HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PACLOBUTRAZOL DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KUALITAS PASCA PANEN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) SEBAGAI BUNGA POTONG

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk

Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sanseviera (Sanseviera trifasciata Laurentii)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

I. PENDAHULUAN. mawar merupakan salah satu bunga yang sangat diminati masyarakat, karena

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

3. METODE DAN PELAKSANAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widdy Hardiyanti, 2013

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Laboratorium Produksi Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

III. METODE PENELITIAN. Penelitian bertempat di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

APLIKASI PACLOBUTRAZOL PADA TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L. cv. Teddy Bear) SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN TANAMAN HIAS POT

EFEKTIFITAS RETARDAN SINTETIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN MASA PAJANG BUNGA MATAHARI (Hellianthus annus L.)

Penelitian ini dilaksanakan pada Juni sampai Oktober 2014 di Rumah Kaca. Lapangan Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan laboratoriun lapangan terpadu

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

Transkripsi:

15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Green House Kebun Percobaan Cikbayan dan Laboratorium Produksi dan Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Green House Kebun Percobaan Cikabayan terletak pada ketinggian sekitar 250 m di atas permukaan laut. Suhu rata-rata di dalam rumah kaca pada pagi hingga siang hari berkisar antara 28-40 o C sedangkan kelembabannya bekisar antara 54.5-65%. Proses penanaman bunga matahari dimulai dengan menyemai benih bunga matahari pada media tissue, kemudian bibit bunga matahari yang sudah berumur satu minggu dipindahkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm. Tanaman disusun berbaris secara selang-seling antara yang mendapat perlakuan paclobutrazol dengan tanaman kontrol. Secara umum seluruh tanaman bunga matahari tumbuh dengan baik, walaupun beberapa tanaman terserang hama belalang pada saat berumur 4 MSP dan kutu putih saat tanaman berumur 8 MSP. Serangan belalang tidak terlalu mengganggu karena dengan sekali penyemperotan insektisida saja sudah dapat teratasi dan tanaman kembali tumbuh normal, namun serangan kutu putih saat tanaman berumur 8 MSP cukup mengkhawatirkan, karena hampir 35% tanaman bunga matahari mati akibat serangan hama tersebut. Penanggulangan hama kutu putih dilakukan dengan pemberian deterjen yang dilarutkan ke dalam air dengan konsentarsi sebesar 5% (w/v). Larutan ini kemudian disemprotkan ke bagian tanaman yang terkena serangan kutu putih seminggu sekali. Aplikasi paclobutrazol dilakukan setelah 4 minggu setelah transplanting dengan konsentrasi paclobutrazol sebesar 10 ppm. Paclobutrazol diberikan dengan menyiramkan larutan paclobutrazol 10 ppm pada media tanam di masing-masing polybag, dengan volume siram 200 ml/polybag. Aplikasi pacobutrazol dilakukan hanya satu kali, dengan harapan reduksi pertumbuhan tanaman yang diberi paclobutrazol 10 ppm sebesar 30% dibandingkan dengan tanaman kontrol.

16 Tanaman bunga matahari yang dapat bertahan hidup hingga akhir penelitian berjumlah 46 tanaman bunga matahari dari total 70 tanaman bunga matahari yang ditanam. Sebagian tanaman merana karena serangan hama kutu putih. Hama kutu putih lebih banyak menyerang tanaman yang diberi paclobutrazol dibandingkan dengan tanaman kontrol. Secara umum, tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol terlihat lebih pendek dibandingkan dengan tanaman kontrol. Tanaman bunga matahari kemudian dipanen bunganya setelah mahkotanya mencapai stadia 75% mekar penuh, panjang tangkai bunga matahari yang dapat dipanen berukuran 50 cm. Pemanenan dilakukan sore hari sekitar pukul 16.00-18.00. Setelah dilakukan pemanenan, tangkai bunga matahari direndam dengan menggunakan komposisi larutan pulsing sesuai dengan perlakuan di Laboratorium Produksi dan Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman di Rumah Kaca Tinggi Tanaman. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari mengalami peningkatan selama dilakukannya pengamatan 10 Minggu Setelah Perlakuan (MSP) paclobutrazol 10 ppm. Perlakuan pacobutrazol berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman bunga matahari. Tabel 1. Tinggi Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10......cm... P0 35.6 42.2 49.2 59.6 65.2 73.2 89.5 104 119.6 132.9 P1 23.6 29.6 33.6 40.6 45.9 51.2 63.8 73.7 86.8 92 Uji t student ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Pada 1 MSP hingga 10 MSP terlihat perbedaan yang sangat nyata pada tinggi tanaman bunga matahari. Tanaman bunga matahari yang diberi

