EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO Ayu Wardhani Djafar, Fakultas IlmuIlmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Email: ayuwardhanidjafar@gmail.com ABSTRAK Pengobatan penyakit TB paru sangat erat hubungannya dengan kepatuhan pengobatan yang menentukan suatu keberhasilan terapi, namun kepatuhan pengobatan oleh pasien TB paru seringkali rendah terutama dalam keteraturan untuk minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Desain penelitian yang digunakan adalah studi analisis deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional yang dilakukan pada pasien TB paru yang berjumlah 0 pasien di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 6 responden (80%) yang patuh dan responden (0%) yang tidak patuh dalam menjalankan pengobatan TB paru pada tahun 05 di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Kata kunci : Kepatuhan Pengobatan, Tuberkulosis Paru PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat (Depkes RI, 00). Penggunaan obat merupakan hal yang sangat krusial dalam pengobatan penyakit. Oleh karena itu obat mesti diberikan dengan tepat, baik tepat penyakit, tepat obat, tepat dosis, tepat pemberian, serta tepat pasien, kalau tidak obat akan memberikan efek yang tidak diharapkan dan bahkan bisa memberikan efek keracunan yang membahayakan jiwa pasien (Hayati, 0). Pemberian obat dengan tepat belum tentu menjamin keberhasilan suatu pengobatan jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya. Kepatuhan ratarata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO, 00). Ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan adalah masalah kesehatan yang serius dan sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti penyakit tuberkulosis paru (Depkes RI, 005). Penyakit tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia (Depkes RI, 007). Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman ini diperkirakan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Berdasarkan data Global Tuberkulosis Control tahun 007, prevalensi TB paru untuk semua tipe adalah per 00.000 penduduk atau 565.6 per tahun dengan tingkat kematian
9 per 00.000 penduduk atau 50 orang perhari (Depkes RI, 00). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 007 melaporkan, bahwa TB paru merupakan penyebab kematian nomor satu (7,8%) diantara penyebab kematian dari penyakit menular dan penyebab kematian nomor dua (7,) setelah stroke diantara penyebab kematian dari penyakit menular dan tidak menular (Depkes RI, 008). Selain itu, TB terjadi pada lebih dari 7 usia produktif (55 tahun), dalam hal ini kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit TB cukup besar (Kemenkes RI, 0). Kepatuhan minum obat adalah mengkonsumsi obatobatan yang diresepkan dokter pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya akan efektif apabila penderita mematuhi aturan dalam penggunaan obat (Kusbiyantoro, 00). Perilaku kepatuhan minum obat sangat penting bagi penderita tuberkulosis paru selama menjalankan pengobatan, karena jika penderita tidah patuh dalam minum obat bahkan sampai putus berobat maka penderita tersebut akan resisten terhadap obat tuberkulosis tersebut, sehingga mengakibatkan penderita akan menularkan penyakit tuberkulosis tersebut kepada orang lain yang ada disekitarnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusmani (00) bahwa kepatuhan adalah suatu perbuatan untuk bersedia melaksanakan aturan minum obat sesuai jadwal yang telah ditetapkan, dimana penderita yang dikatakan patuh minum obat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan sedangkan penderita yang tidak patuh minum obat bahkan sampai putus berobat maka akan mengakibatkan penderita akan resisten terhadap obat TB dan akan menularkan penyakit TB tersebut kepada orang lain yang ada disekitarnya. Perilaku kepatuhan minum obat bukan sesuatu yang mudah karena hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: karena kurangnya pengetahuan tentang tuberkulosis paru, motivasi minum obat dari pasien, tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan kurangnya dukungan dari keluarga dalam pengobatan. Untuk mencapai keberhasilan suatu pengobatan, bukan sematamata menjadi tanggung jawab pasien, namun harus di lihat dari faktorfaktor lain salah satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial, dalam hal ini yang dimaksud adalah keluarga dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat secara teratur. Dalam program pengobatan TB, peran keluarga dan masyarakat mempunyai andil besar dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan, yaitu dengan adanya pengawasan dan pemberian dorongan kepada penderita untuk minum obat secara teratur (Smet, 99). METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analisis deskriptif dengan pengambilan data secara cross sectional menggunakan kuisioner yang bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru yang berada di RSUD Toto Kabila. Populasi, Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita tuberkulosis paru yang berjumlah 0 pasien yang saat ini sedang menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil yakni kurang dari 0 orang (Sugiyono, 0). Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yang berjumlah 0 pasien dan bersedia menjadi responden.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Kuisioner adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) tetapi pasien diberi angket berisi sejumlah pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Pengambilan data pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi yaitu, pasien TB paru yang saat ini sedang menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Toto Kabila dan pasien TB paru yang bersedia menjadi responden penelitian. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien yang tidak menjawab seluruh pertanyaan pada kuisioner yang diajukan secara lengkap (Hayati, 008). Teknik Analisis Data Pada penelitian ini digunakan tehnik analisis data univariat dan bivariat. Dimana analisis univariat ini digunakan untuk mengetahui presentase masingmasing variabel dalam kuisioner yaitu dengan menghitung skor dengan rumus (Notoatmodjo, 00): P = 00 % Dimana: P = Presentase F N = Jumlah skor yang benar = Jumlah skor maksimal Sedangkan analisis bivariat untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam hal ini yaitu apakah ada hubungan antara jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan responden, peran keluarga, dan peran petugas TB paru dengan kepatuhan minum obat dengan menggunakan rumus chisquare dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05 ) dan 95 % confidence central melalui program komputer SPSS. Adapun rumus chisquare : X = Keterangan: fo = Nilai hasil pengukuran atau pengamatan fh = Nilai harapan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel. Distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan Karakteristik Sosiodemografi Umur : 50 Tahun 0 Tahun > 0 Tahun Jenis kelamin : Lakilaki Perempuan Tingkat pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa Wirausaha/pedagang Pegawai Tidak Bekerja Jumlah (n=0) 7 0 7 Persentase (%) 50% 6 Berdasarkan tabel. diatas diketahui bahwa responden yang berusia > 0 tahun lebih banyak menderita TB paru dengan persentase 50% berusia 50 tahun yang lebih sedikit menderita TB paru dengan persentase. Untuk jenis kelamin, didapatkan responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak menderita TB paru dengan persentase 6 berjenis kelamin lakilaki yang lebih sedikit menderita TB paru dengan persentase. Untuk tingkat pendidikan, didapatkan responden dengan pendidikan SMP adalah penderita TB paru paling banyak dengan 8 6 6 8 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
persentase 0% dibandingkan dengan responden yang lain. Untuk jenis pekerjaan, didapatkan responden yang tidak bekerja lebih banyak menderita TB paru dengan persentase 0% dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain. Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di RSUD Toto Kabila Tabel. Distribusi frekuensi kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, efek samping obat, peran keluarga/pmo, dan peran petugas kesehatan No Variabel Bebas Umur 50 Tahun 0 Tahun 0 Tahun Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Tingkat pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan Pelajar/mahasiswa Wirausaha/pedagang Pegawai Tidak Bekerja 5 Pengetahuan Baik Kurang Baik 6 Efek Samping Obat Ada efek samping Tidak ada efek samping 6 Peran Keluarga/PMO Baik Kurang Baik 7 Peran Petugas TB Baik Kurang baik Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia > 0 tahun memiliki tingkat kepatuhan minum obat tertinggi dengan persentase 0% berusia 50 tahun yang memiliki tingkat kepatuhan minum obat terendah dengan persentase 0%. Untuk kepatuhan minum obat berdasarkan jenis Kepatuhan Patuh % Tidak Patuh % 7 8 5 6 5 5 6 5 6 7 0% 0% 60% 0% 0% 0% 0% 80% 0% 0% 7 80% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 80% kelamin didapatkan responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki tingkat kepatuhan minum obat tertinggi dengan persentase 60% dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin lakilaki yang memiliki tingkat kepatuhan minum obat terendah dengan persentase. Untuk tingkat pendidikan, didapatkan responden
dengan tingkat pendidikan SMA memiliki tingkat kepatuhan minum obat lebih tinggi dengan persentase 0% lain. Untuk jenis pekerjaan, didapatkan responden dengan jenis pekerjaan wirausaha/pedagang dan tidak bekerja memiliki tingkat kepatuhan minum obat paling tinggi dengan persentase lain. Untuk responden dengan pengetahuan yang baik mengenai TB paru sebanyak 7 orang (8) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak 6 orang (80% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Pasien yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak orang () yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang (0% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Untuk efek samping obat, didapatkan sebanyak orang (0%) yang merasakan adanya efek samping dari obat tersebut, responden tersebut terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang (0% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang (0% dari total pasien). Sebanyak 6 orang (80%) merasakan tidak adanya efek samping dari obat tersebut, responden tersebut terdiri dari pasien yang patuh sebanyak 5 orang (7 dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Untuk peran keluarga, didapatkan responden dengan peran keluarga yang baik dan patuh sebanyak 6 orang (80% dari total pasien) sedangkan pasien yang keluarganya memiliki peran dalam kategori kurang baik sebanyak orang (0%) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang (0% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang (0% dari total pasien). Untuk peran petugas TB paru didapatkan responden yang merasakan peran petugas TB yang baik sebanyak 8 orang (8) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak 7 orang (80% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien) sedangkan pasien yang merasakan peran petugas kesehatan yang kurang baik sebanyak orang (0%) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang ( dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Tabel. Distribusi frekuensi kepatuhan minum obat penderita TB paru No Kategori Kepatuhan Jumlah % Patuh 6 pasien Tidak Patuh pasien 80% 0% Jumlah 0 responden 00% Dari tabel. diatas diketahui bahwa responden yang patuh terhadap pengobatan TB paru lebih besar yaitu berjumlah 6 responden (80%) dibandingkan dengan responden yang tidak patuh yaitu berjumlah responden (0%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hayati, 0) bahwa terdapat 56,58% pasien yang patuh dan,% pasien yang tidak patuh. Alasan yang paling banyak diungkapkan oleh responden yang patuh adalah karena adanya keyakinan untuk sembuh dengan berobat secara teratur disamping adanya dukungan dari keluarga dan informasi yang lengkap dari petugas TB di Rumah Sakit. Hal lain yang dapat membuat pasien tidak patuh akan pengobatannya yaitu penjelasan yang tidak akurat dari petugas kesehatan, tingginya komplikasi atau biaya pengobatan, dan tingginya jumlah dan tingkat keparahan efek samping obat yang diminum (Carpenito, 009). 5
Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat Tabel. Hasil Uji ChiSquare antara variabel bebas dan variabel terikat Variabel X X No Variabel Bebas Terikat Hitung Tabel Kepatuhan Minum Obat Hasil pengujian pada tabel. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pasien dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Ini menunjukkan bahwa seluruh penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila sudah memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik sehingga pasien tersebut patuh dalam menjalankan pengobatannya. Selanjutnya dalam tabel yang sama dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara efek samping obat dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Theresia (99) di Kabupaten Purworejo dan Purwanto (00) di Kabupaten Pekalongan bahwa faktor efek samping obat tidak berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru. Hal ini dapat dimengerti bahwa dari hasil penelitian tidak ada efek samping yang berat, hanya sifatnya ringan sehingga penderita menganggap wajar bahwa minum obat memang tidak enak (Purwanto, 00; Theresia, 99). Selanjutnya untuk peran keluarga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Menurut (Niven, 00), keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Dukungan keluarga dalam bentuk dukungan dari anggota keluarga merupakan faktor penting dalam kepatuhan terhadap Pengetahuan Efek Samping Obat Peran Keluarga/PMO Peran Petugas TB 7,89,60,8,5,8,8,8,8 α 0,007 0,05 0,00 0, programprogram medis. Hasil yang sama juga di dapatkan dalam penelitian Amalludin (00), Aisyah (00), Syahrizal (00) yang menunjukkan hubungan bermakna antara hubungan peran keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien. Untuk peran petugas TB yang ditunjukan pada tabel. dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Penelitian yang sama juga di dapatkan dari penelitian Irianto (00), Syahrizal (00), Akmalludin (00), dan Nazar (997) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap, pelayanan, atau penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan terhadap kepatuhan berobat penderita TB paru. Menurut (Hayati, 0) hal ini disebabkan setiap penderita TB paru mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dari petugas kesehatan, namun kepuasan penderita terhadap pelayanan kesehatan tersebut tidak selalu sama antara penderita yang satu dengan yang lainnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru di RSUD Toto Kabila, maka dapat disimpulkan bahwa pasien yang patuh sebanyak 6 orang (80%) dan pasien tidak patuh orang (0%), dengan kepatuhan > 80% maka kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru di RSUD Toto Kabila termasuk dalam kategori kepatuhan baik. SARAN. Berdasarkan penelitian diatas maka perlu ditingkatkan lagi kinerja petugas TB di Rumah Sakit. Oleh karena itu 6
diperlukan peningkatan pengetahuan dan motivasi melalui pendidikan atau pelatihan oleh profesional kesehatan kepada petugas TB agar dalam melaksanakan tugas pengawasannya berjalan secara aktif dan pasien bisa menerima dan mematuhi apa yang disampaikan oleh petugas TB di Rumah Sakit.. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kepatuhan minum obat dengan peran petugas TB di Rumah Sakit. DAFTAR PUSTAKA Carpenito. 009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. EGC. Departemen Kesehatan RI. 00. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Klinik Dirjen Bina Farmasi & Alkes. Departemen Kesehatan RI. 007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 008. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care). Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 00. Situasi Epidemiologi Tb Indonesia. Depkes RI. Hayati, A. 0. Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru tahun 000 di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Depok. Skripsi FMIPA Departemen Farmasi UI. Depok. Kementerian Kesehatan RI. 0. Pedoman Pelaksanaan Hari TB Sedunia 0. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kusbiyantoro. 00. Perbandingan Efektivitas Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat Sebagai Pengawas Minum Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Konversi Dahak Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kebumen. Thesis Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Niven, N. 00. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. EGC. Notoatmodjo, S. 00. Ilmu Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta. Purwanto, N. 00. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung. Rusmani, A. (00). Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Di Rumah Sakit UmumDaerah (RSUD) Dr. Doris Sylvanus Kota Palangkaraya Propinsi Kalimantan Tengah. Thesis Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Sugiyono. 0. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Smet, B. 99. Psikologi Kesehatan. Grasindo. Theresia. 99. Pengaruh Efek Samping Obat Terhadap Pasien. EGC. World Health Organization. 00. Adherence to LongTerm Therapies: Evidence For Action. World Health Organisation. Geneva. 7