BAB V PENUTUP. Perubahan iklim telah menjadi perhatian masyarakat internasional sejak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

dilakukan oleh berbagai pihak termasuk negara berkembang untuk mendapatkan kompensasi atas usaha yang dilakukan untuk mengurangi deforestasi dan degra

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

SURAT UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENUNTUT KEADILAN IKLIM BERKEADILAN GENDER

Sambutan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas selaku Ketua Majelis Wali Amanat ICCTF dalam

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Ratifikasi Setengah Hati Undang-Undang Penanganan Bencana Asap Lintas Negara

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

2018, No rangka penurunan emisi dan peningkatan ketahanan nasional terhadap dampak perubahan iklim; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

Kemitraan Untuk REDD+: Lokakarya Nasional bagi Pemerintah dan Masyarakat Sipil CIFOR, Maret Untuk apa kita berada disini?

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen Dewan Perubahan Iklim Menyongsong Kopenhagen

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat

PENDEKATAN LANSKAP DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Deklarasi Rio Branco. Membangun Kemitraan dan Mendapatkan Dukungan untuk Hutan, Iklim dan Mata Pencaharian

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Manusia, Hutan, dan. Perubahan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. Forest People Program (FPP) menemukan bahwa di negara dunia ketiga,

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Paris Agreement, NDC dan Peran Daerah dalam Penurunan Emisi. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, Juni 2016

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, banyak sekali perbincangan mengenai masalah

Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan REDD Plus

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

Garis-Besar NAP. Latar Belakang. Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional

BAB II DESKRIPSI PERKEMBANGAN SKEMA REDD+ DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

Ringkasan eksekutif. Laporan tentang Penilaian terhadap Beberapa Pilihan untuk Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

LAPORAN AKHIR TUGAS Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+ 30 Juni 2011

REDD+ Coordination, Actor s Role and Their Responsibilities

KEPENTINGAN INDONESIA BEKERJASAMA DENGAN NORWEGIA DALAM KERANGKA REDUCTING EMISSION FROM DEFORESTATION AND DEGRADA- TION (REDD) TAHUN 2010

Perkuat Agenda Perubahan Iklim dan Komitmen Indonesia Melindungi Hutan

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini memiliki tema utama yakni upaya yang dilakukan Australia

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

WWF: Paket Istimewa yang diharapkan dari Durban

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia, Cengkareng, 28 November 2012 Rabu, 28 November 2012

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

SELAMAT TAHUN BARU 2011

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

bajo dan perubahan iklim/ dan mereka memanen rumput/

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

PARADIGMA HOLISTIK-KONTEKSTUAL UNTUK KEBIJAKAN MENGHADAPI ISU GLOBAL

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT IMPLEMENTASI KERJASAMA INDONESIA DAN NORWEGIA DALAM SKEMA REDD+ DI KABUPATEN KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ( )

PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

2016, No Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ang

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. radiasi inframerah (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

Laporan Penelitian Individu. Persetujuan Paris dan Diplomasi Indonesia Dalam Penurunan Emisi Karbon Indonesia

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperkaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Transkripsi:

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Perubahan iklim telah menjadi perhatian masyarakat internasional sejak bertahun-tahun yang lalu. Hal ini terlihat dari banyaknya upaya yang dilakukan oleh negara-negara untuk menyelesaikannya dalam forum internasional. Dimana pada puncaknya, upaya mengatasi perubahan iklim melahirkan sebuah mekanisme penanggulangan iklim pada tahun 1992. Mekanisme ini merupakan mekanisme internasional yang dituangkan kedalam rezim internasional yang dikenal sebagai UNFCCC. Rezim UNFCCC telah melahirkan berbagai kesepakatan terkait dengan upaya menanggulangi dampak perubahan iklim mulai dari Protokol Kyoto hingga mekanisme REDD+. Mekanisme ini merupakan mekanisme untuk mengurangi dampak perubahan iklim melalui deforestasi dan degradasi hutan. Di tingkat internasional, telah terjadi berbagai perdebatan antara negara maju dan negara berkembang terkait tanggungjawab terhdap perubahan iklim. Perdebatan ini terus bergulir hingga pertemuan yang berlangsung di Paris. Indonesia merupakan negara dengan luas hutan terluas nomor tiga di dunia sekaligus negara dengan tingakat emisi GRK yang tinggi. Kondisi ini membuat isu perubahan iklim menjadi penting bagi Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya untuk mengastasi dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Komitmen ini ditunjukan dengan keikutsertaan Indonesia dalam pertemua-pertemuan internasional yang membahas tentang perubahan iklim. Tidak hanya itu, Indonesia juga melakukan upaya penanggulangan emisi GRK dengan target pengurangan mencapai 26 persen 107

dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional. Upaya dan komitmen Indonesia terhadap masalah perubahan iklim kemudian menarik perhatian Norwegia untuk melakukan kerja sama. Hal ini diwujudkan dengan penandatanganan surat niat kerja sama senilai 1 miliar dollar Amerika. Dalam kesepakatan yang ditandatangani pada tahiun 2010 tersebut, Norwegia akan memberikan kompensasi terhadap upaya yang dilakukan Indonesia dalam mengurangi emisi GRK. Namun dalam perjalanannya, kerja sama yang dilakukan oleh kedua negara mendapatkan hambatan. Diantara hambatan tersebut adalah lambannya pembentukan lembaga pelaksana kerja sama, tidak adanya aturan yang jelas terkait hutan, minimnya keterlibatan pemangku kepentingan terhadap hutan serta tidak adanya mekanisme pengelolaan dana hibah yang didapatkan. Pada tahun 2014, terjadi perubahan kepemimpinan di Indonesia dari SBY kepada Joko Widodo. Perubahan kepemimpinan ini membawa perubahan yang besar terhadap fokus kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Pemerintahan dibawah Joko Widodo, memiliki arah kebijakan yang berfokus pada isu-isu kemaritiman. Hal ini tentu berdampak terhadap kebijakan-kebijakan lingkungan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah sebelumnya. Selain itu Presiden Joko Widodo juga mengeluarkan kebijakan untuk membubarkan BP-REDD+ dan DNPI dan memindahkan fungsi serta tugas kedua lembaga ini kepada KLH. Kebijakan ini berdampak terhadap pelaksanaan kerja sama antara Indonesia dan Norwegia. Kondisi ini dikarenakan, BP-REDD+ merupakan lembaga independen yang dibentuk untuk melaksanakan perjanjian diantara kedua negara sekaligus syarat dari kerja sama tersebut. 108

Dibalik permasalahan yang dihadapi pelaksanaan kerja sama diantara Indonesia dan Norwegia, Presiden Joko Widodo memilih untuk melanjutkan kerja sama tersebut. Menurut tulisan dari Juliet Kaarbo, Jeffrey S. Lantis, Ryan K. Beasley terdapat dua faktor utama yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Diantara faktor yang menyebabkan dilanjutkan kerja sama ini adalah faktor eksternal dan faktor internal. Dimana faktor eksternal terdiri dari beberapa hal diantaranya adalah posisi Indonesia dalam sistem internasional, saling keterhantungan antara Indonesia dan Norwegia serta tanggungjawab moral Indonesia untuk menyelesaikan dampak perubahan iklim global. Dari analisis yang dilakukan ditemukan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia melajutkan kebijakan luar negeri terkait kerja sama dengan Norwegia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor eksternal dan internal. Dari faktor eksternal, kerja sama antara Indonesia dan Norwegia dapat dilanjutkan dikarenakan adanya keuntungan yang dimiliki Indonesia dalam UNFCCC. Keuntungan ini dapat berupa penyelesaian permasalahan kehutanan di Indonesia melalui mekanisme internsaional. Selain itu juga keuntungan yang juga didapatkan oleh Indonesia adalah dukungan dari internasional. Kondisi lain yang menyebabkan dilanjutkannya kerja sama dengan Norwegia adalah adalah sensitive interdependent diantara kedua negara. Hal ini menjadikan tujuan kedua negara dalam menanggulangi dampak perubahan iklim dapat dicapai dengan efisien. Disamping itu, adanya norma-norma internsional juga ikut mempengaruhi dilanjutkannya kerja sama diantara kedua negara. Faktor lain yang juga mempengaruhi kerja sama antara Indonesia dan Norwegia adalah faktor internal. Tingginya antusias masyarakat terhadap isu 109

perubahan iklim serta maraknya pemeberitaan terkait hal tersebut di Indonesi menjadi pendorong bagi pemerintah untuk melanjutkan kerja sama REDD+ dengan Norwegia. Di samping itu dukungan yang diberikan oleh Kemelu dan KLH sesuai peranannya masing-masing juga menjadi alasan dilajutkannya kerja sama. Tidak hanya hal itu, sebagai penentu kebijakan Presiden Joko Widodo juga memainkan peran vital terkait kerja sama ini. Kemampuan untuk melihat peluang dan ideologi kerja yang dimilikinya telah mendorong kebijakan tersbut untuk dilanjutkan. 5.2 Saran Dilanjutkannya kerja sama diantara Indonesia dan Norwegia merupakan langkah yang dianggap tepat untuk menyelesaikan dampak perubahan iklim sekaligus menyelesaikan permasalahan kehutanan di Indonesia. Akan tetapi masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki dalam kerja sama tersebut. Dari sisi tujuan, kerja sama diantara kedua negara hendaknya tidak hanya menjadi sarana untuk menunjukan komitmen terhadap isu-isu lingkungan hidup terutama isu-isu perubahan iklim. Akan tetapi kerja sama diantara kedua dijadikan sebagai upaya bagi negara-negara di dunia untuk mengatasi permasalahan lingkungan serta dampaknya terhadap masyarakat yang berada disekitarnya. Hal ini mengingat bahwa setiap kebijakan yang diambil terkait hutan maka akan berimbas kepada masyarakat yang tinggal dihutan maupun yang menggantungkan hidupnya kepada hutan. Kedua, hal yang perlu diperhatikan adalah pelaksanaan kerja sama yang disepakati oleh kedua negara. Dalam pelaksanaannya hendaknya ada peraturan yang jelas terkait definisi hutan, pengelolaan keuangan serta penindakan terhadap 110

pelanggaran yang terjadi. Kemudian pelaksanaan kerja sama hendaknya melibatkan masyarakat yang ada disekitar hutan. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal lain yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan kerja sama REDD+ adalah kesinambungan antara pelaksana kebijakan sehingga tercipta kondisi yang baik dilapangan. 111