17 paclobutrazol memilliki tinggi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol. Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa pertambahan tinggi paling rendah pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol sebesar 4.07 cm terjadi saat tanaman berumur 3 MSP dan pertambahan tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu 12.88 cm terjadi saat umur tanaman 9 MSP. Pertambahan tinggi pada tanaman kontrol dengan nilai terkecil terjadi saat tanaman berumur 5 MSP yaitu sebesar 5.63 cm, sedangkan pertambahan tinggi terbesar yaitu 16.27 cm yang terjadi saat tanaman berumur 7 MSP. Paclobutrazol mampu mereduksi pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari rata-rata sebesar 31.3% pada setiap minggunya jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Whipker dan McCall (2000) yang menyatakan bahwa pengaplikasian paclobutrazol pada Helianthus annus dengan metode siram ke media dengan dosis 2 mg/tanaman dan 4 mg/tanaman mampu menghasilkan tanaman yang 24% dan 33% lebih pendek pendek dibandingkan dengan tanaman kontrol. Santiasrini (2009) mengemukakan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan menyebabkan tinggi tanaman semakin rendah. A Gambar 2. Penampilan tanaman bunga matahari hasil penelitian. A : Tanaman kontrol; B : Tanaman yang diberi perlakuan 10 ppm paclobutrazol pada 8 MSA. B

18 Diameter Batang. Pengamatan berikutnya adalah diameter batang tanaman bunga matahari. Berbeda dengan tinggi tanaman, hasil uji t student terhadap diameter batang tanaman bunga matahari menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata sejak tanaman berumur 1 MSP hingga tanaman berumur 10 MSP. Tabel 2. Diameter Batang Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10. cm.. P0 0.8 0.9 0.9 1.1 1.1t 1.1 1.2 1.3 1.4 1.3 P1 0.7 0.9 1.0 1.1 1.1 1.2 1.2 1.3 1.4 1.3 Uji t student tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol tn) : Tidak berbeda nyata Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap ukuran diameter batang pada tanaman bunga matahari, baik pada tanaman yang diberikan aplikasi paclobutrazol maupun tanaman kontrol. Rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman bunga matahari setiap minggunya berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2 adalah sebesar 0.06 cm/minggu. Hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh Rani (2006), dimana tanaman bunga matahari yang diaplikasikan paclobutrazol memiliki diameter batang yang 0.9-9.6 mm lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan. Peningkatan diameter batang karena perlakuan retardan bisa saja terjadi, karena menurut Wattimena (1988) salah satu pengaruh fisiologis dari retardan adalah mempertebal batang. Cathey (1975) juga menyatakan bahwa zat penghambat tumbuh dapat menghambat biosintesis giberelin dan mempertebal batang. Penebalan batang disebabkan karena produksi sel di dalam kambium distimulir dan terjadi peningkatan volume dari sel parenkim di daerah korteks. Jumlah Daun. Pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm hanya berpengaruh sangat nyata pada peubah jumlah daun tanaman bunga

