1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DENGAN METODE ANALYTIC NETWORK PROCESS DI PT AGUNG MUSTIKA SELARAS, JAWA BARAT

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

5 KINERJA, SUMBER RISIKO, DAN NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BUAH MANGGIS DI KABUPATEN BOGOR

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Buah-buahan merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. agribisnis yang mencakup subsistem penyediaan sarana produksi, subsistem

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Good Agricultural Practices

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

Rumusan FGD Cabai dan Bawang

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

Terwujudnya Ketahanan Pangan Berbasis Usahatani Sebagai. Andalan dan Penggerak Pembangunan Ekonomi Kerakyatan"

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2000). Secara tradisional rimpang jahe dimanfaatkan untuk beberapa keperluan

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa komoditas pertanian secara nasional yang dijadikan sebagai unggulan nasional dalam menunjang pendapatan negara dari sektor non migas. Penetapan komoditas pertanian unggulan nasional tersebut didasarkan atas beberapa kriteria yaitu promosi ekspor, substitusi impor, eksistensi kelembagaan kemitraan usaha, kesesuaian dengan komoditas unggulan spesifik daerah. Buah Manggis ini dijadikan buah unggulan nasional, sehubungan dengan keunikan yang terdapat di dalamnya (bentuk unik dan manfaat yang diperoleh daripadanya banyak), selain untuk konsumsi buah segar pada bagian kulitnya juga dapat dijadikan untuk bahan baku industri farmasi, industri makanan dan industri lainnya. Dari sisi jumlah negara produsen, buah Manggis hingga saat ini masih dibudidayakan dan diekspor oleh beberapa negara tertentu, sehingga potensi pasarnya masih terbuka lebar. Walaupun Manggis sebagai buah unggulan nasional, akan tetapi dalam kenyataannya masih terkendala dalam pengembangannya (Saptana et al. 2005). Dari sisi konsumen, adanya tanggapan positif tentang komoditas buah Manggis, baik konsumen lokal dan terutama konsumen manca negara. Selain dari rasa (segar manis sedikit masam), tampilan (bentuk, warna dan tekstur yang eksotik) dan kegunaan (kulit, daun dan batang) sebagai bahan baku zat pewarna, kosmetik dan jamu. Manggis juga memiliki sifat dan kandungan zat dengan kemampuan penyembuhan dan terapi berbagai penyakit (xanthones, anti-oksidan, anti-inflamatori, dsb). Tentunya dengan banyaknya kegunaan buah Manggis ini akan semakin meningkatkan permintaan akan buah Manggis sebagai buah ekspor unggulan di manca negara. Dari sisi produksi secara umum, menurut data BPS perkembangan produksi buah Manggis dua (2) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan dari 84.538 ton menjadi 2.131.139 ton, sehingga terjadi pertambahan produksi 2.046.601 ton. Khusus pada provinsi Jawa Barat terjadi peningkatan dari 27.983 ton menjadi 357.188 ton, sehingga terjadi pertambahan produksi 329.205 ton (BPS 2012). Namun hal ini tidak selaras dengan peningkatan volume dan nilai ekspor buah Dalam menyelaraskan peningkatan produksi dengan volume ekspor diperlukan penerapan manajemen rantai pasok yang baik pada semua stakeholder rantai pasok buah Peningkatan volume ekspor sangat berkaitan dengan peningkatkan nilai ekspor dan peningkatkan pendapatan atau keuntungan bagi seluruh anggota rantai pasok. Kerjasama antara mitra bisnis dan tanggung jawab terhadap kebutuhan konsumen merupakan strategi bersaing dengan tetap mempertahankan kebutuhan peningkatan efisiensi dalam operasi. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok mulai sangat dibutuhkan. Peluang meningkatkan ekspor komoditas hortikultura, khususnya buah Manggis dari Indonesia ke manca negara cukup besar, apabila penanganan mulai di tingkat on farm hingga pasca panen melalui pengembangan rantai pasok yang dilakukan dengan baik. Pengembangan rantai pasok buah Manggis dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek jumlah, kontinyuitas, mutu dan distribusi

