III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
A. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

PEMODELAN SISTEM 6.1. KONFIGURASI MODEL

3. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data pada penelitian ini merupakan data kualitatif-kuantitatif yang nantinya

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah produk akan sampai ketangan pemakai akhir setelah setidaknya

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN

VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

IV. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

1 Universitas Indonesia Analisis understanding..., Ratu Kania Puspakusumah, FE UI, 2009.

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dan Pengumpulan Data. tempat dan waktu btertentu. Metode pengumpulan dengan melakukan

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

BAB I PENDAHULUAN. atas beberapa perusahaan (meliputi supplier, manufacturer, distributor dan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan barometer peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman pula. Usaha harus terus berlomba dan berharap bahwa

A. Kerangka Pemikiran

Gambar 9 Sistem penunjang keputusan pengembangan klaster agroindustri aren.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. CV. Graha Putra Mandiri adalah perusahaan kontraktor yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, manusia dapat melakukan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memperlihatkan kemajuan dan peningkatan pada semua aspek.

Contoh Dokumen Penilaian Kinerja Karyawan L.39

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

X. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

A. Kerangka Pemikiran Sistem evaluasi jabatan akan dirancang secara analitis dengan menggunakan metode point factor. Hal ini disebabkan karena

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MODEL

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi permasalahan,di sinilah Travel agency mengambil peran,sebagai media yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. apalagi perekonomian Indonesia bersifat terbuka. Menurut artikel yang ditulis oleh

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

III. METODOLOGI. Tahap Investigasi Sistem. Tahap Analisa Sistem. Tahap Perancangan Sistem. Tahap Penerapan Sistem. Tahap Pemeliharaan Sistem

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Agroindustri karet alam dapat menghasilkan beberapa produk turunan karet yang berkualitas, diantaranya adalah Ribbed Smoked Sheet dan Brown Crepe. Walaupun kondisi geografis di Indonesia sangat mendukung industri tersebut, namun kenyataannya kegiatan budidaya dan pengelolaan yang seadanya membuat produktivitas rendah. Biaya produksi dalam pengolahan karet yang kian mahal dan tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh, ditambah dengan keuletan dan keterampilan yang harus dimiliki dalam pengelolaan perkebunan karet menjadi kendala dalam mempertahankan produktivitas agroindustri karet alam. PT. Condong Garut yang terletak di Garut Selatan merupakan salah satu agroindustri karet terbesar milik swasta di Indonesia. Sama halnya dengan agroindustri karet lain, agroindustri ini kurang maksimal dalam memproduksi produk-produk turunan yang prospektif sehingga keuntungan perusahaan pun rendah. Keputusan mengenai jumlah dari masing-masing produk yang akan diproduksi didasarkan pada ketersediaan sarana dan sumber daya manusia terampil yang dibutuhkan dalam proses produksi berlangsung. Sementara untuk memasarkan produknya, agroindustri ini lebih banyak menjual kepada konsumen dengan skala besar. Banyaknya permintaan yang tidak didukung oleh ketersediaan produk yang memadai, membuat pemasaran produk menjadi terbatas sehingga pihak perusahaan tidak memikirkan potensi permintaan konsumen, biaya distribusi, penawaran harga dan sebagainya. Padahal, dengan mengoptimalkan pengolahan produk prospektif dan konsumen yang potensial, dapat menjadi masalah keterbatasan pemasukan perusahaan. Selain kedua hal tersebut, pasokan bahan baku utama berupa lateks yang diperoleh dari mitra plasma (petani karet), mempunyai kuantitas dan kualitas yang masih kurang menurut pihak perusahaan, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari perusahaan mengenai hal itu. Dalam hal ini, agroindustri karet yang berperan sebagai perusahaan inti masih belum dapat menyaring dan mengawasi para plasma dengan baik. Keuletan dalam memelihara kebun karet adalah hal utama yang wajib dimiliki oleh plasma, karena salah satu kunci keberhasilan dalam menghasilkan lateks yang berkadar karet kering tinggi, adalah dengan merawat kebun, menyadap lateks dan menyaring lateks sesuai prosedur. Selain itu, faktor-faktor pendukung lainnya juga dapat menjadi kunci kesuksesan dalam menghasilkan lateks yang berkualitas. Pihak perusahaan sebaiknya dapat memilih dan meninjau keberadaan para plasma terlebih dahulu sebelum membuat kesepakatan dalam proses kerja sama dan pemeliharaan. Perlu adanya solusi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam agroindustri karet alam ini. Salah satu solusi yang diharapkan dapat membantu perusahaan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut yaitu dengan membuat suatu sistem yang dapat membantu seorang pengambil keputusan untuk menghasilkan keputusan yang terbaik dalam waktu yang singkat dan sistem tersebut dapat menyediakan informasi yang mendukung proses pengambilan keputusan secara cepat, ringkas, dan informatif. Pada penelitian ini, sistem tersebut adalah sistem penunjang keputusan manajemen rantai pasok karet alam dengan pendekatan Green Supply Chain Operations Reference. Sistem ini dilengkapi dengan model pemilihan yang merupakan representasi dari permasalahan yang ada di perusahaan. Model-model pemilihan yang tersedia yaitu model pemilihan produk prospektif, model pemilihan konsumen potensial, dan model penentuan strategi pemilihan plasma unggul. Selain itu, dalam sistem ini juga dilengkapi dengan model pengukuran kinerja rantai pasokan perusahaan. 24

