MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK DALAM MODEL SCOR

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN DAN MANAJEMEN RISIKO DI PELABUHAN

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengukuran Kinerja SCM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

Pengukuran Kinerja Supply Chain

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMBUKTIAN PENERAPAN SCOR MODEL VERSI 10.0 PADA PERUSAHAAN DISTRIBUTOR (PT SURYA PERDANA LESTARI) DENGAN PERUSAHAAN PRODUKSI

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK

BAB V ANALISIS Analisis SCOR (Supply Chain Operation Reference)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

BAB I PENDAHULUAN. darurat (contingency planning) dan mengelola risiko (risk management) dalam

Bab V Pengolahan Data dan Analisis

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

PRINSIP-PRINSIP WAREHOUSING

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

Pengukuran Kinerja Supply Chain

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

PEMODELAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT MENGGUNAKAN SCORE MODEL UNTUK OBAT DAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Definisi Supply Chain dan Supply Chain Management

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

BAB VII. DESAIN METRIK PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR MODEL DAN FUZZY AHP

#14 PENGUKURAN KINERJA SCM

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT

STRATEGI DAN PERENCANAAN DISTRIBUSI

BAB V HASIL DAN ANALISIS

Disain Jejaring (Network Design)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Performansi Supply Chain Management Menggunakan Model Supply Chain Operation Reference (SCOR)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Perumusan Masalah. Mengidentifikasi Entitas atau Anggota Rantai Pasok

Bab 3 Faktor Pengendali Supply Chain

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka kebutuhan atau

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari kegiatan pemasokan bahan baku sampai dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

Manajemen Rantai Pasok -Strategi SCM (2) TIP FTP UB 2016

TUGAS TERSTRUKTUR MANAJEMEN RANTAI PASOK SCOR pada Produk Mie Kering Ubi Jalar

ANALISIS PERFORMANSI KINERJA UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN DENGAN SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR)

KONSEP PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA SYSTEM MANUFACTUR

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan Materi #5

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS PERFORMANSI RANTAI PASOK DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE DI PD.

Risiko dan Keberlanjutan (Risk and Sustainability)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

PENGUKURAN KINERJA SCM

PENGGUNAAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCES (SCOR) DALAM PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PT. GUNA KEMAS INDAH

Pembahasan Materi #4

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... xiv DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xvii. BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan dengan SCOR Model 9.0 (Studi Kasus di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

Supply Chain. Management. an overview. MUSTHOFA HADI, SE mister-ebiz.blogspot.com

Pembahasan Materi #1

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembahasan Materi #8

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bisnis global dimana ketidakpastian akan berbagai risiko sangat tinggi,

ANALISIS KINERJA SUPPLY CHAIN PADA PERUSAHAAN GULA ABSTRAK

MENGELOLA SUPPLY CHAIN (RANTAI PASOKAN)

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak

KINERJA PENYAMPAIAN SUKU CADANG PT TOYOTA-ASTRA MOTOR DENGAN MODEL SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE. Oleh NISAA MARDHIYYAH H

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

Dari. Logistics Value Creation PROPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. output. Manajemen operasi dapat di terapkan pada perusahan manufaktur maupun jasa.

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

Stok yang disimpan untuk. mendatang. Pertanyaan: barang atau jasa?

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Transkripsi:

MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK DALAM MODEL SCOR Oleh: Dr. Zaroni, CISCP. Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Manajemen rantai pasok (supply chain management) menjadi salah satu strategi penting dalam membangun keunggulan bersaing organisasi dan perusahaan. Aktivitas manajemen rantai pasok yang mencakup mulai dari pemenuhan (fulfilment) pasokan barang dari pemasok ke manufaktur sampai ke pemenuhan order fulfilment dari pelanggan. Tanpa manajamen rantai pasok, tidak ada produk. Tanpa produk, tidak ada order penjualan yang bisa dipenuhi. Tanpa ada penjualan, perusahaan tidak mungkin dapat beroperasi secara normal. Mengingat pentingnya manajemen rantai pasok, setiap manajer organisasi perusahaan harus mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan manajemen risiko atas proses manajemen rantai pasok. Manajemen risiko rantai pasok menjadi isu penting dan memerlukan perhatian serius dari para manajer, selain karena risiko itu sering terjadi, juga dampak signifikan dari potensi kejadian risiko terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Umumnya kinerja rantai pasok, berhubungan dengan keandalan, kecepatan dalam merespon, ketepatan dalam pengadaan, ketepatan dalam pemenuhan fulfilment, fleksibilitas, biaya, dan ketepatan lead time dari aktivitas logistik. Setiap proses aktivitas rantai pasok berpotensi menghadapi risiko. Beberapa contoh risiko rantai pasok antara lain kekurangan bahan baku, kegagalan pemasok, meningkatnya harga bahan, kerusakan mesin, permintaan yang tidak pasti, peramalan yang tidak akurat, perubahan pesanan, dan kegagalan transportasi. Potensi kejadian risiko-risiko tersebut bisa terjadi, dan bila benarbenar terjadi, tentu akan berdampak pada kinerja manajemen rantai pasok perusahaan. Mengenal Model SCOR Model SCOR telah mengembangkan manajemen risiko rantai pasok (Supply Chain Risk Management, disingkat SCRM). Model SCOR diciptakan oleh Supply Chain Council (SCC), yang terbentuk pada tahun 1996, merupakan asosiasi nonprofit internasional dan independen dengan keanggotaan yang terbuka bagi semua perusahaan atau organisasi.

Model SCOR dikembangkan untuk menyediakan suatu metode penilaianmandiri dan perbandingan aktivitas-aktivitas dan kinerja rantai pasok sebagai suatu standar manajemen rantai pasok lintas-industri. Model ini menyajikan kerangka proses bisnis, indikator kinerja, praktik-praktik terbaik (best practices) serta teknologi untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antarmitra rantai pasok, sehingga dapat meningkatkan efektivitas manajemen rantai pasok dan efektivitas penyempurnaan rantai pasok (Paul, 2014). Model SCOR berperan sebagai basis dalam memahami cara rantai pasok mengoperasikan, mengidentifikasi semua pihak yang terkait, serta menganalisis kinerja rantai pasok. Model SCOR mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen. Model ini juga berperan sebagai basis bagi proyek perbaikan manajemen rantai pasok, dengan cara: Mengidentifikasi proses-proses dalam bahasa yang dapat dikomunikasikan ke seluruh elemen organisasi dan fungsional; Menggunakan terminologi dan notasi standar, dan Menguhubungkan berbagai aktivitas dengan ukuran/metrik yang tepat. Model SCOR mencakup setidaknya empat bidang: 1. Interaksi antara seluruh pemasok dan konsumen, mulai dari penerimaan pesanan hingga pembayaran tagihan. 2. Seluruh transaksi material fisik, dari pihak pemasok hingga konsumen pihak pelanggan, termasuk peralatan, bahan-bahan pendukung, suku cadang, produk curah (bulk), perangkat lunak, dan lain-lain. 3. Seluruh transaksi pasar, dari pemahaman akan permintaan agregat hingga pemenuhan setiap pesanan. 4. Proses pengembalian (return) Model SCOR terstruktur ke dalam enam proses manajemen: Plan, Source, Make, Deliver, Return, dan Enable dari pemasok hingga pelanggan. Pendekatan dalam membangun SCOR terdiri atas: proses, praktik, kinerja, dan ketrampilan SDM. Manajemen risiko rantai pasok Model SCOR SCRM meliputi aktivitas identifikasi, penilaian dan mitigasi secara sistematis terhadap potensi gangguan dalam jejaring logistik dengan sasaran untuk mengurangi dampak negatif terhadap kinerja jejaring rantai pasok tersebut (Paul, 2014). Sebagaimana didefinisikan dalam model SCOR, pengelolaan risiko perencanaan rantai pasok meliputi proses identifikasi, koordinasi, dan pengelolaan risiko rantai pasok melalui penyelarasan dengan keseluruhan program manajemen risiko bisnis. Risiko rantai pasok didefinisikan sebagai segala ketidakpastian yang potensial memengaruhi secara negatif terhadap kinerja organisasi.

