BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hal yang menandakan berkembangnya ekonomi suatu negara adalah dengan melihat peningkatan transaksi di dalam pasar modal negara tersebut. Menurut Martalena dan Malinda (2011:2) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang, saham, reksadana, instrument derivatif maupun instrument lainnya. Pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara yang berperan untuk menunjang perekonomian karena menghubungkan pihak yang kekurangan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh investor untuk mendapatkan laba dimasa yang akan datang. Ada berbagai jenis investasi yang ada di dalam pasar modal, salah satunya yaitu berinvestasi didalam bentuk pembelian saham perusahaan. Setiap investor memiliki tujuan utama dalam menanamkan modalnya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari tingkat pengembalian atau imbal hasil (return) baik berupa dividen maupun selisih antara harga jual saham terhadap harga beli saham tersebut. Menurut Stice et al. (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Menurut Brealey, et al. (2008:4) dalam mengelola keuangan perusahaan, manajer keuangan perusahaan 11
dihadapkan dua masalah yaitu mengenai keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Dalam hal pendanaan, perusahaan dihadapkan masalah mengenai kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan jumlah alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan sebagai sumber pendanaan perusahaan pada masa yang akan datang (Van Horne dan Wachowicz, 2007:270). Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen (Kangarlouei et al., 2012). Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus dan relatif stabil untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan pada masa yang akan datang dan sekaligus memberikan kesejahteraan kepada pemegang saham. Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang dapat menghasilkan laba. Jika keputusan yang dilakukan oleh manajer adalah untuk mendistribusikan laba kepada pemegang saham sebagai dividen, akan terdapat tiga masalah yang akan dihadapi oleh perusahaan yaitu jumlah dividen yang akan didistribusikan, bentuk pendistribusian dividen serta tingkat stabilitas pendistribusian dividen setiap tahun kepada pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006:68). Perusahaan harus berupaya untuk membuat kebijakan dividen yang akan memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham, karena salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham (Brealey, et al., 2008:11). 12
Menurut Brealey, et al. (2008:16) kebijakan dividen mempunyai pengaruh antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham yang akan mengakibatkan konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen yang mengakibatkan biaya keagenan (agency cost). Dalam penelitian suharli (2005) mengemukakan bahwa pemegang saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tidak terlalu banyak memegang kas karena kas yang terlalu banyak didalam perusahaan akan memberikan kesempatan kepada manajemen untuk menikmati kas tersebut hanya bagi dirinya sendiri. Sedangkan bagi pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen kas yang terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan perusahaan, menambah investasi atau melunasi hutang. Sehingga dalam membuat kebijakan dividen, manajemen perusahaan akan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Menurut Brigham dan Houston (2006:94) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen adalah kendala atas pembagian dividen seperti kontrak hutang, pembatasan saham preferen, ketidakcukupan laba, ketersediaan kas, denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar. Selain itu terdapat peluang investasi yang dapat dilihat dari daftar IOS yang memungkinkan perusahaan untuk mempercepat atau menunda proyek, sumber-sumber modal lainnya termasuk biaya penjualan saham baru, kemampuan untuk mensubtitusi ekuitas dengan hutang, pengendalian serta pengaruh dividen terhadap keuntungan modal. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Beberapa faktor 13
