5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kinerja Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan (Aspek Teknis) 5.1.1 Kapal (purse seiner) Kapal penangkapan yang digunakan nelayan purse seine di daerah penelitian berukuran 25-35 GT dengan tipe tenaga penggerak inboard engine dan terbuat dari material kayu. Metode pengoperasiannya adalah dengan satu kapal (one boat system). Kapal purse seine yang menjadi objek penelitian merupakan milik pengusaha setempat dan bukan orang pendatang, berdasarkan pengukuran langsung yang dilakukan diperoleh data teknis kapal berupa ukuran panjang: 15-20 m; lebar: 5-6 m; dalam: 2-3 m dan draft: 0,75-1,5 m (Tabel 7). Tabel 7 Spesifikasi armada purse seine di PPI Blanakan Subang Spesifikasi KM. Hasil Karya KM. Hasil Karya KM. Hasil Karya Upin Menor Bulan 1. Dimensi utama Panjang (m) 15,00 17,00 15,50 Lebar (m) 5,00 6,00 5,00 Dalam (m) 2,00 2,00 2,00 draft (m) 0,75 1,00 0,75 2. Kapasitas palkah (ton) 10 10 10 3. Tonage (GT) 25 29 26 4. Mesin Kapal PS 120 (2 buah) PUSO D14 dan PS 120 PS 120 (2 buah) 5. Winch hauler Dompeng (1 buah) Dompeng (1 buah) Dompeng (1 buah) Sumber: Data primer diolah Nilai rasio dimensi utama kapal purse seine milik pengusaha setempat, diperoleh nilai L/B sebesar 2,83-3,1 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki tahanan gerak yang cukup besar, sehingga membutuhkan tenaga penggerak yang besar pula. Nilai L/D sebesar 7,5-8,5 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki kekuatan memanjang yang cukup baik. Dan nilai B/D sebesar 2,5-3,0 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki stabilitas yang baik. 5.1.2 Alat tangkap purse seine Konstruksi alat tangkap purse seine yang digunakan nelayan di daerah penelitian pada umumnya sama dengan nelayan dari daerah lain di pulau jawa yang terdiri dari kantong (bunt), badan jaring, sayap, selvedge, tali ris, tali kerut,
35 tali selambar, pemberat (sinker), pelampung (floater) dan cincin (ring). Bahan dan spesifikasi purse seine yang dioperasikan di daerah penelitian relatif sama namun berbeda ukuran (Tabel 8). Tabel 8 Spesifikasi alat tangkap purse seine di PPI Blanakan Subang Bagian Jaring Material Twine Size Mess Size (inch) Kantong Pa cf 380 D x 12 0,50 Badan jaring Pa cf 210 D x 18 0,75 Sayap Pa cf 210 D x 18 1,00 Selvedge PE 380 D x 15 1,25 Bagian Tali Material Diameter Jumlah Panjang (m) (mm) (buah) Tali selambar PE 30,00 350,00 1 Tali pelampung PE 25,00 400,00 1 Tali pemberat PE 10,00 425,00 1 Tali ris atas PE 25,00 400,00 1 Tali ris bawah PE 25,00 425,00 2 Tali cincin PE 30,00 650,00 1 Tali bridle PE 10,00 0,50 120 Tali samping PE 10,00 90,00 2 Perlengkapan Lain Material Diameter W (gr) atau Jumlah (mm) F (grf) (buah) Pelampung (grf) Vinyl putih 90,00 840,00 890 Pemberat (gr) Timah hitam 25,00 200,00 1215 Cincin (gr) Kuningan 110,00 500,00 120 Keterangan: Pacf : Poly amid continous filament PE : Poly ethylene grf : gram force Sumber: Data primer diolah
36 Gambar 7 Desain konstruksi alat tangkap purse seine 5.1.3 Nelayan purse seine Nelayan di PPI Blanakan Subang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan daerah asalnya yaitu nelayan lokal dan nelayan pendatang. Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan purse seine yang menjadi objek penelitian dapat dikategorikan sebagai nelayan penuh, karena seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang mengoperasikan purse seine yaitu sebanyak 18-23 orang. Dalam melakukan operasi penangkapan ikan setiap nelayan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan lancar. Dalam pembagian tugas, nahkoda kapal memiliki tanggung jawab paling besar terhadap kelancaran operasi penangkapan ikan. Pembagian tugas nelayan purse seine dapat dilihat pada Tabel 9.
