EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PENDERITA TUBERKULOSSIS PARU DALAM PROGRAM PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN. Penderita TB Paru di RS Paru Surabaya yang patuh berobat adalah:

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN BEROBAT PASIEN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

Naskah Publikasi Karya Tulis Ilmiah. 22 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS DI BKPM MAGELANG PERIODE FEBRUARI MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

Identifikasi Faktor Resiko 1

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Dasar-dasar Perhitungan statistika. Jakarta: Sagung Seto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

ABSTRAK. Kata kunci: peran keluarga PMO, kepatuhan minum obat, penderita TB paru

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. kuman Myiobakterium Tuberculosis. WHO mencanangkan keadaan darurat

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT TB PARU DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN PEMERIKSAANTB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLOSO KABUPATEN JOMBANG

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang adalah Tuberkulosis Paru (TB paru) (Kemenkes, 2008). Mycobakterium Tuberculosis yang terutama menyerang paru (Kemenkes,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN BEROBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

Transkripsi:

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO Ayu Wardhani Djafar, Fakultas IlmuIlmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Email: ayuwardhanidjafar@gmail.com ABSTRAK Pengobatan penyakit TB paru sangat erat hubungannya dengan kepatuhan pengobatan yang menentukan suatu keberhasilan terapi, namun kepatuhan pengobatan oleh pasien TB paru seringkali rendah terutama dalam keteraturan untuk minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Desain penelitian yang digunakan adalah studi analisis deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional yang dilakukan pada pasien TB paru yang berjumlah 0 pasien di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 6 responden (80%) yang patuh dan responden (0%) yang tidak patuh dalam menjalankan pengobatan TB paru pada tahun 05 di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Kata kunci : Kepatuhan Pengobatan, Tuberkulosis Paru PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat (Depkes RI, 00). Penggunaan obat merupakan hal yang sangat krusial dalam pengobatan penyakit. Oleh karena itu obat mesti diberikan dengan tepat, baik tepat penyakit, tepat obat, tepat dosis, tepat pemberian, serta tepat pasien, kalau tidak obat akan memberikan efek yang tidak diharapkan dan bahkan bisa memberikan efek keracunan yang membahayakan jiwa pasien (Hayati, 0). Pemberian obat dengan tepat belum tentu menjamin keberhasilan suatu pengobatan jika tidak diikuti dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya. Kepatuhan ratarata pasien pada pengobatan jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah (WHO, 00). Ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan adalah masalah kesehatan yang serius dan sering terjadi pada pasien dengan penyakit kronis, seperti penyakit tuberkulosis paru (Depkes RI, 005). Penyakit tuberkulosis (TB paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia (Depkes RI, 007). Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman ini diperkirakan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Berdasarkan data Global Tuberkulosis Control tahun 007, prevalensi TB paru untuk semua tipe adalah per 00.000 penduduk atau 565.6 per tahun dengan tingkat kematian

