HUBUNGAN ANTARA KEBAHAGIAAN DI TEMPAT KERJA DENGAN KETERIKATAN KARYAWAN PADA KARYAWAN PT. DWI PRIMA SENTOSA MOJOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

HUBUNGAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN KEBAHAGIAAN PADA WANITA KARIR YANG BELUM MENIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan yang tidak dapat kita prediksi sebelumnya. Dengan adanya suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan daya saing di era perdagangan bebas menjadi salah satu kunci ketahanan

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting. Sumber daya manusia, dalam hal ini karyawan yang handal, mampu

BAB I PENDAHULUAN. otomatis perusahaan pun tidak akan berkembang pula. Tantangannya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. harus didukung dengan sebuah kinerja yang baik yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi juga dapat dikatakan sebagai suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. turnover intention serta karyawan terlibat perilaku kerja kontraproduktif.

1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. usaha didirikan guna mengikuti perkembangan dunia, baik perusahaan besar maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 3 tahun 1982, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Individu memegang peranan penting dalam suatu organisasi karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mencapai tujuannya. Menurut Waspodo dan Minadaniati (2012),

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang mampu melayani kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat di dalam diri mereka. Sumber daya manusia juga harus

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Hal yang dapat menunjang bisnis percetakan ini adalah teknologi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki. Salah satu sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembangnya dunia dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan penentu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. juga luar negeri. Selain persaingan antar perusahaan dalam meningkatkan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. penting yang dibutuhkan dalam menjaga kepercayaan individu dan organisasi.

DAMPAK KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BANK JATENG SEMARANG. Aldilla Puspita Nagari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ini berdiri pada tahun 1973 sebagai sebuah home industry yang

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi perusahaan-perusahaan cenderung menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan baik usaha baru

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan sekarang ini memasuki era perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

KETERLIBATAN KARYAWAN TERHADAP KINERJA UNTUK PENINGKATAN PELAYANAN PADA POLITEKNIK LP3I JAKRTA KAMPUS BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sangat cepat pada berbagai aspek. Organisasi dituntut untuk lebih responsif

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 8

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi adalah kualitas sumber daya manusia. As ad (2004) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada era globalisasi ini, demikian pesat

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam, berkembang dan berubah. Seseorang bekerja karena

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi yang semakin maju ini, terdapat persaingan antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sry Juliyanta Br Sembiring Keloko, 2014

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menginginkan terciptanya kinerja yang tinggi dalam bidang pekerjaannya. Di dalam