37 Tabel 9 Pembagian tugas dan tanggung jawab nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang Jumlah Nelayan No. Jabatan Tugas dan Tanggung Jawab (orang) 1 Nahkoda 7 ABK Menarik dan merapihkan jaring 14 Sumber: Data primer diolah 5.1.4 Alat bantu penangkapan Pengoperasian purse seine yang dilakukan oleh nelayan purse seine di daerah penelitian menggunakan beberapa alat bantu, diantaranya: rumpon, lampu dan serok. Manfaat yang diharapkan dengan penggunaan alat bantu penangkapan selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat meningkatkan hasil tangkapan tiap satuan upaya penangkapan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, rumpon ditanam sekitar 60-100 mil dari fishing base di perairan Laut Jawa dengan kedalaman lebih dari 40 meter. Mengacu pada SK Mentan Nomor 51/Kpts/IK250/1/97, maka rumpon yang digunakan nelayan purse seine setempat dapat dikategorikan sebagai rumpon perairan dangkal karena dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Konstruksi rumpon yang digunakan nelayan purse seine di daerah penelitian pada umumnya relatif sama dengan daerah lain di pulau jawa dengan memiliki empat komponen utama yaitu; pelampung yang terbuat dari bambu dan styrefoam, attractor yang terbuat dari daun kelapa, tali-temali yang terbuat dari bahan PE dan pemberat yang terbuat dari batu. Memimpin, mengemudikan kapal dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan 2 Juru mesin Merawat dan memperbaiki mesin kapal 2 3 Juru masak memasak dan menyediakan makanan 1 4 Juru lampu Mengkondisikan lampu di laut saat setting malam hari 1 5 Juru arus Mengkondisikan rumpon di laut saat setting siang hari 2 6 Juru tawur Menurunkan jaring pertama kali saat setting 2 Bahan yang digunakan untuk membuat rumpon mudah didapat dan proses pembuatannya tidak rumit sehingga dibuat sendiri oleh nelayan sebelum melaut. Konstruksi rumpon dapat dilihat pada Gambar 8. Spesifikasi dan komponen meterial rumpon disajikan dalam Tabel 10. 1
38 Tabel 10 Spesifikasi dan komponen material rumpon di PPI Blanakan Subang Komponen Bahan Spesifikasi Pelampung (floater ) a. Styrefoam P = 50 cm ; L = 30 cm ; T = 20 cm = 1 Buah b. Bambu P = 5-6 m ; Ø = 15-20 cm = 2 Buah Pemikat (attractor ) Daun kelapa = 6-8 Pelepah Tali-temali (rope ) Tali utama PE Ø 20 mm P = 50-70 m Tali pelampung PE Ø 20 mm P = 5-10 m Tali pemberat PE Ø 20 mm P = 5-10 m Kili-kili (swivel ) Stainless stell = 1 Buah Pemberat (sinker ) Batu = 1 Buah; W = 50 kg Sumber: Data primer diolah Gambar 8 Desain konstruksi rumpon Penggunaan lampu memiliki tujuan yang sama dengan rumpon, namun hanya digunakan pada pengoperasian dimalam hari. Lampu yang digunakan sebanyak 6 (enam) buah dengan masing-masing 150 W tipe Halogen dan merk Phillips. Konstruksi dibuat sedemikian rupa agar dapat mengapung pada saat dioperasikan dengan bantuan mesin potable. Merk mesin yang digunakan adalah Honda GX 160.
