HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN MOMAR PUTIH (Decapterus macrosoma Bleeker,1851) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN PULAU HARUKU MALUKU TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: ISSN:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Sulawesi Barat 2. Balai Penelitian Perikanan Laut, Balitbang, Kementerian Kelautan dan Perikanan 3

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG ABSTRAK

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

Pertumbuhan Ikan Pari (Dasyatis kuhlii, Müller & Henle, 1841) di Perairan Selat Makassar

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3. METODE PENELITIAN

Pertumbuhan ikan layang, Decapterus macrosoma Bleeker, 1851 di perairan Selat Makassar dan Teluk Bone, Sulawesi Selatan

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

PENDAHULUAN. Common property & open acces. Ekonomis & Ekologis Penting. Dieksploitasi tanpa batas

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

Omni-Akuatika, 12 (3): 79-87, 2016 ISSN: print / online Research Article

III. METODE PENELITIAN

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

3. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS IKAN TAWES (Barbonymus gonionotus) DI DANAU SIDENRENG KABUPATEN SIDRAP Nuraeni L. Rapi 1) dan Mesalina Tri Hidayani 2)

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: ISSN: X

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANTAUN PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp) DI PERAIRAN PESISIR PULAU TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 1(4):

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

Erwin Tanjaya ABSTRAK

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

ANALISIS HUBUNGAN PANJANG BERAT IKAN HIMMEN (Glossogobius sp) DI DANAU SENTANI KABUPATEN JAYAPURA ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN INDEKS KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI PERAIRAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

STRUKTUR UKURAN, TIPE PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma) DI PERAIRAN MAJENE

3. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang (Sardinella fimbriata) Sumber : Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

PENDUGAAN MUSIM IKAN MALALUGIS BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN SEKITAR LIKUPANG, SULAWESI UTARA.

Hubungan Panjang Berat,...Mirna Dwirastina dan Makri,...Sainmatika,...Volume 10,...No.2,...Desember 2013,

3. METODE PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Ikan kuniran (Upeneus moluccensis).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

MORFOMETRIK KERANG BULU Anadara antiquata, L.1758 DARI PASAR RAKYAT MAKASSAR, SULAWESI SELATAN. Witri Yuliana*, Eddy Soekendarsi a, Ambeng b

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

Sri Salmadinah 1, Farid Yasidi 2, Syamsul Kamri 3

STRUKTUR POPULASI KEPITING BAKAU (Scylla Serrata) DIPERAIRAN TELUK KOTANIA DUSUN WAEL KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Teknik Pengambilan Data Pengumpulan Data Vegetasi Mangrove Kepiting Bakau

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Abstrak. Kata Kunci : Ikan ekor Kuning, pertumbuhan, laju mortalitas, eksploitasi. Abstract

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN LAYANG DELES (Decapterus macrosoma) DI PERAIRAN BANDA NEIRA, MALUKU

MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANTAI PRIGI JAWA TIMUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SEKSUALITAS, NISBAH KELAMIN DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT (Rasbora argyrotaenia ) DI SUNGAI KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI

3. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN REPRODUKSI IKAN KEMBUNG LELAKI

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Terisi Menurut Richardson (1846) (2010) klasifikasi ikan terisi (Gambar 2) adalah sebagai berikut :

