HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PEMUPUKAN DAN PEMBERIAN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea, L.) ANDY WIJAYA A

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL SAINS AGRO

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

JURNAL SAINS AGRO

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Tanah Sebelum Pemadatan

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Pertumbuhan tanaman pada awal pertanaman di lapangan menunjukan kondisi yang baik dengan air yang cukup tersedia. Pada saat 4 MST, sekitar 75% populasi tanaman kacang tanah mulai berbunga. Curah hujan rata-rata pada bulan Maret sampai Juni 2010 di daerah Dramaga adalah 458.48 mm/bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 21 hari per bulan. Suhu rata-rata per bulan adalah 25.88 o C (Tabel Lampiran 1). Daya tumbuh kacang tanah cukup baik yaitu mencapai 70-80% (Gambar 1). Hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB menunjukan bahwa tanah dalam keadaan masam dengan ph 5.20 dan mempunyai tekstur lempung liat berdebu. Kandungan Ca di lokasi penelitian sebesar 0.54 me/100 g sehingga kandungan Ca tergolong sangat rendah (Tabel Lampiran 2). Gambar 1. Kondisi Tanaman Kacang Tanah pada 8 MST Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah selama penelitian diantaranya bercak Cercospora, penyakit layu, penyakit belang dan sapu setan. Bercak Cercospora merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Serangan terjadi saat tanaman berumur 6 MST sampai panen. Penyakit layu disebabkan oleh serangan bakteri Pseudomonas solanacrearum, penyakit ini menyerang sejak tanaman berumur 4 MST. Peanut mottle virus (PeMoV) dan

14 Peanut stripe virus (PStV) menyebabkan penyakit belang, penyakit ini menyerang sejak tanaman kacang tanah saat berumur 5 MST. Penyakit sapu setan (Witchess Broom) menyerang tanaman kacang tanah saat berumur 9 MST sampai panen. Hama yang menyerang tanaman kacang tanah di lokasi penelitian cukup banyak. Hama-hama tersebut antara lain kumbang (Famili Coccinellidae), rayap (ordo Isoptera), belalang (Sexava sp.) dan kepik (Famili Coreidae). Untuk menghindari kehilangan hasil akibat serangan hama dan penyakit maka dilakukan penyemprotan dengan pestisida secara intensif sebanyak lima kali yaitu pada 3, 5, 7, 9 dan 11 MST. Gulma yang ada di lokasi penelitian umumnya adalah golongan gulma berdaun lebar. Gulma tersebut antara lain adalah Amaranthus sp., Mimosa invisa, Euphorbia hirta, Pyllantus niruri dan Boreria allata. Metode Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan penyiangan pada 3 dan 8 MST. Pengaruh Dolomit Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi hasil uji F menunjukan bahwa tidak ditemukan adanya interaksi antara perlakuan pupuk dan dolomit pada seluruh peubah yang diamati. Perlakuan jenis pupuk memberikan pengaruh yang nyata pada peubah jumlah bunga pada 10 MST, persentase polong penuh dan setengah penuh. Perlakuan dolomit memberikan pengaruh nyata pada peubah bobot kering daun pada 10 MST dan bobot polong per tanaman pada saat panen (Tabel 2).

15 Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jenis dan Dosis Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Pengamatan Jenis Dolomit Interaksi KK (%) BK Daun 6 MST 0.18 tn 0.05 tn 4.68 tn 10.32 BK Daun 10 MST 5.90 tn 6.62 * 1.36 tn 10.79 BK Batang 6 MST 0.00 tn 0.12 tn 1.97 tn 14.53 BK Batang 10 MST 6.51 tn 3.44 tn 2.05 tn 12.53 BK Ginofor 6 MST 0.17 tn 0.10 tn 0.05 tn 27.09 BK Ginofor 10 MST 0.24 tn 1.40 tn 2.61 tn 21.88 Indeks Luas Daun 6 MST 4.97 tn 0.24 tn 0.33 tn 18.48 Indeks Luas Daun 10 MST 0.20 tn 1.98 tn 0.73 tn 15.24 Jumlah Ginofor 6 MST 0.03 tn 1.10 tn 0.95 tn 14.57 Jumlah Ginofor 10 MST 5.10 tn 3.71 tn 4.24 tn 14.22 Jumlah Bunga 6 MST 11.34 tn 0.50 tn 2.05 tn 10.27 Jumlah Bunga 10 MST 57.00 * 1.10 tn 2.01 tn 11.59 Persentase Bunga Menjadi 0.10 tn 2.62 tn 1.85 tn 18.53 Polong Indeks Panen 1.44 tn 0.43 tn 1.61 tn 13.54 Bobot 100 Butir 2.55 tn 2.40 tn 3.43 tn 7.15 Jumlah Polong per Tanaman - Penuh 0.37 tn 0.65 tn 2.40 tn 10.62 - Setengah Penuh 9.63 tn 1.02 tn 1.89 tn 35.23 - Cipo 3.09 tn 3.06 tn 2.13 tn 21.08 - Total 1.95 tn 2.92 tn 1.42 tn 10.45 Persentase Polong - Penuh 65.64 * 0.57 tn 3.36 tn 8.08 - Setengah Penuh 29.64 * 0.55 tn 2.68 tn 24.96 - Cipo 1.14 tn 1.55 tn 1.11 tn 14.04 Bobot Polong per Tanaman 0.05 tn 4.81 * 4.68 tn 11.42 Bobot Biji per Tanaman 0.01 tn 4.07 tn 5.11 tn 12.67 Produktivitas Polong per m 2 0.22 tn 2.59 tn 0.39 tn 30.21 Produktivitas Biji per m 2 0.49 tn 2.83 tn 0.59 tn 29.77 Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata pada taraf 5 % Pengamatan Peubah Vegetatif dan Generatif Peubah vegetatif dan generatif yang diamati adalah Indeks luas daun, jumlah ginofor, jumlah bunga, bobot kering brangkasan yang meliputi bobot kering daun, batang dan ginofor. Pengamatan dilakukan saat 6 dan 10 MST, sedangkan untuk peubah jumlah bunga dimulai dari 4 sampai 10 MST.

