VI HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA


VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

ANALISIS TATANIAGA BERAS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Karakteristik Produk Hasil Pertanian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Produksi buah alpukat menurut provinsi (ton) tahun 2010

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lampiran.1 Perkembangan Produksi Bayam Di Seluruh Indonesia Tahun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java)

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI (Suatu Kasus di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Abstrak

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

KUISIONER PENELITIAN

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

ACARA 4. ASPEK PEMASARAN

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

ANALISIS TATANIAGA UBI JALAR DI DESA PURWASARI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. JAWA BARAT

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Lampiran 1. Kuesioner Petani

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diproduksi petani Desa Banjar dipasarkan dalam bentuk segar. Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

IV. METODE PENELITIAN

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

7. KINERJA RANTAI PASOK

TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI

IV. METODE PENELITIAN

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB III MATERI DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

Transkripsi:

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Sistem Tataniaga Tataniaga merupakan suatu proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang tertentu dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Proses tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara melibatkan beberapa lembaga tataniaga dari petani sampai ke tangan konsumen akhir. Pada proses berlangsungnya penelitian, didapatkan bahwa lembaga tataniaga yang terlibat antara lain petani, pedagang pengumpul desa atau sering disebut tengkulak, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pemasaran komoditas brokoli yang berasal dari Desa Tugu Utara memasuki pasar yang berbedabeda. Pasar yang dimasuki diantaranya terletak di daerah Cipanas, Cisarua, Bogor, Parung, dan Tangerang. 6.2 Saluran Tataniaga Brokoli merupakan salah satu komoditas pertanian. Pada dasarnya komoditas pertanian memiliki sifat mudah rusak (perishable), mudah busuk, dan mempunyai bobot dan volume yang besar (bulky). Oleh karena itu, komoditas brokoli tersebut membutuhkan penanganan yang baik sehingga dapat sampai ke tangan konsumen akhir sesuai dengan yang diinginkannya. Atas sifat dasar tersebut, maka sistem penyaluran akan memiliki sifat yang mampu memberi perlindungan dan keamanan bagi brokoli tersebut. Pada proses penelitian ini penelusuran tataniaga brokoli dimulai dari titik produsen sampai kepada konsumen akhir. Berdasarkan wawancara dengan menggunakan kuisioner, diketahui bahwa sistem tataniaga brokoli di desa Tugu Utara membentuk tiga pola saluran tataniaga yang melibatkan beberapa lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga yang terlibat adalah pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Total produksi delapan petani brokoli dalam satu musim panen adalah 5.000 kg, sehingga ratarata produksi seluruh petani responden sebesar 625 kg dalam satu musim tanam. Musim tanam brokoli memerlukan waktu sekitar 65 hari. Kegiatan pemanenan berlangsung kirakira satu kali dalam tiga hari. Petani memperoleh harga yang beragam dari masingmasing saluran. Harga brokoli pada saluran satu sebesar Rp 4.000, per kg, harga

pada saluran dua sebesar Rp 5.000, per kg, dan harga pada saluran dua sebesar Rp 10.000, per kg. Oleh karena itu harga ratarata yang diperoleh petani adalah Rp 6.700 per kg. Adapun saluran tataniaga brokoli yang terbentuk adalah sebagai berikut : 1. Saluran satu : Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Akhir. 2. Saluran dua : Petani Pedagang Besar Pedagang Pengecer Konsumen Akhir. 3. Saluran tiga : Petani Pedagang Pengecer Konsumen Akhir. 58

Petani (8 orang) 1.540 kg (30,80 %) Pedagang pengumpul desa (1 orang) 1.463 kg (29,26 %) 3.360 kg (67,2 %) 100 kg (2 %) Pedagang besar (1 orang) Pedagang besar (1 orang) 1.463 kg (29,26 %) 3.192,67 kg (63,85 %) Pedagang pengecer (6 orang) Pedagang pengecer (2 orang) Pedagang pengecer (3 orang) Pedagang pengecer (2 orang) 1.316 kg (26,32 %) 3.033,68 kg (60,67 %) 95 kg (1,9 %) Konsumen akhir Konsumen akhir Konsumen akhir Konsumen akhir Keterangan : : Saluran satu : Saluran dua : Saluran tiga Gambar 4. Saluran Tataniaga Brokoli di Desa Tugu Utara Sistem tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara dimulai dari petani kepada pengumpul pedagang desa, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Jumlah petani responden yang menjalankan usahatani brokoli sebanyak delapan orang. Pada saluran satu, tujuh orang petani melakukan proses penjualan kepada pedagang pengumpul desa (PPD). Pedagang pengumpul desa yang ada selama proses penelitian berjumlah satu orang. Pedagang pengumpul desa tersebut 59

berasal dari Desa Bojong Murni, Cisarua. Pada saluran dua, tujuh orang petani melakukan proses penjualan kepada pedagang besar. Diketahui jumlah pedagang besar yang melakukan pembelian kepada petani selama proses penelitian adalah satu orang. Pedagang besar tersebut berasal dari daerah Cipanas. Pada saluran tiga, satu orang petani melakukan penjualan kepada pedagang pengecer yang berada di pasar Cisarua. Pada proses penelitian, diketahui bahwa massa brokoli yang dipasarkan secara keseluruhan dalam satu kali masa panen dari Desa Tugu Utara sebanyak 5.000 kg (100 persen) untuk tiga saluran yang ada. Pada saluran satu, brokoli yang didistribusikan melalui pedagang pengumpul desa sebanyak 1.540 kg (30,80 persen). Massa ratarata brokoli dalam satu periode penjualan dari petani ke pedagang pengumpul desa sebesar 100,72 kg. Pada saluran dua, brokoli yang didistribusikan oleh petani kepada pedagang besar sebanyak 3.360 kg (67,2 persen), dengan massa ratarata untuk satu periode penjualan sebesar 480 kg. Pada saluran tiga, brokoli yang dijual oleh petani kepada pedagang pengecer sebanyak 100 kg (dua persen) dengan massa ratarata untuk satu periode penjualan sebesar 14,29 kg. Pemanenan yang dilakukan oleh petani adalah secara bertahap. Hasil panen yang didapatkan langsung dijual oleh petani. Adapun alur lengkap penjualan yang dilakukan oleh petani di Desa Tugu Utara dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan tiga saluran tataniaga yang ada, brokoli yang dihasilkan petani relatif banyak terdistribusi melalui pedagang perantara dan tidak ada saluran tataniaga brokoli dari petani langsung ke konsumen akhir. Hal ini dikarenakan oleh beberapa alasan sebagai berikut : 1. Pada saluran satu dan saluran dua jarak antara petani dengan konsumen akhir berjauhan sehingga membutuhkan biaya tambahan berupa biaya transportasi. Biaya tersebut dapat mempengaruhi pendapatan petani sehingga petani melakukan penjualan kepada perantara. Namun pada saluran tiga terdapat biaya tataniaga yang terbentuk berupa biaya transportasi dan biaya pengemasan. Petani mau mengeluarkan biaya tersebut karena jarak dari tempat tinggal petani relatif tidak jauh ke pasar Cisarua. 2. Volume produksi petani yang sedikit pada setiap masa panennya. 60