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN MOMAR PUTIH (Decapterus macrosoma Bleeker,1851) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN PULAU HARUKU MALUKU TENGAH Madehusen Sangadji* Staf Pengajar FPIK UNIDAR Ambon, e-mail : - ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan momar putih Decapterus macrosoma diperairan pantai Selatan Pulau Haruku. Pengambilan contoh ikan dilakukan sebanyak lima kali dengan jarak waktu dua minggu sekali pada bulan Mei Juli 2016. Contoh ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan mini purse seine yang didaratkan di Desa Oma. Analisis contoh dilakukan di Laboratorium Iktiologi,Universitas Darussalam Ambon. Jumlah ikan yang diperoleh sebanyak 669 ekor, terdiri atas 366 ekor ikan jantan dan 303 ekor ikan betina. Kisaran panjang total tubuh ikan jantan adalah 125 321 mm, dan ikan betina adalah 145 320 mm. Kisaran bobot tubuh adalah 15,083 301, 719 g untuk jantan dan 24,665 294,363 g untuk betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik ikan jantan maupun ikan betina memilki tipe pertumbuhan Hiperalometrik atau alometrik positif, artinya pertambahan bobot tubuh ikan lebih cepat daripada pertambahan panjang tubuh. Nilai faktor kondisi ikan jantan relatif lebih besar bila dibandingkan dengan faktor kondisi ikan betina pada setiap kisaran panjang tubuh. Kata Kunci: Decapterus macrsoma, Faktor Kondisi, Hubungan Panjang Bobot I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Maluku Tengah memiliki luas lautan 264.311,43 km 2 (95,80%), dengan luas laut yang ada terdapat Potensi sumberdaya Perikanan untuk jenis ikan pelagis dan ikan demersal sebesar 835.400 ton/tahun dengan Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 667.800 ton/ tahun dan baru dimanfaatkan sebesar 100.271,1 ton/tahun ( DKP.Kab. MALTENG, 2012). Perairan Pantai Selatan Pulau Haruku merupakan bagian dari perairan Kabupaten Maluku Tengah dan merupakan salah satu perairan yang sangat berperanan dalam menyumbangkan produksi perikanan tangkap khususnya jenis ikan pelagis dan ikan demersal. Salah satu jenis ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis penting dari perairan tersebut adalah ikan momar atau layang. Berdasarkan hasil pengamatan awal dan wawancara dengan nelayan mini purse seine yang bermukim di Desa Oma, pada saat ini ikan yang banyak tertangkap dengan jaring mini purse seine adalah ikan momar putih. Poduksi ikan momar putih di perairan Pulau Haruku sebagai ikan konsumsi akhir- akhir ini ini cukup besar, hal ini dapat dilihat dari produksi tahunan Kabupaten Maluku Tengah pada tahun 2012 untuk wilayah Kecamatan Pulau Haruku sebesar 317,5 ton per tahun (DKP.Kab.MALTENG, 2012) Eksploitasi sumberdaya ikan momar putih (Decapterus macrosoma) dengan jaring purse seine diperairan pantai Selatan Pulau Haruku sudah sejak lama dilakukan, namun informasi tentang aspek biologinya masih sangat kurang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji hubungan panjang bobot

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016) dan faktor kondisi ikan tersebut. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat digunakan dalam kajian-kajian yang berkaitan dengan pengelolaan sehingga pemanfaatan ikan momar putih dapat berkelanjutan. 1.2. Tujuan dan Manfaat penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan momar puith, Decapterus pmacrosoma di perairan pantai selatan Pulau Haruku, sehingga dapat menjadi bahan informasi kepada pengguna dan instansi terkait dalam kajian kajian yang berkaitan dengan pengelolaan sehingga pemanfaatan ikan momar putih dapat berkelanjutan. II. Metode Penelitian 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Seluruh contoh ikan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil tangkapan nelayan jaring mini purse seine, yang didaratkan di Desa Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah (Gambar 1). Daerah tangkapan Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pengambilan contoh ikan dilaksanakan dari Mei hingga Juli 2016 di perairan pantai Selatan Pulau Haruku. Analisis ikan contoh dilaksanakan di Laboratorium Iktiologi, Universitasa Darussalam Ambon. 2.2. Metode Pengumpulan Data Pengambilan contoh ikan dilakukan sebanyak lima kali dengan jarak waktu dua minggu. Seluruh contoh ikan diukur panjang totalnya menggunakan alat ukur berketelitian 1 mm, dan bobot tubuh ditimbang menggunakan timbangan digital berketelitian 0,001 g. Panjang total diukur mulai dari ujung moncong mulut terdepan sampai ujung ekor bagian terbelakang. Selanjutnya, ikan dibedah untuk penentuan jenis kelamin dan pengambilan gonad. Hubungan panjang bobot tubuh ikan momar putih dianalisis berdasarkan jenis kelamin dan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 2002): W = al b Atau log W = log a + b log L Dengan w = bobot tubuh (g), L = panjang tubuh (mm), a = konstanta (interscept), b = eksponen pertumbuhan (koeifisisen regresi) Selanjutnya, dilakukan uji t terhadap nilai b yang diperoleh untuk menguji bahwa nilai b yang diperoleh sama dengan nilai 3 atau tidak. Untuk membandingkan koefisien regrei antara ikan jantan dan betina digunakan uji-t (Fowler & Cohen,1992 dalam Andy Omar, 2009). Faktor kondisi ikan momar putih dianalisis berdasarkan jenis kelamin. Ikan yang 25

