PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara. dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

Determinan simpanan masyarakat di perbankan wilayah Eks-Karesidenan F

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah usaha atau kebijakan yang bertujuan untuk

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan kedalam kegiatan memproduksi barang dan jasa. Unit-unit

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masa sebelumnya. Menurut Sadono Sukiro (1996: 33), pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dan distribusi pendapatan yang merata tanpa adanya disparitas. Selain untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

Transkripsi:

PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2004-2008 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: SRI LESTARI WIJAYA B 200 070 025 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola sumber daya yang aada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Tentu saja makna pembangunan daerah tersebut sangat tergantung dari masalah fundamental yang dihadapi oleh daerah itu. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang ingin dicapai oleh setiap negara. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi warga negara karena tanpa pertumbuhan tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, produktivitas dan distribusi pendapatan. Dalam literatur ekonomi makro, tingkat kesejahteraan tersebut diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Makin tinggi PDB per kapita, makin sejahtera masyarakat. Agar PDB meningkat, maka perekonomian harus bertumbuh dan harus lebih tinggi dari pada tingkat pertambahan penduduk. 1

Selain itu, dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat berarti output yang dihasilkan juga meningkat (Hariadi, 2008: 103). Sejak tahun 1965-1990, perekonomian Indonesia telah mengalami paling tidak 4 krisis utama. Krisis pertama tahun 1966-1970, berkenaan dengan upaya untuk mengembalikan stabilitas dan pertumbuhan. Kedua adalah krisis Pertamina yang dimulai dengan konsep Pertamina sebagai dinamisator perekonomian di luar badan resmi kementrian, yang pada akhirnya menghasilkan krisis pinjaman luar negeri. Krisis ketiga dikenala dengan Ducth Disease dan terakhir kejutan eksternal negatif tahun 1980-an berupan penurunan harga minyak dari US $28/barrel menjadi US $10/barrel (Mutmainah, 2007: 26). Saat ini, ekonomi UKM adalah salah satu bagian perekonmian Indonesia yang mempunyai peran cukup strategis dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (2004) dalam Heatubun (2007: 119) menyatakan bahwa peran strategis tersebut sudah teruji dalam masa krisis, yaitu UKM tetap kokoh dikala ekonomi Usaha Besar mengalami penurunan yang sangat drastis, sehingga dengan adanya UKM pertumbuhan ekonomi daerah tetap stabil. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat rezim managed floating relatif lebih tinggi dibandingkan pada saat rezim floating. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat rezim managed floating berkisar 6,5% per tahun (Susilo, Sihalo dan Tarsidin, 2008: 181). Di sebuah negara atau wilayah regional yang luas seperti Indonesia, sangat memungkinkan terjadinya variasi 2

pertumbuhan antar wilayah. Menurut Todaro (2003) dalam Aristanti dan Wiyono (2008: 113) ada beberapa perbedaan struktural yang menjadi faktor penentu besar-kecilnya potensi ekonomi suatu negara yakni luas wilayah secara geografis, jumlah penduduk, serta tingkat pendapatan. Selanjutnya perbedaan latar belakang sejarah, komposisi etnik dan agama, arti penting relatif sektor pemerintah dan sektor swasta, struktur industri, serta ketergantungan eksternal dari wilayah tersebut. Faktor penentu (determinan) dari negara yang sedang berkembang tersebut dapat diaplikasikan pula pada skala geografis yang lebih rendah seperti negara bagian, provinsi dan kabupaten atau kota. Pembangunan ekonomi pada arus lokal merupakan proses di mana pemerintah lokal dan masyarakat mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan kesejahteraan bersama (Lincolin Arsyad, 1999 dalam Aristanti dan Wiyono, 2008: 113). Di Indonesia, hal ini telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.Misi utama dari kedua undangudang dan PP yang menyertainya bukan hanya pada keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiyaan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah.sedangkan pembiyaan pembagunan daerah tidak lepas dari pendapatan dan anggaran belanja daerah,ini diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No 29 Tahun 2002, Selain mengerahkan segala potensi yang ada untuk lebih mendorong pembangunan dalam rangka pengembangan 3