9 per 00.000 penduduk atau 50 orang perhari (Depkes RI, 00). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 007 melaporkan, bahwa TB paru merupakan penyebab kematian nomor satu (7,8%) diantara penyebab kematian dari penyakit menular dan penyebab kematian nomor dua (7,) setelah stroke diantara penyebab kematian dari penyakit menular dan tidak menular (Depkes RI, 008). Selain itu, TB terjadi pada lebih dari 7 usia produktif (55 tahun), dalam hal ini kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit TB cukup besar (Kemenkes RI, 0). Kepatuhan minum obat adalah mengkonsumsi obatobatan yang diresepkan dokter pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya akan efektif apabila penderita mematuhi aturan dalam penggunaan obat (Kusbiyantoro, 00). Perilaku kepatuhan minum obat sangat penting bagi penderita tuberkulosis paru selama menjalankan pengobatan, karena jika penderita tidah patuh dalam minum obat bahkan sampai putus berobat maka penderita tersebut akan resisten terhadap obat tuberkulosis tersebut, sehingga mengakibatkan penderita akan menularkan penyakit tuberkulosis tersebut kepada orang lain yang ada disekitarnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusmani (00) bahwa kepatuhan adalah suatu perbuatan untuk bersedia melaksanakan aturan minum obat sesuai jadwal yang telah ditetapkan, dimana penderita yang dikatakan patuh minum obat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan sedangkan penderita yang tidak patuh minum obat bahkan sampai putus berobat maka akan mengakibatkan penderita akan resisten terhadap obat TB dan akan menularkan penyakit TB tersebut kepada orang lain yang ada disekitarnya. Perilaku kepatuhan minum obat bukan sesuatu yang mudah karena hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: karena kurangnya pengetahuan tentang tuberkulosis paru, motivasi minum obat dari pasien, tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan kurangnya dukungan dari keluarga dalam pengobatan. Untuk mencapai keberhasilan suatu pengobatan, bukan sematamata menjadi tanggung jawab pasien, namun harus di lihat dari faktorfaktor lain salah satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial, dalam hal ini yang dimaksud adalah keluarga dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat secara teratur. Dalam program pengobatan TB, peran keluarga dan masyarakat mempunyai andil besar dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan, yaitu dengan adanya pengawasan dan pemberian dorongan kepada penderita untuk minum obat secara teratur (Smet, 99). METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analisis deskriptif dengan pengambilan data secara cross sectional menggunakan kuisioner yang bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru yang berada di RSUD Toto Kabila. Populasi, Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita tuberkulosis paru yang berjumlah 0 pasien yang saat ini sedang menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil yakni kurang dari 0 orang (Sugiyono, 0). Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yang berjumlah 0 pasien dan bersedia menjadi responden.

Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner. Kuisioner adalah teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden) tetapi pasien diberi angket berisi sejumlah pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Pengambilan data pada subjek yang memenuhi kriteria inklusi yaitu, pasien TB paru yang saat ini sedang menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Toto Kabila dan pasien TB paru yang bersedia menjadi responden penelitian. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien yang tidak menjawab seluruh pertanyaan pada kuisioner yang diajukan secara lengkap (Hayati, 008). Teknik Analisis Data Pada penelitian ini digunakan tehnik analisis data univariat dan bivariat. Dimana analisis univariat ini digunakan untuk mengetahui presentase masingmasing variabel dalam kuisioner yaitu dengan menghitung skor dengan rumus (Notoatmodjo, 00): P = 00 % Dimana: P = Presentase F N = Jumlah skor yang benar = Jumlah skor maksimal Sedangkan analisis bivariat untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam hal ini yaitu apakah ada hubungan antara jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan responden, peran keluarga, dan peran petugas TB paru dengan kepatuhan minum obat dengan menggunakan rumus chisquare dengan tingkat kemaknaan (α = 0,05 ) dan 95 % confidence central melalui program komputer SPSS. Adapun rumus chisquare : X = Keterangan: fo = Nilai hasil pengukuran atau pengamatan fh = Nilai harapan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel. Distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan Karakteristik Sosiodemografi Umur : 50 Tahun 0 Tahun > 0 Tahun Jenis kelamin : Lakilaki Perempuan Tingkat pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa Wirausaha/pedagang Pegawai Tidak Bekerja Jumlah (n=0) 7 0 7 Persentase (%) 50% 6 Berdasarkan tabel. diatas diketahui bahwa responden yang berusia > 0 tahun lebih banyak menderita TB paru dengan persentase 50% berusia 50 tahun yang lebih sedikit menderita TB paru dengan persentase. Untuk jenis kelamin, didapatkan responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak menderita TB paru dengan persentase 6 berjenis kelamin lakilaki yang lebih sedikit menderita TB paru dengan persentase. Untuk tingkat pendidikan, didapatkan responden dengan pendidikan SMP adalah penderita TB paru paling banyak dengan 8 6 6 8 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