39 Penggunaan serok memiliki tujuan untuk mempermudah pengambilan hasil tangkapan yang telah terkumpul pada jaring untuk dipindahkan ke dalam palkah. Serok yang digunakan terbuat dari material besi sebagai kerangka dengan diameter 60-70 cm dan kantong yang terbuat dari bahan jaring. 5.1.5 Metode operasi penangkapan Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan purse seine di daerah penelitian, umumnya operasi penangkapan dilakukan selama empat hari dalam tiap keberangkatan (trip) dan dilakukan pada malam dan siang hari. Tahapan pengoperasian purse seine dibagi dalam empat tahap yaitu; persiapan di fishing base, perjalanan menuju fishing ground, setting alat tangkap, dan hauling. Skema operasi penangkapan dengan purse seine yang berpangkalan di PPI Blanakan Subang ditunjukkan pada Gambar 9. Operasi penangkapan yang dilakukan nelayan purse seine dalam tiap trip adalah selama empat hari operasi. Berikut penjelasan tahapan operasinya: 1) Persiapan di fishing base Persiapan yang dilakukan meliputi; pembelian perbekalan kebutuhan melaut oleh ABK, pemilik kapal melengkapi administrasi perizinan melaut dan nahkoda kapal bersiap menentukan fishing ground melalui GPS. 2) Pengoperasian alat tangkap (setting) Operasi yang dilakukan pada siang hari meliputi: dua orang juru arus mengkondisikan rumpon dengan menaikkan batu pemberat dari dasar perairan sebelum alat tangkap diturunkan; juru tawur kemudian menurunkan pelampung tanda diikuti penurunan jaring oleh ABK sambil kapal melingkari gerombolan ikan yang terkonsentrasi pada rumpon. Operasi yang dilakukan pada malam hari meliputi: dua orang juru arus mengkondisikan rumpon dengan menaikkan batu pemberat dari dasar perairan sebelum alat tangkap diturunkan dan mengkondisikan pelampung lampu sebagai alat bantu tambahan untuk memikat ikan; juru tawur kemudian menurunkan pelampung tanda diikuti penurunan jaring oleh ABK sambil kapal melingkari gerombolan ikan yang terkonsentrasi pada rumpon. 3) Pengangkatan alat tangkap dan hasil tangkapan (hauling)
40 Setelah purse line dikerutkan dengan bantuan winch hauler dan bagian cincin telah dinaikkan ke atas kapal, maka hasil tangkapan dipindahkan ke dalam palkah dengan alat bantu serok; setelah semua hasil tangkapan dipindahkan ke dalam palkah, maka alat tangkap dinaikkan ke atas kapal dan dilakukan penyimpanan dengan rapih agar mudah dalam melakukan setting selanjutnya; apabila terdapat kerusakan pada jaring, maka ABK segera memperbaikinya sebelum melakukan setting selanjutnya. 4) Evaluasi hasil tangkapan Setelah hasil tangkapan berada di dalam palkah, namun dirasa kurang memuaskan dan masih memiliki waktu beroperasi, maka nahkoda akan mengarahkan kapal menuju rumpon (fishing ground) berikutnya. 5) Armada penangkapan kembali menuju fishing base Setelah hasil tangkapan mencukupi dan waktu operasi penangkapan selama 4 (empat) hari hampir berlalu, maka nahkoda akan mengarahkan kapal kembali menuju fishing base untuk mendaratkan hasil tangkapan.
41 Persiapan di fishing base ; - Pembelian perbekalan melaut oleh ABK - Pengurusan administrasi melaut oleh juragan - Penentuan fishing ground dengan GPS Pindah Rumpon Rumpon (fishing ground ) Setting siang hari ; Setting malam hari ; - Pengkondisian rumpon oleh juru arus - Pengkondisian rumpon dan - Pelepasan pelampung tanda oleh penurunan lampu oleh juru arus juru tawur diikuti penurunan jaring - Pelepasan pelampung tanda oleh oleh ABK juru tawur diikuti penurunan - Melingkari gerombolan ikan jaring oleh ABK - Melingkari gerombolan ikan Hauling ; - Penarikan purse line dengan bantuan winch hauler - Hasil tangkapan dipindahkan ke palkah menggunakan serok Hasil tangkapan tidak memuaskan Hasil tangkapan memuaskan Gambar 9 Skema operasi penangkapan dengan purse seine di PPI Blanakan Subang 5.1.6 Produktivitas armada purse seine Produktivitas armada purse seine tiap tahun (2008-2011) selalu menurun. Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 sebesar 34.349 kg/kapal/tahun (Tabel 11). Tabel 11 Produktivitas armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun 2008-2011 Tahun Jumlah Hasil Tangkapan Produktivitas per Armada Armada (Unit) (kg) (Rp) (kg/kapal) (Rp/kapal) 2008 29 996.122 5.644.802.000,00 34.349,03 194.648.344,83 2009 28 939.626 5.622.523.000,00 33.558,07 200.804.392,86 2010 22 643.241 4.679.572.000,00 29.238,23 212.707.818,18 2011 24 433.275 3.612.654.000,00 18.053,13 150.527.250,00 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) Fishing base Dari Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa produktivitas armada purse seine selama empat tahun (2008-2011) selalu menurun. Menurunnya produktivitas armada purse seine tersebut dipengaruhi oleh fluktuasinya nelayan purse seine pendatang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Keberadaan nelayan purse seine pendatang untuk mendaratkan hasil tangkapannya sangat