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari ( Ryff, 1995). Ryff (1989) mengatakan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi; yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan medis (McGuire, Hasskarl, Bode, Klingmann, & Zahn, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan sangat menentukan kinerja suatu organisasi. Sumber daya manusia merupakan aset perusahaan, yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KEBAHAGIAAN DI TEMPAT KERJA DENGAN KETERIKATAN KARYAWAN PADA KARYAWAN PT. DWI PRIMA SENTOSA MOJOKERTO Diannisa Wahyu Putri Chinanti 15010114140184 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAK Keterikatan karyawan merupakan kemampuan karyawan untuk mengekspresikan dan melibatkan dirinya baik secara fisik, kognitif dan emosional dengan menjalankan peran secara bersemangat dan memberikan fokus yang tinggi pada pekerjaan sehingga dapat mencapai tujuan dan keberhasilan organisasi. Kebahagiaan di tempat kerja merupakan perasaan positif yang dimiliki individu secara sadar untuk memberikan perhatian penuh pada pekerjaan sehingga mampu meningkatkan kinerja dan potensinya secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebahagiaan di tempat kerja dengan keterikatan karyawan pada karyawan PT. Dwi Prima Sentosa Mojokerto yang berjumlah 202 karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu Skala Kebahagiaan di Tempat Kerja (27 aitem dengan α=0,892) dan Skala Keterikatan Karyawan (28 aitem dengan α=0,898). Berdasarkan analisis regresi sederhana didapatkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kebahagiaan di tempat kerja dengan keterikatan karyawan (rxy=0,791; p<0,001). Semakin tinggi kebahagiaan di tempat kerja, maka semakin tinggi keterikatan karyawan, sebaliknya semakin rendah kebahagiaan di tempat kerja maka semakin rendah keterikatan karyawan. Kebahagiaan di tempat kerja memberikan sumbangan efektif sebesar 62,6% terhadap keterikatan karyawan. Kata Kunci: Kebahagiaan di tempat kerja, keterikatan karyawan, karyawan i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan suatu aset penting bagi keberlangsungan sebuah organisasi atau perusahaan. Pesatnya perkembangan zaman di era modern serta kuatnya persaingan yang ketat membawa dampak positif dan negatif bagi keberlangsungan perusahaan. Dampak positif yang dirasakan perusahaan ialah adanya peningkatan kualitas dan produktivitas kinerja karyawan. Dampak negatif juga memberikan pengaruh pada perusahaan, seperti kecemasan karyawan yang disebabkan karena ketakutan akan kehilangan pekerjaan, ketidakpastian karir, serta adanya ambiguitas peran dalam pekerjaan, sehingga dibutuhkan upaya dalam mempertahankan sumber daya manusia dengan kulitas terbaik untuk mampu bertahan dan mencapai keberhasilan organisasi (Cartwright & Holmes, 2006). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan karyawan dalam perusahaan adalah dengan membuatnya memiliki keterikatan terhadap pekerjaan dan organisasinya. Keterikatan merupakan perasaan puas yang dirasakan karyawan pada pekerjaan dengan adanya antusisme yang tinggi pada pekerjaan yang sedang dilakukannya (Harter dalam Robinson, Perryman & Hayday, 2004). Keterikatan merupakan suatu hal yang penting bagi organisasi dan karyawan karena mampu mendorong individu dalam bekerja dengan baik. Perusahaan perlu untuk meningkatkan keterikatan karyawan sebagai bentuk perpaduan antara waktu, usaha-usaha, komitmen dan investasi dalam 1

2 mencapai hasil terbaik yang diinginkan (Santosa, 2012). Karyawan yang memiliki keterikatan yang tinggi akan merasa betah untuk bekerja di tempat tersebut, mampu meningkatkan produktivitas kerja, serta mampu meningkatkan kepuasan pelanggan (Rachmawati, 2010). Pendapat serupa dikemukakan oleh Bakker & Leiter (2010) yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki keterikatan yang tinggi akan menunjukkan antusiasme dalam bekerja dan menggunakan tenaga dalam menjalankan pekerjaannya secara optimal. Halbesleben (dalam Albrecht, 2010) menyatakan bahwa keterikatan karyawan pada level yang tinggi memiliki dampak yang positif bagi organisasi dan pekerjaan karena karyawan mampu mengatasi gangguan atau permasalahan yang ada di dalam maupun di luar pekerjaan sehingga tidak mengganggu performa selama bekerja dan mampu meningkatkan komitmennya terhadap pekerjaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kaliannan & Adjovu (2015) pada Mobile Telecomunication Network di Ghana menyatakan bahwa keterikatan karyawan memiliki hubungan yang signifikan dengan kesejahteraan karyawan, kepuasan kerja, serta mampu menciptakan lingkungan kerja dan budaya organisasi yang positif. Gallup (2013) melakukan penelitian dengan melibatkan 108.989 responden pada 19.093 unit bisnis menyatakan bahwa keterikatan karyawan memiliki korelasi dengan tingkat kepuasan pelanggan, loyalitas, produktivitas, turnover, dan hasil keselamatan kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 2012, Gallup menyatakan bahwa terdapat 30% karyawan yang merasa terikat dengan pekerjaannya, 52% karyawan merasa tidak terikat dan 18% karyawan merasa tidak

