VII ANALISIS KINERJA USAHATANI DAN PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN JASINGA

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

IV. METODE PENELITIAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

HUBUNGAN KUALITAS KARET RAKYAT DENGAN TAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DI DESA PROGRAM DAN NON-PROGRAM

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

V1. ANALISIS USAHATANI PETANI PESERTA DAN NON-PESERTA PRIMA TAN

IV. METODE PENELITIAN

Pendapatan Rata-Rata Peternak Sapi Perah Per Ekor/Bulan

Universitas Sumatera Utara

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

VI. PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITI KARET

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

ANALISIS DAMPAK SOSIAL EKONOMI TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI PHT PERKEBUNAN TEH RAKYAT. Oleh : Rosmiyati Sajuti Yusmichad Yusdja Supriyati Bambang Winarso

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII ANALISIS PENDAPATAN

Lampiran.1 Perkembangan Produksi Bayam Di Seluruh Indonesia Tahun

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA BUNGA PUTIH KECAMATAN MARANG KAYU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

ANALISIS EKONOMI KOMODITI KACANG PANJANG DI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN. Oleh : Chuzaimah Anwar, SP.M.Si

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

VII ANALISIS KINERJA USAHATANI DAN PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN JASINGA 7.1 Analisis Kinerja Usahatani Kinerja usahatani karet dikaji untuk mengetahui gambaran umum mengenai usahatani karet pada petani anggota dan non anggota kelompok tani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Analisis mengenai keragaan usahatani dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa hal diantaranya mengenai penggunaan input produksi karet dan output yang dihasilkan pada usahatani karet. 7.1.1 Penggunaan Input Penggunaan input akan berpengaruh terhadap produksi sheet karet yang dihasilkan. Semakin banyak input yang digunakan, maka biaya produksi juga akan meningkat. Terdapat beberapa faktor input pada usahatani karet, diantaranya adalah pupuk, koagulan (asam semut) dan tenaga kerja. Rata - rata biaya yang dikeluarkan oleh petani anggota per hektar dalam satu tahun adalah Rp 16,413,500,- per hektar per tahun. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani adalah untuk tenaga kerja Rp 8.988.500/hektar. Biaya tersebut sudah termasuk pupuk kandang, NPK dan KCl. Mahalnya harga pupuk merupakan faktor utama besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani. Untuk mengetahui mengenai rata rata penggunaan input yang digunakan oleh petani karet penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dapat dilihat pada Tabel 20. 55

Tabel 20. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar per Tahun yang dilakukan Petani Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet di Kec Jasinga Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Nilai (Rp) (Rp/satuan) 1. Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kg 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kg 2.000 397 794.000 d. NPK Kg 3.000 369 1.107.000 Sub Total Pupuk 8.988.500 2. Koagulan Liter 45 5.000 225.000 (Asam Semut) 3. Tenaga Kerja Orang 20.000 360 7.200.000 Grand Total 16.413.500 Petani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet menggunakan input yang sama dengan petani anggota. Input produksi yang digunakan adalah pupuk, koagulan (asam semut) dan tenaga kerja. Rata - rata biaya yang dikeluarkan oleh petani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dalam satu tahun disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Rata - rata Penggunaan Input Usahatani Karet per Hektar per Tahun yang dilakukan Petani Non Penerima Bantuan Program PengembanganAgribisnis Komoditi Karet di Kec Jasinga Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Nilai (Rp) (Rp/satuan) 1. Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kg 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kg 2.000 397 794.000 d. NPK Kg 3.000 369 1.107.000 Sub Total Pupuk 8.988.500 2. Koagulan 45 5.000 225.000 (Asam Semut) 225.000 3. Tenaga Kerja 20.000 360 7.200.000 7.200.000 Grand Total 16.413.500 56

