Bab 6 KESIMPULAN. sebagai sebuah irama. Penyusuran secara historis yang dilakukan dalam penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Musik dangdut seringkali diidentikan dengan irama yang mendayu-dayu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. waktu). Tetapi, ternyata terdapat hal lain yang membuat gig itu menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dangdut merupakan musik asli Indonesia yang memiliki banyak peminat.

I. PENDAHULUAN. Bermacam jenis musik berada di dalam kehidupan. masyarakat sebagaimana dapat kita alami bahwa musik selalu

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rizki Hidayatullah Nur Hikmat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semua orang untuk mengaktualisasi diri dan idenya dengan leluasa. Penanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Oh indahnya. Cinta satu malam. Buatku melayang. Walau satu malam Akan selalu ku kenang

BAB VI HUBUNGAN KOMUNITAS PUNK DI SALATIGA DENGAN LATAR BELAKANG SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Efek Rumah Kaca adalah nama sebuah band indie pop yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. Talempong goyang awalnya berasal dari Sanggar Singgalang yang. berada di daerah Koto kociak, kenagarian Limbanang, kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. pencipta musik tersebut. Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa

]BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai dan kebanggaan tersediri. Mereka tidak segan-segan merubah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1 Perempuan Berdaya Bukanlah Mitos Belaka

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berpikir dan berperasaan

BAB I. bereksplorasi dengan bunyi, namun didalamnya juga termasuk mendengarkannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

MUSIK POPULER. Untuk Kelas VIII. Kesenian Nusantara. Penulis: Mauly Purba Ben M. Pasaribu

BAB V PENUTUP. Struktur dan Teori Kekuasaan melalui tahapan metode etnografi pada Konsep

KONSEP DIRI PENYANYI DANGDUT WANITA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kertas. Seperti Koran, majalah, tabloid, dll. Media Massa Elektronik (Electronic Media).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAHASA KIASAN PADA LIRIK LAGU BERTEMAKAN ALAM DARI SEMBILAN GRUP BAND DAN PENYANYI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang mempunyai tujuan ideologi yang sama. Hal ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki berbagai ragam kesenian dan kebudayaan. Bahkan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan mempunyai kesenian sendiri-sendiri berdasarkan ciri khas dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali ditemukan berbagai macam event-event hiburan yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tradisi bhanti-bhanti Wakatobi merupakan salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara universal tanpa dibatasi oleh wilayah. Kesulitan perusahaan dalam menghadapi persaingan memicu peran

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisai sekarang ini sangatlah berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Selebaran KD kelas 1 semester 2. Tema 5 subtema 1 subtema 2 subtema 3 subtema

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa merupakan salah satu wadah atau ruang yang berisi berbagai

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. Radio Komunitas Citra FM sebagai objek penelitian merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN & SARAN. penelitian ini. Pertama, bagaimana praktik pembajakan digital dalam budaya

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di Indonesia mulai menunjukan kemajuan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

barakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda maka ada banyak sekali jenis-jenis belajar yang dilakukan setiap orang

Transkripsi:

