HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN SUNGKUP NET DAN DOSIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAYURAN KANGKUNG DAN SELADA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

TATA CARA PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAYURAN DALAM NETHOUSE

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN TANAMAN SAYURAN DI DALAM NETHOUSE. Oleh: ANITA MARYAM A

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

BAHAN METODE PENELITIAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

LAMPIRAN LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema penelitian. Tahap 1 pengomposan. - Enceng gondok - Batang pisang - Jerami padi. - Em4 - Molase - Dedak

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

Pengaruh Jenis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil, Panen Tanaman Sayuran di dalam Nethouse

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Bina Krisnaputri Pamujiningtyas 1), Anas D. Susila 2) Mahasiswa Departeman Agronomi dan Hortikultura, IPB 2

Tata Cara penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium Fistulosum L.) PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG AYAM

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Persentase (%) Tunas Pada 1 MST

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH DOSIS KOMPOS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BUAH TOMAT. Hidayat Pujisiswanto dan Darwin Pangaribuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, terletak di jalan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN PERTUMBUHAN VEGETATIF DENGAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum, Mill )

BAB II LANDASAN TEORI

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat. Selada digunakan sebagai sayuran pelengkap yang dimakan

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pengukuran suhu dan kelembaban udara di dalam dan di luar net dilakukan pada pagi, siang dan sore hari. Suhu rata-rata siang dan sore hari di dalam net lebih tinggi dibandingkan dengan suhu rata-rata di luar net. Pada pagi hari, suhu rata-rata di luar net lebih tinggi dibandingkan dengan suhu rata-rata di dalam net. Kelembaban rata-rata pada pagi, siang, dan sore di dalam net lebih tinggi dibandingkan dengan kelembaban rata-rata di luar net. Data suhu dan kelembaban tersebut disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Kangkung (Ipomoea reptans) Tinggi Tanaman sungkup memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi tanaman kangkung pada umur 1 dan 4 MST. bahan organik memberikan pengaruh nyata pada umur 1 dan 3 MST dan pengaruh sangat nyata pada umur 2 dan 4 MST. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan bahan organik berpengaruh secara linier pada minggu 1, 2, dan 4 MST dan berpengaruh kuadratik pada 3 MST. Pemberian dosis bahan organik memengaruhi tinggi tanaman kangkung pada umur 4 MST dengan respon linier dengan persamaan Y = 0.4913x + 19.608 dengan nilai R 2 = 0.6771. Hal ini berarti bahwa dengan penambahan dosis bahan organik sampai dosis 60 ton/ha masih dapat meningkatkan tinggi tanaman dan akan terus meningkat pada peberian dosis lebih tinggi.

15 Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Kangkung pada dan Bahan Organik Waktu Pengamatan (MST) 1 2 3 4 ---------------------cm----------------- Tanpa Penyungkupan 0.64 7.57 17.58 25.29 Penyungkupan 1.29 9.18 19.94 38.77 Uji F ** tn tn ** Dosis Bahan organik Kontrol 0.72 4.49 9.66 16.90 20 ton/ha 0.89 8.62 20.35 33.95 40 ton/ha 1.07 9.44 19.65 32.17 60 ton/ha 1.17 10.96 25.37 45.09 Respon *L **L *Q **L Interaksi tn tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada uji 5 %; ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1 %; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; L = Uji regresi berpengaruh secara linier; Q = Uji regresi berpengaruh secara kuadratik bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang. Jumlah Daun Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kangkung pada dan Bahan Organik Waktu Pengamatan (MST) 1 2 3 4 Tanpa Penyungkupan 2.00 6.38 9.62 12.71 Penyungkupan 2.00 6.57 8.92 13.07 Uji F tn tn tn tn Dosis Bahan organik Kontrol 2.00 5.75 7.72 10.67 20 ton/ha 2.00 6.65 9.70 13.35 40 ton/ha 2.00 6.63 9.70 13.42 60 ton/ha 2.00 6.87 9.97 14.12 Respon tn *Q *Q *Q Interaksi tn tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; Q = Uji regresi berpengaruh secara kuadratik. bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang

16 Berdasarkan Tabel 4, perlakuan sungkup tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah daun kangkung. Sedangkan perlakuan bahan organik sampai dosis 60 ton/ha dapat menaikkan jumlah daun secara kuadratik. Pemberian bahan organik mempengaruhi jumlah daun sayuran kangkung pada umur 4 MST dengan respon kuadratik dengan persamaan Y = -0.0013x 2 + 0.1415x + 10.352 dengan nilai R 2 = 0.6757. Hasil Panen Pengamatan dilakukan terhadap variabel bobot akar per tanaman, bobot akar per bedeng dan panjang akar. Berdasarkan Tabel 5, perlakuan sungkup memberikan perbedaan yang nyata pada variabel bobot akar per bedeng. tanpa penyungkupan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan sungkup. Pada variabel panjang akar dan bobot akar pertanaman tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Gambar perbandingan panjang akar dan bobot akar pertanaman disajikan pada Lampiran 7. Tabel 5. Rata-rata Bobot Akar Per Tanaman, Bobot Akar Per Bedeng, dan Panjang Akar Kangkung pada dan Bahan Organik Bobot Akar/Tanaman Bobot Akar/ Bedeng Panjang Akar (7.5 m 2 ) ----------------g----------------- ------cm------ Tanpa Penyungkupan 1.99 300.00 9.78 Penyungkupan 1.46 220.47 8.93 Uji F tn * tn Dosis Bahan organik Kontrol 0.67 103.10 7.83 20 ton/ha 2.00 257.02 9.48 40 ton/ha 1.96 283.62 9.56 60 ton/ha 2.26 397.20 10.55 Respon *L *L *L Interaksi tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; L = Uji regresi berpengaruh secara linier bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang

17 Pemberian bahan organik dapat meningkatkan bobot akar per tanaman kangkung dengan respon linier dengan persamaan Y = 0.0355x + 0.6523 dengan nilai R 2 = 0.8060. Jadi penambahan dosis bahan organik sampai dosis 60 ton/ha masih dapat meningkatkan bobot akar dan akan terus meningkat pada pemberian dosis yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil uji polinomial orthogonal didapatkan bahwa pemberian bahan organik dapat meningkatkan panjang akar kangkung dengan respon linier dengan persamaan Y = 0.0627x + 7.063 nilai R 2 = 0.9254. Hal ini berarti bahwa dengan penambahan dosis bahan organik sampai dosis 60 ton/ha masih dapat meningkatkan panjang akar dan akan terus meningkat pada peberian dosis lebih tinggi. sungkup tidak memberikan pengaruh nyata pada variabel bobot per tanaman, bobot per bedeng, dan bobot tanpa akar per bedeng. sungkup dan bahan organik ini tidak memberikan pengaruh yang nyata pada interaksi kedua perlakuan tersebut. Berdasarkan Tabel 6, perlakuan bahan organik memberikan pengaruh linier pada bobot per tanaman. Tabel 6. Rata-rata Bobot Per Tanaman, Bobot Per Bedeng, Bobot Tanpa Akar, Kangkung pada dan Bahan Organik Bobot/ Tanaman Bobot/Bedeng (7.5 m 2 ) Bobot Tanpa Akar/Bedeng (7.5 m 2 ) -------------------g------------------- Tanpa Penyungkupan 20.33 2579.00 2127.90 Penyungkupan 21.20 2777.80 2460.00 Uji F tn tn tn Dosis Bahan organik Kontrol 5.49 801.00 609.20 20 ton/ha 22.27 2877.20 2516.70 40 ton/ha 23.27 2374.30 1951.70 60 ton/ha 32.04 4661.10 4098.30 Respon *L *L *L Interaksi tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; * = berpengaruh nyata pada taraf 5 %; L = Uji regresi berpengaruh secara linier. bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang

18 Berdasarkan uji polinomial orthogonal pada hasil panen diperoleh bahwa perlakuan bahan organik menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dalam meningkatkan bobot per tanaman dengan respon linier dengan persamaan Y = 0.4670x + 5.7724 dengan nilai R 2 = 0.8988. Hal ini berarti bahwa dengan penambahan dosis bahan organik sampai dosis 60 ton/ha masih dapat meningkatkan hasil panen sayur kangkung dan akan terus meningkat pada peberian dosis lebih tinggi lagi. Kejadian hama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dan intensitas serangan hama menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan sungkup. Sedangkan pada perlakuan bahan organik kejadian dan tingkat serangan hama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 7). Contoh hama yang menyerang pada tanaman kangkung disajikan pada Lampiran 6. Tabel 7. Kejadian dan Tingkat Serangan Hama Kangkung pada dan Bahan Organik Kejadian Hama Tingkat Serangan Hama ---------------------%------------------- Tanpa Penyungkupan 62.04 20.06 Penyungkupan 0.00 0.00 Uji F ** * Dosis Bahan Organik Kontrol 20.00 8.48 20 ton/ha 32.41 9.67 40 ton/ha 25.00 5.81 60 ton/ha 46.67 16.17 Respon tn tn Interaksi tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; ** = Berpengaruh sangat bnyata pada taraf uji 1%; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 % bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang

19 Selada (Lactuca sativa L. ) Tinggi Tanaman Tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada perlakuan sungkup saat berumur 1, 2 dan 4 MST. Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 8. bahan organik meningkatkan tinggi tanaman secara kuadratik pada umur 1-4 MST. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan sungkup dan bahan organik. Pemberian perlakuan dosis bahan organik dapat meningkatkan tinggi tanaman pada umur 4 MST yang ditunjukkan dengan respon kuadratik yaitu dengan persamaan Y = -0.0059x 2 + 0.5375x + 12.594 dan nilai R 2 = 0.9475. Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Selada pada dan Bahan Organik Waktu Pengamatan (MST) 1 2 3 4 --------------------cm-------------------- Tanpa Penyungkupan 7.86 9.59 13.48 16.26 Penyungkupan 9.43 12.37 15.93 20.42 Uji F ** ** * ** Dosis Bahan Organik Kontrol 7.88 7.73 9.10 12.10 20 ton/ha 9.04 12.18 15.78 22.46 40 ton/ha 9.03 11.80 16.89 23.12 60 ton/ha 8.63 12.20 17.05 24.00 Uji F *Q *Q *Q *Q Interaksi tn tn tn tn Keterangan: ** = Berpengaruh sangat bnyata pada taraf uji 1%; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; Q = Uji regresi berpengaruh secara kuadratik; bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang. Jumlah Daun Jumlah daun menunjukkan perbedaan nyata pada perlakuan sungkup pada umur 1, 3, dan 4 MST. tanaman dengan sungkup memberikan nilai

20 rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa disungkup (Tabel 9). Pemberian perlakuan dosis bahan organik dapat meningkatkan jumlah daun selada pada umur 4 MST yang ditunjukkan dengan respon kuadratik yaitu dengan persamaan Y = -0.0024x 2 + 0.2222x + 5.6156 dan nilai R 2 = 0.7520. Tabel 9. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Selada pada dan Bahan Organik Waktu Pengamatan (MST) 1 2 3 4 Tanpa Penyungkupan 3.81 4.19 5.76 7.04 Penyungkupan 4.17 4.32 6.12 8.32 Uji F * tn * * Dosis Bahan organik Kontrol 3.39 3.42 4.19 4.99 20 ton/ha 4.25 4.52 6.04 7.90 40 ton/ha 4.10 4.56 6.77 8.72 60 ton/ha 4.21 4.51 6.77 9.10 Uji F *Q *Q *Q *Q Interaksi tn tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; Q = Uji regresi berpengaruh secara kuadratik; bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang. Lebar Daun Lebar daun menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan penyungkupan yaitu pada umur 2 MST. Pada umur 1, 3, dan 4 MST tidak memberikan perbedaan yang nyata. dosis bahan organik memberikan perbedaan yang nyata pada umur 1 MST dan memberikan perbedaan yang sangat nyata pada umur 2-4 MST (Tabel 10). Berdasarkan hasil uji polinomial orthogonal diperoleh bahwa perlakuan dosis bahan organik meningkatkan lebar daun selada pada umur 4 MST yang ditunjukkan dengan respon kuadratik yaitu dengan persamaan Y = -0.0034x 2 + 0.3393x + 4.4615 dengan nilai R 2 = 0.9938.

