BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hawari (2006) mendefinisikan kecemasan sebagai gangguan dalam perasaan

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Lembar Persetujuan Responden

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KUESIONER PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang

Informed Consent. kecemasan dengan intensitas nyeri pada pasien nyeri punggung.

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Dengan hormat, Sehubungan dengan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI/Skripsi) salah satu tugas pada :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

LAMPIRAN 1 HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MUTASI PADA PNS DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

SUMMARY ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke

HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

1. Bab II Landasan Teori

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Nama : Tn. B Umur : 47 tahun. Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

mendalam (insight) (Suparyo, 2010) : (1) Identifikasi, anak mengidentifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

LAMPIRAN. Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berakhir sampai permulaan persalinan (Saifuddin, 2006). Wibisono (2009),

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

KISI-KISI PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

2.1 Lampiran Kuesioner SKALA NILAI DEPRESI DARI HAMILTON HAMILTON DEPRESSION RATING SCALE (HDRS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial. Tanggal masuk panti: 25 Mei 2015 Tanggal wawancara: 29 Mei 2015

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan. Seseorang yang usia lanjut akan mengalami adanya perubahan yang. pada remaja, menstruasi dan menopause pada wanita

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun. 1. Pengertian Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cukup bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa menderita kanker leher rahim (Groom,2007). Kanker leher rahim ini menduduki

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa,

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. xiv

Rekam Medis Penghuni Panti Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

Transkripsi:

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Hawari (2006) mendefinisikan kecemasan sebagai gangguan dalam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Apek fisik pada kecemasan infertilitas ini yaitu mudah tersinggung, dan suasana hati mudah berubah. Aspek kognitif berupa menurunnya daya ingat dan daya konsentrasi, pikiran kacau, dan pikiran hanya dipenuhi satu hal. Apek interpersonal berupa mudah curiga pada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, dan problem seksual dengan pasangannya (Hidayah, 2007). Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menimbulkan kecemasan, konflik dan bentuk frustasi lainnya merupakan sumber dari kecemasan (Atkinson, 1999). Gangguan Kecemasan terhadap infertil berupa rasa takut dan khawatir yang tidak menyenangkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis dan perilaku menghindar (Rahmi, 2006). Menurut Asmadi (2008), Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang

19 merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, dan faktor dari luar dirinya yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal. 2. Tingkat Kecemasan Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Stuart, 2006) yaitu : a) Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini mnyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. b) Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif namun dapat brfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. c) Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain. d) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan

20 kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemapuan untuk berhubungan dengan orang lain, pesepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tingkat Tanda Fisik Intelektual Sosail dan Emosional Kecemasan Minimal Tekanan darah, nadi, Aktifitas kognitif Tidak ada interaksi (mendekati 0) respirasi dalam batas minimal, sikap sosial, tidak ada usaha normal. mengabaikan menghadapi stimulus Pupil kontraksi, otot stimulus dari dari lingkungan, relaksasi sedikit atau lingkungan, tidak aktifitas emosional tidak ada tahanan pada berusaha aktif minimal, mengabaikan gerakan pasif. terhadap proses situasi, merasa kuat informasi, kesadaran dan merasa puas tidak berubah. Kecemasan Rangsangan sistem Lapangan perseptual Tingkah laku spontan. Ringan (+1) simpatik pada tingkat terbuka, mampu Perasaan positif dan

21 rendah, ketengan otot merubah fokus nyaman, percaya diri skeletal mulai ringan perhatian, sadar akan dan puas. sampai moderat, tubuh lingkungan luar, Aktifitas menyendiri. relaksasi, pergerakan berfikir positif pada lambat dan mempunyai dirinya, perhatian arti. Kontak mata rendah terhadap dipertahankan, suara sesuatu yang tak tenang dan intonasi baik. terduga atau hal yang negatif. Kecemasan Sistem saraf simpatis Persepsi sempit, Meningkatkan Sedang (+2) aktif : Tekanan darah fokus perhatian kemampuan dalam meningkat, denyut khusus pada stimulus belajar menganalisa jantung meningkat, eksternal atau masalah, pengaturan pernafasan meningkat, internal. Berusaha kognitif dan gerakan, Sistem saraf simpatis menyadari proses Meningkatkan aktif : tekanan darah informasi. kemampuan dalam meningkat, pernafasan Pikiran terpusat pada belajar menganalisa meningkat, pupil dilatasi. diri sendiri, pikiran masalah, pengaturan Peningkatan tegangan tentang kemampuan kognitif dan gerakan, otot bersamaan dengan diri sendiri, berusaha merasa ada tantangan

