EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA Salimatul Amanah Program Studi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: amanah0507@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah model pembelajaran Inquiry efektif terhadap prestasi belajar matematika dalam materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015; (2) apakah model pembelajaran TPS efektif terhadap prestasi belajar matematika dalam materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015; (3) manakah yang lebih efektif pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry atau pembelajaran dengan model pembelajaran TPS terhadap prestasi belajar matematika dalam materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik cluster random sampling. Pengujian prasyarat keseimbangan menggunakan Lilliefors untuk pengujian normalitas dan Chi Kuadrat untuk pengujian homogenitas. Pengujian prasyarat hipotesis menggunakan Lilliefors untuk pengujian normalitas dan Chi Kuadrat untuk pengujian homogenitas Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji proporsi dan uji kesamaan dua proporsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) model pembelajaran Inquiry efektif terhadap prestasi belajar matematika; (2) model pembelajaran TPS efektif terhadap prestasi belajar matematika; (3) model pembelajaran Inquiry lebih efektif daripada model pembelajaran TPS terhadap prestasi belajar matematika. Kata Kunci: Inquiry, TPS, prestasi belajar PENDAHULUAN Pengajaran matematika di sekolah selalu mengalami perbaikan, salah satunya adalah melalui perbaikan kurikulum. Dalam hal perbaikan kurikulum, pemerintah telah melakukan pergantian. Kurikulum 2006 yang diganti dengan Kurikulum 2013 telah dimulai pada awal tahun pelajaran 2014. Namun pada kenyataannya, penerapan K-13 di sekolah belum optimal. Salah satunya tampak pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang masih didominasi oleh model konvensional. Hal ini terjadi di beberapa SMP di Kabupaten Kebumen, salah satunya yaitu di SMP Negeri 1 Pejagoan. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan, diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester Gasal beberapa kelas nilainya masih di bawah KKM yang 25
ditentukan yaitu sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan masih rendah. Melihat masih rendahnya nilai matematika, berbagai pihak menyadari bahwa ada permasalahan yang terkait dengan sistem pembelajaran matematika di sekolah. Salah satu usaha yang dilakukan untuk melakukan perbaikan terhadap pembelajaran tersebut adalah menerapkan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa di kelas. Ada beberapa macam model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan tersebut, di antaranya adalah model pembelajaran Inquiry dan Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual, dimana pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan cara menemukan sendiri (Trianto, 2009: 114). Langkah-langkah model Inquiry menurut Sanjaya (2010: 201-205) meliputi: orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Model pembelajaran TPS adalah model pembelajaran yang diawali dengan guru mengajukan pertanyaan terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan peserta didik, kemudian guru meminta peserta didik berpasang-pasangan, dan hasil diskusi intersubyektif di tiap-tiap pasangan dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas (Suprijono, 2009: 91). Model pembelajaran ini menggunakan tahapan thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah model pembelajaran Inquiry efektif terhadap prestasi belajar matematika dalam materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015, apakah model pembelajaran TPS efektif terhadap prestasi belajar matematika dalam materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015, dan manakah yang lebih efektif pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry atau pembelajaran dengan model pembelajaran TPS terhadap prestasi belajar matematika dalam materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015. 26
METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pejagoan. Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 8 bulan. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010: 173). Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan yang terdiri dari 8 kelas. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes berbentuk pilihan ganda. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisis data meliputi uji prasyarat dan keseimbangan. Uji prasyarat terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Setelah uji prasyarat analisis terpenuhi dilakukan uji hipotesis menggunakan data prestasi belajar siswa dengan menggunakan uji proporsi dan uji kesamaan dua proporsi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain statis dengan pengacakan sebagai berikut. Kelompok Eksperimen I Kelompok Eksperimen II Keterangan: Perlakuan Tes Akhir X 1 T 2 X 2 T 2 X 1 X 2 T 2 : perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry : perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran TPS : nilai hasil tes HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data dengan metode dokumentasi yaitu nilai UTS Semester Gasal yang digunakan untuk analisis data sebelum perlakuan dan metode tes yaitu tes prestasi belajar matematika yang digunakan untuk analisis data sesudah perlakuan. Untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama dilakukan uji keseimbangan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi = 0,05. Sebelum melakukan uji keseimbangan, peneliti melakukan uji normalitas dengan uji 27
Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat terlebih dahulu. Rangkuman uji normalitas disajikan dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Rangkuman Uji Normalitas Sebelum Perlakuan N Eksperimen I 0,1216 32 0,1566 H 0 diterima Eksperimen II 0,1258 32 0,1566 H 0 diterima Uji Coba 0,1319 32 0,1566 H 0 diterima Dari hasil uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa populasi berdistribusi normal. Rangkuman perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rangkuman Uji Homogenitas Sebelum Perlakuan Eksperimen I dan II 3,713 3,841 H 0 diterima Eksperimen I dan Uji Coba 3,368 3,841 H 0 diterima Eksperimen II dan Uji Coba 0,009 3,841 H 0 diterima Dari hasil uji homogenitas di atas dapat disimpulkan bahwa populasi variansi populasi homogen. Selanjutnya, rangkuman perhitungan uji keseimbangan disajikan dalam Tabel 3, Tabel 4, dan Tabel 5 berikut. Tabel 3. Rangkuman Uji Keseimbangan Eksperimen I dan Eksperimen II S t obs t tabel Eksperimen I 2198 32 68,69 377,64 16,80 0,305 1,960 Eksperimen II 2157 32 67,41 186,64 Tabel 4. Rangkuman Uji Keseimbangan Eksperimen I dan Uji Coba S t obs t tabel Eksperimen I 2198 32 68,69 377,64 15,52 1,798 1,960 Uji Coba 1975 32 61,72 104,21 Tabel 5. Rangkuman Uji Keseimbangan Eksperimen II dan Uji Coba S t obs t tabel Eksperimen II 2157 32 67,41 186,64 12,06 1,832 1,960 Uji Coba 1975 32 61,72 104,21 bahwa t obs yang sama. Dari ketiga hasil uji keseimbangan dengan taraf signifikansi diketahui. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga kelas memiliki kemampuan awal 28
Sebelum dilakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki variansi yang sama. Rangkuman perhitungan disajikan dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6. Rangkuman Uji Normalitas Sesudah Perlakuan N Eksperimen I 32 H 0 diterima Eksperimen II 32 H 0 diterima Dari hasil uji normalitas di atas menunjukkan bahwa populasi berdistribusi normal. Rangkuman perhitungan uji homogenitas disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Rangkuman Uji Homogenitas Sesudah Perlakuan Eksperimen I dan Eksperimen II H 0 diterima Dari hasil uji homogenitas di atas dapat diketahui bahwa variansi populasi homogen. Selanjutnya, rangkuman perhitungan uji proporsi disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Rangkuman Uji Proporsi Satu Pihak Eksperimen I H 0 ditolak Eksperimen II H 0 ditolak Berdasarkan hasil uji proporsi pada kelas eksperimen I diperoleh dan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inquiry efektif terhadap prestasi belajar matematika. Sedangkan dari hasil uji proporsi pada kelas eksperimen II diperoleh dan. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran TPS efektif terhadap prestasi belajar matematika. Selanjutnya, rangkuman perhitungan uji proporsi disajikan dalam Tabel 9 berikut. Tabel 9. Rangkuman Uji Kesamaan Dua Proporsi Eksperimen I dan Eksperimen II H 0 ditolak Berdasarkan uji kesamaan dua proporsi diperoleh. Hal ini berarti bahwa maka H 0 ditolak, hal ini menunjukkan bahwa model Inquiry lebih efektif daripada model TPS terhadap prestasi belajar matematika. Pada pembelajaran dengan model pembelajaran Inquiry, siswa diberi kesempatan dan 29
untuk menemukan sendiri prinsip-prinsip dan konsep-konsep dalam matematika bersama kelompoknya masing-masing. Hal ini membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Sedangkan pada kelas dengan model pembelajaran TPS, siswa mengikuti pembelajaran dengan berdiskusi secara berpasangan. Pada model pembelajaran TPS lebih sedikit ide yang muncul, banyak kelompok yang perlu dimonitori, dan apabila ada perselisihan tidak ada penengah. Hal ini menyebabkan model pembelajaran Inquiry lebih efektif dari pada model pembelajaran TPS. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran Inquiry dan TPS efektif terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015 dan model pembelajaran Inquiry lebih efektif daripada model pembelajaran TPS terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pejagoan tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil penelitian ini, penulis memberikan saran bagi guru dan calon guru agar dalam penyampaian materi pembelajaran sebaiknya guru memperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat. Guru perlu memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut pada pertemuan sebelumnya agar siswa mempunyai sedikit gambaran tentang materi tersebut. Bagi peneliti lain dapat menggunakan model Inquiry dan TPS dalam pembelajaran pada materi lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. 30