21 Tabel 10. Rata-rata Lebar Daun Tanaman Selada pada dan Bahan Organik Waktu Pengamatan (MST) 1 2 3 4 -------------------cm----------------- Tanpa Penyungkupan 3.98 5.64 7.91 9.24 Penyungkupan 3.80 6.24 8.22 9.27 Uji F tn * tn tn Dosis Bahan organik Kontrol 2.71 3.25 3.91 4.54 20 ton/ha 5.00 6.58 8.50 9.91 40 ton/ha 4.05 6.98 10.08 11.27 60 ton/ha 3.80 6.96 9.76 11.30 Respon *Q *Q *Q *Q Interaksi tn tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; Q = Uji regresi berpengaruh secara kuadratik. bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang Hasil Panen Pengamatan pada akar selada meliputi pengamatan terhadap bobot akar per tanaman, bobot akar per bedeng, dan panjang akar. Ketiga parameter tersebut menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan penyungkupan. Sedangkan pada perlakuan bahan organik, bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 11). Pengamatan panjang akar menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan sungkup (Lampiran 9). tanpa penyungkupan mempunyai nilai rataan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan penyungkupan. Pemberian bahan organik berpengaruh terhadap peubah bobot akar per tanaman selada yang ditunjukkan dengan respon kuadratik yang mempunyai persamaan Y = -0.0004x 2 + 0.0375x + 0.4226 dan nilai R 2 = 0.9893. Uji polinomial orthogonal terhadap perlakuan bahan organik menunjukkan adanya pengaruh terhadap panjang akar tanaman selada dengan respon linier dengan persamaan Y = 0.0271x + 4.1982 dan R 2 = 0.6141. Berarti dengan

22 penambahan perlakuan bahan organik sampai dengan dosis 60 ton/ha masih dapat meningkatkan panjang akar selada dan akan terus meningkat dengan penambahan dosis yang lebih tinggi lagi. Tabel 11. Rata-rata Bobot Akar Per Tanaman, Bobot Akar Per Bedeng, dan Panjang Akar Selada pada dan Bahan Organik Bobot Akar/Tanaman Bobot Akar/Bedeng (7.5 m 2 ) Panjang Akar ---------------g-------------- ---cm--- Tanpa Penyungkupan 1.44 58.73 6.15 Penyungkupan 1.00 45.48 5.01 Uji F * * * Dosis Bahan organik Kontrol 0.43 19.53 4.15 20 ton/ha 1.23 55.98 6.17 40 ton/ha 1.60 68.47 5.84 60 ton/ha 1.60 64.43 6.16 Uji F *Q *Q *L Interaksi tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; L = Uji regresi berpengaruh secara linier; Q = Uji regresi berpengaruh secara kuadratik; bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang. Berdasarkan Tabel 12, perlakuan penyungkupan menunjukkan perbedaan yang nyata pada bobot per tanaman. Sedangkan pada variabel bobot per bedeng dan bobot tanpa akar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Berdasarkan hasil uji polinomial orthogonal, dosis bahan organik yang diberikan mempengaruhi bobot per tanaman selada dengan respon kuadratik dengan persamaan Y = -0.0314x 2 + 3.343x + 5.2354 dengan nilai R 2 = 0.9724.

23 Tabel 12. Rata-rata Bobot Per Tanaman, Bobot Per Bedeng dan Bobot Tanpa Akar per Bedeng Selada pada dan Bahan Organik Bobot/ Tanaman Bobot/ Bedeng (7.5 m 2 ) Bobot Tanpa Akar/Bedeng (7.5 m 2 ) --------------------g------------------- Tanpa Penyungkupan 49.14 1642.70 1310.00 Penyungkupan 57.89 1896.20 1525.60 Uji F * tn tn Dosis Bahan Organik Kontrol 5.87 221.40 56.30 20 ton/ha 49.51 1588.50 1266.30 40 ton/ha 80.48 2709.70 2285.00 60 ton/ha 78.20 2558.20 2063.80 Uji F *Q *Q *Q Interaksi tn tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %; Q = Uji regresi berpengaruh secara kuadratik; bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang. Kejadian hama dan tingkat serangan hama pada tanaman sayuran selada tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan sungkup dan bahan organik (Tabel 13). Tabel 13. Kejadian dan Tingkat Serangan Hama Selada pada dan Bahan Organik Kejadian Hama Tingkat Serangan Hama ---------------------%------------------- Tanpa Penyungkupan 0.00 0.00 Penyungkupan 0.00 0.00 Uji F tn tn Dosis Bahan Organik Kontrol 0.00 0.00 20 ton/ha 0.00 0.00 40 ton/ha 0.00 0.00 60 ton/ha 0.00 0.00 Respon tn tn Interaksi tn tn Keterangan: tn = tidak nyata pada taraf uji 5 %; bahan organik: 96.65 % kotoran ayam petelur + 3.35 % tepung tulang.