19 matahari saat berumur 1 MSP. Pada saat tanaman bunga matahari berumur 2 MSP hingga 10 MSP pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman bunga matahari. Tabel 3. Jumlah Daun pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10... helai. P0 17.2 19.9 21.0 23.8 23.9 24.7 27.9 28.7 28.5 28.2 P1 16.1 19.6 21.8 24.0 24.7 23.9 26.7 27.0 26.2 23.7 Uji t student ** tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol tn) : Tidak berbeda nyata **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3, terjadi fluktuasi jumlah daun dari minggu ke minggu baik pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol maupun pada tanaman kontrol. Pada tanaman kontrol ratarata jumlah daun berkurang saat dilakukan penngamatan minggu ke-9 dan ke-10, sedangkan pada tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol jumlah daun berkurang saat tanaman berumur 6 MSP, 9 MSP dan 10 MSP. Penurunan jumlah daun pada kedua perlakuan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya akibat daun yang layu mengering kemudian gugur, serta akibat telah dilakukannya pemanenan terhadap tanaman bunga matahari sehingga kemungkinan rata-rata diperoleh dari tanaman yang jumlah daunnya lebih sedikit. Berdasarkan rata-rata jumlah daun pada tabel 2 tersebut, penurunan jumlah daun pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman kontrol, hal ini dikarenakan pada tanaman bunga matahari yang diberikan aplikasi paclobutrazol lebih banyak yang terserang kutu putih jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Rata-rata jumlah daun pada tanaman bunga matahari berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol memiliki jumlah daun yang lebih sedikit yaitu sebanyak 23.35 helai, sedangkan jumlah daun pada tanaman kontrol sebanyak

20 24.39 helai, meskipun dari hasil uji t student yang telah dilakukan paclobutrazol tidak berpengaruh berpengaruh terhadap jumlah daun saat tanaman tanaman berumur 2 MSP hingga 10 MSP. Hasil penelitian Rani (2006) terhadap tanaman bunga matahari menunjukkan bahwa secara statistik jumlah daun pada tanaman bunga matahari yang diberi perlakuan paclobutrazol dan tanaman kontrol tidak berbeda nyata. Hasil tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan Khrisnamoorthy (1981), bahwa efek fisiologis retardan yaitu menghambat pemanjangan sel-sel di meristem sub apikal sedangkan pertumbuhan daun terletak pada meristem apikal sehingga jumlah daun tidak terpengaruh oleh pemberian paclobutrazol. Jumlah Ruas. Pengamatan terhadap jumlah ruas tanaman bunga matahari dilakukan pada batang utama. Hasil pengamatan jumlah ruas pada batang utama antara tanaman bunga matahari yang diberi paclobutrazol dengan tanaman kontrol berbeda sangat nyata seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Ruas pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10....... ruas... P0 8.6 11.3 14 17.7 19.8 23.2 29 31.1 33 34.8 P1 6.8 9 10.7 14.9 17.7 19.7 25.3 27.8 30.3 31.3 Uji t student ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Jumlah ruas pada batang utama antara dua perlakuan tanaman bunga matahari terlihat meningkat dari minggu ke minggu seiring dengan bertambahnya tinggi tanaman. Pada minggu ke-7 setelah perlakuan paclobutrazol tanaman bunga matahari mengalami pertumbuhan ruas yang cukup signifikan dibandingkan dengan minggu-minggu lainnya selama pengamatan baik pada tanaman kontrol maupun pada tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol, namun demikian pertumbuhan penambahan jumlah ruas pada tanaman kontrol masih lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman yan diberi aplikasi paclobutrazol 10 ppm.