Manajemen risiko rantai pasok berdampak signifikan terhadap atribut kinerja rantai pasok dalam model SCOR sebagai berikut (Paul, 2014): Keandalan (reliability) Sasaran keseluruhan dari SCRM adalah untuk meningkatkan keandalan rantai pasok dan menurunkan keragaman pemenuhan pesanan. Keandalan adalah atribut kinerja yang berfokus pada pelanggan (consumer). Ukuran kinerja keandalan mencakup: tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas. Indikator kinerja utama SCOR adalah pemenuhan pesanan yang sempurna (perfect order fulfillment). Kinerja rantai pasok dalam mengirimkan produk yang tepat, ke tempat yang tepat, pada saat yang tepat, dalam kondisi dan kemasan yang tepat, dalam jumlah yang tepat dengan dokumentasi yang tepat, kepada konsumen yang tepat. Responsivitas (responsiveness) Keragaman waktu siklus pemenuhan pesanan berkurang dan waktu pemulihan dari gangguan lebih pendek. Kecepatan dalam merespon, menyatakan seberapa cepat suatu tugas dijalankan. Hal ini menunjukkan kecepatan yang konsisten dalam menjalankan bisnis. Ketangkasan (agility) menunjukkan kecepatan rantai pasok dalam menyediakan produk bagi konsumen. Indikator kinerja SCOR utama adalah waktu siklus pemenuhan pesanan (order fulfillment cycle time). Ketangkasan (agility) dan fleksibilitas (flexibility) Karena tindakan yang proaktif, rantai pasok lebih siap untuk menghadapi perubahan-perubahan mendadak dan menjadikan rantai pasok lebih fleksibel. Fleksibilitas, menyatakan kemampuan merespon perubahan eksternal. Pengaruh-pengaruh eksternal mencakup: peningkatan atau penurunan permintaan yang tak terduga, operasi pemasok yang berhenti, bencana alam, terorisme, regulasi sistem keuangan, atau masalahmasalah tenaga kerja. Ketangkasan manajemen rantai pasok dalam merespon perubahan pasar untuk mendapatkan atau mempertahankan daya saing. Indikator kinerja SCOR utama mencakup: fleksibilitas rantai pasok terhadap peningkatan kapasitas, daya adaptasi rantai pasok terhadap peningkatan kapasitas, dan daya adaptasi rantai pasok terhadap penurunan kapasitas. Biaya (cost) Biaya adalah ukuran kinerja yang fokusnya internal. Atribut biaya menyatakan biaya untuk menjalankan suatu proses bisnis. Biaya pada umumnya mencakup biaya-biaya yang terkait pengoperasian rantai pasok: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead, dan biaya

