BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu rentang kehidupan yang akan dilalui oleh setiap individu. Menurut WHO (dalam Sarwono, 2002), remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan ketergantungan secara psikologis dan sosialekonomi yang penuh menuju keadaan yang relatif lebih mandiri. Salah satu tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980), adalah membangun hubungan sosial yang memuaskan dengan teman sebaya baik lakilaki maupun perempuan. Hubungan sosial pada masa remaja dipengaruhi oleh bagaimana remaja tersebut mempersepsikan penampilan fisiknya atau yang disebut sebagai selfimage (Jersild, 1963). Hal ini sejalan dengan pendapat Burn (1993) mengenai definisi self-image, yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik sehingga sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik yang dimiliki seseorang. Hadisubrata (1997) mengatakan bahwa, individu dengan self-image negatif akan mengembangkan watak-watak yang akan menghambatnya dalam pergaulan sosial, seperti rendah diri, membenci diri sendiri, serta pemalu. individu dengan self-image yang positif ditandai dengan kepercayaan diri, menerima diri sendiri serta memiliki pergaulan sosial yang baik. Sejalan dengan hal tersebut, Hurlock 1
(1980) menyatakan bahwa, bagi remaja yang tidak memiliki penampilan fisik sempurna, mereka seringkali menolak keadaan fisiknya sehingga tampak mengasingkan diri dari pergaulan sosial. Uhlenhake (2010) menyebutkan bahwa, remaja yang menolak untuk berinteraksi sosial merupakan manifestasi dari selfimage yang negatif.para ahli Universitas Bath Washington Amerika Serikat (dalam Journal of Nutrion College, 2013) mengidentifikasi bahwa remaja yang menganggap penampilan fisiknya tidak menarik cenderung malas untuk berpartisipasi dalam situasi sosial. Fenomena ini muncul dari sebuah riset yang melibatkan 50 remaja yang memiliki masalah dengan fisiknya. Menurut Mappiare (1982) self-image seseorang akan dipengaruhi oleh keadaan fisiknya. Remaja akan senantiasa membandingkan keadaan fisiknya dengan teman-teman sebayanya. Perbedaan keadaan fisik dengan teman sebaya akan menimbulkan perasaan malu dan rendah diri yang pada akhirnya akan mempengaruhi self-image remaja. Menurut Jersild (1963), remaja juga akan senantiasa membandingkan penampilan idola mereka di televisi, seperti bentuk tubuh, kulit wajah dan tubuh, bentuk dan warna rambut. Remaja akan sulit menerima keadaan dirinya ketika mereka mengidentifikasi dirinya berbeda dengan apa yang dilihatnya di televisi. Perubahan fisik pada masa remaja merupakan periode terpenting yang ditandai dengan perubahan bentuk tubuh, bertambahnya berat badan serta kulit wajah yang tidak lagi mulus sempurna. Perubahan fisik yang bersifat ekstrim tersebut dianggap remaja sebagai ketidaksempurnaan (Jersild, 1963). Permasalahan fisik yang terjadi pada masa remaja berhubungan dengan 2
ketidakpuasan atau keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Hurlock (1980) mengemukakan bahwa hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh atau merasa puas dengan keadaan tubunya dikarenakan ketidaksempurnaan di bagian tubuh tertentu, seperti tubuh yang gemuk, wajah yang tidak menarik, atau tubuh yang tidak tinggi ideal. Pada masa remaja, peningkatan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan produksi sebum dan peningkatan unsur komedogenik yang merupakan penyebab munculny acne vulgaris (Djuanda,2008). Menurut Harahap (2000), acne vulgaris adalah peradangan kronik folikel polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu, dada, punggung serta bagian atas dari ekstremitas superior. Acne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit multifaktorial yang manifestasi klinisnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti hormon, diet, genetik, kosmetik, trauma, lingkungan fisik, stress psikis (Journal of Nutrion College, 2013). Acne Vulgaris terbagi menjadi 3 tingkat keparahan, yaitu ringan, sedang dan berat (Djuanda, 2008). Acne vulgaris dengan tingkat keparahan ringan ditandai dengan adanya bintik-bintik merah atau yang disebut dengan papul serta komedo. Jika peradangan semakin parah maka akan muncul pustul dan menyebar ke daerah lainnya. Keadaan ini tergolong dalam tingkat keparahan sedang. Munculnya nodul dan kista menandakan bahwa acne masuk dalam kategori berat. Penelitian yang dilakukan oleh Brown dkk (2005) menunjukkan bahwa tingkat keparahan acne 3