24 Pembahasan Secara umum perlakuan sungkup tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tanaman kangkung tetapi pada tanaman selada menunjukkan pengaruh yang nyata hampir pada semua peubah yang diamati. Pemberian perlakuan bahan organik memberikan pengaruh yang nyata pada tanaman kangkung dan selada pada semua peubah yang diamati. sungkup pada tanaman kangkung memberikan pengaruh terhadap peubah tinggi tanaman. Pada tanaman selada memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot per tanaman, bobot akar per tanaman, bobot akar per bedeng, dan panjang akar. Pengaruh terhadap peubah tinggi tanaman ini disebabkan oleh net yang digunakan dapat mengurangi intensitas cahaya yang masuk 20 ± 5 %. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap intensitas cahaya menggunakan Lightmeter (Tabel 14), diperoleh bahwa intensitas cahaya di dalam net lebih rendah dibandingkan dengan intensitas cahaya di luar net. Kekurangan cahaya tersebut dapat menyebabkan tanaman mengalami etiolasi atau pemanjangan batang yang disebabkan oleh kekurangan cahaya. Menurut Salisbury dan Ross (1995) tanaman yang mengalami kekurangan cahaya menghasilkan pepohonan yang berbatang panjang dan lurus. Hal ini sejalan dengan Gardner (1991) bahwa cahaya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan batang. Etiolasi (pemanjangan ruas) dapat terjadi akibat adanya kekurangan cahaya, jadi ruas tanaman yang ternaungi akan lebih panjang. Tabel 14. Data Intensitas Cahaya di Dalam dan di Luar Net Quantum (µmol) Pyranometer (W/m 2 ) Photometric (lux) --------------Dalam-------------- Pagi Siang Sore (08.00) (12.00) (15.00) -----------------Luar---------------- Pagi Siang Sore (08.00) (12.00) (15.00) 493.5 795.5 443.6 689.9 1093.7 648.7 295.2 379.8 260.6 418.4 650.1 403.7 12500.3 13520.3 4010.0 17442.3 31920.0 8876.0

25 penyungkupan ini juga berpengaruh pada intensitas serangan hama pada tanaman kangkung. Pengamatan intensitas hama ini terdiri dari dua peubah yaitu pengamatan terhadap keparahan hama dan kejadian hama. Tanaman yang mendapatkan perlakuan sungkup berpengaruh yang sangat nyata terhadap peubah kejadian hama dan perbedaan yang nyata terhadap keparahan penyakit. Tanaman yang mendapatkan perlakuan sungkup menunjukkan tidak ada serangan hama. sungkup diduga dapat mencegah serangan hama. Sedangkan perlakuan tanpa sungkup mengalami serangan hama seperti belalang, ulat, dan kepik penghisap pucuk (Lampiran 6.). Menurut Talekar (2002) hanya dua spesies serangga yang dapat menyerang tanaman di dalam net dengan ukuran 16-mesh yaitu striped flea beetle (SFB), Phyllotreta striolata dan common armyworm (CAW), Spodoptera litura. SFB hanya menyerang tanaman crucifer, sedangkan larva CAW menyerang tanaman crucifer dan non-crucifer. Net dengan 32-mesh dapat mencegah serangan kedua spesies serangga tersebut. dosis bahan organik pada tanaman kangkung memberikan pengaruh terhadap semua peubah yang diamati. bahan organik ini menggunakan campuran pupuk kandang ayam petelur dengan tepung tulang. Pemberian dosis bahan organik sampai dengan dosis 60 ton/ha mempengaruhi bobot produksi per tanaman kangkung dan bobot produksi per bedeng dengan respon linier dengan persamaan berturut-turut Y = 0.467x + 5.7724 dengan nilai R 2 = 0.8988 (Gambar 1) dan Y = 57.275x + 1340.5 dengan nilai R 2 = 0.8787 (Gambar 2). Hal ini berarti bahwa dengan penambahan dosis bahan organik sampai dosis 60 ton/ha masih terlihat peningkatan bobot produksi per tanaman. Pemberian bahan organik ini juga mempengaruhi tinggi tanaman, bobot akar per tanaman, dan panjang akar dengan respon linier. Hal ini berarti bahwa adanya penambahan dosis bahan organik sampai dengan dosis 60 ton/ha masih dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot akar per tanaman, dan panjang akar. Berbeda halnya dengan peubah jumlah daun, pemberian bahan organik ini memberikan respon kuadratik dengan persamaan Y = -0.0013x 2 + 0.1415x + 10.352 dengan nilai R 2 = 0.6757.