16 Indeks Luas Daun Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah yang dinaungi oleh daun tersebut. Indeks luas daun menunjukan peningkatan dari 6 sampai 10 MST. Perlakuan jenis pupuk dan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap peubah indeks luas daun. (Tabel 3). Tabel 3. Indeks Luas Daun Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 2.99 5.52 Majemuk 3.17 5.76 Dolomit 0 kg/ha 3.01 5.25 150 kg/ha 3.03 5.47 300 kg/ha 3.21 6.19 Bobot Kering Daun per Tanaman Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering daun yang diamati. Perlakuan dolomit memberikan pengaruh nyata pada bobot kering daun saat 10 MST. Pemberian dolomit 150 kg/ha dan 300 kg/ha meningkatkan bobot kering daun tanaman kacang tanah secara nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian dolomit (Tabel 4). Tabel 4. Bobot Kering Daun Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 5.66 10.14 Majemuk 5.93 12.85 Dolomit 0 kg/ha 5.78 9.99b 150 kg/ha 5.75 12.31a 300 kg/ha 5.85 12.18a Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%

17 Bobot Kering Batang per Tanaman Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang sangat penting, melihat kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat dianggap sebagai sumbu tumbuhan. Kedua perlakuan baik jenis pupuk maupun dolomit tidak berpengaruh nyata terhadap peubah bobot kering batang per tanaman (Tabel 5). Tabel 5. Bobot Kering Batang Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 5.75 11.85 Majemuk 5.72 14.19 Dolomit 0 kg/ha 5.82 11.64 150 kg/ha 5.60 13.42 300 kg/ha 5.79 14.01 Jumlah dan Bobot Kering Ginofor per Tanaman Perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak mempengaruhi jumlah ginofor (Tabel 6). Pada peubah bobot kering ginofor, kedua perlakuan juga tidak mempengaruhi bobot kering ginofor (Tabel 7). Tabel 6. Rata-rata Jumlah Ginofor Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 47.94 83.78 Majemuk 48.56 109.39 Dolomit 0 kg/ha 50.75 86.42 150 kg/ha 49.08 95.42 300 kg/ha 44.92 107.92

18 Tabel 7. Bobot Kering Ginofor Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 2.99 16.61 Majemuk 2.81 17.86 Dolomit 0 kg/ha 2.97 15.36 150 kg/ha 2.78 17.34 300 kg/ha 2.96 19.00 Jumlah Bunga dan Persentase Bunga Menjadi Polong Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata pada jumlah bunga ratarata pada 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada saat 10 MST, sedangkan perlakuan dolomit tidak berpengaruh nyata pada jumlah bunga. Jumlah bunga saat 10 MST untuk perlakuan pupuk kandang adalah 57.20, sedangkan untuk pupuk majemuk sebesar 69.87. Jumlah bunga memiliki kecenderungan meningkat dari 6 sampai 10 MST (Tabel 8). Tabel 8. Jumlah Bunga Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 42.04 57.20b Majemuk 44.22 69.87a Pengapuran 0 kg/ha 44.03 64.87 150 kg/ha 41.67 59.93 300 kg/ha 43.70 65.80 Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Pengamatan pada peubah persentase bunga menjadi polong dilakukan untuk mengetahui efisiensi pembentukan bunga pada tanaman kacang tanah dalam membentuk polong. Perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak berpengaruh nyata pada peubah persentase bunga menjadi polong (Tabel 9).