vulgaris berhubungan dengan dampak psikologis yang diakibatkannya. Acne vulgaris ringan tidak terlalu menjadi masalah dikarenakan tidak terlalu mengganggu penampilan dan mudah hilang dengan sendirinya. Djuanda (2008) mengatakan bahwa, walaupun acne vulgaris tidak membahayakan tapi bisa memberikan dampak negatif bagi orang yang mengalaminya. Dampak negatif akibat acne vulgaris secara fisik adalah kulit menjadi kurang indah karena terkena masalah seperti scar, bopeng, flek bekas jerawat. Selain mengganggu secara fisik, penderita acne vulgaris juga memiliki masalah dengan keadaan psikologisnya, seperti serta gambaran diri yang rendah, menarik diri, depresi yang cenderung meningkat, dan kecemasan sosial (Yolac, 2008). Remaja yang mengalami masalah jerawat seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan kepercayaan diri yang rendah, kemurungan, kegusaran, dan buruknya pergaulan sosial, (Ibrahim, 2002). Menurut Ibrahim (2002), remaja perempuan sangat memperhatikan penampilan serta menghabiskan waktu yang lama dan usaha yang sungguhsungguh untuk mempercantik dirinya dibandingkan remaja laki-laki. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, pria juga menjadi peduli pada penampilannya. Kepedulian tersebut dilakukan dengan cara memakai parfum, facial, menggunakan pembersih wajah, serta pelembab. Berbagai macam produk perawatan wajah khusus pria pun telah beredar di pasaran. Zaman sekarang kita bisa melihat anak laki-laki mengunjungi klinik skin care untuk melakukan perawatan wajah. Fenomena pria metroseksual tidak terlepas dari arus globalisasi yang sangat cepas mempengaruhi sendi-sendi 4
kehidupan masyarakat. Peralihan gaya hidup masyarakat tradisional kearah modern sering disebut sebagai masyarakat urban. Hal ini ditandai oleh munculnya industri-industri, teknologi, serta gaya hidup modern. Budaya urban sering ditemukan pada masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, salah satunya adalah kota Medan. Budaya urban sering dikaitkan dengan perilaku konsumtif masyarakatnya, gaya hidup glamour serta fasilitas serba modern. Dalam budaya urban, pria berpenampilan menarik merupakan hal yang sangat penting. Anggapan masyarakat dulu bahwa pria harus perkasa, jantan dan tidak terlalu memperdulikan penampilan bergeser ke arah pria metroseksual (Kompasiana, 2013). Perbandingan jumlah remaja laki-laki yang melakukan perawatan wajah masih relatif kecil dibandingkan jumlah remaja perempuan yang melakukan perawatan wajah di klinik skin care. Remaja laki-laki yang melakukan perawatan wajah menunjukkan adanya perhatian terhadap penampilan, tetapi tidak sebesar pada remaja perempuan (Yuliani, 2013). Berdasarkan hasil penelitian dalam Dicle Medical Journal didapatkan hasil bahwa acne vulgaris lebih sering ditemukan pada remaja laki-laki dibanding remaja perempuan, dimana remaja laki-laki akan mencari pengobatan bila dengan acne yang lebih berat (Akyazi dkk, 2011) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulung (2005), banyaknya pria yang memperhatikan penampilan dikarenakan faktor pekerjaan, dimana orang senang bekerja dengan orang yang berpenampilan menarik. Iklan melalui media massa yang menampilkan seorang pria dengan kulit bersih, putih dan terawat juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya 5
