3 BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN MODEL PENGELOLAAN BENCANA BANJIR DI BENGAWAN SOLO

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

PERENCANAAN PENINGKATAN KAPASITAS FLOODWAY PELANGWOT SEDAYULAWAS SUNGAI BENGAWAN SOLO

KAJIAN PENINGKATAN KAPASITAS INLET KANAL BANJIR PELANGWOT - SEDAYULAWAS DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. juga tidak luput dari terjadinya bencana alam, mulai dari gempa bumi, banjir,

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

USAHA MEREDUKSI BANJIR DI BENGAWAN SOLO HILIR EFFORTS TO REDUCE THE FLOOD IN LOWER SOLO RIVER

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Kondisi Daerah Studi di Muara Kali Lamong... 3

UJI MODEL FISIK OPTIMALISASI KAPASITAS DEBIT INLET RAWA JABUNG PHYSICAL MODEL TEST OPTIMIZATION OF RAWA JABUNG INLET DISCHARGE CAPACITY

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

KAJIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) UNTUK NORMALISASI SUNGAI MENDOL KECAMATAN KUALA KAMPAR KABUPATEN PELALAWAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN PERBAIKAN KALI BABON KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

KAJIAN MODEL HIDRAULIK KANTONG LUMPUR BENDUNG COLO KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB I Pendahuluan Latar Belakang

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

STUDI EFEKTIVITAS PEREDAM ENERGI BENDUNG PAMARAYAN-JAWA BARAT DENGAN UJI MODEL FISIK 3 DIMENSI

DESAIN PENGENDALIAN PINTU AIR DENGAN METODE SLIDING MODE CONTROL (SMC)

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

STUDI PENANGANAN BANJIR SUNGAI SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

ANALISA KELAYAKAN BANGUNAN PENGENDALI BANJIR DI DAS BENGAWAN SOLO HILIR PLANGWOT - SEDAYU LAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

BAB 1 KATA PENGANTAR

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Morfologi Sungai

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

EVALUASI ANALISIS TEGANGAN GESER PADA DAERAH HULU DAN HILIR SUDETAN WONOSARI SUNGAI BENGAWAN SOLO

OPTIMALISASI SUNGAI WISA DAN SUNGAI KANAL SEBAGAI PENGENDALI BANJIR DI KAWASAN KOTA JEPARA

PENGERTIAN HIDROLOGI

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

PERENCANAAN PROTEKSI BANGUNAN BAWAH JEMBATAN YANG MELINTASI SUNGAI GRINDULU DI KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Tata cara perhitungan tinggi muka air sungai dengan cara pias berdasarkan rumus Manning

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Pengendalian Banjir Sungai Kalidawir Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

Pengamanan bangunan sabo dari gerusan lokal

Transkripsi:

3 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Skenario Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen melalui uji model fisik hidraulik di laboratorium. Sebagai prototipe dari penelitian ini adalah Kanal-banjir Sedayu Lawas. Berdasarkan data pengukuran lapangan pada Kanal-banjir Sedayu Lawas dan daerah sekitarnya, maka dibuatlah model fisik 3 dimensinya di laboratorium. Data-data lapangan yang digunakan meliputi: data topografi, data morfologi, data struktur bangunan kanal-banjir, data debit air, data pasang surut, dan data sedimen. Model fisik di laboratorium dibuat sedemikian rupa sehingga keserupaan geometrik, kinematik, dan dinamik tercapai. Kanal-banjir Sedayu Lawas adalah salah satu bangunan pengendali banjir berupa kanal, yang dibangun berawal pada Sungai Bengawan Solo bagian hilir (tepatnya di Desa Pelangwot, Kec. Laren) dan bermuara ke Laut Jawa (tepatnya di Desa Brondong, Kec. Babat, Kab. Lamongan, Jawa Timur). Lay out kanal-banjir tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1, sedangkan lokasinya dapat dilihat pada Gambar 3.2. LAUT JAWA Bangunan Pembilas Bendung Karet Pintu Inlet Sungai Bengawan Solo Gambar 3.1. Lay out Kanal-banjir Sedayu Lawas 29