19 Tabel 9. Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah. Perlakuan Persentase Bunga Kandang 26.40 Majemuk 27.76 Dolomit 0 kg/ha 26.17 150 kg/ha 30.76 300 kg/ha 24.32 Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil Pengamatan peubah hasil dan komponen hasil dilaksanakan pada saat panen yang meliputi jumlah dan bobot kering polong per tanaman, persentase polong penuh, setengah penuh dan cipo, indeks panen, bobot 100 butir, dan produktivitas. Indeks Panen Indeks panen adalah perbandingan distribusi hasil asimilasi biomassa ekonomis dengan biomassa keseluruhan. Indeks panen yang dihasilkan tidak berbeda nyata pada perlakuan jenis pupuk. Perlakuan dolomit juga menghasilkan peubah indeks panen yang tidak berbeda nyata (Tabel 10). Tabel 10. Indeks Panen Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Indeks Panen Kandang 42.19 Majemuk 35.25 Dolomit 0 kg/ha 39.03 150 kg/ha 39.94 300 kg/ha 37.20

20 Bobot 100 Butir Bobot 100 butir dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar maupun kecil. Bobot biji yang semakin besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Kedua jenis perlakuan, baik jenis pupuk maupun dolomit tidak berpengaruh nyata pada peubah bobot 100 butir (Tabel 11). Tabel 11. Bobot 100 Butir Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Bobot 100 Butir (g) Kandang 37.37 Majemuk 34.48 Dolomit 0 kg/ha 36.30 150 kg/ha 37.33 300 kg/ha 34.15 Jumlah dan Persentase Polong per Tanaman Jumlah polong total yang dihasilkan cukup banyak dalam penelitian ini, namun masih ditemukan adanya polong setengah penuh dan cipo. Perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah jumlah polong penuh, setengah penuh, cipo, dan total (Tabel 12). Tabel 12. Jumlah Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Polong Penuh Polong Setengah Penuh Polong Cipo Polong Total Kandang 10.29 2.50 2.12 14.91 Majemuk 11.42 4.43 3.16 19.00 Dolomit 0 kg/ha 10.91 3.52 2.44 16.87 150 kg/ha 11.20 3.94 3.10 18.24 300 kg/ha 10.45 2.94 2.39 15.77

21 Perlakuan jenis pupukmemberikan pengaruh nyata terhadap peubah persentase polong penuh dan setengah penuh, tetapi tidak untuk polong cipo. kandang memberikan hasil 68.99% polong penuh lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pupuk majemuk yang menghasilkan 60.55% polong penuh. Perlakuan pupuk kandang pada peubah polong setengah penuh menghasilkan 16.64%, sedangkan perlakuan pupuk majemuk 23.04%. Perlakuan dolomit tidak berbeda nyata untuk setiap peubah persentase polong yang diamati (Tabel 13). Tabel 13. Persentase Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Polong Penuh Polong Setengah Polong Cipo Penuh Kandang 68.99a 16.64b 14.38 Majemuk 60.55b 23.04a 16.41 Dolomit 0 kg/ha 64.46 21.17 14.37 150 kg/ha 63.33 20.12 16.56 300 kg/ha 66.52 18.22 15.27 Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Bobot Polong dan Biji per Tanaman Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap peubah bobot polong per tanaman, sedangkan perlakuan dolomit memberikan pengaruh nyata. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa perlakuan dolomit menghasilkan bobot polong yang cenderung menurun dengan meningkatnya dosis yang diberikan pada tanaman kacang tanah dengan R 2 = 0.403 (Gambar 2). Perlakuan pupuk dan dolomit tidak memberikan pengaruh nyata pada peubah bobot biji per tanaman (Tabel 14).

22 Tabel 14. Bobot Polong dan Biji per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Polong Biji -------------------------------(g/tan)-------------------------- Kandang 16.65 11.88 Majemuk 17.33 11.62 Dolomit 0 kg/ha 17.32ab 12.12 150 kg/ha 18.54a 12.76 300 kg/ha 15.11b 10.39 Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Gambar 2. Analisis Regresi Bobot Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Dosis Dolomit Produktivitas Polong dan Biji per m 2 serta per hektar Nilai produktivitas yang diamati adalah dalam bentuk polong dan biji dalam satuan g/m 2 serta ton/ha. Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas polong dan biji yang diamati. Perlakuan dolomit juga menghasilkan peubah produktivitas polong dan biji per m 2 serta per hektar yang tidak berbeda nyata (Tabel 15).

23 Perlakuan Tabel 15. Produktivitas Polong Dan Biji per m 2 serta per hektar Hasil Perlakuan Jenis dan Dolomit pada Tanaman Kacang Tanah Produktivitas Polong (g/m 2 ) Produktivitas Biji (g/m 2 ) Produktivitas Polong (ton/ha) Produktivitas Biji (ton/ha) Kandang 231.70 165.84 2.32 1.66 Majemuk 208.63 140.34 2.09 1.40 Dolomit 0 kg/ha 268.54 187.80 2.69 1.88 150 kg/ha 208.27 144.50 2.08 1.45 300 kg/ha 183.67 126.97 1.84 1.27 Pengaruh Kaptan Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Rekapitulasi hasil uji F menunjukan adanya interaksi antara perlakuan jenis pupuk dan kaptan pada peubah persentase bunga menjadi polong dan jumlah polong penuh per tanaman, sedangkan untuk peubah lainnya tidak ditemukan adanya interaksi. Pemberian jenis pupuk memberikan pengaruh yang nyata pada peubah bobot kering batang dan ginofor saat 6 MST, serta bobot biji per tanaman pada saat panen. Perlakuan kaptan memberikan pengaruh nyata pada peubah jumlah polong penuh per tanaman pada saat panen (Tabel 16).