3 terikat sama sekali dengan pekerjaannya. Persentase karyawan yang merasa tidak terikat dengan perusahaan menyebabkan kerugian setiap tahunnya karena membawa dampak negatif bagi karyawan lain, menurunkan produktivitas karyawan serta menurunkan jumlah pelanggan secara drastis. Whittington (2017) menyatakan bahwa keterikatan diperlukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Karyawan yang tidak memiliki keterikatan pada pekerjaan dan organisasinya terlihat dari sikap dan kebiasaan dalam menjalankan pekerjaannya yang ditunjukkan dengan perilaku-perilaku yang kontraproduktif. Perilaku kontraproduktif yang muncul antara lain menarik diri dari organisasi, memiliki tingkat absensi yang tinggi, dan menunjukkan keinginan untuk meninggalkan organisasi sehingga dapat memengaruhi performa karyawan lain dan memiliki dampak tidak langsung pada organisasi. Karyawan yang tidak memiliki keterikatan kerja memberikan banyak dampak negatif bagi diri sendiri dan organisasi, sehingga dibutuhkan adanya keterikatan secara emosional pada organisasi agar karyawan dapat menunjukkan antusiasme kerja dengan melakukan berbagai usaha untuk mencapai keberhasilan organisasi. Antusiasme karyawan yang memiliki keterikatan dengan organisasi dapat memengaruhi kinerja individu, rekan kerjanya serta mendatangkan keuntungan bagi organisasi (Silalahi, David & Peggy, 2014). Keterikatan karyawan dapat dimiliki dengan dua prinsip utama. Prinsip pertama yaitu adanya keterikatan dari hati dan pikiran untuk memberikan kontribusi, serta memiliki hasrat dan motivasi yang tinggi untuk terlibat. Prinsip kedua adalah

4 mengetahui cara untuk meraih keterikatan yang tinggi serta mampu mengembangkan kemampuannya dengan berbagai potensi yang dimiliki (Clark, 2012). Hal ini sejalan dengan pernyataan Macey (2009) yang menyatakan bahwa untuk menciptakan keterikatan, diperlukan beberapa prinsip yang harus dimiliki oleh setiap karyawan, seperti kapasitas untuk terlibat, motivasi untuk terlibat, kebebasan untuk terlibat dan mengetahui cara untuk terlibat dengan pekerjaannya. Nair & Salleh (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan organisasi dalam mempertahankan keunggulan suatu organisasi adalah dengan meningkatkan keterikatan karyawan. Karyawan yang memiliki keterikatan pada pekerjaan dan organisasinya, akan memberikan lebih banyak kontribusi serta menjadi lebih produktif (Macey, 2009). Hal diatas sejalan dengan, Dickson (2011) menyatakan bahwa keterikatan karyawan dapat mencipatkan dan mengembangkan ketahanan organisasi dan mampu meningkatkan produktivitas karyawan serta mengurangi tingkat turnover. Sebuah perusahaan perlu menjadikan karyawan yang memiliki keterikatan pada pekerjaan dan organisasi sebagai aset perusahaan yang harus dipertahankan. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Dwi Prima Sentosa Mojokerto. PT. Dwi Prima Sentosa merupakan perusahaan yang memproduksi sepatu olahraga sesuai dengan permintaan setiap buyer mulai dari jumlah, desain, merk serta kualitas bahan. Perusahaan yang memproduksi sepatu sesuai permintaan buyer tentunya berbeda dengan perusahaan sepatu yang memproduksi satu merk tertentu. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan yang memproduksi sepatu sesuai permintaan

5 buyer memiliki kewajiban untuk memenuhi setiap permintaan yang diajukan oleh buyer dari segi kualitas dan kuantitas serta harus mampu menyelesaikan target produksi dari setiap buyer sesuai dengan kesepakatan. Lebih dari 150.000 pasang sepatu diproduksi setiap bulan dengan merk, desain dan jumlah yang berbeda pada setiap permintaan buyer. Adanya buyer yang berbeda-beda dengan permintaan produksi yang berbeda, memberikan dampak pada banyaknya administrasi berbeda yang harus diselesaikan karyawan. Hal tersebut menyebabkan adanya beban kerja tinggi yang diberikan oleh perusahaan seperti memiliki kondisi fisik yang prima, kreatif dan inovatif untuk menghasilkan produk-produk baru, mempunyai ketelitian serta fokus kerja yang tinggi sehingga karyawan mampu bekerja secara optimal, mengurangi kesalahan yang terjadi dalam pekerjaan serta meningkatkan kepuasan pelanggan. Selain itu, karyawan memiliki beban untuk menanggung biaya pada setiap kesalahan yang dilakukan, sehingga fokus kerja yang tinggi harus dimiliki karyawan agar produktivitas kerja meningkat dan target perusahaan dapat tercapai. Karyawan memiliki waktu yang relatif singkat dalam menyelesaikan administrasi berkaitan dengan pemesanan buyer karena administrasi dari satu divisi berhubungan dengan divisi lainnya, sehingga fokus kerja sert ketelitian sangat penting bagi karyawan untuk menghindari kesalahan dalam penyelesaian tugasnya yang berdampak pada tugas yang harus diselesaikan divisi lain. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan X yang merupakan salah satu karyawan, beban kerja yang dirasakan seperti target yang tinggi agar karyawan mampu mendapatkan pesanan dari berbagai buyer sehingga target produksi bulanan dapat