3. Di lokasi sentra produksi belum terdapat sektor agroindustri yang dapat membantu petani dalam memudahkan pemasaran brokoli yang dihasilkannya. 6.2.1 Saluran Tataniaga Satu Pola saluran tataniaga satu, merupakan saluran terpanjang dalam rantai tataniaga brokoli yang digunakan oleh tujuh orang petani responden. Para petani menjual ke pedagang pengumpul desa, kemudian pedagang pengumpul desa menjualnya kepada pedagang besar/grosir di pasar TU Kemang yang merupakan pasar penampungan sayuran yang ada di wilayah Bogor. Selanjutnya pedagang besar memasarkan brokoli tersebut kepada pedagang pengecer yang berasal dari pasar Parung dan pasar induk Tangerang. Adapun alasan petani menjual kepada pedagang pengumpul desa adalah jarak dari sentra produksi ke lokasi tataniaga relatif jauh. Jarak yang relatif jauh tersebut memungkinkan biaya transportasi tinggi di tingkat petani apabila petani memasarkan langsung ke lokasi tataniaga. Massa brokoli yang dijual dalam satu musim kepada pengumpul desa adalah sebesar 1.540 kg (30,80 persen). Pedagang pengumpul desa langsung mengantarkan komoditas brokoli tersebut ke tempat pedagang besar. Kemudian brokoli tersebut mengalami penyusutan sekitar 0,95 persen sehingga massa brokoli yang terjual kepada pedagang besar menjadi 1.463 kg (29,26 persen). Penyusutan terjadi karena adanya kerusakan pada saat proses bongkar muat, kerusakan pada saat proses pengemasan, dan kerusakan dalam perjalanan. Pedagang besar menjual brokoli kepada pedagang pengecer dengan massa 1.463 kg. Pedagang pengecer yang membeli brokoli kepada pedagang besar berasal dari pasar Parung dan pasar induk Tangerang. Kemudian pedagang pengecer tersebut menjual brokoli kepada konsumen akhir dengan massa 1.316 kg (26,32 persen). Penyusutan brokoli pada pedagang pengecer sebesar 2,94 persen. Penyusutan tersebut diperkirakan akibat komoditas brokoli tidak habis terjual dalam sehari sehingga brokoli tersebut sudah layu atau membusuk. Harga ratarata yang diperoleh petani dari pedagang pengumpul desa adalah Rp 4.000, per kg. Sementara itu, harga ratarata yang diterima oleh pedagang pengumpul dari pedagang besar adalah Rp 6.000, per kg. Harga ratarata yang diterima oleh pedagang besar dari pedagang pengecer sebesar Rp 61

8.750, per kg. Harga ratarata yang diterima oleh pedagang pengecer konsumen akhir di wilayah Tangerang dan pasar Parung sebesar Rp 12.000, per kg. Jumlah pedagang pengecer pada saluran satu adalah sebanyak delapan orang. Adapun pedagang tersebut terdiri dari enam orang pedagang yang berasal dari pasar Parung dan dua orang pedagang yang berasal dari pasar induk Tangerang. Konsumen akhir yang ada pada saluran satu merupakan konsumen perorangan (konsumen rumah tangga). Pada saluran satu terdapat biayabiaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang perantara terkait. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul desa berupa biaya transportasi, biaya pengemasan, retribusi, biaya bongkarmuat, dan biaya penyusutan. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar berupa biaya transportasi, biaya pengemasan, biaya tenaga kerja, retribusi, biaya bongkarmuat, dan biaya penyusutan. Sementara itu, biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer berupa biaya transportasi, biaya pengemasan, retribusi, biaya penyusutan dan biaya bongkar muat. Sistem pembayaran dari tingkat pedagang pengumpul desa kepada petani adalah tunai. Pedagang pengumpul desa melakukan pembelian kepada petani karena petani di Desa Tugu Utara biasanya menghasilkan produk yang bagus dan sudah berlangganan. Petani melakukan tawarmenawar harga dengan pedagang pengumpul desa melalui telepon. Apabila kesepakatan harga telah ditetapkan, pedagang pengumpul desa mengambil hasil panen di tempat petani. Kegiatan pemanenan biasanya berlangsung pada sore hari yaitu sekitar pukul 16.00 WIB. Brokoli dikemas dengan menggunakan plastik polypropiline. Biaya pengemasan ditanggung oleh pedagang pengumpul desa tersebut. Setelah itu, brokoli tersebut diangkut dengan menggunakan mobil pickup carry. Brokoli dibawa ke pasar penampungan TU Kemang untuk dijual ke pedagang besar. Pada saluran satu, sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang besar kepada pedagang pengumpul desa adalah sistem tunai, dibayar sebagian, dan hutang. Selanjutnya pedagang besar melakukan penjualan brokoli kepada pedagang pengecer yang datang langsung ke tempat pedagang besar. Pedagang pengecer biasanya membeli brokoli dan beberapa jenis sayuran lainnya kepada pedagang besar. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer 62