22 penekanan penginderaan, mendapatkan sumber- dalam menyelesaikan dan gerakan tidak sumber penting untuk dilema/masalah. Rasa menentu. Suara pemecahan masalah. percaya diselingi rasa menunjukkan kesan Hasil positif takut. Harga diri perhatian dan ketertarikan pemecahan masalah rendah dan masalah yang terjadi. belum tentu dicapai. kemungkinan tidak Kecepatan bicara mampu. meningkat, nada suara Perilaku lari (fligh) meningkat, kewaspadaan dari masalah meningkat. dimanifestasikan dengan menarik diri, mengingkari dan depresi. Berat (+3) Respon berjuang atau lari Kapasitas persepsi Ancaman pada diri dari masalah. sangat sempit, meningkat, mengalami Sistem saraf simpatis perhatian yang disosiasi. dihambat secara umum. berlebihan pada satu Rangsangan pada stimulus, medulla adrenal ditandai penyelesaian masalah dengan peningkatan tidak efektif/sulit, katekolamin, denyut tidak perduli pada

23 jantung cepat, palpitasi, glukosa darah meningkat, aliran darah ke sistem pencernaan menurun, aliran darah ke otot rangka meningkat, penegangan otot berlebihan, kaku, ancaman, mengingkari masalah, disorientasi waktu dan tempat. Kemungkinan berfikir secara negatif, aktualisasi diri rendah. hiperventilasi, reaksi fisik meningkat, agitasi, gerakan tidak menentu, meremas tangan, resah, gemetar, terpaku (tidak bergerak). Nafsu makan hilang, mual. Efek verbal : gagap, cepat, nada suara meningkat, berbicara putus-putus, ragu-ragu. Ekspresi wajah :

24 Kontak mata sedikit, gerakan mata rata/manatap, menggeretakkan gigi, rahang kaku. 4. Gejala Kecemasan Hamilton menguraikan gejala kecemasan sesuai karakteristik respon kecemasan (Hawari, 2006). Perasaan cemas, meliputi : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. Ketegangan, meliputi : merasa tegang, lesu, tidak bisa beristirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menagis, gemetar gelisah. Ketakutan, meliputi : takut pada gelap, takut pada oran asing, takut ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian lalu lintas, takut pada kerumunan orang banyak. Gangguan tidur, meliputi : sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk. Gangguan kecerdasan meliputi : sukar konsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat buruk. Perasaan depresi (murung), meliputi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. Gejala somatik/fisik (otot), meliputi : sakit dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. Gejala somatik/fisik (sensorik), meliputi : tinnitus (telinga berdenging), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk. Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah),

25 meliputi : takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap). Gejala pernafasan, meliputi : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan. Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan (tidak ada haid), masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini. Menurut Stuart (2006) respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif dan efektif yatu : 1) Respon fisiologis Respon kecemasan terhadap kardiovaskuler adalah palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, takanan darah menurun. Respon kecemasan terhadap sistem neoromuskular adalah reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, geisha, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah, gerakan yang janggal. Respon kecemasan terhadap sistem gastrointestinal adalah kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati, diare. Respon kecemasan terhadap sistem perkemihan adalah tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan terhadap kulit adalah

26 wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. 2) Respon perilaku Respon kecemasan terhadap perilaku adalah gelisah, ketenangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat, kurang kordinasi, cenderung mengalami cidera, menarik diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi, sangat waspada. 3) Respon Kognitif Respon kecemasan pada kognitif adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, lapang persepsi menurun, keativitas menurun, produktifitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambar visual, takut cidera atau kematian, kilas balik, mimpi buruk. 4) Respon afektif Respon kecemasan pada afektif adalah mudah teranggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu. B. Pasangan Inferil Pasangan infetil adalah pasangan suami isteri yang pada umumnya telah menikah selama satu tahun dengan persetubuhan yang teratur, tanpa menggunakan