Model tersebut diharapka karet saat ini. Sistem penunjang mengenai budidaya tanam alam, standar mutu karet alam. Adapun proses-pro dengan pengumpulan d pengumpulan data ini, m karet alam dan analisis se itu dilakukan tahapan permasalahan, identifikas tahapan verifikasi model yang terbentuk dengan ditetapkan. Kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 11. kan dapat memberikan gambaran lebih jauh mengenai kinerja agroindustri g keputusan yang dibuat juga telah dilengkapi dengan informasi-informasi aman karet, gambaran umum perusahaan, teknologi proses produksi karet t alam, dan mekanisme manajemen rantai pasok dalam agroindustri karet oses yang dilalui dalam pembuatan sistem penunjang keputusan ini dimulai data, yaitu studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara. Melalui maka dapat dilakukan identifikasi kegiatan-kegiatan mengenai rantai pasok even green wastes dengan pendekatan green value stream mapping. Setelah pendekatan sistem yang terdiri dari : analisis kebutuhan, formulasi si sistem, pemodelan sistem, dan implementasi sistem. Lalu dilanjutkan dan validasi model untuk menguji model dengan dataa aktual apakah model program komputer telah layak digunakan dan memenuhi kriteria yang Gambar 11. Diagram alir kerangka berpikir 25