kepada pedagang besar adalah sistem pembayaran tunai. Pedagang pengecer yang berasal dari Parung biasanya menggunakan angkot sewaan untuk mengangkut sayur yang dibelinya. Sementara itu, pedagang pengecer yang berasal dari Tangerang menggunakan sepeda motor untuk membawa sayur yang telah dibeli ke pasar induk Tangerang. 6.2.2 Saluran Tataniaga Dua Pada pola saluran dua, petani menjual brokoli hasil panennya kepada pedagang besar yang berasal dari daerah Cipanas. Brokoli yang dibeli oleh pedagang besar dipasarkan kembali kepada pedagang pengecer di pasar penampungan Cipanas. Pedagang pengecer menjual brokoli kepada konsumen akhir di pasar induk Cipanas. Harga ratarata yang diperoleh petani dari pedagang besar adalah sebesar Rp 5.000, per kg. Harga yang ditawarkan oleh pedagang besar lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul desa pada saluran satu. Hal ini dikarenakan pedagang besar pada saluran dua membeli komoditas brokoli secara langsung pada petani dan menjual langsung kepada pedagang pengecer. Sementara itu, pedagang pengumpul desa pada saluran satu komoditas brokoli yang dibeli dari petani dipasarkan kepada pedagang besar dan kemudian pedagang besar tersebut memasarkan kepada pedagang pengecer. Massa brokoli yang dijual petani kepada pedagang besar dalam satu musim tanam adalah sebanyak 3.360 kg (67,2 persen). Brokoli tersebut mengalami penyusutan sebesar 4,98 persen sehingga massa brokoli yang terjual kepada pedagang pengecer sebesar 3.192,67 kg (63,85 persen). Penyusutan yang terjadi diakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengemasan, pada saat proses bongkar muat, dan pada saat perjalanan. Brokoli yang dijual oleh pedagang pengecer kepada konsumen akhir mengalami penyusutan sebanyak 4,98 persen. Massa brokoli yang terjual kepada konsumen akhir adalah sebesar 3.033,68 kg (60,67 persen). Penyusutan tersebut diakibatkan komoditas brokoli yang tidak habis terjual dalam sehari sehingga terjadi penyusutan atau layu. Harga ratarata yang diterima oleh pedagang besar dari pedagang pengecer adalah sebesar Rp 7.750, per kg. Sementara itu, harga yang diperoleh oleh pedagang pengecer dari konsumen akhir adalah sebesar Rp 12.000, per kg. 63

Pedagang pengecer pada saluran dua berjumlah tiga orang. Konsumen yang membeli kepada pedagang pengecer merupakan konsumen perorangan (rumah tangga). Pada saluran dua terdapat beberapa biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga perantara terkait. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang besar antara lain : biaya transportasi, biaya pengemasan, biaya tenaga kerja, retribusi, biaya bongkarmuat, dan biaya penyusutan. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer mencakup : biaya pengemasan, retribusi, biaya penyusutan, dan biaya tenaga kerja. Sistem tawarmenawar harga antara petani dengan pedagang besar dilakukan melalui telepon. Apabila kesepakatan harga telah tercapai, pedagang besar mengambil hasil panen di tempat petani. Pengangkutan brokoli biasanya dilakukan pada sore hari dengan menggunakan mobil pickup carry. Brokoli dikemas dengan menggunakan plastik polypropiline. Biaya pengemasan ditanggung oleh pedagang besar tersebut. Pada saluran dua sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang besar kepada pedagang pengumpul desa adalah sistem tunai, dibayar sebagian, dan hutang. Selanjutnya pedagang besar melakukan penjualan brokoli kepada pedagang pengecer yang datang langsung ke tempat pedagang besar. Pedagang pengecer biasanya membeli brokoli dan beberapa jenis sayuran lainnya kepada pedagang besar. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer kepada pedagang besar adalah sistem pembayaran tunai. Brokoli yang telah dipesan oleh pedagang pengecer biasanya diantarkan oleh pihak pedagang besar dengan menggunakan sepeda motor. Adapun sistem pembayaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer kepada pedagang besar adalah sistem pembayaran tunai. 6.2.3 Saluran Tataniaga Tiga Pada pola saluran tiga, satu orang petani menjual langsung hasil panennya kepada pedagang pengecer di pasar Cisarua. Adapun alasan dari petani tersebut memasarkan langsung kepada pedagang pengecer diantaranya : hasil panen brokoli yang diperoleh tidak banyak sehingga tidak terlalu membutuhkan biaya operasional yang tinggi dan jenis tanaman brokoli merupakan jenis tanaman yang belum lama dijadikan sebagai komoditas untuk berusahatani. Petani tersebut mengangkut brokoli dengan menggunakan sepeda motor menuju pasar Cisarua. 64