42 memperngaruhi aktivitas perekonomian di PPI Blanakan dikarenakan hanya terdapat tiga kapal purse seine milik seorang pengusaha lokal. Namun harga ratarata hasil tangkapan armada purse seine per kg selalu meningkat. Pada tahun 2008 sebesar Rp 5.666,78 /kg, tahun 2009 sebesar Rp 5.983,79 /kg, 2010 sebesar Rp 7.274,99 /kg dan 2011 8338,02 /kg. 5.2 Hasil Tangkapan Purse Seine (Aspek Biologi) 5.2.1 Komposisi dan trend hasil tangkapan purse seine Berdasarkan wawancara dengan nelayan purse seine setempat dan data dari KUD Mandiri Mina Fajar Sidik diperoleh informasi bahwa hasil tangkapan purse seine meliputi: ikan layang (Decapterus spp.), bawal hitam (Formio niger), kembung (Rastrelliger spp.), selar (Selaroides spp.), tembang (Sardinella fimbriata), tongkol (Euthynnus spp.) dan cumi-cumi (Loligo spp). Komposisi dan trend hasil tangkapan purse seine dapat dilihat dalam Tabel 12 dan Gambar 10. Tabel 12 Komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun 2008-2011 Tahun Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan (kg) Layang Bawal Kembung Selar Tembang Tongkol Cumi-cumi Jumlah 2008 137.781 40.090 58.398 156.228 301.031 145.186 37.580 876.294 2009 129.495 37.923 55.103 147.466 284.530 137.000 35.464 826.981 2010 87.022 18.498 27.968 101.971 186.218 102.852 20.999 545.528 2011 157.285 13.411 19.382 16.824 106.858 28.110 25.491 367.361 Rata-rata 127.896 27.481 40.213 105.622 219.659 103.287 29.884 654.041 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) Gambar 10 Histogram komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun 2008-2011
43 Dari Tabel 12 dan Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa komposisi hasil tangkapan selama empat tahun (2008-2011) didominasi oleh ikan tembang dengan rata-rata produksi 219.659 kg/tahun. Sedangkan hasil tangkapan paling sedikit adalah ikan bawal dengan rata-rata produksi 27.481 kg/tahun. Kecenderungan menurunnya jumlah hasil tangkapan tersebut dipengaruhi oleh fluktuasi nelayan pendatang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Tertangkapnya ikan bawal dikarenakan terdapat daerah penangkapan ikan yang kedalaman perairannya dangkal dan tidak melebihi tinggi jaring purse seine sehingga perlu dilakukan evaluasi mengenai daerah penangkapan yang dangkal tersebut agar pengoperasian alat tangkap ini lebih optimal secara teknis. 5.2.3 Musim dan daerah penangkapan ikan Nelayan purse seine yang berpangkalan di PPI Blanakan, tidak setiap waktu melakukan aktifitas penangkapan. Dalam setahun umumnya musim penangkapan terjadi selama sembilan bulan (April-Desember) sedangkan pada musim peceklik berlangsung selama tiga bulan (Januari-Maret) sehingga banyak nelayan yang tidak melakukan aktifitas penangkapan dikarenakan kondisi gelombang yang tinggi disertai angin kencang. Dalam melakukan aktifitas penangkapan, umumnya nelayan purse seine mencari daerah penangkapan dengan kedalaman perairan lebih dari 50 meter dengan kecepatan arus dan gelombang yang rendah. Namun tidak semua daerah penangkapan (fishing ground) yang menjadi tujuan pengoperasian purse seine memiliki kedalaman perairan yang sesuai, terkadang terdapat hasil tangkapan berupa jenis ikan demersal. 5.3 Konflik Alat Tangkap (Aspek Sosial) Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, konflik sosial yang berkaitan dengan keberadaan alat tangkap purse seine maupun dengan alat tangkap lain hingga saat ini tidak pernah terjadi, karena setiap armada penangkapan sudah memiliki daerah penangkapan masing-masing yang berbeda dengan armada lainnya, sehingga tidak terjadi konflik dalam perebutan daerah penangkapan.