Bab 6 KESIMPULAN A. Menggoyang Kemapanan Dangdut mengalami sebuah perjalanan panjang sebagai kata, sekaligus sebagai sebuah irama. Penyusuran secara historis yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana wacana dangdut mengalami pergerakan. Pergerakan yang tidak dapat dibaca sebagai gerak yang linier; ada patahan, ada ketidaksinambungan, ada konteks sosial dan politik yang turut mempengaruhi geraknya di tiap masa. Berangkat dari percampuran musik melayu, gambus dan India, perlahanlahan musik dangdut mengalun ke dalam telinga orang Indonesia. Rhoma Irama dapat dikatakan berhasil meng-indonesia-kan dangdut. Dia menautkan irama musik yang dia mainkan dengan irama musik melayu yang dianggap sebagai akar budaya bangsa. Pernyataan tersebut dapat dibaca sebagai sebuah pembangunan wacana musik dangdut, yang bukan saja hanya dilakukan melalui teks pernyataan dalam media, tetapi juga pada teks syair. Meskipun pernyataan tersebut mendapat bantahan dari Elvy Sukaesih yang menyatakan bahwa musik dangdut banyak terpengaruh oleh irama India, Rhoma tetap meyakini pandangannya dan terus mereproduksi pernyataan tersebut sehingga menjadi sebuah wacana. Perbedaan pendapat dari keduanya dapat menjelaskan bagaimana praktik pemaknaan atas dangdut, pewacanaan atasnya pun tidak tunggal. Penelusuran teks-teks pernyataan Rhoma serta dukungan dari teks syair lagunya telah menunjukan bagaimana penggunaan bahasa memilik pengaruh yang besar dalam menghadirkan wacana. Pada wacana irama, dapat terlihat bagaimana 153

Rhoma menghadirkan wacana musik dangdut yang dibawakan olehnya merupakan musik melayu, dan bukan musik India sebagaimana dikemukakan oleh Elvy. Wacana musik dangdut melayu ini pun kemudian terus-menerus direproduksi dan digunakan untuk meudia memberikan definisi atas kemunculan irama dangdut koplo. Dalam hal ini Rhoma juga melakukan produksi atas dirinya dan liyan. Pada wacana moralitas, tercatat bagaiamana Rhoma menghadirkan pelarangan atas Inul dengan kata haram, menjaga moral bangsa, dan ke- Islam-an nya. Teks tersebut dapat kemudian dianalisis pada tataran antar teks, dan antar diskursusnya. Hal ini terjabarkan dalam Bab 3, bagaimana Rhoma menghadirkan wacana moral dan ke-islam-an dalam syair lagu dan pernyataanpernyataan pribadinya. Teks syair lagunya yang banyak mengumandangkan ayatayat suci Al Quran, kalimat-kalimat yang bernada instruktif ( jangan dan boleh ), serta menjadikan kredo musiknya sebagai musik dakwah.hal tersebut juga merupakan bukti bagaimana bahasa dapat menujukkan ideologi produsen teks tersebut. Pada wacana legalitas, peneliti tidak menghadirkan secara tegas bagaimana sistem alur produksi industri musik arus utama, melainkan justru membawanya kepada hasrat politik praktis Rhoma Irama yang kian hari kian menebal. Hal ini dihadirkan untuk mengkerangkai bagaimana hasrat kuasa yang dimiliki Rhoma atas penguasaan modal sosial dan kapital ditempuh melalui jalur politik praktis, bukan hanya melalui produksi musik saja. Maka dari itu, respon yang muncul dari Rhoma menyerupai respon yang pernah ditunjukkan oleh rezim yang pernah mencekalnya pada tahun 1970-an. Rhoma mencekal Inul dan melarang stasiun televisi menyiarkan penampilan Inul. Respon ini sangat menyerupai bagaimana saat itu Rhoma diperlakukan oleh rezim orde baru. Rhoma 154