lain tersebut adalah aturan-aturan hukum, kebutuhan pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk meminjam dan pengendalian (Van Horne dan Wachowicz, 2007:280). Kebijakan dividen perusahaan dapat tercermin dalam dividend payout ratio perusahaan tersebut. Berikut adalah perkembangan rata-rata DPR perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014 No Tabel 1.1 Perkembangan Rata-rata Dividend payout Ratio Perusahaan di BEI Periode 2012-2014 Nama Divivend Payout Ratio (%) Perusahaaan 2012 2013 2014 1 PT. Pakuwon Jati Tbk. 22.53 19.13 8.62 2 PT. Indosat Tbk. - 38.48-3 PT. Astra International Tbk. 45.03 45.04 45.59 4 PT. Kalbe Farma Tbk. 66.77 44.97 43.14 5 PT. ndocement Tunggal Prakarsa Tbk Sumber: www.idx.co.id 34.80 66.13 94.29 Rata-rata 33.82 42.75 38.32 Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa perkembangan rata-rata dividend payout ratio perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 sampai 2013 mengalami kenaikan sebesar 33,82% menjadi 42,74%, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 38,32%. Pembagian dividen yang tidak stabil mengharuskan investor teliti dalam memilih perusahaan untuk berinvestasi, karena ketidakstabilan pembagian dividen ini memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan kurang mampu dalam menyeimbangkan kebutuhan dana untuk internal dan keinginan pemegang sahamnya. 14
Sehingga perusahaan kurang mampu dalam memberikan kesejahteraan bagi pemegang saham dan tidak mampu memberikan return yang tinggi. Investor mengharapkan return yang tinggi karena berinvestasi saham memiliki risiko yang tinggi yang dapat membuat investor mengalami kerugian yang besar. Sejauh ini penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian sebelumnya dan teori-teori mengenai kebijakan dividen menyebutkan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, seperti profitabilitas, firm size, leverage, investment opportunity set, dan likuiditas yang memungkinkan pembagian dividen menjadi tidak stabil dan menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan dividen (Mehta, 2012; Kangarlouei et al., 2012; Malik et al., 2013: Sanjari dan Zarei, 2014). Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam memberikan imbal hasil kepada pemegang saham dalam bentuk laba perusahaan ( Sugiono dan Untung, 2008:71). Laba merupakan salah satu faktor utama yang menunjukan kapasitas perusahaan dalam membayar dividen kepada investor karena laba perusahaan dapat dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen ataupun sebagai laba ditahan. Pemegang saham berharap untuk mendapatkan imbal hasil atas modal yang diinvestasikan kedalam perusahaaan (Brigham dan Houston, 2006:149). Penelitian yang dilakukan Marpaung dan Hardianto (2009), Malik et al. (2013) dan Silviana et al. (2014) menemukan bahwa perusahaan yang menghasilkan profit yang besar 15
mampu membayarkan dividen sekaligus menyimpan dana internal berupa laba ditahan sebagai sumber pendanaan dalam membiayai investasinya. Namun penelitian yang dilakukan oleh Mehta (2012) menemukan bahwa ROE memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Firm size merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Malik et al. (2013). Perusahaan dengan ukuran besar akan membayarkan dividen lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil, karena perusahaan kecil akan merasa sulit untuk mengumpulkan dana, dibandingkan dengan perusahaan besar yang memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal. Oleh karena itu perusahaan besar dapat membagikan dividen yang lebih besar yang bersumber dari internal dan menggunakan dana dari pasar modal sebagai sumber pendanaan. Sedangkan perusahaan kecil hanya bergantung kepada dana internal yang menyebabkan pembayaran dividen lebih sedikit (Mehta, 2012). Penelitian yang dilakukan Sanjari dan Zarei (2014), Mehta (2012), Amah (2012), dan Malik et al. (2013) menemukan bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan penelitian yang dilakukan Lopolusi (2013) menemukan bahwa size memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi hutang atau leverage suatu perusahaan, maka semakin rendah pembayaran dividen perusahaan tersebut, karena sebagian dana yang ada didalam perusahaan tersebut digunakan untuk membayar hutang yang memiliki bunga dan 16