Laut Jawa Lokasi Kanal-banjir Sedayu Lawas Pulau Madura Provinsi Jawa Timur Gambar 3.2. Lokasi Kanal-banjir Sedayu Lawas (www.google.co.id/maps) 30

Kanal-banjir ini mempunyai kapasitas 640 m 3 /s. Tujuan dari kanal-banjir ini adalah untuk menurunkan tinggi genangan, mengurangi lama genangan yang melanda pemukiman, persawahan dan infrastruktur di bagian hulu, dan mengurangi banjir di Sungai Bengawan Solo bagian hilir. Kanal-banjir Sedayu Lawas dibangun pada tahun 2000 dengan panjang 12,3 km, lebar dasar alur 100 m, kemiringan dasar sungai (i) =, kemiringan tebing sungai, dan, dengan debit rencana 640 m 3 /s. Kanal-banjir ini (lihat Gambar 3.3) mempunyai bangunan inlet dengan bentuk pintu geser (slide gate), lebar pintu 3 x 12,5 m dan lebar pintu pembilas pada bangunan inlet 1 x 2 m. Pada bagian hilir (lihat Gambar 3.4) terdapat bendung karet (rubber dam), dengan lebar bendung karet 4 x 25 m, tinggi bendung karet 3 m dan bentuk pilar prisma dengan tebal bagian bawah 5 m dan tebal bagian atas 1,67 m. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan 4 seri pengujian. Keempat seri pengujian tersebut adalah: 1) Seri O, pengujian laboratorium dengan kondisi eksisting, yaitu kondisi tanpa bangunan pembilas. 2) Seri I, pengujian laboratorium dengan kondisi terdapat bangunan pembilas overflow pada kanal-banjir. 3) Seri II, pengujian laboratorium dengan kondisi terdapat bangunan pembilas bypass pada kanal-banjir. 4) Seri III, pengujian laboratorium dengan kondisi terdapat bangunan pembilas under sluice pada kanal-banjir. Pengujian pada Seri O bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah berat sedimen yang terbilas dengan 3 macam variasi debit air yang menggambarkan 3 macam kondisi muka air laut. Pengujian pada Seri I, II, dan III, bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah berat sedimen yang terbilas dengan 3 macam variasi debit air yang menggambarkan 3 macam kondisi muka air laut dan 3 macam lebar pintu pembilas. 3.2 Desain Penelitian Pembuatan model fisik di laboratorium menggunakan data struktur bangunan Kanalbanjir Sedayu Lawas dan situasi kondisi di sekitarnya (lihat Gambar 3.5). Model yang dibangun dibuat dengan menggunakan prinsip kesebangunan geometris, kinematis, dan dinamis. Model dibuat dengan menggunakan skala geometris 1:66,667. Untuk 31

menentukan variabel-variabel dan parameter-parameter yang perlu diukur dalam penelitian ini dilakukan analisis dimensi yang bertujuan untuk menghasilkan variabel non-dimensional. Analisis dimensi tersebut juga bertujuan agar model-model empiris yang dihasilkan pada penelitian ini juga dapat diterapkan pada kanal-banjir lainnya. 12,5 m 12,5 m Gambar 3.3. Inlet Kanal-banjir Sedayu Lawas 25 m Gambar 3.4. Bendung Karet Kanal-banjir Sedayu Lawas 32