7.1.1.1 Pupuk Produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh pupuk yang digunakan oleh petani. Penggunaan dosis pupuk harus tepat, sebab jika penggunaannya berlebihan akan mengurangi produksi getah yang dihasilkan oleh tanaman karet. Pupuk yang digunakan oleh petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dalam membudidayakan karet adalah pupuk kandang, Urea, KCl dan NPK. Pupuk kandang yang digunakan petani anggota rata - rata 600 karung/hektar; pupuk Urea 435 kilogram/hektar; pupuk KCl 397 kilogram/hektar dan pupuk NPK 369 kilogram/hektar. Dosis yang sama juga digunakan oleh petani non Penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Tanaman tahunan seperti karet membutuhkan dosis pupuk yang jauh lebih banyak daripada tanaman hortikultura seperti sayuran. Pupuk kandang didapatkan dari penjual pupuk yang terletak dekat dari lahan petani, pupuk kandang yang digunakan berasal dari campuran beberapa kotoran ternak seperti ayam, kambing, dan sapi. Harga pupuk kandang per karungnya adalah Rp 10.000,00/karung. Pupuk kimia yang digunakan petani karet anggota dan non anggota berasal dari toko saprodi yang ada di pasar Jasinga. Harga pupuk kimia tersebut bermacam macam, diantaranya adalah pupuk urea: Rp 2.500,00 per kilogram; pupuk KCl: Rp 2.000,00 per kilogram; dan pupuk NPK: Rp 3.000,00 per kilogram. Menurut Susila (2006) pada tanah mineral dengan tingkat kandungan P dan K sedang, pupuk yang digunakan dalam budidaya karet diantaranya adalah Urea: 118 kilogram/hektar, SP36: 311 kilogram/hektar dan KCl: 112 kilogram/hektar. Sedangkan petani selain menggunakan Urea dan KCl, juga menggunakan NPK. Untuk kedepannya diharapkan Dinas Pertanian atau pihak lain yang berkompeten (akademisi) bisa melakukan uji tanah, sehingga bisa didapatkan rekomendasi pemupukan yang tepat. Dengan didapatkannya rekomendasi pemupukan yang tepat, diharapkan petani bisa menggunakan pupuk dengan lebih efektif dan efisien. 57

7.1.1.2 Koagulan (Asam Semut) Koagulan merupakan larutan ammonia 20 persen yang berfungsi sebagai pembeku lateks. Getah lateks yang baru disadap harus segera dibekukan dengan menggunakan koagulan (asam semut). Pembekuan lateks merupakan tahapan proses yang sangat penting dalam pengolahan sheet karet. Pembekuan yang baik akan mempengaruhi pada saat penggilingan dan pengeringan sheet yang berdampak pada kualitas sheet yang dihasilkan. Rata-rata penggunaan koagulan (asam semut) untuk satu hektar tanaman karet adalah sebesar 45 Liter. Harga koagulan (asam semut) ini adalah Rp 5.000,- per Liter. Kekeras bekuan dari sheet basah dipengaruhi oleh jumlah pembeku atau koagulan (asam semut) yang ditambahkan, kepekatan lateks kebun, dan lamanya proses pembekuan. Kekeras bekuan yang dihasilkan harus berada pada kondisi yang optimal, karena bekuan sheet basah yang terlalu keras akan sulit digiling. Sulitnya penggilingan akan berdampak pada banyaknya waktu dan biaya yang akan terbuang. 7.1.1.3 Tenaga Kerja Faktor produksi yang dapat mempengaruhi produktivitas karet berikutnya adalah tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja juga harus tepat jumlahnya, jika terlalu banyak menjadi tidak efisien karena biasanya pekerja akan lebih banyak berinteraksi daripada bekerja. Tenaga kerja akan berpengaruh terhadap biaya variabel usahatani karet, biaya tenaga kerja didapatkan dengan menghitung Hari Orang Kerja (HOK) dikalikan dengan upah harian per HOK. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses budidaya tanaman karet adalah tenaga kerja pria dengan biaya Rp 20.000,- per hari. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani karet memiliki peranan yang cukup baik. Komponen ini menjadi salah satu komponen dengan biaya yang relatif tinggi dalam kegiatan usahatani karet. Hasil analisis dan wawancara di lokasi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja yang digunakan oleh para petani berasal dari keluarga. Peranan tenaga kerja dalam budidaya karet tentunya akan sangat mendukung upaya menjaga dan meningkatkan produksi getah karet atau lateks. 58