6 tercapai. Menurunnya jumlah pesanan yang masuk menyebabkan menurunnya pendapatan perusahaan, sehingga karyawan dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam melakukan kerjasama dengan buyer serta mampu menyelesaikan berbagai administrasi yang berkaitan dengan permintaan buyer untuk kemudian ditindaklanjuti oleh divisi lain yang berkaitan. Hal tersebut menjadi beban karena target produksi yang tinggi setiap bulannya disertai dengan target penyelesaian administrasi yang singkat. Beban kerja yang tinggi juga dirasakan secara fisik yaitu dengan waktu kerja setiap pukul 07.30 17.00 pada hari Senin hingga Sabtu. Apabila mendekati deadline, karyawan harus bekerja lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga menyita waktu untuk beristirahat. Beban kerja tersebut semakin tinggi menjelang deadline setiap produksi sehingga menyebabkan stres kerja. Beban kerja yang tinggi memberikan dampak pada keterikatan karyawan terhadap pekerjaan dan organisasinya. Karyawan yang merasakan adanya beban kerja yang tinggi mampu menurunkan keterikatan pada pekerjaan dan organisasinya. Persepsi negatif mengenai beban kerja menjadikan karyawan merasa bahwa beban kerja merupakan hal yang memberatkan serta mampu menurunkan fokus dalam bekerja sehingga menurunkan produktivitas kerjanya pula. Menurunnya fokus kerjanya karyawan menyebabkan karyawan mampu melakukan kesalahan dalam menjalankan pekerjaannya sehingga membuatnya harus bekerja ekstra dalam menyelesaikan kembali tugasnya sesuai dengan deadline agar tidak menganggu pekerjaan dari divisi kerja yang lainnya.

7 Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kepala HRD PT. Dwi Prima Sentosa Mojokerto, fokus kerja dan ketelitian yang tinggi pada saat bekerja sangat dibutuhkan karyawan sehingga meminimalisir kesalahan yang berdampak pada tugas yang dikerjakan oleh divisi lainnya. Kesalahan tugas menyebabkan karyawan melakukan tugasnya lebih berat karena harus bekerja lembur untuk menyelesaikan kembali tugasnya sesuai dengan deadline yang ditentukan serta memicu timbulnya stres kerja. Fokus kerja dibutuhkan karyawan agar mampu bekerja secara optimal dan efektif sehingga produktivitas kerja serta target produksi dapat tercapai setiap bulannya. Karyawan dengan fokus kerja yang kurang cenderung melakukan kesalahan pada saat menjalankan tugasnya. Hal tersebut menyebabkan persepsi karyawan terhadap beban kerja semakin tinggi. Berdasarkan hasil penilaian kinerja pada bulan Februari 2018, terdapat 12 karyawan yang mengalami penurunan kinerja. Hal serupa juga terjadi pada bulan Maret 2018 dengan adanya 9 karyawan yang mengalami penurunan kinerja dan 3 diantaranya merupakan karyawan yang sama dengan bulan sebelumnya. Penurunan kinerja karyawan disebabkan karena adanya persepsi karyawan mengenai beban kerjanya yang dianggap tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh karyawan sehingga merasa mudah lelah saat bekerja serta menurunkan motivasi kerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Saputri & Prabowo (2015) menyatakan bahwa beban kerja yang tinggi memiliki hubungan positif yang signifikan dengan keterikatan karyawan. Karyawan yang memiliki persepsi negatif terhadap beban kerjanya akan memiliki keterikatan yang rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