2 yang memadai dengan melakukan penanganan rantai pasok yang baik melalui pembentukan manajemen rantai pasok yang tangguh. Namun, masalah besar (risiko) dalam pengembangan industri hortikultura adalah sifat komoditas yang mudah rusak, khususnya buah dan sayuran hampir tidak pernah ada yang mempunyai umur kesegaran panjang setelah dipanen. Kondisi produk tersebut adalah produk hayati yang masih melakukan proses respirasi setelah panen. Selain itu, tanaman holtikultura juga bersifat kamba, sehingga membutuhkan tempat yang lapang, produk biasa dikonsumsi dalam keadaan segar, mutu produk sangat memengaruhi pasaran, dan harga selalu berubah-ubah (Sunarjono, 1984). Di sisi lain sistem produksi di lokasi yang terpencar, serta skala usaha kecil dan belum efisien juga menjadi penyebab utama yang menjadi risiko, atau ketidakpastian produk buah nasional sehingga kurang dapat bersaing di pasar internasional. Karena risiko dan ketidakpastian dapat berdampak pada keandalan, biaya dan efisiensi kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran, maka saat ini tidak cukup hanya dengan mengandalkan SCM saja dalam pengembangan rantai pasok buah Manggis, karena risiko menjadi lebih canggih dari sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan manajemen risiko pada konteks manajemen rantai pasok yang biasa disebut sebagai manajemen risiko rantai pasok (SCRM). Tujuan manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan, ataupun peluang pada rantai pasok. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul, Sehingga diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat ditangani dengan baik, dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai pasok untuk dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh (Peck and Cristopher 2004). Hal di atas diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al. (2012) dimana dikemukakan bahwa salah satu tujuan rantai pasok yang paling penting ialah menurunkan risiko setelah membangun kekuatan finansial dan meningkatkan akses informasi. Jadi kebutuhan akan peningkatan kemampuan, atau kompetensi dari SCRM buah Manggis sangat penting sebagai salah satu syarat untuk usaha mengembangkan SCM buah Manggis dalam membentuk suatu SCM yang tangguh bagi rantai pasok buah Manggis, khususnya pada rantai pasok buah Manggis di Jawa Barat yang saat ini masih diabaikan. SCRM merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan menjalankan manajemen rantai pasok dan bisnis untuk mengelola risiko yang mungkin akan terjadi. Suatu manajemen risiko memiliki tahapan yang terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko, monitor dan review, serta komunikasi dan konsultasi. Tahapan-tahapan ini dilakukan untuk menguraikan prioritas sumber dan jenis risiko yang terjadi pada rantai pasok buah Manggis, serta prioritas faktor yang memengaruhi peningkatan manajemen rantai pasok pada buah Oleh karena itu, hasil dari manajemen risiko rantai pasok dapat dijadikan panduan dalam meminimalkan risiko pada rantai pasok buah

3 1.2 Perumusan Masalah Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) produk pertanian mewakili manajemen proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi dan pemasaran, sehingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Tujuan yang mendasari manajemen rantai pasok pertanian adalah menyediakan produk tepat (jumlah dan mutu), dalam jumlah tepat, ke tempat tepat, pada waktu tepat dan dengan biaya yang kompetitif dan untuk mendapatkan uang/keuntungan dari kegiatan tersebut. Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur lainnya. Bila dibandingkan dengan perusahaan manufaktur maka, perusahaan yang mengelola sektor pertanian memiliki tingkat kebergantungan dan kompleksitas yang tinggi pada jaringan rantai pasoknya. Menurut data dari Direktorat Jenderal Hortikultura dalam Astuti et al. (2010) sentra produksi buah Manggis terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat dengan Kabupaten Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya merupakan Kabupaten penghasil buah Manggis yang terbanyak. Produksi buah Manggis dari empat (4) kabupaten tersebut memberikan kontribusi 90% terhadap produksi buah Manggis di Provinsi Jawa Barat dan 29% terhadap produksi buah Manggis nasional, sehingga potensi pengembangan kawasan buah Manggis di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan potensi peningkatan volume ekspor nasional. Peluang inilah yang menarik minat PT Agung Mustika Selaras untuk mendapatkan keuntungan sebagai salah satu eksportir buah Manggis terbesar di Indonesia yang hampir menguasai pangsa pasar 50% dan berada di 12 provinsi. Untuk itu, melalui kerjasama yang baik antara PT AMS dengan mitra rantai pasok khususnya para petani Manggis di Jawa Barat dapat memberikan peningkatan kesejahteraan tidak hanya bagi PT AMS, tetapi juga bagi para petani Manggis, baik yang tergabung dalam kelompok tani maupun yang tergabung dalam Koperasi Bina Usaha melalui bagi hasil keuntungan yang merata. Menciptakan keunggulan kompetitif tidak cukup hanya dengan mengandalkan manajemen rantai pasok, karena risiko menjadi lebih canggih daripada sebelumnya dan hal ini memerlukan pendekatan baru, serta metodologi, termasuk manajemen risiko dalam mengelola dunia bisnis global yang penuh dengan kejutan, terutama pada rantai pasok. Di sisi lain peningkatan ketidakpastian dalam rantai pasok mengharuskan perusahaan lebih banyak menghabiskan sumber daya dalam mengatasi permintaan, penawaran, serta ketidakpastian untuk keberlanjutan yang lebih baik dari rantai pasok perusahaan. Menariknya peningkatan ketidakpastian tidak hanya disebabkan oleh bisnis eksternal, tetapi juga disebabkan oleh internal seperti peningkatan kompleksitas struktur rantai pasok dan mekanisme yang bervariasi, dimulai dari rantai pasok bisnis perusahaan. Dengan menggabungkan manajemen rantai pasok dan manajemen risiko ini, maka diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat ditangani dengan baik, yaitu dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai pasok, sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh. SCRM merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan menjalankan manajemen rantai pasok dan bisnis perusahaan dalam mengelola risiko yang mungkin akan