24 Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Jenis dan Dosis Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Pengamatan Jenis Kaptan Interaksi KK (%) BK Daun 6 MST 2.80 tn 0.73 tn 1.25 tn 11.17 BK Daun 10 MST 1.12 tn 0.93 tn 0.10 tn 15.70 BK Batang 6 MST 99.87 * 0.51 tn 0.60 tn 12.74 BK Batang 10 MST 0.16 tn 0.59 tn 0.00 tn 18.04 BK Ginofor 6 MST 258.27 * 1.56 tn 1.65 tn 19.75 BK Ginofor 10 MST 0.28 tn 0.15 tn 0.55 tn 17.57 Indeks Luas Daun 6 MST 0.00 tn 1.24 tn 0.20 tn 10.69 Indeks Luas Daun 10 MST 0.58 tn 2.22 tn 0.26 tn 14.96 Jumlah Ginofor 6 MST 9.07 tn 0.38 tn 1.38 tn 14.51 Jumlah Ginofor 10 MST 1.22 tn 0.37 tn 0.06 tn 19.29 Jumlah Bunga 6 MST 0.13 tn 0.91 tn 0.98 tn 17.77 Jumlah Bunga 10 MST 3.37 tn 1.15 tn 1.63 tn 17.31 Persentase Bunga Menjadi 2.05 tn 0.84 tn 7.97 * 13.96 Polong Indeks Panen 0.52 tn 0.49 tn 0.20 tn 13.72 Bobot 100 Butir 0.00 tn 0.01 tn 0.22 tn 11.28 Jumlah Polong per Tanaman - Penuh 14.97 tn 8.50 * 13.25 * 6.72 - Setengah Penuh 0.00 tn 0.96 tn 1.95 tn 25.08 - Cipo 1.65 tn 0.53 tn 0.55 tn 56.71 - Total 4.45 tn 2.34 tn 3.65 tn 10.65 Persentase Polong - Penuh 0.24 tn 0.03 tn 0.14 tn 10.23 - Setengah Penuh 0.47 tn 0.90 tn 2.29 tn 17.41 - Cipo 0.14 tn 0.54 tn 0.96 tn 45.88 Bobot Polong per Tanaman 18.10 tn 3.03 tn 1.94 tn 10.42 Bobot Biji per Tanaman 28.05 * 1.58 tn 0.65 tn 16.19 Produktivitas Polong per m 2 0.24 tn 0.86 tn 1.44 tn 22.74 Produktivitas Biji per m 2 0.10 tn 0.81 tn 1.11 tn 24.98 Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata pada taraf 5 % Pengamatan Peubah Vegetatif dan Generatif Peubah vegetatif dan generatif yang diamati adalah Indeks luas daun, jumlah ginofor, jumlah bunga, bobot kering brangkasan yang meliputi bobot kering daun, batang dan ginofor. Pengamatan dilakukan saat 6 dan 10 MST, sedangkan untuk peubah jumlah bunga dimulai dari 4 sampai 10 MST.

25 Indeks Luas Daun Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah yang dinaungi oleh daun tersebut. Indeks luas daun menunjukan peningkatan dari 6 sampai 10 MST. Perlakuan jenis pupuk dan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap peubah indeks luas daun. (Tabel 17). Tabel 17. Indeks Luas Daun Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 2.91 5.33 Majemuk 2.90 5.81 Kaptan 0 kg/ha 2.97 5.08 150 kg/ha 3.01 5.55 300 kg/ha 2.75 6.09 Bobot Kering Daun per Tanaman Daun adalah salah satu bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Perlakuan jenis pupuk tidak berbeda nyata untuk peubah bobot kering daun. Perlakuan kaptan juga tidak memberikan hasil yang berbeda nyata untuk peubah bobot kering daun yang diamati. (Tabel 18). Tabel 18. Bobot Kering Daun Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 6.27 10.20 Majemuk 5.62 11.87 Kaptan 0 kg/ha 6.17 10.25 150 kg/ha 5.97 11.37 300 kg/ha 5.71 11.48

26 Bobot Kering Batang per Tanaman Pada 6 MST perlakuan jenis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata pada bobot kering batang, sedangkan perlakuan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering batang 6.51 g/tan lebih baik dibandingkan hasil perlakuan pupuk majemuk yang hanya sebesar 5.36 g/tan. Pada 10 MST, perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada bobot kering batang (Tabel 19). Tabel 19. Bobot Kering Batang Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 6.51a 12.65 Majemuk 5.36b 13.39 Kaptan 0 kg/ha 6.13 12.21 150 kg/ha 5.98 13.65 300 kg/ha 5.70 13.20 Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Jumlah Ginofor per Tanaman Ginofor kacang tanah mulai tampak saat tanaman berumur 6 MST. Perlakuan jenis pupuk dan kaptan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata untuk peubah jumlah ginofor per tanaman (Tabel 20). Tabel 20. Jumlah Ginofor Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 53.56 82.00 Majemuk 45.11 103.72 Kaptan 0 kg/ha 51.42 87.92 150 kg/ha 48.42 96.50 300 kg/ha 48.17 94.17