Harga ratarata yang diperoleh oleh petani dari pedagang pengecer adalah sebesar Rp 10.000, per kg. Harga tersebut merupakan harga tertinggi yang diperoleh petani jika dibandingkan dengan saluran satu dan saluran dua. Sementara itu, harga ratarata yang diperoleh oleh pedagang pengecer dari konsumen akhir adalah sebesar Rp 13.000, per kg. Massa brokoli yang dijual petani kepada pedagang pengecer dalam satu musim tanam adalah 100 kg (dua persen). Brokoli mengalami penyusutan sebesar 0,1 persen pada pedagang pengecer, sehingga massa brokoli yang tersisa untuk dijual kepada konsumen akhir adalah sebesar 95 kg. Adapun jumlah pedagang pengecer yang terdapat pada saluran tiga adalah sebanyak dua orang. Pedagang tersebut merupakan pedagang yang memasarkan berbagai jenis sayuran di pasar Cisarua. Sistem tawarmenawar harga antara petani dengan pedagang pengecer adalah menggunakan sistem survei. Petani melakukan survei harga pada pedagang pengecer pada saat masa panen akan berlangsung. Setelah diperoleh kesepakatan harga dan banyaknya jumlah pesanan, petani akan mengantarkan brokoli tersebut ke tempat pedagang pengecer di pasar Cisarua. Pada saluran tiga terdapat beberapa jenis biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh petani dan pedagang pengecer. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh petani berupa biaya transportasi dan biaya pengemasan. Sementara itu, biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer berupa biaya pengemasan, biaya tenaga kerja, dan retribusi. Sistem pembayaran yang digunakan oleh pedagang pengecer kepada petani adalah sistem pembayaran tunai. 6.3 Fungsi Tataniaga pada setiap Lembaga Tataniaga Lembaga lembaga yang terlibat dalam tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara adalah petani, pedagang pengumpul desa (PPD) atau lebih dikenal dengan tengkulak, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Dalam kegiatannya pihakpihak tersebut menjalankan fungsi fungsi tataniaga untuk memperlancar proses penyampaian barang yang menjadi komoditas perdagangannya. Fungsi tataniaga tersebut terdiri atas tiga fungsi yaitu : (1) fungsi pertukaran, (2) fungsi fisik, dan (3) fungsi fasilitas. 65

Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi penjualan merupakan kegiatan untuk mencari tempat dan waktu yang tepat untuk melakukan penjualan barang sesuai dengan yang diinginkan konsumen baik dilihat dari jumlah, mutu bentuk, dan mutunya. Fungsi pembelian merupakan kegiatan untuk menentukan jenis barang yang akan dibeli yang sesuai dengan kebutuhan untuk dikonsumsi langsung atau untuk kebutuhan produksi. Fungsi fisik adalah semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk, dan kegunaan waktu. Fungsi fisik meliputi fungsi penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan. Fungsi fasilitas merupakan semua tindakan yang memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari empat fungsi : (1) Fungsi standarisasi dan grading, (2) fungsi penanggungan resiko, (3) fungsi pembiayaan, dan (4) fungsi informasi pasar. Lembaga lembaga tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara menggunakan fungsi fungsi tataniaga yang dapat dilihat pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14. dapat dilihat bahwa fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian dilakukan oleh seluruh lembaga tataniaga yang terkait pada saluran tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara. Pada tingkat petani fungsi pembelian yang dilakukan berupa pembelian bibit, pupuk, pestisida, dan peralatan yang digunakan untuk menanam komoditas brokoli tersebut. Sementara itu fungsi penjualan yang dilakukan oleh petani dan seluruh pedagang yang terdapat pada ketiga saluran adalah memasarkan komoditas brokoli tersebut. 66

Tabel 14. Fungsi Fungsi LembagaLembaga Brokoli di Desa Tugu Utara Saluran dan Lembaga Tataniaga Fungsi fungsi Tataniaga Pertukaran Fisik Fasilitas Jual Beli Angkut Simpan Sortasi, Grading Resiko Biaya Informasi pasar Saluran Satu Petani * PPD Pd. Besar Pengecer Saluran Dua Petani * Pd. Besar Pengecer Saluran Tiga Petani Pengecer Keterangan : PPD = Pedagang Pengumpul Desa Pd = Pedagang = Melakukan fungsi tataniaga * = Kadang kadang melakukan fungsi tataniaga = Tidak melakukan fungsi tataniaga Fungsi fisik merupakan tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan bentuk, tempat dan waktu yang terdiri dari kegiatan pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan meliputi kegiatan perencanaan jenis alat yang digunakan, volume yang diangkut dan waktu pengangkutan yang tepat. Petani pada saluran satu dan saluran dua tidak melakukan pengangkutan karena pedagang menjemput komoditas brokoli ke lokasi yang disepakati oleh petani dan pedagang. Pada saluran tiga, petani mengangkut komoditas brokoli dengan menggunakan sepeda motor. Pedagang pengumpul desa pada saluran satu dan pedagang besar pada saluran dua mengangkut komoditas brokoli dengan menggunakan kendaraan mobil carry jenis pick up. Pedagang besar pada saluran satu tidak melakukan fungsi pengangkutan karena komoditas brokoli tersebut diantarkan oleh pedagang pengumpul desa ke tempat pedagang besar. Sedangkan alat pengangkutan yang digunakan oleh pedagang pengecer pada saluran satu dan saluran dua menggunakan sepeda motor dan angkot. Pedagang pengecer pada saluran tiga 67

tidak melakukan fungsi pengangkutan karena petani mengantarkan komoditas brokoli tersebut ke tempat pedagang pengecer. Petani mengangkut komoditas brokoli dengan menggunakan sepeda motor. Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu sebelum diolah. Pada saluran satu dan saluran dua, petani kadangkadang melakukan kegiatan penyimpanan. Hal ini disebabkan jika pedagang tidak dapat langsung mendatangi petani pada saat musim panen telah berlangsung. Pada saluran tataniaga tiga petani tidak menjalankan fungsi penyimpanan karena setelah panen, petani langsung mengantarkan pesanan brokoli kepada pedagang pengecer yang telah melakukan pemesanan sebelumnya. Sementara itu seluruh pedagang perantara pada ketiga saluran yang terbentuk melakukan fungsi penyimpanan apabila brokoli yang dipasarkan belum terdistribusi/terbeli secara keseluruhan. Fungsi fasilitas merupakan semua tindakan yang memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari empat fungsi : (1) Fungsi standarisasi dan grading, (2) fungsi penanggungan resiko, (3) fungsi pembiayaan, dan (4) fungsi informasi pasar. Fungsi standarisasi merupakan kegiatan pengelompokan barang sesuai dengan penentuan mutu yang diinginkan konsumen. Fungsi standarisasi yang dilakukan di tempat penelitian meliputi pemilahan brokoli yang busuk dan tidak busuk. Kegiatan standarisasi tersebut dilakukan oleh seluruh lembaga tataniaga yang terdapat pada tiga saluran tataniaga yang terbentuk. Petani dan pedagang perantara biasanya akan membuang brokoli yang busuk. Sementara itu brokoli yang tidak busuk dikemas untuk dipasarkan. Fungsi pembiayaan merupakan penyediaan sejumlah uang untuk kegiatan transaksi pembayaran. Fungsi penanggungan resiko adalah penerimaan atas kerugian yang mungkin terjadi. Resiko yang ditanggung oleh petani pada tiga saluran yang ada berupa kondisi kebusukan brokoli yang mengakibatkan tingkat penerimaan petani berkurang, unsur hara tanah di sekitar lokasi usahatani yang kurang baik, perubahan cuaca yang tidak menentu yang berdampak pada pertumbuhan brokoli, dan harga yang ditetapkan oleh pedagang rendah. Sementara itu, resiko yang dialami oleh pedagang perantara pada tiga 68