transportas. Risiko terkait dengan biaya antara lain peningkatan jumlah biaya pengoperasian rantai pasok tersebut. Indikator kinerja SCOR utama mencakup biaya pelayanan total (total cost to serve). Biaya pelayanan total merupakan ukuran kinerja yang berfokus pada konsumen, karena mengukur biaya yang dibutuhkan untuk melayani konsumen. Manajemen aset (asset management) Atribut manajemen aset menyatakan kemampuan untuk memanfaatkan aset secara efisien. Strategi manajemen aset dalam rantai pasok mencakup penurunan inventori serta penentuan produksi sendiri atau subkontrak (insource vs. outsource). Efektivitas suatu organisasi dalam manajemen aset untuk mendukung pemenuhan permintaan, yang mencakup manajemen semua aset: modal kerja dan pendanaan aset tetap. Ukuran kinerja SCOR utama adalah cash-to-cash cycle time, inventory days of supply, dan return on fixed assets. Pendekatan SCRM Model SCOR memberikan panduan dalam manajemen risiko rantai pasok, melalui tahapan sebagai berikut: 1. Identifikasi risiko Identifikasi risiko mencakup identifikasi terhadap jenis risiko yang berbeda-beda: risiko pasokan, risiko operasi, risiko permintaan, risiko keamanan, risiko regulasi, risiko lingkungan, dan sebagainya. Metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko, seperti mengamati tren-tren historis, meneliti tren-tren industri, sumbang saran pakar, pemetaan rantai pasok, survei-survei penilaian, dan audit informasi. 2. Penilaian risiko Tahap ini mencakup aktivitas-aktivitas untuk menilai dan mengevaluasi risiko-risiko, menyeleksi manajemen strategi risiko, dan mendefinisikan rencana risiko. Sasarannya adalah untuk memberikan pemahaman kepada manajemen mengenai di mana kemungkinan risiko terbesar berada. 3. Mitigasi risiko Mitigasi risiko mencakup aktivitas untuk mengendalikan dan memantau risiko-risiko, menciptakan ukuran mitigasi, menurunkan dampak risiko, dan menurunkan kemungkian terjadi. Suatu risiko dapat dimitigasi dengan cara menurunkan dampak dan/atau menurunkan kemungkinan terjadi. Untuk risiko-risiko yang berdampak besar, rencana mitigasi harus dievaluasi, misalnya dengan metode

perencanaan yang lebih baik, pemanfaatan pemasok alternatif, mengembangkan rencana respons, dan infrastruktur cadangan. SCOR mengembangkan ukuran (metrics) dalam manajemen risiko sebagai berikut: Value-at-risk (VAR) Jumlah probabilitas kejadian risiko dikali dampak moneter dari kejadian tersebut bagi seluruh fungsi rantai pasok. Biaya mitigasi risiko rantai pasok Jumlah biaya yang dikaitkan dengan mitigasi risiko rantai pasok. Risiko kejadian (EVAR) Risiko (probabilitas X dampak) dari kejadian-kejadian risiko, yakni penghentian kerja pabrik, penghentian transportasi, kegagalan produk, dan sebagainya. Sisi risiko Sisa-sisa risiko (jumlah bruto dikurangi risiko yang dimitigasi) untuk area tertentu, pemasok tertentu, produk tertentu, dan sebagainya. Model SCOR telah mengembangkan manajemen risiko rantai pasok sebagai panduan manajer dalam melakukan perencanaan dan pengendalian manajemen risiko. Risiko selalu terjadi sebagai konsekuensi dari ketidakpastian. Penggunaan ukuran kinerja model SCOR dengan cara menilai atau mengevaluasi secara periodik ukuran kinerja tersebut, serta menganalisis dampak kejadian risiko terhadap ukuran kinerja manajemen rantai pasok, memungkinkan manajer dapat mengidentifikasi risiko, penilaian, dan mitigasi risiko dengan tepat. (Referensi: Panduan Penerapan Transformasi Rantai Suplai dengan Model SCOR, John Paul, Penerbit PPM, 2014) Sekilas tentang Supply Chain Indonesia Supply Chain Indonesia (SCI) merupakan lembaga independen yang bergerak dalam kegiatan pendidikan, pelatihan, konsultasi, penelitian, dan pengembangan bidang logistik dan supply chain di Indonesia. SCI menjadi wadah informasi, interaksi, dan komunikasi para praktisi, akademisi, birokrasi, peneliti, dan pemerhati bidang logistik dan supply chain di Indonesia. SCI telah berperan dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja logistik untuk perusahaan-perusahaan swasta dan BUMN. SCI juga berkontribusi dalam perbaikan dan pengembangan logistik melalui beberapa kementerian dan lembaga pemerintah terkait, seperti Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perdagangan, dan lain-

lain, termasuk dalam implementasi Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.