jatuh tempo. Syarat perjanjian hutang sebagai pelindung dalam kesepatan pinjaman sering kali meliputi batasan untuk membayar dividen. Ketika syarat ini diberlakukan, maka secara langsung akan mempengaruhi kebijakan dividen. Hutang mempunyai resiko yang tinggi sehingga harus dilunasi sesuai dengan perjanjian (Van Horne dan Wachowicz, 2007:283). Sanjari (2014) menemukan bahwa pembayaran dividen yang rendah dengan maksud untuk melunasi hutang merupakan kebijakan perusahaan untuk melindungi dan memberikan kepercayaan kepada pasar bahwa perusahaan tersebut mampu dalam memenuhi kewajiban perusahaan serta demi mempertahankan arus kas untuk memenuhi tanggung jawabnya. Sehingga saat perusahaan melakukan pembayaran hutang maka pembayaran dividen kepada pemegang saham akan lebih rendah. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi cenderung memberikan dividen yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki leverage yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Sanjari dan Zarei (2014) menemukan hubungan positif dan signifikan antara DER dengan kebijakan dividen. Mehta (2012), Malik et al. (2013), Alzomaia dan Al-Khadhiri (2013) menemukan bahwa leverage yang diproksikan dengan DER (debt to equity ratio) memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan penelitian Silviana et al. (2014) menemukan bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. 17
Investment Opportunity Set (IOS) merupakan salah satu faktor yang menentukan kebijakan dividen perusahaan. IOS berhubungan dengan jumlah peluang investasi perusahaan pada masa yang akan datang. Ketika perusahaan memiliki sejumlah peluang investasi yang akan menguntungkan, perusahaan cenderung akan melakukan pembayaran dividen yang rendah. Namun melalui IOS, memungkinkan perusahaan untuk dapat mempercepat atau menunda proyek, sehingga membuat perusahaan dapat mengikuti kebijakan dividen yang stabil (Brigham dan Houston, 2006:95). Sehingga dalam posisi ini, perusahaan perusahaan harus menganalisis kemungkinan perusahaan untuk mempertahankan dividen karena dana perusahaan digunakan untuk pendanaan sejumlah proyek investasi yang dimiliki perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2006:282). Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penelitan yang dilakukan Kangarlouei et al. (2012), Marpaung dan Hadianto (2009) membuktikan bawha IOS memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Likuiditas merupakan faktor penting lain yang mempengaruhi dividen. Karena dividen menunjukan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang tumbuh dan menguntungkan mungkin tidak likuid karena dana perusahaan digunakan untuk aktiva tetap dan modal kerja. Oleh karena itu pihak manajemen pada perusahaan ini ingin mempertahankan beberapa perlindungan likuiditas sehingga pihak manajemen membayarkan dividen dalam 18
jumlah yang kecil atau tidak sama sekali (Horne dana Wachowicz, 2006:282). Penelitian yang dilakukan Malik et al. (2013) menemukan bahwa likuiditas yang diproksikan dengan quick ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun hal berbeda dengan hasil penelitian Sanjari dan Zarei (2014) menemukan pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Untuk memperjelas dan menganalisis adanya permasalahan kebijakan dividen serta melihat hubungannya dengan faktor-faktor yang telah diuraikan di atas, maka berikut ini adalah data empiris yang dapat disajikan mengenai kebijakan dividen. Tabel 1.2 Data Dividen, Laba Bersih, Total Hutang dan Total Aset Perusahaan Pembentuk Indeks LQ-45 Periode 2012-2014 No Nama Perusahaaan 1 PT Astra Agro Lestari Tbk. 2 PT Gudang Garam Tbk. PT Indofood 3 Sukses Makmur Tbk. 4 PT Kalbe Farma Tbk. Sumber: www.idx.co.id Periode Dividen (Rp) Laba Bersih (Rp Juta) Total Hutang (Rp Juta) Total Aset (Rp Juta) 2012 455.00 2,520,266 19,700 12,419,820 2013 515.00 1,903,088 25,100 14,963,190 2014 716.00 2,621,275 24,250 18,558,329 2012 800.00 4,068,711 14,903,612 41,509,325 2013 800.00 4,383,932 21,353,980 50,770,251 2014 800.00 5,395,293 24,991,880 58,220,600 2012 185.00 4,779,446 25,181,533 59,324,207 2013 142.00 3,416,635 39,719,660 78,092,789 2014 220.00 5,146,323 44,710,509 85,938,885 2012 19.00 1,775,099 2,046,314 9,417,957 2013 17.00 1,970,452 2,815,103 11,315,061 2014 19.00 2,121,091 2,607,557 12,425,032 Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dividen, laba bersih, total hutang dan total aset berfluktuasi setiap tahun. Hal ini dapat dilihat pada laba bersih PT Astra agro Lestari Tbk pada tahun 2013 mengalami penurunan dan diikuti dengan kenaikan dividen pada tahun 2013. Namun hal ini berbeda dengan dengan PT Gudang Garam 19