21 Pertambahan ruas pada batang utama tanaman bunga matahari kontrol saat berumur 7 MSP adalah sebesar 5.8 ruas, sedangkan pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi pacobutrazol sebesar 5.6 ruas. Reduksi jumlah ruas terbesar pada batang utama tanaman bunga matahari dengan aplikasi paclobutrazol terjadi pada saat tanaman berumur 3 MSP dengan persentase penurunan jumlah ruas sebesar 23.8%, sedangkan reduksi jumlah ruas yang terendah terjadi pada saat tanaman berumur 9 MSP yaitu sebesar 8.16%, dengan rata-rata persentase penurunan jumlah ruas pada batang utama selama 10 minggu pengamatan setelah perlakuan paclobutrazol sebesar 15.0%. Jumlah Buku. Buku yang diamati pada tanaman bunga matahari dalam penelitian ini adalah tempat keluarnya daun pada batang utama. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5% yang diperlihatkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah buku pada batang utama pada pemberian paclobutrazol sebesar 10 ppm pada tanaman bunga matahari berbeda nyata dengan tanaman kontrol. Berbanding lurus dengan jumlah ruas, jumlah buku pada batang utama tanaman bunga matahari juga meningkat dari minggu ke minggu. Perlakuan Tabel 5. Jumlah Buku pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10. buku. P0 8.8 11.9 14.7 18 20.1 23.5 28.9 31.2 32.5 34.4 P1 7.5 9.9 11.7 15.5 18.1 20.1 25.9 28.1 30.3 31 Uji t student ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan buku pada batang utama tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol 10 ppm lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol, yaitu sebesar 2.3 buku/minggu, sedangkan rata-rata pertumbuhan buku pada batang utama tanaman kontrol sebesar 2.5 buku/minggu. Pertumbuhan jumlah buku terbanyak terjadi

22 pada saat tanaman bunga matahari berumur 7 MSP, baik pada tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol maupun pada tanaman kontrol. Pertumbuhan jumlah buku pada batang utama tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol saat 7 MSP adalah sebanyak 5.7 buku, sedangkan pada tanaman kontrol pertumbuhan jumlah buku saat berumur 7 MSP adalah sebanyak 5.4 buku. Pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm juga mampu mereduksi jumlah buku pada batang utama tanaman bunga matahari rata-rata sebesar 12.8% dibandingkan dengan tanaman kontrol. Reduksi jumlah buku terbesar terjadi pada saat tanaman bunga matahari berumur 3 MSP, dengan persentase reduksi jumlah buku pada batang utama sebesar 20.2%. Jumlah Cabang. Pengamatan jumlah cabang terhadap tanaman bunga matahari dilakukan pada saat cabang pada tanaman bunga matahari minimal sudah memilliki empat daun dan terdapat kuncup bunga di bagian tengahnya. Cabang tanaman bunga matahari muncul saat tanaman telah berumur 6 MSP. Tabel 6. Jumlah Cabang Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan 6 7 8 9 10 11......cabang. P0 0.1 2.8 4.7 5.3 5.2 4.6 P1 0 2.0 2.8 2.7 2.5 2.4 Uji t student tn tn * * ** * Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol tn) : Tidak berbeda nyata *) : Berbeda nyata pada taraf 5% **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan data pada Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pemberian paclobutrazol memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tanaman bunga matahari kontrol pada peubah jumlah cabang saat tanaman berumur 6 MSP dan 7 MSP. Perbedaan yang nyata antara tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol dengan tanaman bunga matahari kontrol dapat terlihat berdasarkan data uji t- student (Tabel 6) pada saat tanaman berumur 8 MSP, 9 MSP dan 11 MSP.

23 Jumlah cabang tanaman bunga matahari dengan pemberian paclobutrazol 10 ppm berbeda sangat nyata dengan jumlah cabang pada tanaman kontrol terjadi pada saat tanaman berumur 10 MSP. Penurunan jumlah cabang tanaman bunga matahari yang terjadi pada saat tanaman bunga matahari berumur 10 MSP dan 11 MSP diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya karena adanya cabang yang terkena penyakit sehingga warnanya berubah kecokelatan kemudian mati selain itu jumlah cabang yang menurun diakibatkan pula oleh telah dilakukannya pemanenan pada beberapa tanaman. Waktu Berbunga. Pengamatan terhadap waktu berbunga dilakukan pada saat tunas bunga muncul. Berdasarkan hasil analisis uji t-student yang disajikan pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa waktu berbunga pada tanaman bunga matahari yang diberi paclobutrazol 10 ppm dengan tanaman kontrol tidak berbeda nyata. Tabel 7. Waktu Berbunga Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Perlakuan P0 (Tanaman kontrol) P1 (Tanaman dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol Keterangan : tn) : Tidak berbeda nyata Waktu Berbunga.MSP. 8.16 tn 8.14 tn Hasil penelitian Rosmanita (2008), menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi paclobutrazol dan jenis pupuk daun pada tanaman anggrek Dendrobium Jiad Gold x Booncho Gold belum dapat mempercepat pembungaan. Lebih lanjut Menhennet (1979) menyatakan bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh pada waktu dan konsentrasi yang tidak tepat akan menunda pembungaan hal ini disebabkan pembentukan beberapa zat yang diperlukan tanaman untuk pembentukan primordia bunga terhambat. Krishnamoorthy (1981) juga menyatakan bahwa retardan merupakan senyawa kimia yang mempunyai efek fisiologis menghambat pemanjangan sel di meristem apikal, sedangkan jumlah daun, bunga dan buah tidak dipengaruhinya.