33

Tiga macam lebar pintu pembilas yang diterapkan pada pengujian adalah 5 m, 10 m, dan 15 m pada prototipe atau setara dengan 7,5 cm, 15 cm, dan 22,5 cm pada model. Sedangkan 3 macam kondisi muka air laut yang diterapkan pada pengujian adalah kondisi muka air laut saat pasang, rata-rata, dan surut. Adapun desain keempat seri pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.1. Pada saat pengujian, bendung karet dikempiskan dan pintu pembilas dibuka. Berat sedimen terbilas yang diukur saat pengujian adalah berat sedimen terbilas dalam keadaan basah, yang diambil setelah 1 jam pengaliran. Oleh karena yang dibutuhkan dalam analisis data adalah berat sedimen terbilas dalam keadaan kering, maka sedimen terbilas diambil sampelnya dan kemudian dilakukan tes kadar airnya (ω). Berat sedimen terbilas kering didapat dengan cara mengalikan berat sedimen terbilas basah dengan angka satu dikurangi kadar airnya (1 ω). 3.2.1 Data yang Digunakan Data yang digunakan untuk pembuatan model fisik kanal-banjir di laboratorium adalah: 1) Data klimatologi dan data hujan, diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika. 2) Peta geologi regional, diperoleh dari Dinas Pertambangan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Pertambangan Provinsi Jawa Tengah. 3) Peta topografi. 4) Lay out lokasi penelitian dan peta situasi. 5) Analisa banjir rencana di Bengawan Solo hilir serta standar operasional dan prosedur (SOP) kanal-banjir. 6) Gambar situasi assembly drawing skala 1:500, gambar penampang memanjang dan melintang kanal-banjir. 7) Gambar detail bangunan inlet dan bendung karet, dan standar operasional dan prosedur (SOP) inlet dan bendung karet. 8) Tampang melintang dan memanjang Kanal-banjir Sedayu Lawas. 9) Detail engineering design bangunan pintu inlet. 10) Debit rencana aliran dan rating curve di hilir sebagai tail water level. 11) Angka kekasaran manning dan perhitungan tinggi muka air untuk debit kecil (low water channel) dan debit besar (aliran melimpah di atas bantaran sungai). 12) Data sedimen dan tanah (gradasi dan rapat massa). 13) Data elevasi muka air pasang surut di muara kanal-banjir. 34

SERI O (Eksisting) I (Overflow) II (Bypass) III (Under Sluice) KONDISI MUKA AIR LAUT Tabel 3.1. Desain Pengujian DEBIT ALIRAN (Q, cm 3 /s) LEBAR PINTU PEMBILAS (B 0, cm) BERAT SEDIMEN TERBILAS (W s, gr) Air laut saat pasang Q 1 -? Air laut saat rata-rata Q 2 -? Air laut saat surut Q 3 -? Air laut saat pasang Air laut saat rata-rata Air laut saat surut Air laut saat pasang Air laut saat rata-rata Air laut saat surut Air laut saat pasang Air laut saat rata-rata Air laut saat surut Q 1 B 01 = 7,5? Q 1 B 02 = 15? Q 1 B 03 = 22,5? Q 2 B 01 = 7,5? Q 2 B 02 = 15? Q 2 B 03 = 22,5? Q 3 B 01 = 7,5? Q 3 B 02 = 15? Q 3 B 03 = 22,5? Q 1 B 01 = 7,5? Q 1 B 02 = 15? Q 1 B 03 = 22,5? Q 2 B 01 = 7,5? Q 2 B 02 = 15? Q 2 B 03 = 22,5? Q 3 B 01 = 7,5? Q 3 B 02 = 15? Q 3 B 03 = 22,5? Q 1 B 01 = 7,5? Q 1 B 02 = 15? Q 1 B 03 = 22,5? Q 2 B 01 = 7,5? Q 2 B 02 = 15? Q 2 B 03 = 22,5? Q 3 B 01 = 7,5? Q 3 B 02 = 15? Q 3 B 03 = 22,5? 3.2.2 Parameter dan Variabel Penelitian Pada eksperimen ini terdapat 3 buah parameter dan 4 buah variabel. Ketiga parameter tersebut adalah: 1) Rapat massa sediment (ρ s ). 2) Diameter sedimen (d s ). 3) Percepatan gravitasi (g). Parameter rapat massa sediment (ρ s ) dan diameter sedimen (d s ) diketahui dari uji gradasi serbuk batu bara, sedangkan percepatan gravitasi (g) diketahui sebesar 981 cm/s 2. Adapun keempat variabel yang dimaksud di atas adalah: 1) Berat sedimen terbilas (W s ). 2) Tinggi muka air di bagian hulu kanal-banjir (H). 3) Kecepatan aliran di kanal-banjir (v). 35