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016) memiliki pola pertumbuhan isometric, faktor kondisi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Lagler, 1969 dalam Andy Omar, 2009) : Dengan w = bobot rata rata ikan yang sebenarnya yang terdapat dalam satu kelas (g), L = panjang ikan rata rata yang sebenarnya yang terdapat dalam satu kelas (mm) Jika pertumbuhan ikan yang diperoleh alometrik, maka faktor kondisi dihitung dengan menggunakan faktor kondisi relatif atau faktor kondisi nisbih atau faktor kondisi alometrik. (Ricker 1975, dalam Andy Omar 2009). : Dengan wb = bobot tubuh ikan hasil pengamatan (g), al b = hubungan panjang bobot yang diperoleh, W * = bobot tubuh ikan dugaan (g) III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Jumlah Ikan Contoh Selama penelitian di perairan pantai Selatan Pulau Haruku, jumlah total ikan yang diperoleh sebanyak 669 ekor, terdiri atas ikan jantan sebanyak 366 ekor dan ikan betina 303 ekor. Dengan demikian, nisbah kelamin antara ikan momar putih jantan dan betina yang tertangkap adalah 1,21 : 1,00. Ikan jantan yang tertangkap berukuran panjang total 125 321 mm (213,169 ± 46,209 mm) dan bobot tubuh 15,083 301,719 gr ( 100.556± 73,228 gr ) ; sedangkan ikan betina yang tertangkap memiliki ukuran panjang total 145 320 mm (215,993 ± 42.953 mm ) dan bobot tubuh 24,664 294,363 gr (105,366 ± 67,757 gr ). Secara keseluruhan, rata-rata nilai panjang total dan bobot tubuh ikan momar putih betina relative lebih panjang dan berat, bila dibandingkan dengan ikan jantan, namun memiliki jumlah total individu yang lebih banyak daripada betina. Adanya perbedaan ukuran rata-rata panjang dan bobot tubuh serta jumlah individu antara ikan jantan dan betina, diduga adanya perbedaan pola pertumbuhan, lingkungan, ketersedian makanan dan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad. Menurut Nikolsky (1963) apabila pada suatu perairan terdapat perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin dalam suatu populasi disebabkan adanya perbadaan pola pertumbuhan, umur, awal kematangan, dan adanya perubahan jenis ikan baru pada populasi ikan yang sudah ada. 3.2. Hubungan Panjang Bobot Hasil analisis hubungan panjang bobot ikan momar putih (Decapterus macrosoma) jantan dan betina, dapat disajikan pada Gambar 1. Hasil analisis yang diperoleh setelah dilakukan uji-t terhadap nilai b yang diperoleh baik pada ikan jantan maupun pada ikan betina menunjukkan nilai thitung lebih besar dari ttabel, masing-masing ( 3,682 > 1,967) dan ( 6,396 > 1,967). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan panjang total dan bobot tubuh ikan momar putih jantan dan betina bersifat hiperalometrik atau alometrik positif. Pola pertumbuhan hiperalometrik yang diperoleh mengindikasikan bahwa pertambahan bobot tubuh ikan momar putih lebih cepat daripada pertambahan panjang. Hal ini serupa dengan temuan Sumadhiharga (1994) pada ikan momar putih betina dengan nilai b= 3,254 dan sebaliknya pada ikan momar putih jantan dengan nilai b=1,143 di perairan Teluk Ambon. Menurut Bagenal (1978) dalam Habibun (2011) faktor - faktor yang menyebabkan perbedaan nilai b selain perbedaan spesies adalah faktor lingkungan, berbedanya stok ikan dalam spesies yang sama, tahap perkembangan ikan, jenis kelamin, tingkat kematangan gonad,bahkan perbedaan waktu dalam hari karena perubahan isi perut. Berdasarkan hasil uji t terhadap koefisien regresi antara ikan jantan dan betina menunjukkan tidak berbeda nyata, berarti ikan momar putih jantan dan betina memiliki kesamaan dalam hal pertambahan bobot dan panjang tubuh. Hal ini serupa dengan temuan Am (2013) pada ikan layang Decapterus macrosoma diperairan Selat Makasar, Sulawesi Selatan. Koefisien korelasi yang diperoleh baik pada ikan jantan maupun pada ikan betina adalah positif dan sangat kuat (r > 0.95). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara bobot tubuh dan panjang total pada ikan momar putih jantan maupun betina. 26

