PENDAHULUAN. perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis pantai

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

rovinsi alam ngka 2011

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

ANALISA BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PENANGKAPAN IKAN SKALA KECIL DI LANGKAT, SUMATERA UTARA

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

EFISIENSI EKONOMIS USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN KAPAL MOTOR DI KECAMATAN PANTAI LABU, KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan sektor industri yang berbasis sektor agribisnis sangat

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Daerah Penelitian 3.2 Jenis dan Sumber Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Perikanan Tangkap

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beraneka ragam. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis pantai 81.000 km dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi untuk menghasilkan hasil laut yang jumlahnya cukup besar. Pada tahun 2003 saja, produksi ikan Indonesia mencapai 5.948 juta ton yang menempati posisi keenam setelah Cina, Peru, India, Jepang, dan Amerika Serikat (Anonimus, 2007). Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Asia selain sebagai produsen ikan terbesar, diperkirakan juga menjadi konsumen terbesar dari hasil perikanan dunia. Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun akuakultur (Widodo, 2006). Salah satu penyebab meningkatnya devisa negara yaitu meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan. Pada tahun 2006, komoditas non-migas ikan dan udang memberikan kontribusi tertinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang sangat tinggi di beberapa negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ekspor ikan dan udang pada periode Januari hingga Juni 2006 mencapai 825,5 juta dolar AS. Nilai tersebut mengalami peningkatan dari periode yang sama pada tahun 2005 sebesar 759,2 juta dolar AS (Anonimus, 2007). Sampai saat ini, hasil perikanan dari kegiatan penangkapan khususnya dari laut masih menjadi sumber produksi ikan utama di dunia. Perikanan pantai dengan skala dan

struktur usaha, alat tangkap, dan nelayan yang sangat beragam menyumbang lebih dari 70% produksi tersebut. Tentunya pengelolaan perikanan menjadi alat yang sangat penting untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya, pemanfaatan, dan berbagai aktivitas perikanan lainnya (Widodo, 2006). Usaha penangkapan di laut disebut perikanan laut. Perikanan laut dilakukan diperairan-perairan pantai atau dilepas pantai. Usaha perikanan laut meliputi penangkapan ikan, pengambilan kerang, pengambilan mutiara, dan pengambilan rumput laut. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh penduduk yang bertempat tinggal didaerah pantai. Sebagian dilakukan sebagai mata pencaharian pokok, dan ada juga yang melakukan pada waktu-waktu tertentu saja. (Ratna Evy dkk, 1997). Agar pemanfaatan sumberdaya ikan dengan alat tangkap memperoleh hasil yang optimum, maka perlu diperhatikan beberapa aspek, seperti aspek biologi, teknis maupun ekonomi. Aspek biologi terkait dengan sumberdaya ikan, termasuk faktor lingkungan. Aspek teknis menyangkut peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan, berupa alat tangkap, armada penangkapan, alat pendeteksi ikan dan sarana penangkapan lain, sedangkan aspek ekonomi menyangkut modal yang dikeluarkan dalam upaya pengembangan perikanan tersebut. Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut (tangkap), sampai saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki karakteristik; skala usaha kecil, aplikasi teknologi yang sederhana, jangkauan operasi penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktivitas yang relatif masih rendah (Waridin, 2007). Sebagian besar masyarakat nelayan di Pantai Timur Sumatera mencari nafkah atau berpenghasilan dari usaha perikanan, namun demikian usaha tersebut masih dilakukan secara tradisionil dengan ciri usaha perikanan skala kecil (small scale fisheries)

