg.anastasia, 22-25 5. Burt, B.A. 2006. The use of sorbitol and xylitol sweetened chewing gum in caries control. Journal American Dental Association Vol 137 6. Kusumaningsari, V. dan Handajani, J. 2011. Efek pengunyahan permen karet gula dan xylitol terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus mutans pada plak gigi. Majalah Kedokteran Gigi, ISSN : 1978-02-06 7. Lolayekar, N. dan Shanbhag, C. 2012. Polyphenol and oral health. RSBO Jan- Mar;9(1):74-84 8. Budiato, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC, 24-25 9. Imfeld, T. 1999. Chewing gum facts and fiction : a review of gum. Chewing and oral health. Crit rev oral bio medicine, Vol 10(3), 405-419 10. Benchabane, H., Lortie, L.A., Buckley, N.D., Trahan, L., dan Frenette M.J. 2002. Inactivation of the streptococcus mutans fxpc gene confers resistance to xylitol, a caries preventative natural carbohydrate sweetener. Journal Dent Res 81(6):380-6 11. Cowan, M. M. 1999. Plant products as antimicrobial agents. Journal Clinical Microbiology Reviews, 564-582 12. Sekar, T. R. 2011. Manfaat Buah-Buahan di Sekitar Kita. Yogyakarta : Siklus Hanggar Kreator, 15 13. Sudarma, J. H. 2012. Pembibitan Tanaman Buah. Klaten : Bola Bintang Publishing, 41-46