BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan potensi sumberdaya mineral yang cukup melimpah. Salah satu potensi yang menjadi perhatian pada penelitian ini yaitu bijih timah. Pulau Bangka di Indonesia merupakan Pulau yang dilewati jalur Sabuk Timah Asia Tenggara (Southeast Asian Tin Belt) yang memanjang dari Burma (Myanmar), Thailand, Peninsular Malaysia hingga Indonesia. Asia Tenggara juga menjadi negara produsen timah terbesar dengan 54% dari total produsen timah di dunia (Schwartz, dkk, 1995). Pulau Bangka dikenal sebagai Tin Island karena kelimpahan endapan timah yang sangat melimpah. Endapan timah di Pulau Bangka secara umum berkaitan erat dengan pembentukan magma asam yang terbentuk oleh proses peleburan kerak benua pada saat terjadi kolisi. Timah yang termasuk ke dalam logam dasar berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Evans (1993) merupakan logam penting di dalam kehidupan seharihari. Timah umumnya digunakan sebagai bahan pembuatan kaleng kemasan, solder, paduan logam seperti perunggu (campuran timah, tembaga, dan seng). Kebutuhan akan timah di kehidupan sehari-hari meningkatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di dunia pertambangan terutama di Indonesia. Pada saat ini proses eksploitasi terkonsentrasi pada endapan sekunder atau supergen yang kemudian dikenal dengan sebutan endapan letakan (placer deposit). Endapan letakan terbentuk oleh proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi dari batuan pembawa bijih timah kemudian timah yang terkandung dalam mineral kasiterit akan terkonsentrasi 1
2 pada suatu tempat oleh proses fluviatil (Bateman, 1950). Di lain pihak potensi endapan timah primer perlu diperhatikan mengingat cadangan dari endapan letakan yang semakin berkurang seiring dengan tingginya eksploitasi endapan timah. Endapan timah primer di Pulau Bangka ditemukan seiring dengan eksploitasi endapan letakan yang kemudian menyingkap batuan yang membawa bijih timah. Hal ini perlu dikaji lebih lanjut secara akademik terkait karakteristik dari endapan timah primer, baik dari sisi morfologi, litologi, struktur, alterasi, serta mineralisasi. Diharapkan dengan memahami karakteristik dari endapan timah primer terutama yang ada di Pulau Bangka akan memudahkan dalam tahap eksplorasi dan eksploitasi endapan timah primer. I.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui kondisi geologi dan karakteristik endapan timah primer yang berkembang di daerah penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kondisi geologi dan kontrolnya terhadap pembentukan endapan timah primer di daerah penelitian. 2. Mengetahui tipe dan karakteristik sebaran alterasi hidrotermal di daerah penelitian. 3. Mengetahui tipe dan karakteristik sebaran mineralisasi timah primer beserta asosiasi mineralnya di daerah penelitian. 4. Mengetahui genesa endapan timah primer di daerah penelitian.
3 I.3 Batasan Masalah Secara umum penelitian dibatasi oleh 2 batasan, yaitu batasan lokasi dan batasan pembahasan. 1. Batasan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dibatasi oleh daerah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT.Timah di Bukit Sambunggiri dan sekitarnya dengan luas daerah penelitian ±13,08 km 2 yang berada dalam zona koordinat UTM 48 S. 2. Batasan Pembahasan Pembahasan penelitian ini dibatasi oleh 2 aspek: a. Kondisi geologi meliputi karakteristik morfologi, litologi, struktur geologi dan kontrolnya terhadap persebaran zona alterasi dan mineralisasi bijih timah primer. b. Karakteristik alterasi dan tipe mineralisasi endapan bijih timah dari analisis conto batuan menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD), Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometry (ICP-MS), sayatan tipis batuan, dan sayatan poles mineral bijih. I.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai karakteristik mineralisasi dan alterasi pada pembentukan endapan bijh timah primer beserta asosiasi mineral dan persebarannya pada lokasi penelitian.
4 2. Manfaat Non Akademik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi keberadaan endapan timah primer dan persebarannya yang kemudian dapat dijadikan acuan perusahaan dalam eksplorasi selanjutnya kaitannya pada jumlah sumberdaya dan cadangan yang memiliki nilai cukup ekonomis untuk di eksploitasi. I.5 Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara geografis, lokasi penelitian berada di Bukit Sambunggiri dan sekitarnya, Desa Jurung, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka Induk, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Gambar 1.1 dan Gambar 1.2). Lokasi penelitian dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan darat selama 45 menit dari Kota Pangkal Pinang ke arah utara. Lokasi penelitian masuk ke dalam lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Timah Persero Tbk. dengan surat izin praktek penelitian dari perusahaan nomor 1564/Tbk/UM-0401/2015-S8.13 tanggal 22 Agustus 2016. Lokasi penelitian masuk ke dalam peta geologi regional lembar Bangka Utara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi yang dibuat oleh Mangga dan Djamal (1994) serta termasuk dalam Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Sungai Liat (1114-31). Luas lokasi penelitian yakni ±13,08 km 2 dengan zona koordinat UTM 48 S.