4) Debit air (Q). Titik Sta. FW16 sebagai titik referensi untuk mengukur tinggi muka air di bagian hulu kanal-banjir dan kecepatan alirannya. 3.2.3 Pengujian Seri O, Kondisi Eksisting Tanpa Bangunan Pembilas Pengujian Seri O dilakukan dengan 3 macam variasi debit air, yaitu debit air di kanalbanjir saat kondisi muka air laut pasang, kondisi muka air laut rata-rata, dan kondisi muka air laut surut. Masing-masing variasi debit dilakukan 5 kali percobaan. Dalam pengujian ini yang diukur adalah berat sedimen terbilas dalam 1 jam pengaliran. Sedimentasi yang terdapat pada prototipe dimodelkan dengan menghamparkan serbuk batu bara selebar kanal-banjir model (1,5 m), setebal 1 cm, dan sepanjang 5 m. 3.2.4 Pengujian Seri I, Bangunan Pembilas Overflow Pengujian Seri I dilakukan dengan membuat bangunan pembilas (flushing) berbentuk in line flushing di dalam kanal-banjir (lihat Gambar 3.6) dengan memotong sebagian bendung karet untuk dijadikan bangunan pembilas. Bangunan pembilas terletak di sisi kiri bendung karet. Posisi tersebut dipilih karena merupakan bagian sisi sungai dengan arus terkuat. Pengujian ini dilaksanakan dengan variasi 3 macam lebar model pintu pembilas yaitu 7,5 cm, 15 cm, dan 22,5 cm, serta 3 macam variasi debit air, yaitu debit air di kanal-banjir saat kondisi muka air laut pasang, kondisi muka air laut rata-rata, dan kondisi muka air laut surut. Sedimentasi yang terdapat pada prototipe dimodelkan dengan menghamparkan serbuk batu bara selebar kanal-banjir model (1,5 m), setebal 1 cm, dan sepanjang 5 m, sama seperti pada Pengujian Seri O. Dalam pengujian ini periode pengukuran dilakukan dalam 1 jam pengaliran untuk setiap variasi debit. Untuk setiap variasi lebar pintu pembilas dan variasi kondisi muka air laut, dilakukan 5 kali percobaan. Pada setiap percobaan yang diukur adalah: 1) Tinggi muka air pada Sta. FW16 (H). 2) Kecepatan aliran pada Sta. FW16 (v). 3) Debit air (Q). 4) Berat sedimen terbilas (W s ). Berat sedimen terbilas (W s ) adalah berat sedimen terbilas dalam keadaan kering, yang didapat dengan cara mengalikan berat sedimen terbilas basah dengan (1 ω). Adapun ω adalah kadar air dari berat sedimen tersebut dalam keadaan basah. 36