saluran yang terbentuk umumnya berupa : harga yang berfluktuasi, ketersediaan barang yang tidak kontinu, adanya pungutan liar, kualitas brokoli yang beragam, dan keterbatasan modal. Sedangkan untuk fungsi informasi pasar meliputi perkembangan harga yang berlaku. Pada penelitian ini, petani pada ketiga saluran yang terbentuk memperoleh informasi pasar dari pihak pedagang perantara. Sementara itu informasi pasar di tingkat pedagang perantara pada ketiga saluran diperoleh dari sesama pedagang perantara. 6.3.1 Petani Pada saluran satu, jumlah petani responden yang melakukan penjualan kepada pedagang pengumpul desa sebanyak tujuh orang atau sebanyak 87,5 persen dari total petani responden. Massa brokoli yang dijual kepada pedagang pengumpul desa sebesar 1.540 kg atau sebanyak 30,80 persen dari total panen keseluruhan petani responden. Pedagang pengumpul desa biasanya langsung mendatangi petani untuk mengangkut brokoli yang telah dipanen. Pada saluran dua, petani responden yang melakukan penjualan kepada pedagang besar berjumlah tujuh orang atau sebanyak 87,5 persen dari total responden. Massa brokoli yang dijual kepada pedagang besar dalam satu musim tanam adalah sebesar 2.550 kg atau sebanyak 51 persen dari total panen secara keseluruhan. Pedagang besar biasanya langsung mendatangi petani untuk mengangkut brokoli yang telah dipanen. Petani responden melakukan penjualan langsung ke pedagang besar tanpa melalui pedagang pengumpul desa. Adapun harga yang ditawarkan oleh pedagang besar lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul desa. Pada saluran tiga, petani responden yang melakukan penjualan kepada pedagang pengecer adalah sebanyak satu orang atau sebanyak 12,5 persen dari total petani responden. Massa brokoli yang dijual kepada pedagang pengecer dalam satu musim tanam adalah sebesar 100 kg atau sebanyak dua persen dari total panen secara keseluruhan. Petani melakukan penjualan secara langsung kepada pedagang pengecer karena brokoli merupakan komoditas usahatani yang baru dijalankan, sehingga biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh petani tidak besar jumlahnya. Di samping itu, harga yang ditawarkan oleh pedagang pengecer lebih tinggi jika dibandingkan dengan pedagang pengumpul desa dan pedagang besar. 69

6.3.2 Pedagang Pengumpul Desa Pada kegiatan penelitian ini, pedagang pengumpul desa berjumlah satu orang yang berasal dari Desa Bojong Murni, Cisarua. Pedagang pengumpul desa tersebut melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang pengumpul desa berupa kegiatan pembelian dan penjualan yang diawali dengan proses tawarmenawar. Pada proses pembelian, harga ditentukan oleh pedagang pengumpul desa. Sementara itu pada kegiatan penjualan, pedagang pengumpul desa menetapkan harga jual tertentu kepada pedagang besar. Namun pada kenyatannya pedagang besar lebih dominan dalam menentukan harga. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa berupa pengangkutan brokoli dari tempat petani dengan menggunakan mobil pick up carry. Fungsi fasilitas yang dilakukan berupa sortasi/grading, penanggulangan resiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Dalam hal sortasi/grading, pedagang pengumpul desa melakukan pengamatan dan pemilahan brokoli yang akan diangkut secara visual. Resiko yang biasa dihadapi oleh pedagang pengumpul desa : berupa harga beli yang terlalu mahal, harga yang berfluktuasi, ketersediaan barang yang tidak kontinu, dan adanya pungutan liar. Fungsi pembiayaan yang dilakukan pedagang pengumpul desa berupa penyediaan modal untuk membeli brokoli dari petani dan biayabiaya yang berhubungan selama proses distribusi brokoli berlangsung. Adapun biaya tersebut diantaranya biaya pengangkutan, biaya pengemasan, retribusi, biaya bongkar muat, dan biaya penyusutan brokoli. Sementara itu fungsi informasi harga berupa pencarian informasi harga brokoli di pasar dan halhal yang berhubungan tentang produk (brokoli) yang diinginkan oleh konsumen pada umumnya. 6.3.3 Pedagang Besar/ Grosir Pedagang besar yang terdapat pada proses penelitian berjumlah dua orang. Pada saluran satu diketahui bahwa pedagang besar tersebut berasal dari daerah CibatokBogor. Pedagang besar ini melakukan proses penjualan di pasar TU Kemang. Pedagang besar melakukan pembelian dari pedagang pengumpul desa. Pada kegiatan penelitian ini, pedagang pengumpul desa membawa berbagai jenis sayuran termasuk brokoli. Setelah itu, pedagang besar melakukan penjualan 70