8 dilakukan oleh Lewiuci & Mustamu (2016) yang menyatakan bahwa rendahnya keterikatan karyawan berdampak pada kinerja karyawan lain, menurunkan kepuasan pelayanan pelanggan. Utoro & Gustomo (2014) mengemukakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan hal-hal kecil yang berpotensi menjadi masalah bagi karyawan dan bersikap responsif terhadap permasalahan yang ada. Disamping itu, perusahaan perlu memberikan fasilitas yang dapat menunjang kenyamanan dan keamanan karyawan dalam bekerja. Lingkungan kerja memiliki hubungan dengan peningkatan dan penurunan produktivitas kerja karyawannya. Linkungan kerja yang nyaman membuat karyawan bersemangat dalam menjalankan pekerjaannya (Sinaga, 2016). Perasaan aman dan nyaman di lingkungan kerja, membuat karyawan selalu merasa bahagia pada saat bekerja serta dapat menikmati pekerjaan mereka. Karyawan yang merasa bahagia dan nyaman di tempat kerjanya, memberikan dampak positif dalam peningkatan produktivitas kerja serta memiliki kemungkinan kecil untuk meninggalkan perusahaanya. Kebahagiaan di tempat kerja perlu dimiliki oleh karyawan untuk memaksimalkan kinerjanya serta menciptakan perasaan positif dalam mengelola dan memengaruhi lingkungan kerjanya. Perasaan bahagia saat bekerja mampu meningkatkan produktivitas serta memberikan kepuasan kerja pada karyawan (Pryce- Jones, 2010). Veenhoven (2006) mendefinisikan kebahagiaan sebagai penilaian individu terhadap keseluruhan kualitas hidup dengan memiliki banyak perasaan positif dalam diri. Kebahagiaan merupakan kualitas kehidupan seseorang yang membuat

9 kehidupannya menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi, pendapatan yang tinggi dan tempat kerja yang baik (Biswas- Diener & Dean, 2007). Kebahagiaan di tempat kerja dipengaruhi beberapa faktor di dalam maupun di luar diri. Faktor dalam diri berasal dari atribut individu yang stabil seperti kepribadian, dan kesesuaian harapan antara pekerjaan dengan kemampuan diri, sedangkan pengaruh yang berasal dari luar diri antara lain beban peran dalam organisasi yang terlalu tinggi pada setiap pekerjanya. Faktor tersebut dapat memunculkan tekanan yang tinggi sehingga menurunkan kebahagiaan yang dirasakan individu (Fisher, 2010). Kebahagiaan di tempat kerja yang dibutuhkan oleh karyawan adalah adanya keseimbangan antara faktor-faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya, sehingga karyawan mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Karyawan yang merasakan kebahagiaan di tempat kerja akan memberikan potensi kerjanya 40% lebih banyak dibandingkan dengan karyawan yang tidak merasakannya (Pryce-Jones, 2010). Kebahagiaan di tempat kerja pada individu sangat penting, karena individu yang bahagia di tempat kerja akan memiliki perasaan positif yang membuatnya merasa puas, menjadi lebih produktif, dan memiliki tingkat turnover yang relatif kecil sehingga dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia yang baik (Albrech, 2010). Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa kebahagiaan di tempat kerja dan keterikatan karyawan memiliki peran penting bagi karyawan serta organisasinya. Karyawan yang merasakan kebahagiaan di tempat kerja serta memiliki perasaan keterikatan dengan pekerjaan dan organisasinya akan memunculkan perilaku-perilaku

10 positif sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja serta merasa puas dalam bekerja sehingga tujuan perusahaan atau organisasi untuk mencapai keberhasilan lebih mudah diraih. Dari latar belakang tersebut peneliti memutuskan untuk meneliti lebih dalam mengenai hubungan antara kedua variabel tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu apakah terdapat hubungan antara kebahagiaan di tempat kerja dengan keterikatan karyawan pada karyawan PT. Dwi Prima Sentosa Mojokerto? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebahagiaan di tempat kerja dengan keterikatan karyawan pada karyawan PT. Dwi Prima Sentosa Mojokerto. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi tentang kebahagiaan di tempat kerja dan keterikatan karyawan pada karyawan PT. Dwi Prima Sentosa Mojokerto.

11 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi PT. Dwi Prima Sentosa Mojokerto mengenai keterikatan karyawan terhadap pekerjaan dan organisasinya serta kebahagiaan di tempat kerja karyawan sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja serta mencapai keberhasilan organisasi.

12