yang ditandai dengan penggunaan alat tangkap dan kapal perikanan yang menangkap ikan dilaut, pembuatan ikan asin, perebusan kepiting, tambak udang, dan lain-lain. Tabel berikut menunjukkan jumlah produksi penangkapan ikan laut di Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang, dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Tabel 1 : Produksi Penangkapan Ikan Laut di Sumatera Utara dan Deli Serdang, Tahun 2003-2007 No Tahun Sumatera Utara Produksi (Ton) Deli Serdang % Deli Serdang atas Sumatera Utara 1 2003 341.182,5 17.400,3 5,12 2 2004 323.793,9 15.981,6 4,94 3 2005 326.336,2 16.677,7 5,21 4 2006 333.280,8 17.097,31 5,13 5 2007 348.222,1 18.396,2 5,32 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang cuckup berpotensi dalam perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produksi tangkapan ikan laut yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Secara umum potensi pengembangan perikanan dan kelautan pada wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah sangat menjanjikan, karena selain memiliki potensi yang besar dengan topografi wilayah yang beragam, daerah ini juga memiliki peluang pemasaran hasil yang lebih baik dibandingkan daerah-daerah lainnya di Sumatera Utara. Sesuai dengan letak geografis, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki wilayah laut dengan panjang garis pantai ± 65 km, merupakan peluang bagi usaha perikanan tangkap. Kabupaten Deli Serdang merupakan wilayah pengembangan yang cukup berpotensial

dalam perikanan tangkap dilaut, dimana produksi perikanan tangkap pada tahun 2007 sebesar 17.767,8 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang, 2008). Produksi perikanan tangkap menurut wilayah pengembangan dataran pantai di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Wilayah Pengembangan Pantai di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 Wilayah Pengembangan (Kecamatan) Produksi (Ton) % Produksi Dari Deli Serdang Labuhan Deli 3.041,30 16,53 Hamparan Perak 4.161,65 22,62 Percut Sei Tuan 5.044,32 27,42 Pantai Labu 6.148,73 33,42 Total 18.396,20 100,00 Sumber: BPS Sumatera Utara, Deli Serdang Dalam Angka 2008 Kabupaten Deli Serdang mempunyai empat wilayah pengembangan dataran pantai. Wilayah pengembangan yang paling berpotensi adalah Pantai Labu dengan produksi 6.148,73 ton atau 33,42 % dari total produksi Deli Serdang pada tahun 2007, disusul oleh wilayah pengembangan Percut Sei Tuan dengan produksi sebesar 5.044,32 ton atau sekitar 27,42 %. Arah pengembangan bagi sarana produksi perikanan di Kabupaten Deli Serdang tetap diarahkan melalui pendekatan motorisasi kapal penangkap ikan dan penggunaan peralatan pemantauan gerombolan ikan untuk menentukan fishing gruond sehingga penangkapan ikan dapat berlangsung lebih efektif serta tetap dengan memperhatikan penangkapan berimbang (sustainable yield) (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang, 2008).

Jumlah kapal yang mendarat serta produksi ikan di TPI Pantai Labu, pada tahun 2007 dapat kita lihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 : Jumlah kapal yang mendarat dan hasil produksi ikan di TPI Pantai Labu tahun 2007 No Bulan Kapal yang mendarat Produksi (Ton) 1 Januari 670 34,40 2 Februari 635 32,80 3 Maret 715 36,80 4 April 709 36,50 5 Mei 693 35,70 6 Juni 725 37,30 7 Juli 729 37,50 8 Agustus 671 34,60 9 September 673 34,60 10 Oktober 658 33,90 11 November 669 34,50 12 Desember 672 36,60 Total 8218 425,40 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008 Tabel 3 memperlihatkan bahwa produksi kapal penangkap ikan yang mendarat di TPI Pantai Labu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Faktor-faktor produksi (input) seperti bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan yang ada pada tahun terakhir mengalami kenaikan harga sehingga dengan hasil tangkapan yang cenderung berfluktuasi, akan menyebabkan pendapatan nelayan juga menurun.

Jenis dan kapasitas perahu atau kapal motor serta jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan juga bermacam-macam. Berikut disajikan jenis dan jumlah perahu atau kapal motor serta jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Pantai Labu tahun 2007. Tabel 4 : Jenis dan jumlah perahu/kapal motor serta alat tangkap di Kecamatan Pantai Labu tahun 2007 No Perahu/kapal motor dan alat tangkap Jumlah 1 Perahu tanpa motor 258 2 Kapal motor s/d 5 Gross Tonage 302 3 Kapal motor di atas 5 Gross Tonage 39 4 Pukat kantong (seine net) 120 5 Pukat cincin (pusei net) 11 6 Jaring insang (gill net) 171 7 Jaring klitik (shrimp net) 43 8 Pancing (hook and line) 194 9 Lainya 100 Sumber: BPS Sumatera Utara, Kecamatan Pantai Labu Dalam Angka 2008