keinginan pria untuk merawat dirinya dan tampil menarik. Selain itu, timbulnya kesadaran bahwa menjaga penampilan itu penting bagi pria adalah pengaruh budaya. Remaja perempuan cenderung merasa tidak puas bukan hanya dengan tinggi badan dan berat badannya, melainkan juga pada keadaan kulit, dan juga wajah mereka (Tafsir, 2012). Remaja perempuan akan memiliki perhatian yang besar terhadap penampilan fisiknya dibanding remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008). Remaja perempuan dengan acne vulgaris akan memiliki perasaan malu dan kecemasan terhadap penampilan yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki (Hasibuan, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian University of California bahwa remaja perempuan dengan acne vulgaris akan merasa cenderung malu ketika berada dalam situasi sosial dibanding remaja laki-laki. Pada remaja lakilaki ditemukan kondisi yang berbeda, remaja laki-laki tidak terlalu memperdulikan penilaian orang lain terhadap penampilannya dan tidak mengurangi keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Remaja perempuan dengan acne vulgaris akan menolak untuk berinteraksi sosial dengan orang lain yang merupakan manifestasi dari self-image negatif. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Erikson (dalam Papalia & Olds, 2008), bahwa intimasi dan penilaian orang lain terhadap dirinya merupakan hal yang sangat berarti. Oleh sebab itu, remaja perempuan akan sangat mementingkan penampilan fisik mereka dibanding kepribadian. Berbeda halnya dengan remaja laki-laki yang akan mendapat penghargaan jika mereka memiliki kekuatan fisik yang mengagumkan (Ibrahim, 2002). 6
Faktor yang akan mempengaruhi self-image lainnya adalah teman sebaya (Mappiare, 1982). Bagi remaja perempuan, intimasi dalam pertemanan sekolah menjadi sangat penting dibanding remaja laki-laki. Perbedaan ini didasari oleh persepektif bahwa individualis, otonomi, dan persaingan lebih melekat pada remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008). Sebagian besar harga diri berkembang dalam konteks hubungan sosial dengan teman sebaya. Harga diri remaja laki-laki akan berkaitan dengan persaingan demi prestasi individual, sedangkan harga diri remaja perempuan akan lebih bergantung pada hubungan denga orang lain. Hubungan sosial dan intimasi dengan teman sebaya menjadi hal yang lebih penting bagi remaja perempuan dibanding remaja laki-laki (Gilligan, 1987) Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan kelompok yang paling sering ditemukan dengan acne vulgaris baik remaja laki-laki maupun remaja perrempuan. Acne vulgaris tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi self-image remaja. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk membuat suatu penelitian tentang perbedaan self-image remaja laki-laki dan perempuan penderita acne vulgaris. I. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah perbedaan self-image remaja laki-laki dan perempuan penderita acne vulgaris? 7
I. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan self-image penderita acne vulgaris antara remaja laki-laki dan perempuan I. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu : manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. I. D. 1. Manfaat teoritis a) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya ilmu psikologi perkembangan yang terkait dengan self-image. b) Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan selfimage. I. D. 2. Manfaat praktis a) Bagi institusi sekolah, dengan adanya penelitian ini tenaga pendidik diharapkan dapat mengarahkan dan membimbing remaja dalam mempertahankan selfimage yang positif sehingga dapat melakukan interaksi sosial dengan baik. b) Bagi keluarga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang permasalahan pada self-image yang dialami remaja dengan acne vulgaris 8
sehingga dapat membimbing remaja untuk menerima keadaan fisiknya dan bergaul secara wajar. c) Bagi remaja, dengan penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi remaja dengan acne vulgaris agar tetap percaya diri sehingga dapat mempertahankan self-image yang positif. I. E. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab V. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah : Bab I : Pendahuluan Memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi pembahasan teoritis tentang acne vulgaris, self-image dan remaja serta mencantumkan hipotesa penelitian Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data. Bab IV: Analisa Data dan Interpretasi Bab ini terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, hasil utama penelitian, hasil tambahan penelitian dan analisa hasil penelitian 9
Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 10