26 Penambahan dosis bahan organik juga memberikan pengaruh terhadap semua peubah vegetatif yang diuji pada tanaman selada. Bahan organik yang diberikan meningkatkan jumlah daun yang ditunjukkan dengan respon kuadratik dengan persamaan Y = -0.0024x 2 + 0.2222x + 5.6156 dan nilai R 2 = 0.7520. Sementara untuk peubah lebar daun, peningkatan terjadi seiring dengan penambahan dosis bahan organik dengan respon kuadratik yaitu dengan persamaan Y = -0.0034x 2 + 0.3393x + 4.4615 dengan nilai R 2 = 0.9938. Penambahan dosis bahan organik mempengaruhi peubah vegetatif yang diamati pada sayuran kangkung dan selada. Hal ini diduga karena penambahan hara pada bahan organik dari pupuk kandang ayam dan tepung tulang dapat mencukupi kebutuhan hara tanaman (Lampiran 5). Melati dan Andriyani (2005) menyatakan bahwa penambahan pupuk kandang ayam dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai organik. Purwanti (2009) menambahkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman sayuran selada berturut-turut yaitu 167.79% dan 55.84% dibandingkan tanpa pemberian bahan organik. Pemberian perlakuan bahan organik ini mempengaruhi peubah panen tanaman selada yang diuji. Bahan organik yang diberikan meningkatkan bobot produksi per tanaman dan bobot produksi per bedeng dengan respon kuadratik dengan persamaan berturut-turut Y = -0.0314x 2 + 3.343x + 9.724 dengan nilai R 2 = 0.9982 dan diperoleh dosis optimum bahan organik yaitu 53.23 ton/ha (Gambar 1) dan Y = -0.7563x 2 + 89.035x + 447.06 dengan nilai R 2 = 0.9724 dosis optimum 58.86 ton/ha (Gambar 2). Penambahan dosis bahan organik juga meningkatkan peubah bobot akar per tanaman dengan respon kuadratik yaitu dengan persamaan Y = -0.00039219x 2 + 0.0373x + 0.42362 dengan nilai R 2 = 0.9893. Tetapi lain halnya dengan peubah panjang akar tanaman selada, uji polinomial orthogonal terhadap perlakuan bahan organik ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap panjang akar tanaman selada dengan respon linier dengan Y = 0.0271x + 4.1982 dan R 2 = 0.6141.

27 120 Bobot per Tanaman (%) 100 80 60 40 20 y = 1.306x + 16.142 R² = 0.8988 y = -0.0315x 2 + 3.3576x + 9.766 R² = 0.9789 Bobot per Tanaman Kangkung Bobot per Tanaman Selada 0 0 20 40 60 80 Dosis Bahan Organik (ton/ha) Gambar 1. Pengaruh Dosis Bahan Organik terhadap Bobot per Tanaman Kangkung dan Selada 120 100 y = 1.0628x + 24.874 R² = 0.8787 Bobot per Bedeng (%) 80 60 40 20 y = -0.025x 2 + 2.9393x + 14.759 R² = 0.9724 Bobot per Bedeng Kangkung Bobot per Bedeng Selada 0 0 20 40 60 80 Dosis Bahan Organik (ton/ha) Gambar 2. Pengaruh Dosis Bahan Organik terhadap Bobot per Bedeng Kangkung dan Selada Peningkatan produksi tanaman sayuran ini lebih disebabkan oleh penggunaan bahan organik yang dipakai sebagai perlakuan. Williams et al. (1991) menyatakan bahwa bahan-bahan organik mempunyai peranan sebagai perbaikan struktur tanah dan kapasitas penahan air dalam daerah perakaran, aerasi yang meningkat dari media perakaran, kerapatan masa yang lebih rendah dan juga

28 meningkatkan kemampuan pemegangan nutrisi utama yaitu seperti nitogen dan fosfor. Sedangkan penggunaan perlakuan sungkup net pada tanaman kangkung berpengaruh terhadap variabel pengamatan hama. Maryam (2009) menambahkan bahwa penggunaan kotoran ayam dapat meningkatkan bobot per bedeng tanaman kangkung sebesar 146.69% dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk organik. Jadi dengan adanya sungkup net ini dapat mengurangi serangan hama pada tanaman kangkung sehingga dapat mengurangi kehilangan hasil dan dapat meningkatkan nilai ekonomi dari hasil sayuran tersebut.