3.2.1 Analisis Kebutuhan Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Dalam melakukan analisis kebutuhan, terlebih dahulu dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhankebutuhan yang dideskripsikan. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapang, dan lain-lain. Analisis kebutuhan dari Sistem Penunjang Keputusan Majemen Rantai Pasok Pada Agroindustri Karet Alam Berbasis Web meliputi aktor dan kebutuhannya, sebagai berikut: a. Petani Kebun Karet (Plasma Unggul) Meningkatkan pendapatan. Meningkatkan kepercayaan industri. Bahan baku yang dihasilkan berkualitas. Memenuhi kebutuhan pabrik secara maksimal. b. Agroindustri Karet Alam Memperoleh keuntungan yang maksimal. Potensi mengembangkan industri lebih besar. Bahan baku yang diperoleh berkualitas. Kinerja agroindustri meningkat. Reduksi biaya pengelolaan lingkungan. Permintaan konsumen terpenuhi. c. Konsumen Mendapatkan produk dengan harga yang sesuai dengan kualitas. Memperoleh pesanan tepat waktu. Memperoleh pesanan dalam jumlah yang benar. Memperoleh pesanan dengan spesifikasi yang benar. d. Lembaga Litbang Pengembangan dan inovasi produk. Adanya upaya mengembangkan industri karet alam dan memperluas perkebunan karet. e. Pemerintah Terjaganya agroindustri karet. Menurunnya angka pengangguran. Meningkatnya pendapatan daerah. Kenaikan jumlah ekspor dan penerimaan devisa dari sektor karet. 3.2.2 Formulasi Permasalahan Peluang pasar dan potensi produksi karet alam relatif besar, namun pada kenyataannya perkembangan produksi dan ketersediaan produk di pasaran relatif masih lambat dibandingkan laju konsumsi dan permintaan produk. Agroindustri karet alam bersifat strategis karena karet alam diperlukan untuk saling melengkapi dengan karet sintetik dimana pertumbuhan industri otomotif yang menggunakan kedua bahan tersebut terus berkembang cukup signifikan. Agroindustri karet alam ini juga dihadapkan pada beberapa permasalahan yaitu permintaan konsumen akan produk yang berkualitas, pemasaran produk ke beberapa konsumen, plasma unggul yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, dan pengukuran kinerja rantai pasok perusahaan. Salah satu permasalahan pada agroindustri ini adalah pengambilan keputusan yang lambat, padahal produksi harus dilakukan secara cepat untuk mempertahankan kualitas produk dan pemilihan 27

konsumen yang tepat dengan penawaran tertinggi dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan adanya sistem penunjang keputusan ini dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan secara sistematis, cepat, efisien, dan efektif diharapkan dapat menjadi penunjang tercapainya pemenuhan kebutuhan dari tiap komponen dalam sistem. 3.2.3 Identifikasi Sistem Identifikasi sistem dilakukan sebagai langkah awal dalam merancang dan mengidentifikasi keperluan sistem. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan yang dijabarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat dan diagram inputberpengaruh langsung output (Marimin 2004). Dalam tahap ini diidentifikasi faktor-faktor yang maupun tidak langsung dalam rantai pasok karet alam. a. Diagram Lingkar Sebab Akibat Diagram sebab akibat menggambarkan interkoneksi antar peubah-peubah penting yang diturunkan dari identifikasi kebutuhan dan masalah yang telah diformulasikan padaa suatu sistem tertutup. Hubungan antara komponen tersebut dapat positif atau negatif, dapat berlangsung searah dan dapat juga bersifat timbal balik. Selain itu, diagram sebab akibat harus mempertimbangkan komponenkomponen yang digambarkan pada diagram input-output (Marimin 2004). Diagram sebab akibat sistem disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Diagram lingkar sebab akibat Keterangan : : Elemen + : Relasi Peningkatan - : Relasi Pengurangan Berdasarkan diagram tersebut, dapat dilihat bahwa pada produktivitas agroindustri karet alam akan mengalami peningkatan ketika kualitas lateks yang diterima mulai mengalami peningkatan mutu, dan tingginya mutu ini dipengaruhi juga resiko operasional yang berupa masalah teknis yang didapat pada perkebunan mulai dapat diminimalisir akibat keuletan para petani karet. Keuletan para petani ini ternyata dipengaruhi oleh kesejahteraan mereka yang mulai meningkat karena adanya subsidi dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah pun ternyata mendapatkan pemasukan tambahan akibat kontinuitas suplai karet yang dihasilkan agroindustri ini meningkat dimana kegiatan impor karet pun mulai mengalami penurunan. Dengan kontinuitas yang mulai stabil dan 28