4 terjadi karena semakin berkembangnya dunia perusahaan dan meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan, khususnya pada aktivitas rantai pasok perusahaan. Dengan tingginya tingkat ketergantungan dan kompleksitas dari rantai pasok buah Manggis, maka perlu dirancang dan diterapkan suatu manajemen risiko dengan tahapan yang terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko, monitor dan review, serta komunikasi dan konsultasi. Analisis manajemen risiko pada rantai pasok disalah satu perusahaan eksportir Manggis di Jawa Barat dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode Analytic Network Process (ANP). Metode deskriptif digunakan untuk melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah Manggis berupa kajian pustaka dan wawancara dengan para narasumber untuk mengidentifikasi sumber risiko dan faktor yang memengaruhi manajemen risiko rantai pasok Manggis yang menjadi obyek penelitian. Metode ANP digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi sumber risiko dan faktor risiko yang teridentifikasi pada suatu rantai pasok dan untuk menentukan alternatif solusi dari pengendalian risiko diperusahaan. Proses analisis dan evaluasi dengan metode ini dilakukan dengan wawancara dan penggunaan kuesioner yang diberikan pada narasumber ahli yang pendapat/penilaiannya dianggap mewakili para pelaku rantai pasok dalam menentukan prioritas. Penggunaan metode ANP ini didasarkan dari kekuatan ANP untuk mengidentifikasi adanya hubungan saling keterkaitan antar obyek (selama ini diabaikan). Hal ini memungkinkan interaksi dan umpan balik dalam klaster (inner dependence) dan antara klaster (outer dependence). Umpan balik yang lebih baik dapat menangkap pengaruh kompleks yang saling memengaruhi dengan penggunaan skala prioritas rasio dari distribusi pengaruh antar unsur-unsur dan diantara kelompok. Tujuan penggunaan metode ANP diharapkan dapat menangkap interaksi ketergantungan yang tinggi antar jenis risiko dan faktor-faktor risiko yang memengaruhi dalam meningkatkan manajemen risiko rantai pasok buah Manggis, sehingga dapat ditentukan prioritas risiko dan pilihan alternatif pengendalian risiko yang akurat untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam mengatasi risiko yang akan dihadapi oleh rantai pasok perusahaan. Untuk mengembangkan rantai pasok buah Manggis dengan tujuan menurunkan risiko, terdapat lima (5) pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan manajemen rantai pasok buah Manggis yang dilakukan? 2. Apa sumber permasalahan rantai pasok buah Manggis yang dapat menimbulkan risiko yang berpotensi menyebabkan ketidakpastian pada kegiatan rantai pasok buah Manggis? 3. Bagaimana prioritas dari risiko yang paling berpotensi menyebabkan kerugian bagi rantai pasok buah Manggis? 4. Bagaimana pemilihan solusi pengendalian risiko dan faktor-faktor pendorong risiko yang paling penting dalam meningkatkan manajemen risiko rantai pasok? 5. Bagaimana proses manajemen risiko dapat menciptakan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement)?

5 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini: 1. Mengidentifikasi kegiatan rantai pasok buah 2. Mengidentifikasi sumber dan jenis risiko pada kegiatan rantai pasok buah 3. Menganalisis risiko yang paling berpotensi menimbulkan kerugian pada kegiatan rantai pasok buah 4. Menganalisis pemilihan alternatif solusi pengendalian risiko dan faktor-faktor pendorong risiko lain dalam meningkatkan kemampuan manajemen risiko rantai pasok. 5. Merancang manajemen risiko rantai pasok buah Manggis untuk perbaikan berkelanjutan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Pihak perusahaan untuk menangani risiko rantai pasok buah Manggis, serta mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya. 2. Dapat membantu pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan dalam membuat perencanaan manajemen rantai pasok buah Manggis dengan pertimbangan meminimalkan risiko dan optimalisasi keuntungan. 3. Untuk meningkatkan kewaspadaan pada semua pelaku rantai pasok terhadap munculnya risiko yang dapat memengaruhi kinerja rantai pasok secara keseluruhan. 4. Dapat mempermudah melakukan pengawasan risiko dan penanganannya sehingga menajemen risiko menjadi lebih efektif dan efisien. 5. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan referensi, atau bahan literatur yang berhubungan dengan manajemen risiko pada rantai pasok buah