irama menghadirkan praktik kuasa dengan bahasa dan praktik sosial. Dengan menghadirkan diskursus identitas musikal, moralitas, dan legalitas. Pada ketiga wacana tersebut, terlingkupi aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dari rentetetan peristiwa tersebut dapat ditelusuri bagaimana Rhoma melakukan praktik kuasa wacana dalam ranah musik populer. Dalam hal ini, pembacaan atas dangdut koplo adalah bagaimana wacana hadir dalam bentuk praktik sosial. Praktik-praktik sosial yang dihadirkan dalam dangdut koplo telah menghadirkan wacana tersendiri atas identitas musikal, moralitas, dan legalitas. Praktik tersebut bukanlah praktik individual, melainkan telah terlekat dalam masyarakat. Hal ini kemudian menyuguhkan pemaknaan lain atas dangdut dalam praktik masyarakat dan bagaimana setiap komunitas memaknai dangdut. Praktik sosial dapat hadir dalam bermacam orientasi, ekonomi, politik, budaya, dan ideologi, wacana dapat hadir dan bekerja di dalam masing-masing aspek tersebut (Fairclough, 1992: 66). Pada sisi irama, dangdut koplo menyatukan irama dangdut melayu-rock dengan elemen irama-irama lokal daerahnya. Irama ini bukanlah satu-satunya irama dangdut daerah yang lahir pada masa itu, banyak irama-irama dari daerah lain yang tetap hidup dan mencoba beradaptasi dengan irama pada arus utama. Pada praktik pertunjukannya, goyang erotis dan saweran juga merupakan suatu pengaplikasian praktik yang ada pada tradisi hiburan rakyat pada panggung musik dangdut koplo. Goyang tersebut tidak merujuk pada agenda politik tertentu, goyangan tersebut merupakan sebuah ekspresi kenikmatan atas tekanan hidup harian. Inul yang dipersoalkan goyangannya, mendapat pembelaan dari Gus Dur, yang melambangkan Islam yang berbasis kultural di Indonesia. 155

Proses produksi, distribusi, dan konsumsi dangdut koplo yang hadir memaksa Rhoma Irama yang melarang dangdut koplo menyanyikan lagu ciptaan artis yang tergabung dari PAMMI. Dalam hal ini terlihat persoalan yang lebih besar daripada persoalan irama dan moralitas, yaitu persoalan ekonomi. Proses produksi kelompok musik dangdut koplo tidak terpaku pada satu jalan saja, mereka dapat membawakan lagu yang sudah ada sebelumnya, mereka sangat luwes terhadap semua jenis musik, mereka mampu menghadirkan lagu-lagu ciptaan sendiri dan digunakan secara bersama-sama, dan mereka mampu merespon tema-tema terkini dengan sangat cepat dan dengan gaya tutur yang relatif lebih jenaka, hal ini menyebabkan mereka sangat mudah dalam produksi lagu. Dukungan persebaran musik yang sporadis dari penjual VCD lapak membuat musik mereka secara masif tersebar tanpa upaya yang begitu besar. Sementara Rhoma yang berada pada industri arus utama hanya merasa dirugikan karena pola dangdut koplo sangat masif, hemat, dan menghasilkan ekonomi yang besar. Persoalan hak cipta masih dipegang teguh oleh Rhoma, sementara pada praktik dangdut koplo, terjadi praktik kerja berbagi, memperlakukan lagu dengan demokratis tanpa izin yang mengikat. Hal ini harus dilihat sebagai siasat, bahwa dangdut koplo muncul dari situasi sosial, ekonomi, dan politik yang sedang krisis. Pola berkesenian yang terjadi dalam dangdut koplo adalah sekaligus sebuah siasat bertahan hidup. Dalam hal ini Rhoma merepresentasikan kebakuan pola industri arus utama yang mencirikan keterpusatan kekuasaan serta penguasaan modal. Sedangkan dangdut koplo menunjukkan bagaimana kemampuan orang-orang kalah dapat menciptakan sendiri alur produksi dan distribusi ekonomi yang lebih demokratis dan mengisi infrastruktur yang tidak tersedia bagi kaum jelata. 156