27 Bobot Kering Ginofor per Tanaman Perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata untuk bobot kering ginofor saat 6 MST. Saat 6 MST perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering ginofor 3.42 g/tan lebih baik dibandingkan hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk majemuk yang hanya sebesar 2.43 g/tan. Perlakuan kaptan tidak memberikan perbedaan yang nyata pada peubah bobot kering ginofor (Tabel 21). Tabel 21. Bobot Kering Ginofor Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 3.42a 14.60 Majemuk 2.43b 15.75 Kaptan 0 kg/ha 3.22 14.85 150 kg/ha 2.95 15.66 300 kg/ha 2.63 15.03 Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Jumlah Bunga dan Persentase Bunga Menjadi Polong Perlakuan jenis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga. Perlakuan kaptan juga tidak berpengaruh nyata pada jumlah bunga yang dihasilkan. Jumlah bunga meningkat dari 6 sampai 10 MST (Tabel 22). Tabel 22. Jumlah Bunga Rata-rata Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Umur Perlakuan 6 MST 10 MST Kandang 38.78 54.62 Majemuk 39.62 64.47 Kaptan 0 kg/ha 38.60 57.60 150 kg/ha 36.83 56.33 300 kg/ha 42.17 64.70

28 Pengamatan pada peubah persentase bunga menjadi polong dilakukan untuk mengetahui efisiensi pembentukan bunga pada tanaman kacang tanah dalam membentuk polong. Peubah persentase bunga menjadi polong tidak dipengaruhi oleh jenis pupuk dan kaptan yang diberikan (Tabel 23). Tabel 23. Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Persentase Bunga Kandang 29.85 Majemuk 27.76 Kaptan 0 kg/ha 27.40 150 kg/ha 30.40 300 kg/ha 28.63 Perlakuan jenis pupuk dan kaptan menunjukan adanya interaksi terhadap peubah persentase bunga menjadi polong. Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 150 kg/ha menunjukan persentase bunga menjadi polong yang paling baik yaitu 34.89%, sedangkan hasil yang paling rendah adalah kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 300 kg/ha yaitu 24.40% (Tabel 24). Tabel 24. Interaksi Persentase Bunga Menjadi Polong Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Kaptan 0 kg/ha 150 kg/ha 300 kg/ha Kandang 30.27abc 34.89a 24.40c Majemuk 24.54c 25.90bc 32.85ab Keterangan : Nilai rataan pada baris dan kolom diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil Pengamatan peubah hasil dan komponen hasil dilaksanakan pada saat panen yang meliputi jumlah dan bobot kering polong per tanaman, persentase polong penuh, setengah penuh dan cipo, indeks panen, bobot 100 butir, dan produktivitas.

29 Indeks Panen Indeks panen adalah perbandingan distribusi hasil asimilasi biomassa ekonomis dengan biomassa keseluruhan. Biomassa ekonomis adalah bobot kering polong kacang tanah, sedangkan biomassa keseluruhan adalah bobot kering total tanaman kacang tanah. Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak berpengaruh nyata terhadap indeks panen. Tabel 25. Indeks Panen Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Indeks panen Kandang 41.82 Majemuk 39.23 Kaptan 0 kg/ha 38.69 150 kg/ha 41.32 300 kg/ha 41.57 Bobot 100 Butir Bobot 100 butir dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar maupun kecil. Bobot biji yang semakin besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Kedua jenis perlakuan, baik jenis pupuk maupun kaptan tidak berpengaruh nyata pada peubah bobot 100 butir (Tabel 26). Tabel 26. Bobot 100 Butir Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Bobot 100 Butir (g) Kandang 34.53 Majemuk 34.70 Kaptan 0 kg/ha 34.69 150 kg/ha 34.45 300 kg/ha 34.72

30 Jumlah dan Persentase Polong per Tanaman Perlakuan jenis pupuk tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah polong penuh, setengah penuh, cipo, dan total. Perlakuan kaptan 300 kg/ha mampu meningkatkan jumlah polong penuh dengan R 2 = 0.826 (Gambar 3). Perlakuan kaptan tidak berpengaruh nyata untuk peubah jumlah polong setengah penuh, cipo dan total yang diamati (Tabel 27). Perlakuan Tabel 27. Jumlah Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Polong Penuh Polong setengah Penuh Polong Cipo Polong Total Kandang 10.50 3.33 1.86 15.69 Majemuk 12.00 3.31 2.18 17.49 Kaptan 0 kg/ha 10.46b 3.24 1.83 15.53 150 kg/ha 11.06b 3.04 2.41 16.51 300 kg/ha 12.23a 3.69 1.81 17.73 Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Gambar 3. Analisis Regresi Jumlah Polong Penuh per Tanaman Hasil Perlakuan Dosis Kaptan