wilayah dan masyarakatnya, pembangunan ekonomi regional juga sudah mulai ditekankan pada kerjasama antar sektor dan antar daerah. Hal ini penting untuk memperkecil egoisme daerah, yang akhir-akhir ini muncul sebagai akibat dari berubahnya sistem pemerintahan otoriter Orde Baru ke sistem demokrasi di masa sesudah pemerintahan otoriter tersebut jatuh di tahun 1997. Pembangunan ekonomi regional yang diiringi dengan pembangan kerjasama antar wilayah menjadi alternatif bagi suatu daerah yang pembangunannya sudah pesat. Selain itu, kerjasama juga diharapkan dapat membantu percepatan pembangunan bagi daerah yang proses pembangunannya lebih pesat. Daerah yang pertumbuhannya lebih tinggi akan memberikan peluang atau membantu daerah tetangganya untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal pertumbuhannya misalnya dengan kerjasama pengembangan jaringan investasi dan lain sebagainya. Dimulainya beberapa kerjasama antar beberapa pemerintah daerah dalam lingkungan regional atau yang disebut dengan Regional Management ini tidak lain bertujuan untuk secara bersama mengoptimalkan pemanfaatan berbagai sumber daya secara khusus dalam bidang ekonomi, dan juga bidang investasi sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan merata antar daerah dan juga dapat menciptakan daya saing antara daerah. Di Jawa Tengah ada kerjasama antar daerah Subosukowono-Sraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Kranganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten) dengan dasar kerjasama ekonomi regional. Sapta Mitra Pantura (Batang, Pemalang, 4

Pekalongan, Tegal, Brebes dan Kota Pekalongan dan Kota Tegal) dengan fokus kepentingan pengelolaan dan pemasaran potensi bersama. Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen) yang terbentuk atas dasar kesamaan budaya, serta masih banyak lagi kerja sama regional di wilayah lain di Indonesia ini yang sudah mulai dikembangkan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pembangunan ekonomi salah satu indikator penting yang perlu dianalisis adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas ekonomi menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu dan perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditopang oleh kontribusi dari berbagai sektor ekonomi yang membentuk PDB (untuk tingkat nasional) atau PDRB (untuk tingkat daerah).salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah pengeluaran daerah yang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi,pengeluaran daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode waktu tertentu meliputi belanja daerah yang terdiri dari Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik, Untuk itu struktur ekonomi di indonesia dapat dilihat dari komposisi pendapatan dan pengeluaran daerah. 5

Beberapa penelitian mengatakan bahwa dampak belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di peroleh dari hasil bahwa belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Jawa Tengah,belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahaan yang menjadi kewenagan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan Variasi pertumbuhan ekonomi yang mampu dijelaskan oleh variasi Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik kecil nilainya, jumlah yang lebih besar dipengaruhi himpunan variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model ini seperti dana pihak ke tiga, kredit, suku bungan riil, teknologi, jumlah dan perkembangan penduduk, modal dan lain-lain.belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Aristanti dan Wiyono (2008) dengan penelitian tentang variasi tingkat urbanisasi, pertumbuhan ekonomi, dan penyerapan tenaga kerja wilayah Barlingmascakeb tahun 1995-2005 diperoleh hasil bahwa tingkat urbanisasi, pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja merupakan faktor yang mempengaruhi struktur ekonomi di wilayah Barlingmascakeb tahun 1995-2005. Berdasarkan urian di atas dapat diketahui bahwa betapa pentingnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu perlu dilakukan 6

manajemen yang baik pada pengeluaran daerah sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Oleh sebab itu maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2004-2008" B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dihadapi pemerintah Kabupaten Boyolali dalam mencapai pertumbuhan ekonominya adalah : 1. Apakah ada pengaruh belanja aparatur daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Kabupaten Boyolali tahun 2004-2008. 2. Apakah ada pengaruh belanja pelayanan publik terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Kabupaten Boyolali tahun 2004-2008. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini adalah untuk: 1. Mencari bukti empiris tentang pengaruh belanja aparatur daerah terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Kabupaten Boyolali tahun 2004-2008. 7

2. Mencari bukti empiris tentang pengaruh belanja pelayanan publik terhadap pertumbuhan ekonomi regional di Kabupaten Boyolali tahun 2004-2008. D. Sistematika skripsi Untuk mengetahui gambaran tentang skripsi ini dan agar mudah dalam memahaminya,maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini memuat mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta sistimatika skripsi. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II memuat tentang: teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang meliputi teori pertumbuhan ekonomi, ekonomi regional, belanja daerah, penelitian terdahulu dan perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III metode penelitian ini diuraikan mengenai desain penelitian jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel pengukurannya, metode pengujian analisis regresi linier berganda. 8

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab IV memuat tentang gambaran umum Dinas,pelaksanaan penelitian, diskripsi data, analisis data, dan pembahasaan. BAB V PENUTUP Pada bab V berisi kesimpulan dan saran. 9