24 Pengaruh retardan terhadap pembungaan merupakan pengaruh sekunder, sedangkan pengaruh primernya adalah penekanan pertumbuhan vegetatif. Diameter Bunga Primer. Bunga primer yang diamati dalam penelitian ini merupakan bunga yang pertama kali muncul pada ujung meristem apikal batang utama tanaman bunga matahari. Diameter bunga primer pada tanaman bunga matahari dalam penelitian ini, diamati dengan menggunakan penggaris pada saat dilakukan pemanenan. Tabel 8. Diameter Bunga Primer Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Perlakuan P0 (Tanaman kontrol) P1 (Tanaman dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol Keterangan : tn) : Tidak berbeda nyata Diameter Bunga Primer.cm. 12.6 tn 12.7 tn Berdasarkan data hasil uji t-student yang disajikan pada Tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa pada tanaman bunga matahari yang diberikan paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm tidak berbeda nyata dengan tanaman kontrol pada pengamatan diameter bunga primer. Pemberian paclobutrazol yang tidak berpengaruh terhadap diameter bunga primer tanaman bunga matahari sesuai dengan pernyataan Whipker dan Dasoju (1998), yang mengemukakan bahwa aplikasi paclobutrazol melalui daun pada konsentrasi 5 80 ppm tidak mempengaruhi diameter bunga matahari. Hal yang sama juga ditemukan Rani (2006), dimana perlakuan paclobutrazol tidak berpengaruh secara nyta terhadap diameter mahkota bunga matahari pada kultivar Hallo dan Teddy Bear. Sebaliknya, menurut hasil penelitian Santiasrini (2009), cara aplikasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap diameter bunga gloksinia. Tanaman gloksinia dengan aplikasi penyemprotan pada daun memiliki diameter bunga sebesar 6.05 cm, lebih besar daripada tanaman dengan aplikasi penyiraman paclobutrazol pada media tanam yang memiliki diameter bunga berukuran 3.94 cm.

25 Pengamatan Pascapanen Jumlah Mahkota Segar. Pengamatan terhadap jumlah mahkota segar pada bunga matahari dilakukan dengan cara menghitung jumlah mahkota segar pada bunga matahari selama dilakukan pengamatan. Kriteria bunga segar yang dihitung adalah bunga yang sebagian besar mahkotanya terlihat berwarna kuning segar serta tidak terlihat layu. Tabel 9. Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Pemberian Paclobutrazol 10 ppm terhadap Jumlah Mahkota Segar Perlakuan Hari Setelah Perlakuan (HSP) 0 1 3 5 7 Helai Perlakuan di lapang : P0 : Tanpa paclobutrazol 22.5a 22.5a 21.9a 9.3a 4.5b P1 : Dengan paclobutrazol 10 ppm 22.9a 22.9a 22.9a 14.9a 10.7a Komposisi Larutan Pulsing : R0 : Aquades 21.9a 22.1a 22.1a 12.2ab R1 : Aquades + 5% Larutan Gula 22.7a 22.7a 22.7a 8.3b R2 : Aquades + 5% Larutan Gula + 150 ppm Asam Salisilat 23.4a 23.4a 22.5a 16.2a 8.6b Interaksi tn tn tn * ** Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1 dan 5%. tn) : Tidak berbeda nyata *) : Berbeda nyata pada taraf 5% **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan data hasil uji statistik yang ditampilkan pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar pada tanaman yang diberi paclobutrazol 10 ppm saat di rumah kaca lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar pada tanaman yang tidak mendapat perlakuan paclobutrazol 10 ppm. Rata-rata jumlah mahkota bunga matahari saat berumur 0 HSP hingga 5 HSP tidak berbeda nyata antara tanaman yang diberi paclobutrazol 10 ppm saat di rumah kaca dengan tanaman kontrol, namun rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar hanya berbeda sangat nyata saat dilakukan pengamatan di hari ke tujuh setelah perendaman. Pengaruh