mengalami peningkatan ini akan meningkatkan daya beli konsumen karena produk yang dihasilkan agroindustri tersebut berkualitas dan potensi untuk memasarkan pun semakin besar sehingga keuntungan perusahaan terus meningkat. b. Diagram Input Output Analisis sistem penunjang keputusan manajemen rantai pasokan dilakukan dengan pendekatan bottom up yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan pengguna sehingga menghasilkan rancang diagram input-output sistem. Diagram input-output menggambarkan skema identifikasi didasarkan pada masukan dan keluaran model yang dikembangkan dengan dilengkapi dengan operasi awal yang dilakukan (Marimin 2004). Gambar 14 menggambarkan diagram input output dari Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok Karet Alam. 3.3 Tata Laksana Gambar 14. Diagram input output 3.3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan dataa meliputi data kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk data sekunder maupun data primer. Akuisisi pengetahuan untuk mendapatkan data kualitatif melalui teknik wawancara mendalam (depth interview). Responden wawancara dan kuesioner ini adalah staf dan karyawan PT. Condong Garut dan dua orang pakar dari Riset Perkebunan Nusantara (RPN). Wawancara juga dilakukan untuk menjelaskan dan mengklarifikasi serta menerangkan masalah-masalah teknis yang ada di lapangan yang berguna untuk mendapatkan informasi tambahan. Sedangkan pengamatan langsung (observasi) dan dokumentasi kegiatan juga dilakukan untuk mendukung hasil wawancara. Ketiga teknik pengumpulan data ini diupayakan dapat menggali kekayaan informasi kualitatif yang akurat untuk mendukung hasil dari penelitian ini. Data kuantitatif yang digunakan berupa data sekunder yang berhubungan dengan kegiatan rantai pasok karet pada perusahaan. Datayang tidak tersedia, diestimasikan melalui informasi kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari wawancara manajemen dan tinjauan pustaka (artikel, jurnal ilmiah, buku acuan, dan internet). 29

3.3.2 Pengolahan dan Analisis Data Pada pengembangan sistem, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode MPE dan AHP. Sebelum melakukan analisis data, dilakukan terlebih dahulu observasi lapang dan juga wawancara dengan pakar untuk pengisian kuesioner. Sebelum membuat operasi fungsi dalam sistem, data dari hasil kuesioner untuk model pemilihan produk prospektif dan konsumen potensial diolah dengan menggunakan Ms. Excel 2007 terlebih dahulu dengan metode MPE. Sementara data dari hasil kuesioner untuk model pemilihan strategi plasma unggul (petani kebun karet) dan model pemilihan pengukuran kinerja rantai pasok tersebut dianalisis menggunakan perangkat lunak Expert Choice 2000. Hasil analisis data kuesioner tersebut menjadi bobot prioritas tujuan dari pemilihan strategi plasma unggul dan bobot prioritas tujuan dari pemilihan metrik pengukuran kinerja. Pada model pengukuran kinerja, pembobotan metrik kinerja dilakukan dengan menggunakan metode AHP yang dikombinasikan dengan SCOR yang beraspek lingkungan (GSCOR). SCOR merupakan salah satu pendekatan untuk mengukur kinerja rantai pasok perusahaan secara keseluruhan. Model SCOR yang digunakan pada penelitian ini adalah SCOR versi 8.0. SCOR versi terbaru, yaitu SCOR versi 10.0 menggambarkan kebutuhan pelatihan dan pengukuran kinerja individu untuk masing-masing proses sehingga pemimpin dapat menemukan dan mengembangkan orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman (Anonim 2011). Semua metrik yang sudah mempunyai bobot akan dijadikan sebagai poin penilaian mewakili keseluruhan metriks yang ada. Kemudian dari semua poin penilaian tersebut, keluaran yang diterima oleh pengguna akan ditambahkan dengan rekomendasi dari sistem berupa saran perbaikan yang bersifat umum. SCOR adalah referensi model proses yang memungkinkan perusahaan untuk mengubah rantai pasokan mereka dengan pemetaan proses rantai pasokan, menentukan dimana link lemah, dan mengukur kinerja yang dibandingkan dengan target perusahaan standar industri. Metode ini terdiri atas beberapa lapisan yang semakin rinci, yang memungkinkan perusahaan untuk memeriksa hubungan mereka dengan mitra, pemasok dan pelanggan (Supply Chain Council 2006). Namun, metode SCOR ini juga mempunyai kekurangan, yaitu hanya menilai kinerja dari dua perspektif saja. Penilaian internal dilakukan oleh pihak perusahaan dan penilaian ektsternal yang hanya diwakili oleh customer. Metrik-metrik pengukuran dalam SCOR juga memberikan sistem pengukuran yang masih bersifat generik bagi para penggunanya (Ervil 2010). 3.3.3 Pengembangan Sistem Setelah permasalahan dan informasi teridentifikasi dirancang, dilanjutkan dengan tahap persiapan meliputi pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, dan wawancara serta tahap pengolahan dan analisis data. Sementara, tahap pengembangan dilakukan dengan mengembangkan Sistem Manajemen Basis Data dan Sistem Manajemen Basis Model yang dihubungkan dengan sistem pengolahan terpusat serta sistem manajemen basis dialog yang mempermudah komunikasi antara pengguna dan komputer. Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian yang memberikan fasilitas pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan. Proses tersebut diantaranya input data, ubah data, dan hapus data. Sistem Manajemen Basis Data terdiri dari dua bagian yaitu sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem Manajemen Basis Data terdiri dari dua bagian yaitu sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis merupakan bagian sistem yang didalamnya terdiri dari basis data yang bersifat statis (tetap), pada sistem ini adalah informasi-informasi mengenai budidaya tanaman karet dan teknologi pengolahan karet alam. 30