44 Dengan beroperasinya berbagai unit penangkapan dan banyaknya kapal yang menjual ikan di PPI Blanakan Subang, maka akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Desa Blanakan khususnya. Keberadaan unit penangkapan purse seine memberikan respon positif bagi masyarakat setempat karena memberikan banyak kesempatan untuk bekerja menjadi nelayan ABK, kuli angkut, pedagang ikan dan aktivitas lainnya. 5.4 Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine (Aspek Finansial) 5.4.1 Analisis usaha Biaya investasi yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik untuk memulai usaha penangkapan adalah sebesar Rp 398.350.000,00 yang terdiri dari kapal, mesin kapal, alat tangkap, jirigen, kompas, radio komunikasi, GPS, lampu, mesin lampu dan mesin gardan (Lampiran 1). Biaya usaha merupakan pengeluaran dari kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan kegiatan penangkapan yang meliputi biaya penyusutan dan biaya perawatan unit penangkapan. Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha setiap tahunnya sebesar Rp 124.795.000,00 (Lampiran 1). Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang hanya dikeluarkan apabila akan melakukan kegiatan penangkapan yang meliputi bahan bakar (solar, bensin, oli), ransum, es dan rumpon. Biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan dalam satu kali trip sebesar Rp 14.940.000,00 dengan rata-rata jumlah trip dalam tiap bulan sebanyak tiga kali trip dan selama satu tahun beroperasi sebanyak sembilan bulan waktu kerja efektif, sehingga biaya tidak tetap (variable cost) yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp 394.380.000,00 (Lampiran 1). Nilai produksi hasil tangkapan (TR) yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp 1.149.478.923,18 yang diperoleh dari jumlah bobot hasil tangkapan purse seine pada tahun 2011 sebesar 137.860 kg dikali harga rata-rata hasil tangkapan purse seine tiap kg sebesar Rp 8.338,02. Nilai total pengeluaran (TC) yang dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp 925.461.434,67 sehingga
45 keuntungan usaha (π) yang diperoleh nalayan pemilik selama satu tahun sebesar Rp 224.017.448,51 (Lampiran 1). Maka kegiatan usaha tersebut mengalami keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan (TR > TC). Nilai revenue-cost ratio ( ) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 1,242 ( ) yang artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan, maka akan memperoleh Rp 1,242 sehingga usaha tersebut menguntungan dan layak untuk dilanjutkan (Lampiran 1). Nilai payback period (PP) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 1,778 yang artinya perkiraan waktu mengembalian investasi yang ditanamkan adalah selama 1,778 tahun (Lampiran 1). Hasil perhitungan terhadap return of investment (ROI) adalah 56%, hal ini berarti setiap investasi sebesar Rp 100,00 akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 56,00. Nilai ini juga menjelaskan tingkat keuntungan atas investasi sebesar 56%. Tentunya angka tersebut relatif memberikan gambaran terhadap prospek investasi yang baik terhadap usaha perikanan purse seine (Lampiran 1). 5.4.2 Analisis investasi Hasil perhitungan terhadap net present value (NPV) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian adalah Rp 409.182.911,49 yang artinya keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan sebesar Rp 409.182.911,49 dengan DF 12% sehingga proyek dinyatakan akan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan (Lampiran 2). Nilai net benefit cost-ratio (net B/C) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 2,027 (net B/C ratio > 1), artinya dengan mengeluarkan dana investasi sebesar Rp 398.350.000,00 maka akan memperoleh Rp 807.532.911,49 selama proyek berlangsung sehingga investasi layak diberikan karena usaha yang akan dilakukan akan memberikan keuntungan sebesar 2,027 kali lipat dari dana investasi (Lampiran 2). Nilai internal rate of return (IRR) usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 48% (IRR > 12%), artinya adalah usaha yang akan dilakukan layak untuk dilaksanakan dan memperoleh keuntungan (Lampiran 2).