Pelarangan lagu cabul oleh KPID, menunjukan bagaimana praktik dangdut koplo di wilayah televisi dan media digital telah berkembang dengan sangat pesat. Kemungkina terjadinya penciptaan lagu menjadi semakin luas, akan tetapi sangat beresiko terjatuh pada kontroversi dan komodifikasi belaka. Dengan kemunculan lagu Rumangsane Penak dapat dijadikan sebagai sebuah contoh yang ideal, bagaimana kemahiran mengolah tema dari penulis lagu dangdut koplo dapat secara cepat merespon situasi sosial dan berbicara pada konteks yang lebih luas dalam percakapan lintas media. Kemunculan dangdut koplo memiliki kemiripan dengan kemunculan awal dangdut Rhoma Irama. Pada masa awal kemunculan dangdut Rhoma, musiknya kerap dianggap kampungan oleh penyanyi dari kalangan musik Rock. Begitupun juga dengan pelarangan yang dilakukan rezim orde baru terhadap Rhoma, pada kasus dangdut koplo Rhoma menjadi rezim kemapanan yang mencekal dan melarang dangdut koplo. Pada perkembangannya, keduanya justru semakin melejit setelah adanya konflik pelarangan tersebut. Dengan demikian, posisi dangdut koplo pada saat ini sebenarnya sedang mengulang apa yang dialami oleh dangdut Rhoma Irama dengan konteks yang berbeda. Dangdut koplo dalam hal ini telah mampu menggoyang kemapanan sebuah rezim yang terwujud pada Rhoma Irama. Pertama, menggoyang rezim kemapanan irama dangdut yang dianggap murni dengan menghadirkan irama tradisional/daerah yang cepat dan menghentak. Kedua, menggoyang rezim kemapanan moralitas yang dihadirkan Rhoma melalui ideologi Islam konservatif dalam kredo musik dan syair lagu tapi kontradiktif dalam praktik kehidupannya dengan perayaan kebebasan otoritas tubuh yang terlalu lama 157

didisiplinkan melalui goyangan yang sebebas-bebasnya sebagai penghilang stress dan kepenatan persoalan hidup harian dan rutinitas kerja. Ketiga, menggoyang rezim kemapanan pola produksi, distribusi, dan konsumsi industri musik arus utama dengan sistem kerja sama yang tidak terencana (terbatas kontrak) dan mampu menguntungkan masing-masing pihak. Dalam hal ini, praktik musik dalam industri dangdut koplo sedang menguji praktik yang selama ini berjalan pada arus utama (dominan), memberikan alternatif atas praktik yang kaku dan terpusat menjadi praktik yang lebih demokratis. Wacana irama, pemaknaan moralitas, dan praktik produksi yang tidak patuh pada hukum kepemilikan dan hak cipta yang dilakukan oleh dangdut koplo memberi tantangan, kritik, atau bantahan terhadap wacana dominan yang dihadirkan oleh Rhoma Irama. Praktik musik dangdut koplo melekat dalam kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan sosial merupakan jaringan praksis sosial yang terhubung dari beragam kegiatan ekonomi, politik, budaya, maka dalam praksis sosial selalu terkandung unsur semiotik. Dalam praksis sosial terkandung aktivitas produktif, sarana produksi, hubungan sosial, identitas sosial, nilai budaya, kesadaran, dan proses semiosis. Dalam hal ini, ada hubungan dialektik antara unsur semiosis dengan unsur-unsur lain praksis sosial (Haryatmoko, 2016: 22). Kemapanan musik dangdut arus utama memang telah tergoyang dengan hebat oleh praktik dangdut koplo, tapi ia belum runtuh. Kemungkinan dangdut koplo untuk dicaplok pada televisi sebagai bentuk komodifikasi lanjutan terlihat di depan mata dengan adanya acara musik Bintang Pantura di Indosiar. Hal ini peneliti tempatkan sebagai tantangan atas perkembangan musik dangdut koplo 158

pada era yang terkini dan dapat menjadi penelitian lanjutan yang lebih mendalam. Bagaimanapun, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini dan sangat membutuhkan saran untuk mempertajam analisis dan melanjutkan penelitian terkait musik dangdut dalam kajian budaya populer. Tapi setidaknya penelitian ini dapat memberikan pandangan terkait praktik bekerjanya kekuasaan dalam wilayah musik populer, serta memaknai dan menggunakan analisis wacana pada teks-teks yang hadir dalam ranah musik. 159