31 Perlakuan jenis pupuk dan kaptan juga menunjukan adanya interaksi terhadap peubah jumlah polong penuh per tanaman. Kombinasi perlakuan kaptan 300 kg/ha dan pupuk majemuk memberikan jumlah polong penuh per tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya (Gambar 4). Gambar 4. Interaksi Jumlah Polong Penuh per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis dan Dosis Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Persentase polong per tanaman menunjukan komposisi kualitas polong hasil panen yang dihasilkan oleh tanaman. Perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak berbeda nyata untuk setiap peubah persentase polong yang diamati (Tabel 28). Tabel 28. Persentase Polong per Tanaman Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Polong Penuh Polong Setengah Polong Cipo Penuh Kandang 67.70 20.56 11.73 Majemuk 69.03 18.67 12.30 Kaptan 0 kg/ha 68.09 20.17 11.73 150 kg/ha 68.10 18.10 13.79 300 kg/ha 68.92 20.56 10.52

32 Bobot Polong dan Biji per Tanaman Perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap peubah bobot polong per tanaman. Perlakuan pupuk majemuk menghasilkan bobot biji yang lebih baik yaitu sebesar 12.67 g/tan dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk kandang yang menghasilkan bobot biji 10.78 g/tan. Perlakuan kaptan tidak berpengaruh nyata pada bobot biji per tanaman yang dihasilkan (Tabel 29). Tabel 29. Bobot Polong dan Biji per TanamanHasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Perlakuan Polong Biji -------------------------------(g/tan)-------------------------- Kandang 15.67 10.78b Majemuk 18.12 12.67a Kaptan 0 kg/ha 16.01 11.17 150 kg/ha 16.36 11.16 300 kg/ha 18.33 12.85 Keterangan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5% Produktivitas Polong dan Biji per m 2 serta per hektar Nilai produktivitas yang diamati adalah dalam bentuk polong dan biji dalam satuan g/m 2 serta ton/ha. Perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah produktivitas polong dan biji per m 2 serta per hektar (Tabel 30). Perlakuan Tabel 30. Produktivitas Polong Dan Biji per m 2 serta per hektar Hasil Perlakuan Jenis dan Kaptan pada Tanaman Kacang Tanah Produktivitas Polong (g/m 2 ) Produktivitas Biji (g/m 2 ) Produktivitas Polong (ton/ha) Produktivitas Biji (ton/ha) Kandang 208.17 143.46 2.08 1.43 Majemuk 196.22 137.68 1.96 1.38 Dolomit 0 kg/ha 218.04 152.20 2.18 1.52 150 kg/ha 183.54 126.71 1.84 1.27 300 kg/ha 205.00 142.79 2.05 1.43

33 Pembahasan Lahan yang digunakan untuk penelitian termasuk jenis tanah Latosol dengan ph masam yaitu 5.20. Kandungan N dan K tergolong rendah, sedangkan untuk P sedang. Untuk kandungan kalsium di lahan penelitian yaitu 0.54 me/100 g yang tergolong sangat rendah. Selama penelitian, KP Leuwikopo mendapatkan curah hujan yang cukup tinggi diawal tanam kemudian terus menurun sampai saat panen. Meskipun demikian, memasuki saat panen curah hujan masih tergolong tinggi yaitu 303.4 mm pada bulan Juni. Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur. Pertumbuhan tanaman terdiri dari fase vegetatif dan reproduktif. Penandaan fase tumbuh tanaman kacang tanah didasarkan pada jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan (sekitar 26 hingga 30 HST), kemudian selanjutnya adalah fase reproduktif (Trustinah,1993). Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Pada bagian pengaruh dolomit, peubah jumlah bunga 10 MST berbeda nyata untuk perlakuan jenis pupuk. Perlakuan dolomit berpengaruh nyata pada peubah bobot kering daun 10 MST. Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot kering batang dan ginofor 6 MST. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan dolomit tidak menunjukan adanya interaksi, sedangkan kombinasi perlakuan jenis pupuk dan kaptan terdapat adanya interaksi pada peubah persentase bunga menjadi polong. Pembungaan tanaman kacang tanah dimulai sejak 4 MST serempak untuk semua perlakuan. Pada bagian pengaruh dolomit, perlakuan jenis pupuk memberikan pengaruh nyata pada jumlah bunga saat 10 MST. Perlakuan pupuk majemuk memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil dari perlakuan pupuk kandang, sedangkan pada bagian pengaruh kaptan kedua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap jumlah bunga yang dihasilkan.