7.2 Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan yang dibahas pada bab berikut ini meliputi dua bagian, yaitu analisis pendapatan usahatani petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet dan analisis usahatani petani non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Hal ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat keberhasilan program Pengembangan Agribisnis yang telah dilakukan oleh pemerintah ditinjau dari segi pendapatan. Analisis pendapatan ini membahas beberapa hal diantaranya adalah perimaan usahatani, biaya usahatani, pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. 7.2.1 Analisis Usahatani Karet Petani Penerima Bantuan Program Usahatani karet yang dianalisis adalah selama satu tahun, petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet mendapatkan penerimaan dari hasil olahan sheet yang berupa sheet basah. Rata-rata produktivitas per hektar per musim karet adalah 1.411 kilogram/hektar. Harga jual sheet basah dengan kualitas sheet 3 rata-rata adalah Rp 7.500,- per kilogram. Rata-rata penerimaan petani penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet per hektar per tahun adalah Rp 32.925.000 per hektar per tahun. Biaya tunai yang dikeluarkan petani penerima bantuan diantaranya untuk membeli pupuk kandang, pupuk kimia, koagulan (asam semut) dan membayar upah tenaga kerja. Rata rata biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani penerima bantuan adalah Rp 16.413.500 per hektar per tahun. Biaya tebesar digunakan untuk pembelian pupuk kandang dan membayar tenaga kerja. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya pajak lahan dan biaya penyusutan alat. Biaya pajak lahan dibayar satu kali dalam satu tahun. Penyusutan alat terdiri dari penyusutan dari ember penampung, cincin mangkuk dan talang sadap. Perhitungan mengenai penyusutan alat pertanian petani karet penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet terdapat pada Lampiran 3. Adapun untuk analisis pendapatan karet petani penerima bantuan Program Pengembangan Agrisnis Komoditi Karet terdapat pada Tabel 22. 59

Tabel 22. Analisis Pendapatan Sheet pada Petani Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet per Hektar per Tahun di Kec Jasinga Uraian Satuan Harga Satuan Volume Nilai (Rupiah) (Rupiah) A B B1 B2 Penerimaan Usahatani Sheet Basah Kilogram 7.500 4.390 32.925.000 Total Penerimaan 32.925.000 Biaya Usahatani Biaya Tunai 1.Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kilogram 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kilogram 2.000 397 794.000 d. NPK Kilogram 3.000 369 1.107.000 2. Koagulan (Asam Semut) Liter 45 5000 225.000 3. Tenaga Kerja Orang 20.000 360 7.200.000 Total Biaya Tunai 16.413.500 Biaya diperhitungkan 1. Pajak Lahan 215.000 1 215.000 2. Penyusutan Alat 23.400 1 23.400 Total Biaya Diperhitungkan 238.400 C Total Biaya Usahatani (B1+B2) 16.651.900 D Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) 16.511.500 E Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) 16.273.100 F R/C Atas Biaya Tunai (A/B1) 2,01 H R/C Atas Biaya Total (A/C) 1,98 Pendapatan petani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Besarnya pendapatan petani karet atas biaya tunai adalah Rp 16,511,500,- per hektar, sedangkan besarnya pendapatan petani atas biaya total Rp 16,273,100,- per hektar. Untuk mengetahui efisiensi usahatani dapat dicari dengan rasio penerimanan terhadap biaya (R/C rasio). R/C rasio juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 2,01 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya tunai akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,01 satuan penerimaan. Nilai R/C atas biaya total sebesar 1,98 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,98 satuan penerimaan. 60