27 kontrasepsi namun belum juga menghasilkan keturunan dan dianjurkan melakukan pemeriksaan. (Moeloek, 2002). Bayak pasangan merasa khawatir ketika kehamilan tidak kunjung datang setelah berusaha selama dua atau tiga bulan. Namun, tertundanya kehamilan biasanya terjadi dan sebenarnya tidak perlu dikhawtirkan. Jika terlalu dikhawatirkan dan didominasi oleh keinginan untuk segera hamil, maka kecemasan itu akan terjadi semakin besar ketika kehamilan tidak juga terjadi. Rasa cemas itu bisa menjadi bagian dari masalah dan justru memperpanjang penantian untuk hamil (Charlish, 2005). C. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas Infertilitas ( kemandulan ) adalah pasangan yang menjalani hubungan seksual secara teratur ( 2-3 kali seminggu ) tanpa perlindungan selama 12 bulan dan tidak terjadi kehamilan ( Jones, 2002). Infertilitas adalah kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya (Prawirohardjo, 2005). 2. Pengelompokkan Infertilitas Infertilitas d kelompokkan menjadi 2 yaitu : Infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer yaitu apabila isteri belum pernah hamil walaupun

28 bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Sedangkan infertilitas sekunder yaitu isteri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Prawiohardjo, 2005). 3. Faktor Penyebab Kesuburan secara mutlak dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis dan anatomis. Kesuburan pada wanita merupakan satu unit psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor psikis dan faktor organis atau fisis. Kesulitan-kesulitan psikologis berkaitan dengan koitus dan kehamilan, dan biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita untuk menjadi hamil atau untuk menjadi ibu. Maka sumber utama dari kemandulan adalah : sebab-sebab psikologis yang kemudian sering menggangggu proses-proses fisiologis (Kartono, 1992) Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak laki-laki (40%), wanita (40%) dan sisanya akibat kelainan pada suami istri atau tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan di negara berkembang faktor penyebab infertilitas antara lain : a. Banyaknya pria dan wanita penderita penyakit kelamin yang tidak mendapatkan pengobatan memadai. Hal ini mengakibat-kan radang panggul pada wanita dan epididimis pada pria yang dapat mengurangi kesuburan. b. Pada perempuan antara lain : 1) Penyumpatan pada kedua tuba. 2) Gangguan ovulasi.

29 3) Masalah serviks. 4) Masalah endokrin. c. Pada pria antara lain : 1) Varikokel. 2) Kegagalan testikuler (Glasier, 2006). Faktor-faktor organik/psikologi juga merupakan penyebab terjadinya infertilitas karena kekakuan yang berlebihan (emotion stress) dapat juga menurunkan kesuburan wanita. Selain itu pendapat umum mengatakan bahwa ketegangan jiwa/kecemasan dapat menyebabkan spasmus di daerah antara uterus dan tuba (utero-tubal junction). Di negara Jugoslavia ditemukan 678 kasus dengan keluhan sterilias, 544 kasus (81,6%) disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus (18,4%) disebabkan oleh faktor penanggulangan infertilitas dan subfertilitas yang mempunyai kadar psikologi sebaiknya dilakukan dengan pendidikan psikologi (Prawirohardjo, 2003). Menurut Nadesul (2007) penyebab nonmedis pada infertil ini yaitu faktor stres. Sres tersebut dapat menghambat ovulasi dan dapat membuat suami menjadi impotensia. Suami-istri yang masing-masing sibuk dengan kegiatan diluar merupakan penyebab yang paling sering, disaat suami menginginkan seks isteri tidak berada di rumah, begitu pula sebaliknya ketika isteri menginginkan seks namun suami belum berada di rumah, dan pada saat keduannya berada dikamar mereka sudah terlanjur letih dan irama seksnya sudah tidak sinkron.