46 5.4.3 Pemasaran hasil tangkapan Berdasarkan wawancara dengan pihak nelayan setempat dan tinjauan langsung di TPI, diperoleh informasi bahwa pemasaran hasil tangkapan yang telah didaratkan terlebih dahulu melalui proses pelelangan sebelum dipasarkan ke berbagai daerah. KUD Mandiri Mina Fajar Sidik selaku pengelola TPI merupakan lembaga koperasi yang menentukan harga berdasarkan standarisasi harga dari PPS Nizam Zachman Jakarta dan biasanya penjualan dilakukan berdasarkan jenis hasil tangkapan tiap cepon (1 cepon = 20-25 kg). Alur pemasaran hasil tangkapan purse seine dapat dilihat pada Gambar 11. Kapal TPI Bakul Pengecer Bakul Pengolah Bakul Suplier Bakul Grosir Blanakan, Jakarta, Bogor, Cianjur Blanakan, Jakarta, Indramayu, Cianjur Jakarta, Bandung, Karawang Gambar 11 Alur pemasaran hasil tangkapan purse seine di PPI Blanakan Subang Selain musim penangkapan, ramainya pembeli yang berdatangan dari berbagai daerah menjadi faktor penting yang membuat harga berfluktuatif. Umumnya calon pembeli yang berdatangan selain dari daerah setempat, terdapat pula calon pembeli yang berasal dari Bandung, Bogor, Cianjur, Indramayu, Jakarta dan Karawang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengelola TPI setempat, pembeli yang terdaftar sebanyak 120 orang dan terdapat 40-60 orang pembeli yang datang setiap hari. Sistem pembayaran yang tidak dihutang membuat nelayan yang telah menjual hasil tangkapannya dapat langsung membeli perlengkapan melaut lagi karena tiap calon pembeli yang datang diharuskan membayar sejumlah uang terlebih dahulu kepada pengelola TPI sebelum turut serta dalam pelelangan. Besarnya biaya yang harus dibayarkan pembeli kepada pengelola TPI disesuaikan dengan harga ikan yang akan dibelinya ditambah biaya retribusi sebesar 3% dari harga sejumlah ikan yang dibelinya. Hal inilah yang membuat banyak nelayan dari daerah lain berdatangan untuk menjual hasil tangkapannya. Harga hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 13. Jakarta, Bogor, Bandung
47 Tabel 13 Harga hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPI Blanakan Subang Tahun Musim dan Harga Ikan per kg (Rp) Paceklik (Januari-Maret) Puncak (April-Desember) Layang 5.500-6.000 5.000-5.500 Bawal 15.000-16.000 12.000-14.000 Kembung 8.000-9.500 8.000-9.000 Selar 5.000-5.500 4.000-4.500 Tembang 2.500-2.700 2.300-2.500 Tongkol 7.800-8.200 7.500-7.700 Cumi-cumi 20.000-23.000 17.000-19.000 Sumber: KUD Mina Fajar Sidik (diolah) 5.4.4 Sistem bagi hasil Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam usaha perikanan purse seine di daerah penelitian adalah: (1) produksi hasil tangkapan yang telah dilelang dan dikurangi retribusi sebesar 5% merupakan pendapatan kotor usaha; (2) pendapatan kotor tersebut dikurangi biaya operasional untuk mendapatkan pendapatan bersih; (3) pendapatan bersih tersebut dibagi untuk pemilik usaha dan nelayan masing-masing sebesar 50%; (4) pendapatan bersih yang diterima nelayan dibagi berdasarkan jumlah nelayan yang bekerja di atas kapal sesuai tanggung jawabnya; (5) pendapatan bersih yang diterima pemilik usaha dikurangi biaya tetap sehingga menghasilkan keuntungan (benefit) (Gambar 12). Pembagian hasil usaha ini dilakukan setiap usai melakukan pelelangan hasil tangkapan dan setelah membeli perlengkapan operasional untuk melaut. Besar pendapatan yang diterima nelayan purse seine yang menjadi objek penelitian dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah.
48 Produksi Pendapatan kotor Biaya operasional Pendapatan bersih Pemilik (juragan) 50% Nelayan 50% Nahkoda, juru mesin Juru lampu dan Juru tawur dan dan juru arus juru masak ABK 1 bagian 2 bagian 1,5 bagian Gambar 12 Sistem bagi hasil usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang Tabel 14 Pendapatan (upah) nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang Jabatan Bagi Total Upah Jumlah Upah nelayan hasil Upah/bulan Upah/tahun (orang) (Rp/trip) (bagian) (±3 kali trip) (9 bulan) Nahkoda 1 2,0 890.964,21 2.672.892,63 24.056.033,69 Juru mesin 2 2,0 1.781.928,42 5.345.785,26 48.112.067,38 Juru lampu 1 1,5 668.223,16 2.004.669,47 18.042.025,27 Juru masak 1 1,5 668.223,16 2.004.669,47 18.042.025,27 Juru arus 2 2,0 1.781.928,42 5.345.785,26 48.112.067,38 Juru tawur 2 1,0 890.964,21 2.672.892,63 24.056.033,69 ABK 14 1,0 6.236.749,48 18.710.248,43 168.392.235,83 TOTAL 12.918.981,06 38.756.943,17 348.812.488,51 Sumber: Data primer diolah Dari Tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa upah yang diterima nahkoda, juru mesin dan juru arus per orang sebesar Rp 890.964,21 tiap trip. Upah yang diterima juru lampu dan juru masak per orang sebesar Rp 668.223,16 tiap trip. Upah yang diterima juru tawur dan nelayan ABK per orang sebesar Rp 445.482,11 tiap trip.