26 paclobutazol 10 ppm yang mampu menekan rata-rata jumlah mahkota layu pada penelitian ini sejalan dengan pernyataan Wattimena (1988) yang menyatakan bahwa salah satu pengaruh fisiologis dari retardan adalah memperpanjang masa simpan. Berdasarka hasil uji pengaruh komposisi larutan pulsing terhadap rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar dapat diketahui bahwa dari ketiga macam jenis komposisi larutan pulsing yang digunakan, komposisi larutan pulsing berpengaruh sangat nyata hanya pada 7 HSP. Dari ketiga jenis larutan pulsing yang digunakan, larutan pulsing dengan komposisi R2 (aquades + 5% larutan gula + 150 ppm asam salisilat) mempunyai rata-rata jumlah mahkota segar yang nyata lebih banyak dibandingkan dengan komposisi larutan pulsing lainnya hingga akhir pengamatan. Berdasarkan Tabel 9 juga dapat diketahui bahwa penurunan jumlah mahkota segar pada komposisi larutan pulsing R0 (aquades) dan R1 (aquades + 5% gula) cukup signifikan di hari ke-5 dan ke-7 setelah perendaman. Secara berturut-turut penurunan jumlah mahkota segar bunga matahari yang direndam dengan larutan pulsing R0 dan R1 adalah sebesar 44.8% dan 63.4%. Penurunan jumlah mahkota segar yang tidak terlalu signifikan berdasarkan Tabel 9 adalah dengan menggunakan larutan pulsing R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat) dengan persentase penurunan jumlah mahkota segar sebesar 28%. Meningkatnya masa kesegaran mahkota bunga pada R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat) disebabkan oleh adanya penambahan asam salisilat ke dalam larutan pulsing. Hasil ini didukung oleh penelitian Ramadiana (2008), dimana 150 ppm asam salisilat yang dilarutkan dengan aquades dan 3% sukrosa dapat memperpanjang masa kesegaran bunga anggrek vanda (Vanda teres) selama 10 hari dengan persentase kesegaran sebesar 58.6%. Asam salisilat berfungsi menurunkan ph larutan sehingga dapat menekan pertumbuhan mikroba dan juga dapat memperlancar penyerapan air oleh tangkai bunga untuk menjaga kesegaran bunga. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Conrado et al. (1980) yang mengemukakan bahwa zat pengasam seperti asam sitrat digunakan untuk menurunkan ph larutan menjadi 3-4,5 sehingga dapat meningkatkan penyerapan larutan oleh bunga potong.

27 Gambar 2. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Jumlah Mahkota Bunga Segar pada 5 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Gambar 3. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Jumlah Mahkota Bunga Segar pada 7 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Interaksi yang nyata antara perlakuan aplikasi paclobutrazol 10 ppm dengan jenis komposisi larutan pulsing terjadi saat tangkai bunga matahari berumur 5 HSP terhadap peubah jumlah mahkota segar bunga matahari. Pada 7 HSP pulsing, terjadi interaksi yang sangat nyata antara aplikasi paclobutrazol 10 ppm dengan jenis komposisi larutan pulsing berdasarkan peubah pengamatan jumlah mahkota segar. Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 yang menunjukkan grafik interaksi pemberian paclobutrazol dengan komposisi larutan pulsing terhadap pengamatan jumlah mahkota bunga segar pada 5 dan 7 HSP, pemberian paclobutrazol baik dilakukan terhadap komposisi larutan pulsing R0 (aquades) dan R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat). Pemberian paclobutrazol kurang baik