30 4. Pemeriksaan Infertilitas Pemeriksaan infertilitas harus selalu dimulai dengan pertanyaan mengenai kesehatan. Umumnya dan cara hidup mereka dan riwayat medis yang seksama harus ditanyakan dengan jelas apakah mereka telah benar-benar menjalani pernikahan secara benar, dan telah aktif dalam kehidupan seksualnya. Apabila ada masalah seksual, maka dinasehatkan untuk melakukan konseling psikoseksual dan pendidikan. Pasangan tersebut sebaiknya dirujuk ke klinik yang sesuai (Naylor, 2005). a. Syarat-syarat Pemeriksaan Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Itu berarti kalau istri saja dapat diperiksa sedangkan suaminya tidak mau diperiksa. Adapun syarat-syaratnya pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai berikut: 1) Istri yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriskaan dapat dilakukan lebih dini apabila : a) Pernah mengalami keguguran berulang b) Mengidap kelainan endokrin c) Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut d) Pernah mengalami bedah kandungan 2) Istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan itu datang kedokter. 3) Istri pasangan infirtil yang berumut antara 36-30tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertil kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.

31 4) Pemeriksaan infirtilitas tidak dilakukan pada pasangan infirtil yang salah satu anggota pasangannya mengidap penyakit yang dapat membahaya-kan kesehatan istri atau anaknya. a) Pemeriksaan khusus suami : semen analisa (faktor sperma) b) Pemeriksaan khusus istri : faktor ovarium, faktor tuba, faktor uterus, dan faktor serviks. 5) Riwayat terdahulu a) Pertumbuhan badan, termasuk stigma endokrin. b) Penyakit TBC, endometrosis dan tumor. c) Operasi : trauma di daerah pelvis mis: apendikstome. d) Perkawinan yang lalu : fertil dan infertil. e) Obstetri : kehamilan, persalinan dan komplikasinya. f) Ginekologi : haid, keputihan g) Pemeriksaan infertilitas sebelumnya. 6) Riwayat sekarang a) Lama infertilitas : Pemakaian kontasepsi dan lamanya usaha untuk hamil. b. Kehidupan seks : Libido, frekuensi dan teknik coisus dan kebiasaa pasca coitus. c. Psikomatik : Umum dan khusus terhadap infertilitas (Rabet, 2003).

32 D. Kecemasan Infertilitas Infertilitas dikenali sebagai stresor utama yang dapat mempengaruhi konsep diri, hubungan dengan pasangan, keluarga, teman-teman dan karier. Penelitian terbaru mengungkap profil ketegangan infertilitas, yang mencakup ketegangan, kekhawatiran, gejala depresi dan pengasingan diri ( Despianti, 2007). Kebanyakan orang yang tidak subur atau mereka yang mempunyai kesuburan menderita kesedihan yang serupa dengan kehilangan karena kematian, rasa kehilangan serta intensitasnya dapat sebesar rasa kehilangan seorang anak yang hidup namun tetap ada bedanya. Perbedaaan pertama adalah ketika seseorang meninggal, tidak akan ada harapan untuk mereka kembali hidup. Lain halnya dengan ketidaksuburan, seringkali paling tidak untuk jangka waktu yang panjang, orang masih menyimpan harapan ia akan mendapatkan seorang anak. Hal ini memperumit proses kesedihan. Kedua, pada ketidaksuburan kesedihan tersebut tidak mempunyai objek yaitu tidak ada anak, tidak ada foto, tidak ada kenangan untuk dikenang dan ditangisi. Peter dan Diane Houghton yang tidak mempunyai anak dan membentuk Asosiasi Nasional untuk orang-orang tanpa anak di Inggris (the National Association for the childless in Britain), menyebut pengalaman kesedihan semacam itu pada pasangan tanpa anak dengan kesedihan yang tidak terfokus karena tidak dapat dipuatkan pada seseorang maupun suatu peristiwa (Jones, 1997). Pasangan yang pada tahap awal evaluasi infertil sering merasa sangat ketakutan, anxietas dan merasa malu bahwa ia tidak bisa hamil, atau malu karena untuk mengatasi masalahnya mereka akan membicarakan hubungan intim mereka

33 dengan perawat dan pasti akan dilakukan pemeriksaan organ reproduksi. Sehingga dalam wawancara, perawat harus mampu memotivasi klien sehingga tercipta suasana kooperatif dengan tidak menghakimi dan tetap empati ( Ma rifah, 2009).