BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pematangsiantar sebagai salah satu Kota Perdagangan memiliki beragam peninggalan, seperti bangunan bernilai sejarah. Sebagai salah satu kota bernilai sejarah dengan karakteristik Kolonial Belanda, kota ini kini sedang mengembangkan kotanya di sektor pariwisata, khususnya wisata sejarah. Pengembangan sektor tersebut juga didukung dengan menonjolkan kebudayaan dari suku-suku yang ada di kota ini. Pematangsiantar mayoritas didiami oleh suku Batak yang terdiri atas Simalungun, Toba dan Karo. Pengembangan wisata sejarah yang sedang marak dilakukan di berbagai kota lain di Indonesia seperti Bandung, Padang dan Semarang turut melatarbelakangi kota ini untuk mengembangkan potensi wisata sejarahnya. Rencana ini terdapat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK), yaitu pembentukan jati diri Kota Pematangsiantar yang mempunyai karakteristik berdasarkan pertimbangan historis dan nilai budaya geografis dan fisik kota, potensi sumber daya, fungsi kota dan kajian planologi kota, arsitektur bangunan dan sebagainya, maka dilakukan beberapa pembenahan, baik dari industri maupun dari sektor pariwisata (Profil Kabupaten/ Kota, 2005). Selain memiliki banyak bangunan bernilai sejarah, letak geografi Pematangsiantar juga diapit oleh Kabupaten Simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh, dan pertanian. Kemudian kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti Toba 1
Samosir, Tapanuli Utara, dan Tapanuli Selatan. Sehingga, posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan antar kabupaten atau transit wisata ke Danau Toba Parapat (Profil Kabupaten/ Kota, 2005). Kota Pematangsiantar, dalam tahun-tahun terakhir mengalami perkembangan yang lumayan pesat. Sebagai kota nomor dua terbesar di Sumatera Utara setelah Medan, kota sejuk yang khas dengan Becak Siantar, ini terus menerus bermetamorfosis dengan dibangunnya banyak kawasan bisnis. Di tengah gempuran gedung-gedung baru, yang masih khas di Pematangsiantar adalah gedung-gedung tua peninggalan Belanda seperti Siantar Hotel, Gedung Juang 45, dan Balai Kota. Ketiga gedung tersebut berada di pusat kota, menempati ruas jalan protokol. Siantar Hotel dan Balai Kota berseberangan, terpisah oleh taman kota yang luas dan asri (Jurnal Gedung DPRD Siantar, 2005). Selain ketiga gedung tua peninggalan Belanda tersebut, masih terdapat gedung tua lainnya di pusat kota. Gedung tersebut adalah Gedung Bioskop Ria yang dibangun pada tahun 1953. Data sejarah mengenai gedung bioskop ini sangat sedikit, sehingga sulit untuk menemukan fakta mendalam mengenai gedung bioskop ini. Bioskop yang telah ditutup pada tahun 2003 dan diserahkan menjadi aset Provinsi Sumatera Utara ini sudah tidak berfungsi lagi sampai sekarang. Setelah sekian dekade tidak berfungsi, dikabarkan gedung bioskop ini telah disewakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera kepada pihak swasta selama 30 tahun dan akan dibangun sebuah pusat perbelanjaan di Kota Pematangsiantar (www.hetanews.com). 2
Hal ini menjadi permasalahan tersendiri mengingat gedung ini termasuk salah satu gedung bersejarah di Kota Pematangsiantar yang rentan mengalami penghancuran. Penghancuran tersebut dapat saja terjadi karena Gedung Bioskop ini belum didaftarkan menjadi cagar budaya meskipun sudah memenuhi syarat untuk dijadikan bangunan cagar budaya. (http://bataktoday.com/bioskop-riariwayatmu-kini). Nilai-nilai sejarah yang terkandung pada bangunan gedung bioskop ini dapat menjadi potensi wisata sejarah bagi Kota Pematangsiantar. Bangunan ini menjadi satu-satunya gedung bioskop bersejarah yang bangunannya masih utuh, sehingga dapat menjadi salah satu potensi untuk dijadikan destinasi wisata sejarah di Kota Pematangsiantar. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kawasan ini selalu sepi dan kurang diminati untuk dikunjungi karena kurangnya aktifitas ruang di kawasan ini sebagai akibat dari tidak berfungsinya gedung bioskop ini ditambah kawasan sekitarnya juga kurang diperhatikan oleh Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar. Kawasan tersebut antara lain: Lapangan Merdeka (Taman Bunga) dan Lapangan H. Adam Malik. Revitalisasi sebagai salah satu wujud solusi bagi gedung ini dapat dilaksanakan jika Pemerintah Daerah melaksanakan RTRWK yang telah ditetapkan pada tahun 2012. Dalam RTRWK tersebut dijelaskan bahwa bentuk dukungan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekonomi melalui sektor pariwisata terutama wisata sejarah adalah dengan melakukan revitalisasi pada kawasan/ bangunan bersejarah yang terdapat di Kota Pematangsiantar (RTRWK 2012-2032, 2012) 3
1.2 Perumusan Masalah Bagaimana upaya revitalisasi yang dapat dilakukan terhadap Gedung Bioskop Ria Kota Pematangsiantar? Faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang untuk dilakukannya upaya revitalisasi terhadap Gedung Bioskop Ria Kota Pematangsiantar? 1.3 Tujuan Penelitian Memberikan saran berupa pengajuan usulan gedung untuk dapat menjadi cagar budaya lokal atau nasional yang memiliki nilai sejarah. Memberikan usulan revitalisasi gedung Bioskop Ria Kota Pematangsiantar. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Kota Pematangsiantar sebagai referensi tentang pentingnya bangunan bersejarah. Bagi pemerintah, yaitu sebagai referensi untuk mendukung pariwisata berbasis sejarah yang dapat meningkatkan perekonomian lokal. Bagi peneliti, yaitu menambah wawasan dan referensi mengenai penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 4
1.5 Kerangka Berpikir LATAR BELAKANG Perkembangan wisata sejarah di Kota Pematangsiantar harus didukung oleh sarana prasarana yang terdapat di Kota Pematangsiantar. Namun, kenyataan yang terjadi adalah bahwa, aset Kota bersejarah yang dapat mendukung wisata sejarah tersebut masih kurang diperhatikan oleh Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar. Padahal peningkatang ekonomi dari sektor pariwisata di Kota Pematangsiantar dapat dilakukan melalui usaha revitalisasi terhadap beberapa bangunan bersejarah atau cagar budaya yang terdapat di Kota Pematangsiantar. Hal ini sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota 2012-2032 yang telah disusun oleh Pemerintah Daerah. RUMUSAN MASALAH Bagaimana upaya pelestarian yang dapat dilakukan terhadap Gedung Bioskop Ria Kota Pematangsiantar? Faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang untuk dilakukannya upaya revitalisasi terhadap Gedung Bioskop Ria? TUJUAN PENELITIAN Memberikan saran berupa pengajuan usulan gedung untuk dapat menjadi cagar budaya lokal atau nasional yang memiliki nilai sejarah. Memberikan usulan revitalisasi gedung Bioskop Ria Kota Pematangsiantar. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Kota Pematangsiantar sebagai referensi tentang pentingnya bangunan bersejarah. Bagi pemerintah, yaitu sebagai referensi untuk mendukung pariwisata berbasis sejarah yang dapat meningkatkan perekonomian lokal. Bagi peneliti, yaitu menambah wawasan dan referensi mengenai penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. STUDI LITERATUR Sejarah Bioskop Ria Kota Pematangsiantar Rencana Strategis Dinas Pariwisata Pemerintah Provnsi Sumatera Utara METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan observasi ke lapangan, wawancara mendalam dan kuesioner. KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS Fungsi yang paling sesuai untuk mengembangkan potensi Wisata sejarah pada Gedung Bioskop Ria Pematangsiantar OBJEK PENELITIAN Gedung Bioskop Ria Kota Pematangsiantar 5