Tbk yang mengalami peningkatan laba bersih selama 3 (tiga) tahun namun jumlah dividen yang dibagikan tidak mengalami perubahan. Sedangkan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014 peningkatan laba bersih diikuti dengan kenaikan dividen. Pada sisi total hutang PT Astra Agro Lestari Tbk mengalami kenaikan hutang namun diikuti dengan kenaikan dividen selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan kenaikan total hutang selama 3 (tiga) tahun berturut-turut pada PT Gudang Garam Tbk diikuti dengan pembagian dividen yang stabil. Sedangkan hal lain terjadi pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2013, dimana kenaikan total hutang diikuti dengan penurunan dividen. Pada sisi total asset PT Astra Agro Lestari Tbk mengalami kenaikan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan diikuti dengan kenaikan dividen. Hal lain justru berbeda dengan PT Gudang Garam Tbk dimana terjadi kenaikan total asset selama 3 (tiga) tahun berturut-turut pembagian dividen tidak mengalami perubahan. Sedangkan hal lain terjadi pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2013, dimana kenaikan total asset diikuti dengan penurunan dividen. Berdasarkan uraian pada Tabel 1.1 kenaikan dan penurunan laba bersih, total hutang dan total asset dapat mempengaruhi dividen. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang kebijakan dividen dengan menggunakan obyek penelitian perusahaan pembentuk indeks LQ-45. 20
Alasan pemilihan perusahaan pembentuk indeks LQ-45 yang diteliti karena indeks LQ-45 merupakan salah satu kelompok indeks yang terdaftar di BEI dengan jumlah 45 perusahaan yang dipilih dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Indeks LQ-45 terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar serta memiliki kinerja keuangan yang baik (www.idx.co.id). Dengan memiliki likuditas yang baik, perusahaan diharapkan membayarkan dividen dalam jumlah yang besar karena ketersedianya kas di dalam perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu dengan memiliki kinerja keuangan yang baik, diharapkan perusahaan dapat memberikan kebijakan dividen yang tinggi karena kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba yang besar, dimana laba yang besar mencerminkan semakin besar juga dana yang dapat dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen. Berdasarkan permasalahan, inkonsistensi hasil penelitian dan uraian yang telah dijelasakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan faktor yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan dividen seperti profitabilitas, firm size, leverage, investment opportunity set dan likuiditas. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah profitabilitas, firm size, leverage, investment opportunity set, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada emiten pembentuk indeks LQ-45? 21
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas, firm size, leverage, investment opportunity set, dan likuiditas terhadap kebijakan dividen pada emiten pembentuk indeks LQ-45. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Perusahaan Bagi pihak perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan mengenai proporsi laba dalam bentuk dividen atau laba ditahan sebagai dana investasi dan pendanaan di masa mendatang. 2. Investor Diharapkan bagi investor memberikan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan investor mengenai tingkat pengembalian investasi perusahaan berupa dividen perusahaan. 3. Peneliti Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat memperluas wawasan, pengetahuan peneliti dan pengaplikasian teori yang dapat memecahkan masalah-masalah khususnya mengenai tingkat pengembalian dividen. 22
4. Peneliti Selanjutnya Dapat digunakan sebagai dasar referensi dalam perluasan pengetahuan, dan penambahan wawasan. 23