28 dilakukan terhadap komposisi larutan pulsing R1 (aquades + 5% gula), hal ini dikarenakan jumlah mahkota bunga segar pada tanaman bunga matahari yang diberi perlakuan paclobutrazol lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah mahkota bunga matahari segar pada tanaman bunga matahari kontrol. Keragaan tangkai bunga matahari antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diberi aplikasi 10 ppm paclobutrazol dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan gambar tersebut tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol mampu bertahan lebih lama dibandingkan dengan tanaman kontrol, sedangkan komposisi larutan pulsing terbaik yang dapat memperpanjang vaselife bunga matahari adalah R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat) meskipun berdasarkan gambar tersebut terdapat satu ulangan (pencilan) dari komposisi larutan pulsing R0 yang mampu bertahan hingga hari ke 9 setelah pengamatan. Volume Larutan Terserap. Volume larutan terserap merupakan volume larutan pulsing yang terserap selama 24 jam perendaman ditambah dengan volume larutan holding (aquades) yang terserap sampai 7 HSP. Penghitungan volume larutan terserap dilakukan setiap dua hari sekali hingga terjadi pencokelatan pada 50% jumlah mahkota bunga matahari. Penyerapan larutan dilakukan berhubungan dengan adanya transpirasi yang dilakukan oleh bunga. Transpirasi merupakan kehilangan air karena adanya penguapan dari jaringan bunga. Untuk mengatasi hal kehilangan air tersebut, dilakukan penyerapan air dari lingkungannya dalam hal ini wadah bunga yang berisi air (Nofriati, 2005). Dari hasil uji statistik berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata pada 3 HSP dan pengaruh yang sangat nyata pada 7 HSP. Sedangkan pada saat tangkai bunga matahari berumur 1 HSP dan 5 HSP, pemberian paclobutrazol 10 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap volume larutan terserap. Berdasarkan Tabel 10 juga dapat diketahui bahwa pada tanaman bunga matahari tanpa pemberian paclobutrazol terjadi fluktuasi volume larutan terserap, sedangkan pada tanaman bunga matahari dengan aplikasi paclobutrazol 10 ppm volume larutan terserap semakin menurun.

29 Tabel 10. Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Pemberian Paclobutrazol 10 ppm terhadap Volume Larutan Terserap Volume larutan terserap (ml) pada Perlakuan Waktu Pengamatan (HSP) 1 3 5 7 ml.. Perlakuan di lapang : P0 : Tanpa paclobutrazol 25.1a 31.3a 13.3a 16.0a P1 : Dengan paclobutrazol 10 ppm 27.9a 26.1b 12.5a 9.0b Komposisi Larutan Pulsing : R0 : Aquades 31.8a 29.7a 9.1a 4.0c R1 : Aquades + 5% Larutan Gula 24.0b 29.0a 14.0a 26.0a R2 : Aquades + 5% Larutan Gula + 150 ppm Asam Salisilat 23.9b 28.2a 15.6a 11.0b Interaksi tn tn * ** Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1 dan 5%. tn) : Tidak berbeda nyata *) : Berbeda nyata pada taraf 5% **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Perbedaan yang nyata dari ketiga jenis komposisi larutan pulsing yang diuji untuk peubah volume larutan terserap terlihat pada 1 HSP, dan perbedaan yang sangat nyata antara ketiga jenis komposisi larutan pulsing dengan volume larutan terserap terjadi pada 7 HSP. Berdasarkan Tabel 10 tersebut, pada komposisi pulsing R0 (aquades) volume larutan terserap terus berkurang hingga akhir pengamatan pada 7 HSP. Fluktuasi volume larutan terserap terjadi pada tangkai bunga matahari yang direndam dengan larutan R1 (aquades + 5% gula). Sedangkan pada komposisi larutan pulsing R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat) volume larutan terserap terlihat peningkatan dan penurunan yang cukup stabil jika dibandingkan dua komposisi larutan pulsing lainnya.