brokoli kepada pedagang pengecer yang berasal dari Parung dan Tangerang. Adapun fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang besar ini meliputi : fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan berupa fungsi pembelian brokoli dari pedagang pengumpul desa dan penjualan brokoli kepada pedagang pengecer. Penentuan harga antara pedagang besar dengan pedagang pengumpul desa berlangsung melalui proses tawarmenawar dan seringkali ditentukan oleh pedagang besar. Pada kegiatan penjualan, harga ditentukan dengan proses tawarmenawar. Namun harga jual juga seringkali ditentukan oleh pedagang besar. Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang besar berupa penyimpanan brokoli yang belum habis terjual. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar adalah fungsi sortasi/grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Fungsi sortasi/grading yang dilakukan oleh pedagang besar berupa pengamatan dan pemilahan brokoli yang diangkut oleh pedagang pengumpul desa ke tempat pedagang besar. Dalam hal ini, resiko yang sering dihadapi oleh pedagang besar berupa harga yang berfluktuasi dan kualitas brokoli yang beragam. Fungsi pembiayaan yang dilakukan berupa penyediaan modal untuk membeli brokoli dari pedagang pengumpul desa dan biayabiaya yang berhubungan dengan kegiatan distribusi brokoli tersebut. Adapun biaya tersebut meliputi biaya tenaga kerja, retribusi, dan biaya penyusutan brokoli. Fungsi informasi pasar berhubungan dengan pengamatan perkembangan harga pembelian dan penjualan oleh sesama pedagang besar. Pada saluran dua, pedagang besar berasal dari daerah Cipanas. Pedagang besar ini melakukan pembelian brokoli secara langsung kepada petani. Brokoli yang dibeli diangkut dengan menggunakan mobil pick up carry. Setelah itu, brokoli dijual kepada pedagang pengecer yang juga berada di daerah Cipanas. Fungsi tataniaga yang dilakukan oleh pedagang besar ini berupa : fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan berupa pembelian brokoli dari petani yang berada di Desa Tugu Utara dan penjualan brokoli kepada pedagang pengecer yang berada di sekitar wilayah Cipanas. Penentuan harga pada saat pembelian melalui proses tawarmenawar dan seringkali ditentukan oleh pedagang besar. 71

Sementara itu, penentuan harga jual ditentukan oleh pedagang besar. Fungsi fisik yang dilakukan adalah kegiatan pengangkutan dan penyimpanan. Proses pengangkutan berlangsung dari tempat petani dengan menggunakan mobil pick up carry. Brokoli yang terjual kepada pedagang pengecer diantar dengan menggunakan sepeda motor. Dalam hal ini, biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang besar. Brokoli yang tidak habis terjual kemudian disimpan di tempat penyimpanan pedagang besar. Fungsi fasilitas yang dilakukan adalah fungsi sortasi/grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Dalam hal sortasi/grading, padagang besar melakukan pengamatan secara visual kemudian memisahkan brokoli yang layak dipasarkan untuk diangkut. Pada fungsi penanggulangan resiko, pedagang besar melakukan penanggulangan terhadap harga yang berfluktuasi, ketersediaan barang yang tidak kontinu, dan adanya pungutan liar. Fungsi pembiayaan yang dilakukan berupa penyediaan modal untuk membeli brokoli dari petani dan terhadap biayabiaya yang terkait. Adapun biaya tersebut meliputi biaya transportasi, biaya pengemasan, biaya tenaga kerja, retribusi, biaya bongkar muat, dan biaya penyusutan. Fungsi informasi harga berupa pengamatan pada harga jual brokoli di tingkat petani dan harga jual dari tingkat pedagang besar kepada pedagang pengecer. 6.3.4 Pedagang Pengecer Pedagang pengecer adalah perantara yang menjual barangbarang dalam jumlah kecil secara langsung kepada konsumen akhir (householdconsumer). Pada proses penelitian ini pedagang pengecer berada di daerah yang berbeda, yaitu Parung, Tangerang, Cipanas, dan Cisarua. Semua fungsi tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas dilakukan oleh pedagang pengecer. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer pada saluran satu berupa pembelian brokoli dari pedagang besar dan pada saluran tiga berupa pembelian dari petani serta penjualan brokoli kepada konsumen akhir. Sementara itu fungsi fisik yang dilakukan pada setiap saluran tataniaga berbeda. Pada saluran satu, pedagang pengecer melakukan pengangkutan brokoli dengan menggunakan sepeda motor dan angkot. Pedagang pengecer pada saluran dua dan saluran tiga tidak melakukan kegiatan pengangkutan karena pihak penjual mengantar brokoli 72

yang telah dipesan oleh pedagang pegecer. Kegiatan penyimpanan dilakukan oleh semua pedagang pengecer pada ketiga saluran apabila brokoli yang dipasarkan tidak terjual habis. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh seluruh pedagang pengecer pada tiga saluran yang ada, yaitu fungsi penanggulangan resiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar. Fungsi penanggulangan resiko dilakukan apabila terdapat beberapa masalah yang menjadi penghambat diantaranya : harga beli yang terlalu mahal, harga yang berfluktuasi, kualitas brokoli yang beragam, keterbatasan modal, adanya pungutan liar, dan ketersediaan brokoli yang tidak kontinu. Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer berupa sortasi/grading dan informasi pasar. Kegiatan sortasi dilakukan pada saat melakukan pembelian brokoli dari petani dan pedagang besar. Pedagang pengecer memilih brokoli yang memiliki kualitas yang baik untuk dipasarkan. Fungsi informasi pasar yang dilakukan oleh pedagang pengecer berupa pengamatan perkembangan harga beli dan harga jual dari sesama pedagang pengecer dan mekanisme pasar yang sedang terjadi. 6.4 Analisis Struktur Pasar Menurut Mc Kie dalam Asmarantaka (2009), struktur pasar adalah hubungan (korelasi) antara pembeli (calon pembeli) dan penjual (calon penjual) yang secara strategi mempengaruhi penentuan harga dan pengorganisasian pasar. Beberapa ukuran untuk melihat struktur pasar diantaranya : market concentration (konsentrasi pasar), exitentry (kebebasan keluarmasuk calon penjual), dan product differentiation (diferensiasi produk). 6.4.1 Struktur Pasar di Tingkat Petani Jumlah petani (penjual) lebih banyak dibanding dengan jumlah pedagang (pembeli), Harga ditentukan oleh pedagang sehingga petani menjadi penerima harga (price taker). Sementara itu petani mengalami hambatan dalam memasuki pasar berupa kemampuan dalam budidaya, modal, dan ketersediaan input. Sedangkan hambatan keluar yang dihadapi oleh petani relatif tidak ada. Petani melakukan usahatani pada jenis sayuran yang beragam. Petani memperoleh informasi harga dari pedagang dengan cara melakukan survei via telepon. Dari 73

