1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung ( Zea mays L.) sebagai bahan pangan, merupakan sumber karbohidrat kedua setelah padi, disamping itu jagung digunakan pula sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri. Jagung sebagai makanan pokok, potensial mensubtitusi tanaman padi, juga memiliki prospek yang cerah untuk diusahakan sebagai bahan biofuel. Jagung merupakan bahan pangan yang cukup baik karena mengandung 80% karbohidrat, 10% protein, 4,5% minyak, 3,5% serat kasar dan 2% mineral (Purwono dan Hartono, 2007). Produksi jagung secara nasional belum mampu memenuhi kebutuhan di Timor Leste, sehingga untuk memenuhi kebutuhan masih harus di import. Ratarata peningkatan kebutuhan jagung di Timor Leste mencapai 9,6% per tahun, sedangkan rata-rata peningkatan produksi hanya 0,71% per tahun. Rata-rata hasil jagung di Timor Leste secara keseluruhan pada tahun 2012 sampai 2013 mencapai 1,78-1,83 t ha -1 per tahun. (Direcção Nacional da Agricultura e Hortikultura, 2013). Rendahnya hasil jagung tersebut disebabkan tingkat kesuburan tanah yang rendah sebagai akibat bahan organik yang rendah, lapisan olah yang tipis, kelembaban dan kemampuan yang rendah dalam menyimpan air (Rachman et al., 2006). Tanaman jagung sebagai salah satu jenis tanaman yang pertumbuhannya memerlukan unsur hara yang cukup, sehingga ketersediaan unsur hara menjadi mutlak untuk diperhatikan. Tanaman jagung akan menunjukkan pertumbuhan 1
2 yang cepat bila kebutuhan akan unsur hara terpenuhi. Kaitan dengan hal tersebut maka upaya penyediaan unsur hara diperlukan. Menurut Hardjowigeno (2007) sebagian besar Vertisol memiliki permeabilitas tanah yang rendah serta kandungan hara Nitrogen (N), Phospor (P) dan unsur hara mikro yang rendah, padahal unsur hara N dan P merupakan unsur hara makro dan esensial yang mutlak diperlukan tanaman. Nitrogen adalah unsur pokok pembentuk protein, asam nukleat dan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesis (Gardner et al., 1991). Kekurangan unsur hara penting bagi tanaman, seperti N, P, Ca, Mg dan Mo, serta tingginya kelarutan Al, Fe dan Mn. Hal ini mencerminkan rendahnya kualitas tanah yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman (Mokolobate dan Haynes, 2002). Memperhatikan kondisi tersebut maka upaya yang dapat dilakukan yaitu pemberian pupuk. Namun dengan meningkatnya harga pupuk kimia serta dampak negatif yang ditimbulkan maka pupuk organik/pupuk hijau menjadi alternatif, yang berpengaruh positif terhadap lingkungan yaitu memperbaiki sifat tanah baik secara fisik, kimia dan biologi (Sutanto, 2006). Salah satu sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik yaitu pupuk hijau. Rachman et al. (2006) menjelaskan bahwa pemberian pupuk hijau kedalam tanah tidak hanya berperan meningkatkan produksi tanaman, namun juga terhadap tanah yakni mensuplai bahan organik dan nitrogen di dalam tanah serta memperbaiki sifat fisika tanah. Menurut Juarsah (1999) menambahkan sisa-sisa tanaman yang diberikan kedalam tanah berupa pupuk hijau dengan cara dibenamkan kedalam tanah dapat berfungsi sebagai sumber penyangga unsur hara
3 melalui proses dekomposisi dan berperan terhadap peningkatan produktivitas tanah dan kandungan bahan organik tanah serta mikroorganisme di dalam tanah. Tanaman lamtoro sebagai salah satu sumber bahan organik dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Rachman et al. (2006 ) menyebutkan bahwa pupuk hijau seperti tanaman lamtoro mampu memperbaiki kesuburan tanah karena mudah terdekomposisi, mampu menambat nitrogen dari atmosfer serta yang terpenting adalah tersedia secara in situ sehingga mudah dan murah untuk diaplikasikan. Meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk hijau maka perlu diperhatikan dosis dan waktu aplikasi pupuk hijau, dikarenakan dosis dan waktu akan menentukan jumlah hara yang dilepas dan dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil penelitian tentang dosis dan waktu aplikasi yang dilakukan oleh Sumarni (2014) menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau orok -orok (Crotalaria juncea) dengan dosis 30 t ha -1 dan waktu pemberian 3 minggu sebelum tanam memberikan hasil tanaman jagung paling tinggi dibanding perlakuan lainnya. Hasil Penelitian Listyarini (2010) menunjukkan bahwa pemberian bahan organik berupa hijauan lamtoro sebanyak 20 t ha -1, dapat menurunkan bobot isi tanah 6,25%, meningkatkan total ruang pori 3,62%, dan meningkatkan pori air tersedia 2,92% dan meningkatkan total agregat terbentuk sebesar 48,27% dibandingkan dengan tanpa bahan organik. Hasil penelitian Abdul Syukur dan Nur Indah M (2003) pemberian pupuk hijau sebanyak 10 ton/ha mampu meningkatkan kadar C-organik tanah dari 1,35% menjadi 1, 79% dan tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk organik 20 t ha -1, selain itu juga mampu meningkatkan N-total tanah dari 0,075% menjadi 0,109% dan tidak
4 berbeda nyata dengan dosis pupuk organik 20 t ha -1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau Sesbania rostrata dengan dosis 5 ton/ha pada Ultisol mampu meningkatkan kandungan C-organik tanah dari 1,505% menjadi 1,863% dan meningkatkan nitrogen total tanah dari 0,114% menjadi 1,146% (Hadison, 2004). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk hijau juga memiliki kendala yang harus perlu diperhatikan, seperti waktu, tenaga, dosis, dan cara, guna menjamin efisiensi dari pupuk yang diberikan. Sumarno et al. (2000) menjelaskan bahwa untuk menjamin peningkatan efisiensi hara dapat dilakukan dengan bentuk pupuk yang tepat, cara dan waktu pemberian yang sesuai, dikarenakan pelepasan unsur hara oleh pupuk hijau dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, dan kelembaban serta aktivitas biologi dalam tanah, sehingga belum diketahui apakah pupuk hijau lamtoro akan mampu memperbaiki kesuburan kimia tanah serta hasil tanaman jagung. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis melakukan penelitian mengenai Pengaruh Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Hijau Lamtoro (Leucaena leucocephala ( Lam.) de Wit) Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Suco Mauboke Distrik Liquiça Timor Leste.
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Apakah terjadi interaksi antara waktu aplikasi dan dosis pupuk hijau lamtoro akan berpengaruh terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman jagung? 2. Kapan waktu aplikasi terbaik yang akan memberikan perbaikan terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman jagung? 3. Berapa dosis pupuk hijau lamtoro terbaik untuk hasil tanaman jagung tertinggi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh interaksi dosis dan waktu aplikasi pupuk hijau lamtoro terhadap sifat kimia tanah dan perbaikan hasil tanaman jagung. 2. Mendapatkan waktu aplikasi terbaik yang akan memberikan perbaikan terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman jagung. 3. Mendapatkan dosis pupuk hijau lamtoro terbaik yang mampu memberikan hasil tanaman jagung tertinggi.
6 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam hal perbaikan sifat kimia tanah pada tanaman jagung serta menjadi acuan bagi petani lokal dalam mengembangkan usahatani jagung di lahan kering dalam memanfaatkan pupuk hijau sebagai pupuk organik untuk memperbaiki kesuburan tanah