5 Gambar 1.1 Peta lokasi Pulau Bangka di Indonesia. Kotak biru merupakan lokasi Pulau Bangka Gambar 1.2 Peta administrasi daerah penelitian. Kotak hitam merupakan daerah penelitian I.6 Peneliti Terdahulu 1. van Bemmelen (1949) menyebutkan bahwa Pulau Bangka masuk ke dalam jalur Sabuk Timah Asia (Asian Tin Belt) dimana mineralisasi timah terjadi akibat proses hidrotermal-pneumatolisis pada intrusi granit yang terbentuk pada Post Triassic. Granit tersebut menjadi sumber utama bijih timah dengan mineral pembawa bijih timah yaitu kasiterit.
6 2. Soeria-Atmadja (1972, dalam Sunhardi, 1974a) meneliti petrologi batuan di daerah Sambunggiri, menyatakan bahwa granit di Sambunggiri memiliki tekstur ekuigranular dengan kandungan urat kuarsa dan urat-urat halus serisit yang berasosiasi dengan mineral turmalin. Batupasir ditemukan telah mengalami proses metamorfisme termal. 3. Sunhardi (1974b) meneliti endapan timah primer di Bukit Bais, Bangka, menyimpulkan bahwa mineralisasi timah primer di Bukit Bais merupakan tipe urat, yaitu pada urat kuarsa dan urat turmalin. Urat-urat tersebut mengisi rekahan akibat adanya patahan yang berkembang di Bukit Bais. 4. Ko (1986) meneliti batuan plutonik di Pulau Bangka, menyimpulkan bahwa batuan plutonik di Pulau Bangka secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu granit biotit yang termasuk ke dalam granitoid tipe S dan granit hornblenda-biotit yang termasuk ke dalam granitoid tipe I. Selain kedua jenis tersebut ditemukan juga tubuh intrusi kecil leucogranite dan gabbro. 5. Seatrad (1987) meneliti tipe endapan timah primer di Pulau Bangka, menyatakan bahwa endapan timah primer di Pulau Bangka terdiri dari tipe vein (terdiri dari sheeted parallel simple vein, anastomosting simple vein, spaced simple vein, serta single vein yang dibedakan lagi menjadi gossan vein dan complex sulphide-cassiterite), disseminated, dan juga penggantian. 6. Schwartz dan Surjono (1991) melakukan penelitian endapan timah di Pemali, Bangka, menyimpulkan bahwa mineralisasi timah dibawa oleh two mica granite, dimana mineral kasiterit secara disseminated terbentuk pada
7 zona greisen dan pada batas-batas urat. Hasil analisis inklusi fluida menunjukkan suhu pembentukan 120 C 410 C. 7. Mangga dan Djamal (1994) melakukan pemetaan regional Pulau Bangka bagian utara, dimana hasil penelitian tersebut menjelaskan stratigrafi penyusun Pulau Bangka dari yang tua ke muda yaitu Kompleks Malihan Pemali, Diabas Penyabung, Formasi Tanjung Genting, Granit Klabat, Formasi Ranggam, dan Endapan Aluvial. 8. Abidin (2001) meneliti tentang mineralisasi timah primer di Bangka Utara, menyatakan mineralisasi timah primer di Bangka Utara berada pada zona dengan trend NW-SE. Mineralisasi terbentuk pada kontak antara granit dan batuan sedimen atau pada bidang perlapisan batuan sedimen sebagai lodes, urat, uratan, dan desiminasi. 9. Abidin (2002) meneliti cebakan timah di Bukit Sambunggiri, menyatakan mineralisasi timah di Bukit Sambunggiri terdiri dari tipe urat dan lensa, serta disseminated pada batuan sedimen Formasi Tanjung Genting. Mineral hasil alterasi yang temui berupa kuarsa, epidot, muskovit, siderit, dan turmalin. 10. Suntoko (2010) meneliti kondisi morfologi Pulau Bangka, dimana berdasarkan perbedaan kemiringan lereng, Pulau Bangka secara morfologi dibagi menjadi 3 satuan yaitu satuan dataran aluvial, satuan perbukitan bergelombang, dan satuan perbukitan terjal. 11. Maninji (2015) meneliti alterasi dan mineralisasi timah primer di tambang Pemali, Bangka, menyatakan bahwa mineralisasi timah primer dibawa oleh intrusi two mica granite dan juga greisen. Zona alterasi yang berkembang
8 yaitu greisenisasi, silisifikasi, dan filik yang kesemuanya ter-overprinted oleh proses pelapukan, proses lateritik, dan prosek oksidasi. 12. Rahman (2016) meneliti mengenai alterasi dan mineralisasi timah primer di Daerah Paku, Bangka, menyatakan alterasi yang bekembang di daerah Paku yaitu alterasi silisifikasi dan arigilik. Sementara itu, mineralisai timah primer terdapat pada batupasir berupa urat polimetalik yang masuk ke dalam tipe stanniferous vein dengan kontrol struktur geologi yang berarah WNW-ESE.