beberapa karaktersitik tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur pasar antara petani dengan pedagang pengumpul desa adalah pasar oligopsoni. 6.4.2 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa Pada proses berlangsungnya kegiatan penelitian, pedagang pengumpul desa hanya terdiri dari satu orang dan terdapat pada saluran satu. Pedagang pengumpul desa tersebut memasarkan komoditas brokoli ke pedagang besar yang berada di pasar TU Kemang. Jumlah pedagang pengumpul desa (penjual) lebih banyak jika dibanding dengan pedagang besar (pembeli). Pedagang pengumpul desa memperoleh informasi harga dari pedagang besar. Hambatan keluar masuk pasar yang dihadapi oleh pedagang pengumpul desa adalah dalam hal permodalan. Harga ditentukan oleh pedagang besar, sehingga pedagang pengumpul desa berkedudukan sebagai penerima harga (price taker). Adapun komoditas sayuran yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul desa beragam. Dari beberapa karaktersitik tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur pasar antara petani dengan pedagang pengumpul desa juga cenderung mengarah pada pasar oligopsoni. 6.4.3 Strukur Pasar di Tingkat Pedagang Besar Pada hasil kegiatan penelitian diketahui terdapat dua orang pedagang besar yaitu pada saluran satu dan saluran dua. Pedagang besar pada saluran satu melakukan pemasaran komoditas brokoli di pasar TU Kemang. Pedagang besar tersebut melakukan pembelian komoditas brokoli dari pedagang pengumpul desa. Sementara itu pedagang besar pada saluran dua memasarkan komoditas brokoli di pasar Cipanas. Pedagang besar tersebut melakukan pembelian komoditas brokoli langsung kepada petani yang berasal dari Desa Tugu Utara. Pada saluran satu jumlah pedagang besar (penjual) lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pedagang pengecer (pembeli). Adapun informasi harga didapatkan dari sesama pedagang besar. Pedagang besar mengalami hambatan keluar masuk pasar. Hambatan yang dialami berupa persaingan di antara sesama pedagang besar dalam memperoleh pasokan barang dagangan. Di samping itu pedagang besar membutuhkan modal yang besar dalam menjalankan usahanya. Penentuan harga yang dilakukan oleh pedagang besar adalah dengan 74

cara tawarmenawar, namun penentuan harga cenderung dipengaruhi oleh pedagang besar. Komoditas sayuran yang ditawarkan oleh pedagang besar beragam. Berdasarkan karaktersitik tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur pasar antara pedagang besar dengan pedagang pengecer adalah oligopoli. Pada saluran dua, struktur pasar yang terbentuk di tingkat pedagang besar relatif sama dengan struktur pasar yang terbentuk antara pedagang besar pada saluran satu yaitu pasar oligopoli. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik pasar yang terbentuk relatif sama. Adapun perbedaan yang dapat dilihat adalah pada sisi lokasi pasar. 6.4.4 Struktur Pasar di Tingkat Pedagang Pengecer Pada saluran satu, dua, dan tiga, struktur pasar antara pedagang pengecer dengan konsumen akhir relatif sama. Jumlah pengecer cukup banyak sehingga terjadi persaingan dalam mendapatkan konsumen. Konsumen juga berjumlah banyak sehingga terdapat persaingan untuk mendapatkan brokoli. Pedagang pengecer memperoleh informasi harga dari pedagang besar dan sesama pedagang pengecer. Hambatan keluar masuk yang dihadapi oleh pedagang pengecer relatif tidak ada. Hal ini disebabkan modal usaha yang dibutuhkan kecil dan skala usaha fleksibel. Penentuan harga antara pedagang pengecer dengan konsumen akhir dilakukan secara tawar menawar. Komoditas sayuran yang ditawarkan oleh pedagang pengecer beragam. Berdasarkan karaktersitik tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur pasar antara pedagang pengecer dengan konsumen akhir juga cenderung mengarah pada competitive market. 6.5 Analisis Perilaku Pasar Perilaku pasar dapat diketahui dengan melakukan pengamatan dalam praktek pembelian dan penjualan, sistem penentuan harga serta kerjasama di antara lembaga tataniaga. 75

6.5.1 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Petani Sistem tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara membentuk tiga pola saluran tataniaga. Dalam hal ini petani hanya melakukan kegiatan penjualan. Petani memasarkan komoditas brokoli kepada pedagang pengumpul desa, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Pada saluran satu terdapat tujuh orang petani yang melakukan penjualan kepada pedagang pengumpul desa. Pada saluran dua terdapat tujuh orang petani yang melakukan penjualan kepada pedagang besar. Pada saluran tiga terdapat satu orang petani yang melakukan penjualan kepada pedagang pengecer. Adapun pedagang pengumpul desa berasal dari Desa Bojong Murni Cisarua, pedagang besar berasal dari daerah Cipanas, dan pedagang pengecer berasal dari Cisarua. Pada saluran satu dan saluran dua, petani akan menghubungi pedagang pengumpul desa atau pedagang besar via telepon. Setelah terjadi kesesuaian harga, pedagang pengumpul desa atau pedagang besar akan mendatangi petani untuk mengangkut brokoli yang telah dipanen. Pedagang pengumpul desa atau pedagang besar biasanya menjemput komoditas brokoli ke lokasi yang telah disepakati oleh petani dangan pedagang pengumpul desa atau pedagang besar. Sementara itu petani pada saluran tiga melakukan penjualan kepada pedagang pengecer dengan melakukan survei harga secara langsung ke pasar Cisarua. Hal ini dilakukan karena petani tersebut belum lama melakukan usahatani brokoli. Jumlah komoditas brokoli yang diusahakan tidak banyak. Apabila telah terjadi kesepakatan harga, petani akan mengantar komoditas brokoli tersebut ke tempat pedagang pengecer. Harga brokoli pada tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang pengecer mengalami perbedaan yang signifikan. Penentuan harga komoditas brokoli ditentukan oleh pedagang perantara berdasarkan harga yang terjadi di pasar. Di samping itu, petani memasarkan komoditas brokoli secara sendirisendiri, sehingga petani hanya bertindak sebagai price taker. Berdasarkan Tabel 15., dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan harga yang signifikan di antara petani dengan pedagang pengecer. 76