Bobot Tubuh (gr) Bobot Tubuh (gr) Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016) 350 300 250 200 150 100 50 0 W = 5E-06L 3.101 r =0,985 jantan 0 50 100 150 200 250 300 350 Panjang Total ikan Momar putih (mm) jantan 350 300 250 200 150 100 50 0 w = 4E-06L 3.152 r= 0,991 Betina 0 50 100 150 200 250 300 350 Panjang Total ikan Momar putih (mm) betina Gambar 2. Grafik hubungan panjang bobot ikan momar putih jantan (atas) dan betina (bawah) yang diperoleh selama penelitian yang ditangkap di perairan pantai Selatan Pulau Haruku. 3.3. Faktor Kondisi Secara keseluruhan, faktor kondisi ikan momar putih jantan berkisar 0,1526 3,0528 (1,0174±0.7409), dan faktor kondisi ikan momar putih betina berkisar 0,02371 2,8309 (1.0133.±0.6516). Rata-rata faktor kondisi ikan momar putih jantan dan betina semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya ukuran tubuh ikan tersebut. Ikan momar putih jantan memiliki faktor kondisi yang relatif besar pada setiap kisaran ukuran, kecuali pada kisaran ukuran 301-322mm ikan jantan mengalami penurunan nilai rerata factor kondisi. Hal ini dikarenakan ikan jantan telah melakukan pemijahan (TKG V ). (Gambar 2). Nilai faktor kondisi yang diperoleh selama penelitian menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya ukuran panjang total ikan. Peningkatan nilai factor kondisi yang mengikuti peningkatan ukuran panjang tubuh juga ditemukan oleh Sjafei & Robiyani (2001) pada ikan kurisi diperairan teluk Labuan. Secara keseluruhan, ikan momar putih jantan memiliki faktor kondisi yang lebih besar daripada ikan betina hal ini serupa dengan temuan Andy Omar et al (2012) pada ikan tawes, (Barbonymus gonionotus) diperairan Danau Sidenreng, Sulawesi Selatan. Adanya perbedaan factor kondisi ikan jantan dan betina, hal ini diduga karena adanya variasi dari kisaran panjang dan bobot tubuh dari ikan momar putih itu sendiri. Menurut (Le Cren, 1951 dalam Merta, 1993) menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan dalam factor kondisi tersebut sebagai indikasi dari berbagai sifatsifat biologi dari ikan-ikan seperti kegemukan, kesesuaian dari lingkungan atau perkembangan gonadnya. Menurut Effendie (1979) menyatakan bahwa nilai factor kondisi sering bervariasi dan hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin. Selain itu nilai factor kondisi juga tergantung kepada jumlah organisme yang ada didalam suatu perairan, ketersediaan makanan didalam perairan tersebut, dan kondisi lingkungan perairan itu sendiri (Effendie, 2002). Lebih 27

Faktor Kondisi Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016) lanjut dinyatakan bahwa nilai factor kondisi akan meningkat pada saat gonad ikan terisi oleh sel sel kelamin dan akan mencapai nilai terbesar sesaat sebelum terjadi pemijahan. 3 2.5 2 1.5 1 Betina Jantan 0.5 0 Kisaran panjang total (mm) Gambar 3. Rata-rata factor kondisi ikan momar putih jantan dan betina berdasarkan ukuran panjang total yang diperoleh selama penelitian diperairan pantai Selatan Pulau Haruku IV.PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Nisbah kelamin ikan momar putih jantan dan betina tidak seimbang 2. Ikan momar putih jantan maupun betina yang diperoleh selama penelitian memiliki pola pertumbuhan yang hiperalometrik, dan kedua jenis kelamin memiliki kesamaaan dalam hal pertambahan bobot dan panjang tubuh. 3. Nilai faktor kondisi ikan momar putih jantan dan betina yang diperoleh selama penelitian meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran panjang total ikan. DAFTAR PUSTAKA Am RF. (2013), Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus macrosoma Bleeker,1851) Tertangkap di Perairan Selat Makasar, Sulawesi Selatan (Skripsi). Tidak di Publikasikan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makasar Andy Omar SB. 2009, Modul Praktikum Biologi Perikanan. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universita Hasanuddin, Makasar. Andy Omar SB, Hade AR, Umar MT, Rinanda A, Kune S. (2012) Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Tawes, Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1845) Di Perairan Danau Sidenreng, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Ikan VIII, 327 337. Dinas Kelautan dan Perikanan MALTENG.(2012), Laporan Tahunan Statistik Perikanan. Effendie. M, (1979), Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri 46. Bogor. 112 Hal Effendie. MI. (2002). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yoghyakarta. 163 Hal. Habibun EA.(2011). Aspek Pertumbuhan dan Reproduksi ikan ekor kuning (Caesio cuning) yang di daratkan di Pangkalan Pendaratan ikan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. 28

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016) (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian bogor. Tidak dipublikasikan. Merta. I.G.S. 1993. Hubungan Panjang Bobot dan Fator Kondisi Ikan Lemuru (Sardinela lemuru), Bleeker 1985 Diperairan Selat Bali. Jurnal Perikanan Laut. 73. Nikolsky GV. 1963. The Ecologi of fishes. Academic Press. New York. 352 p. Sjafei DS, Robiyani.(2001). Kebiasaan Makanan dan Faktor Kondisi Ikan Kurisi, Nemipterus tambuloides Blkr. Diperairan Teluk Labuan, Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia, (1) : 7-11 Umar MT, Andy Omar SB, Sitepu FG, Abubakar AM, dan Yunus B. 2012. Nisba Kelamin dan Kematangan Gonad Ikan Tawes, Barbonimus gonionotus di Danau Sidengreng Sulawesi Selatan. Prosidin Seminar Nasional Ikan VII, 197 207. Makasar.. 29