3.2.5 Pengujian Seri II, Bangunan Pembilas Bypass Pengujian Seri II dilakukan dengan membuat bangunan pembilas (flushing) berbentuk bypass di sisi kiri bendung karet (lihat Gambar 3.7). Posisi tersebut dipilih karena merupakan bagian sisi sungai dengan arus terkuat. Pengujian ini dilaksanakan dengan variasi 3 macam lebar model pintu pembilas yaitu 7,5 cm, 15 cm, dan 22,5 cm, serta 3 macam variasi debit air, yaitu debit air di kanal-banjir saat kondisi muka air laut pasang, kondisi muka air laut rata-rata, dan kondisi muka air laut surut. Sedimentasi yang terdapat pada prototipe dimodelkan dengan menghamparkan serbuk batu bara selebar kanal-banjir model (1,5 m), setebal 1 cm, dan sepanjang 5 m, sama seperti pada Pengujian Seri O dan Seri I. Dalam pengujian ini periode pengukuran dilakukan dalam 1 jam pengaliran untuk setiap variasi debit. Untuk setiap variasi lebar pintu pembilas dan variasi kondisi muka air laut, dilakukan 5 kali percobaan. Pada setiap percobaan yang diukur adalah: 1) Tinggi muka air pada Sta. FW16 (H). 2) Kecepatan aliran pada Sta. FW16 (v). 3) Debit air (Q). 4) Berat sedimen terbilas (W s ). Berat sedimen terbilas (W s ) adalah berat sedimen terbilas dalam keadaan kering, yang didapat dengan cara mengalikan berat sedimen terbilas basah dengan (1 ω). Adapun ω adalah kadar air dari berat sedimen tersebut dalam keadaan basah. 3.2.6 Pengujian Seri III, Bangunan Pembilas Under Sluice Pengujian Seri III dilakukan dengan membuat bangunan pembilas berbentuk under sluice (pintu saluran pembilas terletak di bawah bendung karet) di bagian tengah kanalbanjir (lihat Gambar 3.8). Pengujian ini dilaksanakan dengan variasi 3 macam lebar model pintu pembilas yaitu 7,5 cm, 15 cm, dan 22,5 cm, serta 3 macam variasi debit air, yaitu debit air di kanal-banjir saat kondisi muka air laut pasang, kondisi muka air laut rata-rata, dan kondisi muka air laut surut. Sedimentasi yang terdapat pada prototipe dimodelkan dengan menghamparkan serbuk batu bara selebar kanal-banjir model (1,5 m), setebal 1 cm, dan sepanjang 5 m, sama seperti pada Pengujian Seri O, Seri I, dan Seri II. 37

Dalam pengujian ini periode pengukuran dilakukan dalam 1 jam pengaliran untuk setiap variasi debit. Untuk setiap variasi lebar pintu pembilas dan variasi kondisi muka air laut, dilakukan 5 kali percobaan. Pada setiap percobaan yang diukur adalah: 1) Tinggi muka air pada Sta. FW16 (H). 2) Kecepatan aliran pada Sta. FW16 (v). 3) Debit air (Q). 4) Berat sedimen terbilas (W s ). Berat sedimen terbilas (W s ) adalah berat sedimen terbilas dalam keadaan kering, yang didapat dengan cara mengalikan berat sedimen terbilas basah dengan (1 ω). Adapun ω adalah kadar air dari berat sedimen tersebut dalam keadaan basah. 3.3 Metode Analisis Data-data eksperimen dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan Metode Kuadrat Terkecil (Vining and Kowalski, 1997). Pembuatan tabel dan perhitungan menggunakan alat bantu software Microsoft Office Excel 2007. Untuk menghasilkan model empiris efektifitas setiap bangunan pembilas yang diuji maka data hasil setiap pengujian melalui posedur analisis sebagai berikut: 1) Data hasil pengujian disusun ke dalam sebuah tabel dengan kolom yang menerangkan lebar saluran (B Sal), kondisi muka air laut, tinggi muka air pada titik FW 16 (H FW16 ), kecepatan aliran (v), debit air (Q), dan berat sedimen terbilas (W s ). 2) Dengan menggunakan Persamaan 2.9, =, disusunlah sebuah tabel seperti pada No. 1 dengan menambahkan dua kolom yaitu kolom variabel nondimensional dan. 3) Data variabel non-dimensional 3 dan dibuat grafik dua dimensinya (grafik xy) untuk melihat perilaku atau penyebaran data. Dari grafik tersebut dapat ditentukan persamaan yang akan disusun, apakah persamaan cenderung linier ataukan non-linier. 4) Untuk persamaan yang cenderung non-linier, persamaan tersebut ditransformasi ke dalam bentuk persamaan linier, kemudian dilakukan analisis menggunakan pendekatan persamaan linier. Selanjutnya, hasil dari analisis tersebut ditransformasi kembali ke dalam bentuk persamaan non-liniernya. 38

5) Dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007 hasil persamaan seperti pada No. 4 divalidasi. 3.4 Tempat Penelitian Penelitian uji model hidraulik fisik ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Sungai Surakarta, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan. Sebagai studi kasus dari penelitian ini adalah Kanal-banjir Sedayu Lawas yang berlokasi di Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. 39