Dari Tabel 4 di atas diketahui bahwa jenis perahu atau kapal motor yang digunakan oleh nelayan di Pantai Labu bervariasi mulai dari perahu tanpa motor, kapal motor di bawah 5GT sampai kapal motor di atas 5 GT. Sementara itu kapal motor yang paling banyak digunakan adalah kapal motor yang berkekuatan sampai dengan 5 GT (Gross Tonage). Alat tangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan juga bermacammacam baik jenis maupun jumlahnya. Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah pancing, jaring insang, dan pukat kantong. Produktivitas nelayan yang rendah umumnya disebabkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana, sehingga efektifitas dan efisiensi kegiatan penangkapan ikan dan penggunaan faktor-faktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan akhirnya berpengaruh juga pada tingkat kesejahteraannya. Pada umumnya nelayan tradisionil belum menggunakan kombinasi input yang sesuai dengan perhitungan teknisnya sehingga penggunaan faktor produksi tidak efisien yang menyebabkan pendapatan nelayan kurang maksimal. Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman tentang alokasi penggunaan input yang efisien. Adanya efisiensi kegiatan penangkapan ikan dapat meningkatkan produksi perikanan. Sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan nelayan. Namun operasi penangkapan ikan ini juga harus tetap memperhatikan keseimbangan sumber daya perairan yaitu jumlah tangkapan maksimum, MaximumSustainable Yield (MSY). Hal itulah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini yaitu mengenai produktivitas dan efisiensi kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan

kapal motor, dimana alat tangkap yang digunakan adalah dengan pukat layang serta jaring kembung. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang, pukat layang dan jaring kembung merupakan alat tangkap yang cukup berpotensial untuk dikembangkan pada operasi penangkapan ikan karena tidak merusak ekosistem laut, dan dapat diusahakan oleh nelayan kecil karena armada penangkapannya tidak membutuhkan modal yang terlalu besar seperti pada alat tangkap lain. Alat tangkap pukat layang digolongkan ke dalam jenis pukat kantong yang sudah dimodifikasi, dimana alat tangkap ini masih tergolong baru, dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Deli Serdang sendiri sedang menggalakkan pemakaian alat tangkap ini, karena dinilai menguntungkan nelayan, sehingga penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang alat tangkap pukat layang (seine net ) ini. Sedangkan jaring kembung merupakan alat penangkapan ikan yang sudah cukup lama dikenal oleh nelayan di Pantai Labu. Penulis memilih kedua jenis alat tangkap ini karena skala usaha dan besarnya armada untuk kedua jenis alat tangkap hampir sama, selain itu kedua alat tangkap ini bersifat legal dan tidak merusak lingkungan. Dari uraian tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa yang melatarbelakangi penelitian ini adalah Pantai Labu sebagai salah satu sentra produksi perikanan tangkap di Sumatera Utara telah menyerap banyak tenaga kerja dan menunjang pendapatan bagi penduduk yang bekerja disektor tersebut. Sehingga diperlukan adanya pemahaman tentang adanya pengaruh beberapa variabel terhadap jumlah tangkapan nelayan serta alokasi faktor produksi atau input produksi secara efisien sehingga nelayan dapat memperoleh hasil tangkapan yang optimal. Identifkasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapakah produktivitas penangkapan ikan dengan kapal motor dalam satu trip di daerah penelitian? 2. Bagaimanakah pengaruh variabel-variabel; bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin, umur nelayan, dan pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan nelayan baik secara serempak maupun secara parsial? 3. Apakah pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor tergolong sudah efisien? Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui produktivitas kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor dalam satu trip di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel-variabel; bahan bakar, tenaga kerja, perbekalan, ukuran mesin kapal, umur nelayan, dan pengalaman nelayan terhadap produksi tangkapan nelayan baik secara serempak maupun secara parsial. 3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi pemakaian input produksi (bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan) pada operasi penangkapan ikan dengan kapal motor. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi nelayan untuk mengetahui produktivitas dan efisiensi pemakaian faktor produksi bahan bakar, tenaga kerja, dan perbekalan

pada kegiatan penangkapan ikan dengan kapal motor khususnya dengan alat tangkap pukat layang dan jaring kembung. 2. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.