30 Gambar 4. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Volume Larutan Terserap pada 5 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Gambar 5. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Volume Larutan Terserap pada 7 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Interaksi yang nyata antara pemberian paclobutrazol 10 ppm dengan jenis komposisi larutan pulsing terhadap volume larutan terserap pada tangkai bunga matahari, hanya terjadi pada 5 HSP. Interaksi yang sangat nyata terjadi saat tangkai bunga matahari berumur 7 HSP, sedangkan pada 1 HSP dan 3 HSP terjadi interaksi yang tidak nyata. Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa terjadi interaksi antara perlakuan paclobutrazol 10 ppm terhadap komposisi larutan pulsing berdasarkan pengamatan volume larutan terserap pada 5 HSP dan 7 HSP. Pada komposisi larutan pulsing R0 (aquades) dan R2 (aquades + 5% gula

31 Tanpa Pemberian Paclobutrazol (P0) Perlakuan 0 HSP 1 HSP 3 HSP 5 HSP 7 HSP 9 HSP R0 R1 R2 R0 Dengan Perlakuan Paclobutrazol (P1) R1 R2 Gambar 6. Keragaan tangkai bunga matahari antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diberi aplikasi 10 ppm paclobutrazol dengan tiga jenis komposisi larutan pulsing berbeda + 150 ppm asam salisilat) volume larutan terserap pada tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol lebih besar dibandingkan dengan tanaman kontrol. Berdasarkan perlakuan pulsing R1 (aquades + 5% gula), volume larutan terserap

32 pada tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol 10 ppm lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol. Gambar 6 menunjukkan bahwa tangkai bunga matahari yang diberi pacobutrazol 10 ppm dengan komposisi larutan pulsing R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat) mampu bertahan lebih lama dibandingkan dua perlakuan komposisi pulsing lainnya. Berdasarkan pengukuran ph larutan pulsing yang telah dilakukan, jenis komposisi larutan pulsing R2 memiliki ph 4.5, sedangkan pada komposisi larutan pulsing R0 (aquades) ph larutan sebesar 5.0 dan larutan pulsing R1 (aquades + 5% gula) ph larutan mencapai 5.5. Halvey dan Mayak (1979) dalam Nofriati (2005) menyatakan bahwa pada ph 3.5 4.5 bunga secara maksimum menyerap air. Pada kondisi tersebut timbulnya lendir pada permukaan tangkai bunga dapat dihambat, sehingga penyerapan air oleh tangkai bunga tidak terganggu. Keragaan bunga matahari selama pengujian pasca panen seperti yang disajikan pada Gambar 6. Kondisi visual larutan holding pada Gambar 6 menunjukkan bahwa R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat) dapat menekan pertumbuhan mikroba selama perendaman dilakukan pada larutan holding (aquades), sehingga dapat memperpanjang masa kesegaran bunga berdasarkan data jumlah mahkota bunga segar yang telah disajikan pada Tabel 9. Tangkai bunga matahari yang diberi perlakuan pulsing memiliki kondisi larutan yang berbeda-beda. Komposisi larutan R0 (aquades) ujung bagian bawah tangkai bunga matahari sangat lunak jika dipotong dan air larutan terlihat sangat keruh serta mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat. Komposisi R1 (aquades + 5% gula) memiliki kondisi air yang tidak terlalu keruh, bau yang cukup menyengat dan bagian bawah ujung tangkai bunga matahari tidak terlalu keras jika dipotong. Komposisi R2 (aquades + 5% gula + 150 ppm asam salisilat), pada komposisi larutan pulsing jenis ini, ujung bagian bawah tangkai bunga matahari masih terasa keras jika dilakukan pemotongan, kondisi air yang terlihat tidak keruh dan tidak terdapat bau yang menyengat. Sabari (1997) melaporkan bahwa tanda-tanda berkembangnya mikroba ditandai oleh keruhnya cairan perendam serta adanya lendir atau busuknya bagian ujung batang.