persentase 0% dibandingkan dengan responden yang lain. Untuk jenis pekerjaan, didapatkan responden yang tidak bekerja lebih banyak menderita TB paru dengan persentase 0% dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain. Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis Paru di RSUD Toto Kabila Tabel. Distribusi frekuensi kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, efek samping obat, peran keluarga/pmo, dan peran petugas kesehatan No Variabel Bebas Umur 50 Tahun 0 Tahun 0 Tahun Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Tingkat pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan Pelajar/mahasiswa Wirausaha/pedagang Pegawai Tidak Bekerja 5 Pengetahuan Baik Kurang Baik 6 Efek Samping Obat Ada efek samping Tidak ada efek samping 6 Peran Keluarga/PMO Baik Kurang Baik 7 Peran Petugas TB Baik Kurang baik Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia > 0 tahun memiliki tingkat kepatuhan minum obat tertinggi dengan persentase 0% berusia 50 tahun yang memiliki tingkat kepatuhan minum obat terendah dengan persentase 0%. Untuk kepatuhan minum obat berdasarkan jenis Kepatuhan Patuh % Tidak Patuh % 7 8 5 6 5 5 6 5 6 7 0% 0% 60% 0% 0% 0% 0% 80% 0% 0% 7 80% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 80% kelamin didapatkan responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki tingkat kepatuhan minum obat tertinggi dengan persentase 60% dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin lakilaki yang memiliki tingkat kepatuhan minum obat terendah dengan persentase. Untuk tingkat pendidikan, didapatkan responden

dengan tingkat pendidikan SMA memiliki tingkat kepatuhan minum obat lebih tinggi dengan persentase 0% lain. Untuk jenis pekerjaan, didapatkan responden dengan jenis pekerjaan wirausaha/pedagang dan tidak bekerja memiliki tingkat kepatuhan minum obat paling tinggi dengan persentase lain. Untuk responden dengan pengetahuan yang baik mengenai TB paru sebanyak 7 orang (8) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak 6 orang (80% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Pasien yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak orang () yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang (0% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Untuk efek samping obat, didapatkan sebanyak orang (0%) yang merasakan adanya efek samping dari obat tersebut, responden tersebut terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang (0% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang (0% dari total pasien). Sebanyak 6 orang (80%) merasakan tidak adanya efek samping dari obat tersebut, responden tersebut terdiri dari pasien yang patuh sebanyak 5 orang (7 dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Untuk peran keluarga, didapatkan responden dengan peran keluarga yang baik dan patuh sebanyak 6 orang (80% dari total pasien) sedangkan pasien yang keluarganya memiliki peran dalam kategori kurang baik sebanyak orang (0%) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang (0% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang (0% dari total pasien). Untuk peran petugas TB paru didapatkan responden yang merasakan peran petugas TB yang baik sebanyak 8 orang (8) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak 7 orang (80% dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien) sedangkan pasien yang merasakan peran petugas kesehatan yang kurang baik sebanyak orang (0%) yang terdiri dari pasien yang patuh sebanyak orang ( dari total pasien) dan pasien yang tidak patuh sebanyak orang ( dari total pasien). Tabel. Distribusi frekuensi kepatuhan minum obat penderita TB paru No Kategori Kepatuhan Jumlah % Patuh 6 pasien Tidak Patuh pasien 80% 0% Jumlah 0 responden 00% Dari tabel. diatas diketahui bahwa responden yang patuh terhadap pengobatan TB paru lebih besar yaitu berjumlah 6 responden (80%) dibandingkan dengan responden yang tidak patuh yaitu berjumlah responden (0%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hayati, 0) bahwa terdapat 56,58% pasien yang patuh dan,% pasien yang tidak patuh. Alasan yang paling banyak diungkapkan oleh responden yang patuh adalah karena adanya keyakinan untuk sembuh dengan berobat secara teratur disamping adanya dukungan dari keluarga dan informasi yang lengkap dari petugas TB di Rumah Sakit. Hal lain yang dapat membuat pasien tidak patuh akan pengobatannya yaitu penjelasan yang tidak akurat dari petugas kesehatan, tingginya komplikasi atau biaya pengobatan, dan tingginya jumlah dan tingkat keparahan efek samping obat yang diminum (Carpenito, 009). 5

Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat Tabel. Hasil Uji ChiSquare antara variabel bebas dan variabel terikat Variabel X X No Variabel Bebas Terikat Hitung Tabel Kepatuhan Minum Obat Hasil pengujian pada tabel. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan pasien dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Ini menunjukkan bahwa seluruh penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila sudah memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik sehingga pasien tersebut patuh dalam menjalankan pengobatannya. Selanjutnya dalam tabel yang sama dapat dilihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara efek samping obat dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Theresia (99) di Kabupaten Purworejo dan Purwanto (00) di Kabupaten Pekalongan bahwa faktor efek samping obat tidak berhubungan secara signifikan dengan kepatuhan minum obat penderita TB paru. Hal ini dapat dimengerti bahwa dari hasil penelitian tidak ada efek samping yang berat, hanya sifatnya ringan sehingga penderita menganggap wajar bahwa minum obat memang tidak enak (Purwanto, 00; Theresia, 99). Selanjutnya untuk peran keluarga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Menurut (Niven, 00), keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Dukungan keluarga dalam bentuk dukungan dari anggota keluarga merupakan faktor penting dalam kepatuhan terhadap Pengetahuan Efek Samping Obat Peran Keluarga/PMO Peran Petugas TB 7,89,60,8,5,8,8,8,8 α 0,007 0,05 0,00 0, programprogram medis. Hasil yang sama juga di dapatkan dalam penelitian Amalludin (00), Aisyah (00), Syahrizal (00) yang menunjukkan hubungan bermakna antara hubungan peran keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien. Untuk peran petugas TB yang ditunjukan pada tabel. dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran petugas kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis paru di RSUD Toto Kabila. Penelitian yang sama juga di dapatkan dari penelitian Irianto (00), Syahrizal (00), Akmalludin (00), dan Nazar (997) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap, pelayanan, atau penyuluhan yang diberikan petugas kesehatan terhadap kepatuhan berobat penderita TB paru. Menurut (Hayati, 0) hal ini disebabkan setiap penderita TB paru mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dari petugas kesehatan, namun kepuasan penderita terhadap pelayanan kesehatan tersebut tidak selalu sama antara penderita yang satu dengan yang lainnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru di RSUD Toto Kabila, maka dapat disimpulkan bahwa pasien yang patuh sebanyak 6 orang (80%) dan pasien tidak patuh orang (0%), dengan kepatuhan > 80% maka kepatuhan minum obat penderita Tuberkulosis Paru di RSUD Toto Kabila termasuk dalam kategori kepatuhan baik. SARAN. Berdasarkan penelitian diatas maka perlu ditingkatkan lagi kinerja petugas TB di Rumah Sakit. Oleh karena itu 6

diperlukan peningkatan pengetahuan dan motivasi melalui pendidikan atau pelatihan oleh profesional kesehatan kepada petugas TB agar dalam melaksanakan tugas pengawasannya berjalan secara aktif dan pasien bisa menerima dan mematuhi apa yang disampaikan oleh petugas TB di Rumah Sakit.. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan kepatuhan minum obat dengan peran petugas TB di Rumah Sakit. DAFTAR PUSTAKA Carpenito. 009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. EGC. Departemen Kesehatan RI. 00. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Klinik Dirjen Bina Farmasi & Alkes. Departemen Kesehatan RI. 007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 008. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care). Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 00. Situasi Epidemiologi Tb Indonesia. Depkes RI. Hayati, A. 0. Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru tahun 000 di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Depok. Skripsi FMIPA Departemen Farmasi UI. Depok. Kementerian Kesehatan RI. 0. Pedoman Pelaksanaan Hari TB Sedunia 0. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kusbiyantoro. 00. Perbandingan Efektivitas Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat Sebagai Pengawas Minum Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Konversi Dahak Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten Kebumen. Thesis Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Niven, N. 00. Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain. EGC. Notoatmodjo, S. 00. Ilmu Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta. Purwanto, N. 00. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung. Rusmani, A. (00). Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Di Rumah Sakit UmumDaerah (RSUD) Dr. Doris Sylvanus Kota Palangkaraya Propinsi Kalimantan Tengah. Thesis Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Sugiyono. 0. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Smet, B. 99. Psikologi Kesehatan. Grasindo. Theresia. 99. Pengaruh Efek Samping Obat Terhadap Pasien. EGC. World Health Organization. 00. Adherence to LongTerm Therapies: Evidence For Action. World Health Organisation. Geneva. 7