34 Bunga yang dihasilkan tidak semuanya mampu membentuk ginofor dan polong. Polong-polong yang terbentuk berkembang dari bunga-bunga yang muncul saat awal. Polong yang dihasilkan dari bunga yang muncul saat awal mempunyai kesempatan dalam waktu dan persediaan asimilat yang lebih baik daripada polong-polong yang terbentuk dari bunga-bunga pada saat atau akhir periode pengisian. Trustinah (1993) menyatakan bahwa dari seluruh bunga yang dihasilkan, hanya 55% yang menjadi ginofor, dan ginofor yang dihasilkan setelah pembungaan maksimum sampai akhir pembungaan tidak mempengaruhi hasil. Bunga yang bisa menjadi polong terutama adalah bunga yang letaknya dekat dengan tanah sehingga lebih cepat mencapai tanah dan memiliki periode pengisian yang lebih panjang, sehingga polong yang dihasilkan cenderung berisi penuh. Perlakuan jenis pupuk dan kaptan menunjukan adanya interaksi terhadap peubah persentase bunga menjadi polong. Kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 150 kg/ha menunjukan persentase bunga menjadi polong yang paling baik yaitu 34.89%, sedangkan hasil yang paling rendah adalah kombinasi perlakuan pupuk kandang dan kaptan 300 kg/ha yaitu 24.40%. Pada perlakuan pupuk majemuk, seiring dengan peningkatan dosis kaptan yang diberikan, respon tanaman kacang tanah menunjukan peningkatan persentase bunga menjadi polong secara linier. Hal ini terjadi kemungkinan merupakan respon tanaman kacang tanah terhadap tambahan Ca yang belum mencapai nilai optimum. Pada perlakuan pupuk kandang, peningkatan dosis kaptan 150 kg/ha menunjukan peningkatan persentase bunga menjadi polong, meskipun demikian terjadi penurunan persentase bunga menjadi polong saat dosis kaptan yang diberikan 300 kg/ha. Pemberian dosis kaptan 300 kg/ha diduga menyebabkan peningkatan ph tanah, sehingga tanah bersifat alkalin. Menurut Soepardi (1983), pada kondisi alkalin, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat mengganggu serapan normal unsur lain, terutama unsur P yang penting dalam pembentukan bunga pada tanaman kacang tanah, kemudian kandungan hara yang rendah pada pupuk kandang juga ikut berperan menyebabkan persentase bunga menjadi polong pada tanaman kacang tanah menjadi rendah.

35 Ginofor kacang tanah mulai tampak saat tanaman berumur 6 MST. Jumlah ginofor dipengaruhi oleh banyaknya bunga yang terbentuk menjadi ginofor. Perlakuan jenis pupuk dan kapur yang diberikan tidak mempengaruhi jumlah ginofor. Pada bagian pengaruh dolomit, kedua perlakuan yang diberikan tidak mempengaruhi bobot kering ginofor. Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap bobot kering ginofor pada saat 6 MST, dimana perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering ginofor yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada perlakuan pupuk majemuk. Jumlah ginofor yang banyak saat fase pengisian dan pemasakan polong tidak dikehendaki karena fungsinya sebagai sink akan mengurangi partisi fotosintat yang digunakan untuk pengisian polong yang terbentuk lebih dahulu. Tidak semua ginofor yang terbentuk berkembang menjadi polong. Hal ini disebabkan tidak semua ginofor dapat masuk ke dalam tanah, terutama ginofor yang letaknya jauh dari permukaan tanah. Indeks Luas Daun (ILD) adalah perbandingan antara luas daun dengan luas tanah yang dinaungi oleh daun tersebut. Nilai ILD dapat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran daun. Rata-rata nilai ILD meningkat seiring dengan pertambahan jumlah dan ukuran daun. Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan nyata pada indeks luas daun yang dihasilkan dari perlakuan jenis pupuk dan kapur yang diberikan. Perlakuan dolomit memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot kering daun 10 MST. Pemberian dolomit pada 150 kg/ha mampu meningkatkan bobot kering daun, peningkatan dosis dolomit sampai 300 kg/ha tidak memberikan perbedaan hasil yang nyata dengan hasil yang ditunjukan oleh perlakuan dolomit 150 kg/ha. Pemberian dolomit disamping menambah unsur hara Ca dan Mg juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara yang lain serta memperbaiki sifat fisik tanah, dengan semakin meningkatnya unsur hara dan sifat fisik tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Sumaryo dan Suryono, 2000). Pada bagian pengaruh kaptan saat 6 MST, perlakuan jenis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot kering batang.

