1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

4 KONDISI UMUM WILAYAH

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 RTRW Kota Cilegon Djoko Sujarto, Perencanaan perkembangan kota baru,penerbit ITB, 2012, hlm 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

Grafik 1. Area Bencana

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan pembiayaan yang besarnya sesuai dengan beban kewenangan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

ABSTRAK. Kata kunci : Produk unggulan, strategi pengembangan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, untuk terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat dari berbagai aspek. meluasnya kesempatan kerja serta terangsangnya iklim ekonomi di wilayah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL (Studi Kasus Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat) Oleh : ABDUL WAHID A

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah memberikan pengaruh yang luas terhadap berkembangnya sistem perencanaan wilayah di Indonesia. Dalam batas tertentu, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk merencanakan pembangunan di wilayahnya sendiri berdasarkan potensi yang dimiliki. Otonomi diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah untuk mampu memecahkan berbagai permasalahan pembangunan melalui pengembangan potensi regional. Dengan adanya desentralisasi kewenangan, pemerintah daerah diharapkan mampu memberikan upaya maksimal dalam menumbuhkan ekonomi wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar sub-wilayah di daerahnya. Dalam melaksanakan pembangunan, salah satu masalah yang sering dihadapi pemerintah daerah adalah masih terbatasnya informasi terkait potensi dan perkembangan wilayah itu sendiri. Akibatnya, penetapan dan pelaksanaan program-program pembangunan umumnya lebih bersifat politis tanpa didasarkan pada suatu kajian ilmiah. Tingkat perkembangan ekonomi sub-wilayah serta hubungan antar sektor seringkali diabaikan dalam pengambilan keputusan. Hal ini menyebabkan fokus pembangunan menjadi bias dan tidak menyentuh akar masalah yang sebenarnya. Sebagai wilayah yang sedang tumbuh dan berkembang, pembangunan Kabupaten Garut masih banyak terkendala karena minimnya informasi tentang perkembangan setiap sub-wilayah. Perencanaan pembangunan yang belum sepenuhnya didasarkan pada kajian yang komprehensif serta masih dijalankannya konsep pembangunan yang bersifat sektoral bertendensi menciptakan pertumbuhan yang tidak seimbang. Akibatnya, terjadi disparitas perkembangan antar wilayah. Secara faktual, fenomena ini tampak pada perkembangan wilayah pesisir. Berdasarkan hasil penelitian Gumilar (2009), dalam kurun waktu tahun 2001-2007, tingkat disparitas di Kabupaten Garut terus mengalami kenaikan, yang ditunjukkan dengan meningkatnya indeks Williamson sebesar 0,2628 pada tahun 2001 menjadi 0,4154 pada tahun 2007. Wilayah Pengembangan Garut Utara merupakan wilayah yang relatif berimbang dengan nilai disparitas paling rendah. Sementara Wilayah Pengembangan Garut Tengah dan Garut Selatan merupakan wilayah pengembangan yang mengalami disparitas. Kawasan pesisir yang berada di Wilayah Pengembangan Garut Selatan merupakan wilayah yang relatif tertinggal dan mengalami peningkatan disparitas pembangunan paling tinggi dari 0.2864 pada Tahun 2001 menjadi 0.3075 pada Tahun 2007. Secara geografis, wilayah pesisir memiliki potensi sebagai penggerak perekonomian wilayah-wilayah disekitarnya. Menurut Rustiadi (2003), secara alamiah kawasan pesisir pada dasarnya bukan semata-mata merupakan kawasan peralihan ekosistem daratan dan laut, namun sekaligus merupakan titik temu antara aktifitas ekonomi masyarakat berbasis daratan dan lautan. Di dalam struktur pembangunan daerah, suatu kawasan pesisir dinilai strategis secara ekonomi jika memiliki potensi sentrifugal di dalam menggerakan perekonomian

2 suatu daerah. Dinamika perkembangannya sangat menentukan pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya, menentukan pertumbuhan wilayah-wilayah di sekelilingnya secara lintas pelaku. Peranan strategis wilayah pesisir salah satunya bisa tercapai jika memiliki basis ekonomi yang bertumbuh atas sumberdaya domestik yang terbarui. Dari sisi perencanaan tata ruang, pesisir Kabupaten Garut memiliki nilai strategis, baik dilihat dari sudut pandang ekonomi, ekologi, sosial maupun pertahanan keamanan. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut Tahun 2011-2031 (Perda No. 29 Tahun 2011), wilayah pesisir Kabupaten Garut ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Koridor Jalan Lintas Jabar Selatan yang dianggap memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kabupaten. KSK Tersebut meliputi tujuh kecamatan di wilayah pesisir yaitu Kecamatan Cibalong, Kecamatan Cikelet, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Mekarmukti, Kecamatan Pakenjeng, Kecamatan Bungbulang dan Kecamatan Caringin (Gambar 1). Gambar 1 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Garut Selain ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten, Kecamatankecamatan di wilayah Pesisir Kabupaten Garut juga ditetapkan sebagai wilayah pengembangan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 28 Tahun 2010 tentang Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan yang merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, dari 16 kecamatan yang ditetapkan sebagai wilayah rencana pengembangan di Kabupaten Garut, seluruh kecamatan di wilayah pesisir masuk ke dalam target pengembangan yaitu Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan

Cikelet, Kecamatan Bungbulang, Kecamatan Caringin, Kecamatan Cibalong dan Kecamatan Mekarmukti. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah daerah perlu menetapkan suatu strategi pembangunan dalam mendorong tumbuhnya kekuatan sektor-sektor pembangunan berbasis sumberdaya lokal yang bisa menjadi penggerak perekonomian masyararakat di wilayah pesisir. Penetapan kecamatan-kecamatan di wilayah pesisir sebagai kawasan ekonomi strategis dan kawasan pengembangan merupakan tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk menetapkan strategi perencanaan yang matang dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir. Oleh sebab itu dibutuhkan informasi terkait potensi ekonomi serta tingkat perkembangan wilayah pesisir sebagai dasar bagi penetapan kebijakan. Disisi lain, sampai saat ini kajian tentang perkembangan ekonomi wilayah pesisir di Kabupaten Garut masih belum banyak dilakukan. Oleh sebab itu, dalam menetapkan strategi pembangunan, diperlukan suatu penelitian untuk menganalisis tingkat perkembangan ekonomi wilayah serta mengidentifikasi potensi wilayah berdasarkan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa dijadikan dasar bagi Pemerintah Daerah dalam merumuskan strategi kebijakan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah pesisir secara merata dan berkelanjutan. 3 Perumusan Masalah Disparitas pembangunan antar kecamatan di Kabupaten Garut menyebabkan terjadinya ketimpangan pertumbuhan ekonomi di tiap sub-wilayah. Ada subwilayah yang tumbuh makin pesat, tetapi ada pula yang mengalami perkembangan yang lambat. Wilayah pesisir Garut yang terletak di Wilayah Pembangunan (WP) Garut Selatan termasuk wilayah yang mengalami perkembangan paling lambat dan dapat dikategorikan sebagai wilayah tertinggal. Menurut Gumilar (2009), ketertinggalan tersebut diakibatkan terjadinya kendala pembangunan antara lain kendala ekonomi (kurangnya ketersediaan saranaprasarana yang dapat menunjang perekonomian wilayah serta tingkat PDRB), kendala geografis (kemiringan lereng, dan kerentanan bencana), kendala pola penggunaan lahan serta keterbatasan kemampuan sumberdaya manusia. Masyarakat pesisir Kabupaten Garut sampai saat ini masih berada dalam strata sosial ekonomi yang rendah. Berdasarkan data Bappeda Kabupaten Garut Tahun 2011, hampir semua kecamatan di wilayah pesisir memiliki nilai IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang termasuk ke dalam kelompok empat (kelompok bawah) yang terdiri dari kecamatan-kecamatan yang memiliki level rendah dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Hanya ada satu kecamatan yaitu Kecamatan Pameungpeuk yang termasuk dalam kelompok dua (rata-rata atas). Berdasarkan kondisi tersebut, perlu upaya dari pemerintah daerah untuk mendorong pengembangan wilayah pesisir sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Untuk itu, informasi terkait kondisi perkembangan pembangunan di wilayah pesisir perlu diidentifikasi sehingga pembangunan bisa dilakukan sesuai potensi wilayah. Salah satunya adalah dengan melakukan analisis tingkat perkembangan wilayah untuk melihat posisi perkembangan

4 ekonomi dan diversitas sektor-sektor pembangunan di kecamatan pesisir dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Garut. Untuk melihat bagaimana kondisi daya dukung sarana-prasarana pelayanan di kecamatan pesisir, dilakukan analisis hirarki wilayah berdasarkan konsep nodal untuk melihat struktur hirarki perkembangan wilayah desa/kelurahan di masing-masing kecamatan. Untuk mengetahui potensi sektor-sektor ekonomi yang bisa dikembangkan, perlu dilakukan analisis komparatif dan kompetitif untuk mengidentifikasi kekuatan ekonomi lokal yang dimiliki wilayah pesisir. Melalui analisis tersebut, dapat diketahui sektor-sektor pembangunan mana saja yang merupakan sektor ekonomi basis dan sektor unggulan. Melalui analisis komparatif dan kompetitif wilayah, dapat ditetapkan suatu arahan pemilihan sektor ekonomi yang bisa menjadi dasar pengambilan keputusan dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di wilayah tersebut. Berdasarkan rumusan masalah diatas, perlu dilakukan penelitian dan analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan ekonomi wilayah kecamatan pesisir dibanding wilayah-wilayah lainnya di Kabupaten Garut? 2. Sektor-sektor ekonomi mana yang perlu diprioritaskan untuk dikembangkan dari sisi keunggulan komparatif dan kompetitif? 3. Wilayah mana yang perlu mendapatkan prioritas pembangunan dari sisi ketersediaan sarana prasarana maupun efisiensi pembangunan? 4. Bagaimana rumusan strategi pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Garut ke depan berdasarkan potensi ekonomi yang dimiliki masing-masing subwilayah? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas, digunakan pendekatan analisis perkembangan ekonomi wilayah yang hasilnya dapat dijadikan acuan bagi perencanaan pembangunan wilayah pesisir secara bersinergi dan berkelanjutan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat perkembangan ekonomi wilayah di kecamatan pesisir; 2. Mengetahui sektor ekonomi unggulan; 3. Mengetahui hirarki dan efisiensi wilayah pembangunan; 4. Merumuskan arahan pembangunan wilayah dan sektor ekonomi kecamatan pesisir. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah dan stakeholder terkait kondisi perkembangan ekonomi kecamatan di wilayah pesisir serta sebagai arahan dan bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan bagi pengambil keputusan dalam merancang strategi pembangunan di wilayah pesisir.

Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan wilayah pesisir lebih merujuk pada wilayah terkait batasan administrasi dan bukan pada wilayah dalam arti fungsi kawasan. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil, pada Pasal 2 dikatakan bahwa ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai. Pada penelitian ini, wilayah penelitian dibatasi pada wilayah daratan yaitu wilayah administrasi kecamatan yang memiliki garis pantai dan ditetapkan sebagai Kawasan Strategi Kabupaten (KSK) Koridor Jalan Lintas Jabar Selatan meliputi 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Pakenjeng, Mekarmukti, Bungbulang dan Caringin. Kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah pesisir dianggap sebagai satu kesatuan unit wilayah yang tidak terpisah. dengan mengambil asumsi bahwa faktor-faktor diluar objek penelitian dianggap konstan dimana tidak ada pengaruh dari wilayah luar, baik dalam bentuk interaksi wilayah maupun interaksi antar sektor. Hal ini sejalan dengan pendapat Haley (2009) bahwa kebijakan pembangunan pesisir harus dilaksanakan secara terpadu dimana wilayah pesisir diperlakukan sebagai zona tunggal dan bukan sebagai unit terpisah. Lingkup analisis dilakukan terhadap aspek perkembangan ekonomi wilayah berdasarkan indikator perkembangan sektor-sektor ekonomi serta ketersediaan sarana prasarana. Penentuan lokasi penelitian, objek penelitian maupun responden ditentukan dengan metode purposive berdasarkan pertimbangan efektivitas dan kemudahan dalam pencapaian tujuan penelitian. 5 Kerangka Pemikiran Wilayah pesisir Kabupaten Garut merupakan wilayah yang relatif kurang berkembang baik dari sisi ekonomi maupun kesejahteraan sosial. Sebagai wilayah yang relatif teringgal dibandingkan dengan wilayah lainnya, perencanaan pembangunan kecamatan di wilayah pesisir perlu mendapatkan prioritas sehingga wilayah pesisir mampu berkembang dan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat. Oleh sebab itu perlu dirumuskan arahan dan strategi pembangunan kecamatan pesisir Kabupaten Garut yang sesuai dengan karakteristik ekonomi wilayah. Dalam perumusan strategi pembangunan, perlu dilakukan analisis tingkat perkembangan wilayah serta potensi ekonomi di kecamatan pesisir. Untuk mengidentifikasi sejauhmana tingkat perkembangan wilayah pesisir, dilakukan analisis tingkat perkembangan ekonomi wilayah tiap kecamatan berdasarkan tingkat sebaran (diversitas) tiap sektor pembangunan. Selanjutnya dilakukan identifikasi potensi ekonomi wilayah melalui analisis komparatif dan kompetitif untuk melihat sektor ekonomi mana yang menjadi basis dan unggulan yang perlu dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari hasil analisis perkembangan wilayah dan potensi ekonomi wilayah, ditentukan prioritas wilayah pembangunan. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk melihat wilayah-wilayah mana yang perlu diprioritaskan untuk

6 dikembangkan dari sisi sarana pelayanan serta tingkat efisiensinya terhadap capaian PDRB dan IPM. Selanjutnya berdasarkan hasil kuisioner, dilakukan pemilihan alternatif strategi pembangunan berdasarkan preferensi stakeholder. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Kegiatan Pembangunan Wilayah Pesisir Kabupaten Garut Tingkat Perkembangan Wilayah - Perkembangan Ekonomi wilayah kecamatan - Tingkat Hirarki Wilayah Desa Pembangunan Sektor-Sektor Perekonomian Potensi Ekonomi Wilayah - Keunggulan Komparatif - Keunggulan Kompetitif Analisis Perkembangan Ekonomi Prioritas Wilayah Pembangunan Peta Arahan Pengembangan Analisis Pengambilan Keputusan Preferensi Stakeholders Arahan Pembangunan Kecamatan Pesisir Gambar 2 Kerangka Pikir Penelitian