Sistem manajemen basis model merupakan bagian dari sistem sistem penunjang keputusan yang memberikan fasilitas pengelolaan model untuk mengkomputasikan pengambilan keputusan dan meliputi semua aktivitas yang tergabung dalam pemodelan. Sistem ini meliputi berbagai formulasi matematika sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan (decision making). Sistem manajemen basis model terdiri atas empat model, yaitu model pemilihan produk prospektif, model pemilihan konsumen potensial, model strategi pemilihan plasma unggul, dan model pengukuran kinerja perusahaan. Model produk prospektif dan konsumen potensial merupakan model yang digunakan untuk menentukan jenis karet alam dan pasar konsumen yang akan diprioritaskan dalam produksi dan pemasaran. Kedua model tersebut menggunakan metode MPE. Model strategi pemilihan petani kebun karet digunakan untuk menentukan strategi penilaian perusahaan dalam memilih mitra plasma yang dianggap unggul, metode ini dilakukan pembobotan dengan menggunakan AHP. Sementara model pengukuran kinerja perusahaan digunakan untuk mengukur kinerja atau performa perusahaan dan dilakukan dengan metode pendekatan GSCOR yang dikombinasikan dengan AHP. Pada tahapan implementasi, koordinasi dilakukan pada basis data dan basis model yang akan diimplementasikan dalam suatu program komputer. Pengembangan sistem ini menggunakan XAMPP 2.5 dan pengembangan basis datanya menggunakan MySQL Oracle 2010. Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program komputer) sesuai dengan logika diagram alur (Sargent 2007). Pada tahap ini dilakukan perbandingan hasil perhitungan program aplikasi Heveniel dengan yang dilakukan menggunakan perangkat lunak Ms. Excel 2007. Verifikasi diperlukan untuk memeriksa adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada tahap implementasi. Dengan adanya tahap verifikasi kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki dengan cepat. Validasi dilakukan untuk mengetahui dan memastikan ketepatan konsep logika dari model yang dirancang serta hubungan yang tepat dan rasional antara input dan output yang digunakan pada model (Sargent 2007). Teknik validasi yang digunakan adalah teknik face validity. Menurut Sargent (2007), face validity merupakan teknik validasi yang dilakukan dengan menanyakan kepada pakar (orang yang berkompeten) mengenai ketepatan model dan perilaku model yang dirancang. 31