36 Perlakuan pupuk kandang menghasilkan bobot kering batang sebesar 6.51 g/tan lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari perlakuan pupuk majemuk yang hanya sebesar 5.36 g/tan. Pada 10 MST perlakuan jenis pupuk dan kaptan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata pada bobot kering batang. Perlakuan kaptan memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua peubah pengamatan pertumbuhan tanaman yang diamati. Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil Kacang Tanah Hasil panen merupakan produk dari sejumlah subfraksi yang disebut komponen hasil panen. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan yang sering kali dapat menerangkan sebab terjadinya pengurangan hasil panen (Gardner et al., 1991). Dari penelitian ini diketahui bahwa pada bagian pengaruh dolomit, perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap persentase polong penuh dan setengah penuh, sedangkan perlakuan dolomit memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah bobot polong per tanaman. Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk berpengaruh nyata pada bobot biji per tanaman, sedangkan perlakuan kaptan memberikan hasil yang berbeda nyata pada peubah jumlah polong penuh per tanaman. Kombinasi perlakuan jenis pupuk dan kaptan terdapat adanya interaksi pada peubah jumlah polong penuh per tanaman, dimana pemberian pupuk majemuk dan kaptan dengan dosis 300 kg/ha memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya. Pengamatan pada peubah hasil dan komponen hasil lainnya tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata. Pengamatan pengisian polong dilakukan dengan membagi polong menjadi tiga kategori, yaitu polong penuh, setengah penuh, dan cipo (Lampiran 7). Jumlah polong total yang dihasilkan cukup banyak dalam penelitian ini, namun masih ditemukan adanya polong setengah penuh dan cipo. Maria (2000) menyatakan bahwa semakin banyak polong total tidak selalu berarti semakin banyak jumlah polong penuh yang didapat. Hal ini terjadi karena pada saat panen tidak semua polong berada dalam fase pengisian biji, terutama pada polong yang berkembang

37 dari bunga yang antesisnya paling akhir. Pembentukan bunga menjadi polong selain terjadi saat pengisian yang tepat yaitu 6 MST juga terjadi saat tanaman sudah tua, dimana waktu untuk proses pengisian polong tidak cukup untuk menjadikan polong menjadi berisi penuh. Pada bagian pengaruh kaptan, perlakuan jenis pupuk memberikan pengaruh nyata pada peubah bobot biji per tanaman. Perlakuan pupuk majemuk memberikan bobot biji yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pupuk kandang. Pemberian kaptan memberikan pengaruh nyata pada jumlah polong penuh per tanaman. Pemberian kaptan 300 kg/ha memberikan pengaruh yang nyata, dimana hasil yang diperoleh meningkat. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa pola yang terbentuk masih linier, sehingga peningkatan dosis kaptan masih mungkin dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Perlakuan pupuk dan kaptan juga menunjukan adanya interaksi terhadap peubah jumlah polong penuh per tanaman. Kombinasi perlakuan kaptan 300 kg/ha dan pupuk majemuk memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari kombinasi perlakuan lainnya. Pada bagian pengaruh dolomit, pengamatan bobot polong per tanaman dari perlakuan dolomit memberikan hasil yang meningkat dari dosis 0 kg/ha sampai 150 kg/ha, penambahan dolomit sampai 300 kg/ha justru menunjukan penurunan bobot polong. Machfud et al. (1996) menyatakan bahwa terdapat respon kacang tanah terhadap pemberian 80-120 kg Ca/ha pada kacang tanah dengan kenaikan bobot polong sebesar 9.8% dibandingkan tanpa Ca. Indeks panen adalah perbandingan distribusi hasil asimilasi biomassa ekonomis dengan biomassa keseluruhan. Biomassa ekonomis adalah bobot kering polong kacang tanah, sedangkan biomassa keseluruhan adalah bobot kering total tanaman kacang tanah. Menurut Gardner et al. (1991) hasil panen tanaman budidaya dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan bobot kering total yang dihasilkan di lapang atau dengan meningkatkan proporsi hasil panen ekonomis. Indeks panen yang besar menunjukan bahwa tanaman lebih banyak membagi bobot keringnya untuk hasil panen ekonomis, sebaliknya tanaman lebih banyak membagi bobot keringnya untuk hasil panen biologis.

38 Menurut Rawls (1982) pengaruh macam pupuk terhadap indeks panen agak berbeda antara parameter pertumbuhan dan hasil panen. Pemberian pupuk anorganik saja justru menghasilkan indeks panen yang kecil. Rendahnya indeks panen pada perlakuan pupuk anorganik menunjukan bahwa pemberian nutrisi melalui pupuk anorganik dapat memacu pertumbuhan vegetatif tanaman tetapi tidak diimbangi oleh pembentukan hasil panen ekonomis karena struktur tanah yang padat sebagai akibat rendahnya bahan organik tanah. Perlakuan baik jenis pupuk dan kapur yang diberikan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata untuk peubah indeks panen. Hasil penelitian menunjukan nilai indeks panen masih rendah sekitar 40%. Menurut Bell et al. (1992) indeks panen yang masih rendah disebabkan oleh nisbah antara radiasi dan suhu yang rendah sehingga kecepatan pertumbuhan tanaman rendah, sedangkan suhu mendekati nilai optimal untuk perkembangan tanaman sehingga tanaman tidak mampu membentuk polong dengan baik akibat pasok asimilat terbatas. Kedua perlakuan baik jenis pupuk maupun pemberian kapur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 butir. Bobot 100 butir dipengaruhi oleh ukuran biji, baik yang besar maupun kecil. Ukuran polong dan biji kacang tanah yang lebih besar dapat berkontribusi pada hasil panen yang lebih tinggi, begitu juga sebaliknya. Pengamatan produktivitas juga memberikan hasil yang tidak berbeda nyata untuk kedua perlakuan yang diberikan.