7.2.2 Analisis Usahatani Karet Petani Non Penerima Bantuan Berdasarkan analisis usahatani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet, diperoleh data bahwa jumlah produksi sheet yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan petani penerima bantuan program. Hal ini dikarenakan bantuan alat pasca panen yang diberikan pada petani penerima bantuan program memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil produksi sheet dan kualitas sheet yang dihasilkan. Petani non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet hanya mampu menghasilkan sheet dengan mutu sheet asalan yang rata-rata dihargai Rp 4,500 per kilogram. Rincian mengenai usahatani karet pada petani non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet pada Tabel 23. Tabel 23. A B B1 B2 Analisis Pendapatan Sheet pada Petani Non Penerima Bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet per Hektar per Tahun di Kec Jasinga Uraian Satuan Harga Satuan Volume Nilai (Rupiah) (Rupiah) Penerimaan Usahatani Sheet Basah Kilogram 4.500 3.825 17.212.500 Total Penerimaan 17.212.500 Biaya Usahatani Biaya Tunai 1.Pupuk a. Pupuk Kandang Karung 10.000 600 6.000.000 b. Urea Kilogram 2.500 435 1.087.500 c. KCL Kilogram 2.000 397 794.000 d. NPK Kilogram 3.000 369 1.107.000 2. Koagulan (Asam Semut) Liter 45 5000 225.000 3. Tenaga Kerja Orang 20.000 360 7.200.000 Total Biaya Tunai 16.413.500 Biaya diperhitungkan 1. Pajak Lahan 118.000 1 118.000 2. Penyusutan Alat 36.900 1 36.900 Total Biaya Diperhitungkan 154.900 C Total Biaya Usahatani (B1+B2) 16.568.400 D Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) 799.000 E Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) 644.100 F R/C Atas Biaya Tunai (A/B1) 1,05 H R/C Atas Biaya Total (A/C) 1,04 61

Pada Tabel 23 menunjukkan analisis pendapatan usahatani petani karet non penerima bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Berdasarkan hasil perhitungan, rata rata biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non penerima bantuan adalah sama dengan petani penerima bantuan program yaitu sebesar Rp 16.413.500,- per hektar. Biaya tunai terbesar dikeluakan untuk pembelian pupuk kandang dan pembayaran tenaga kerja. Rata-rata biaya yang diperhitungkan berupa pajak lahan dan penyusutan alat adalah sebesar Rp 154.900,- per hektar. Nilai penyusutan alat pada petani non penerima bantuan program bernilai lebih kecil dibandingkan dengan petani penerima bantuan program. Hal ini dikarenakan petani non penerima bantuan program harus membeli pisau sadap, sedangkan petani penerima bantuan program mempunyai pisau sadap yang diperoleh dari bantuan Program Pengembangan Agribisnis Komoditi Karet. Variabel variabel biaya tersebut akan mempengaruhi nilai R/C rasio. Nilai R/C rasio dibedakan menjadi R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Perbandingan antara nilai R/C rasio petani non anggota dengan petani anggota adalah lebih kecil petani non anggota. Hal ini dikarenakan mutu dari kualitas sheet yang dihasilkan sangat jauh dari petani penerima bantuan program. Petani penerima bantuan program mampu menghasilkan sheet dengan kualitas 3 yang mempunyai nilai jual rata-rata adalah sebesar Rp 7.500 per kilogram, sedangkan petani non penerima bantuan program hanya mampu menghasilkan sheet dengan kualitas asalan yang mempunyai nilai jual rata-rata adalah Rp 4.500 per kilogram. Nilai R/C rasio atas biaya tunai pada petani non penerima bantuan adalah sebesar 1,05 artinya setiap satu satuan biaya tunai yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,05 satuan penerimaan. Sedangkan, nilai R/C rasio atas biaya totalnya adalah 1,04 artinya setiap satu satuan biaya total yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,54 satuan penerimaan. 62