Tabel 15. Tingkat Harga ratarata Brokoli Pada Lembaga Tataniaga di desa Tugu Utara tahun 2011 Lembaga Tingkat harga ratarata pada saluran tataniaga (Rp/kg) Marjin tataniaga pada saluran tataniaga (Rp/kg) I II III I II III Petani 4.000 5.000 10.000 Pd. Pengumpul 6.000 2.000 Pd. Besar 8.750 7.750 2.750 2.750 Pd. Pengecer Keterangan : Pd = pedagang 12.000 12.000 13.000 3.250 4.250 3.000 Pada saat penelitian dilakukan, harga jual komoditas brokoli per kg di tingkat petani ke tingkat pedagang perantara beragam. Pada saluran satu, harga ratarata komoditas brokoli dari petani ke pedagang pengumpul desa adalah sebesar Rp 4.000, per kg. Pada saluran dua, harga ratarata komoditas brokoli dari petani ke pedagang besar adalah sebesar Rp 5.000, per kg. Pada saluran tiga, harga ratarata brokoli dari tingkat petani ke pedagang pengecer adalah sebesar Rp 10.000, per kg. Adapun sistem pembayaran komoditas brokoli pada tiga saluran yang ada menggunakan sistem pembayaran tunai. 6.5.2 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa Pada hasil penelitian diketahui bahwa pedagang pengumpul desa hanya berjumlah satu orang yaitu terdapat pada saluran satu. Pedagang pengumpul desa membeli brokoli tidak hanya dari Desa Tugu Utara. Pedagang pengumpul desa akan melakukan pembelian apabila petani telah melakukan komunikasi terlebih dahulu via telepon. Adapun jenis sayuran yang dibeli biasanya tidak hanya satu jenis. Setelah terjadi kesepakatan harga, pedagang pengumpul desa melakukan pengangkutan dengan menggunakan mobil pick up carry. Dalam melakukan kegiatan bongkar muat, pedagang pengumpul desa mengupah tenaga kerja. Komoditas brokoli dikemas dalam sebuah kantong plastik jenis polypropiline. Kemudian komoditas brokoli diangkut ke tempat pedagang besar yang terletak di pasar TU Kemang. 77

Pedagang pengumpul desa biasanya tiba diantara pukul 19.00 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB. Pedagang pengumpul desa melakukan tawar menawar harga dengan beberapa pedagang besar yang ada di pasar TU Kemang. Harga brokoli di tingkat pedagang pengumpul desa dipengaruhi oleh kekuatan pedagang pengumpul desa dalam mempengaruhi harga pasar. Pedagang pengumpul desa memiliki kebebasan dalam menentukan harga pada saat proses pembelian. Harga beli ratarata komoditas brokoli dari petani adalah sebesar Rp 4.000, per kg. Sementara itu harga penjualan ditentukan oleh pedagang besar dengan harga ratarata sebesar Rp 6.000, per kg. Sistem pembayaran pada proses pembelian dan penjualan, menggunakan sistem pembayaran tunai. Pedagang pengumpul desa memperoleh informasi pasar melalui kegiatan survei pasar dan dari sesama pedagang. 6.5.3 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pedagang Besar Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat dua orang pedagang besar pada saluran satu dan saluran dua. Pada saluran satu, pedagang besar melakukan pembelian dari pedagang pengumpul desa yang telah membawa beberapa jenis sayuran ke tempat pedagang besar yaitu di pasar TU Kemang. Tawarmenawar harga dilakukan di tempat pedagang besar. Kemudian pedagang besar melakukan penjualan kepada pedagang pengecer yang berasal dari pasar Parung dan Pasar induk Tangerang. Pada saluran dua, pedagang besar berasal dari daerah Cipanas. Pedagang besar tersebut melakukan pembelian langsung dari petani. Aktivitas jual beli terjadi diawali oleh petani yang melakukan hubungan komunikasi via telepon. Kegiatan ini memiliki tujuan untuk melakukan survei dan penawaran harga. Setelah terjadi kesepakatan, pedagang besar melakukan pengangkutan dengan menggunakan mobil pick up carry. Pengangkutan brokoli biasanya dilakukan pada sore hari. Pedagang besar biasanya mengupah tenaga kerja untuk bongkar muat. Sayuran yang diangkut terkadang tidak hanya satu jenis saja. Sayuran tersebut diangkut ke pasar penampungan Cipanas. Adapun kegiatan penjualan kepada pedagang pengecer berlangsung mulai pukul 23.00 WIB sampai dengan 78

pukul 02.00 WIB. Pedagang pengecer yang melakukan pembelian komoditas brokoli berasal dari pasar Cipanas. Pada sistem tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara, lembaga tataniaga yang memiliki kekuatan dalam menentukan harga adalah pedagang besar. Pada saluran satu, pedagang besar bebas menentukan harga beli kepada pedagang pengumpul desa. Harga beli ratarata brokoli dari pedagang pengumpul desa adalah sebesar Rp 6.000, per kg. Sementara itu, harga dalam kegiatan penjualan kepada pedagang pengecer juga ditentukan oleh pedagang besar. Harga yang diperoleh oleh pedagang pengecer beragam. Harga ratarata yang diberikan kepada pengecer yang adalah sebesar Rp 8.750, per kg Sistem pembayaran saat penjualan adalah secara tunai. Informasi harga diperoleh dari sesama pedagang besar. Pada saluran dua, pedagang besar bebas menentukan harga beli brokoli kepada petani. dalam kegiatan penelitian ini, harga ratarata brokoli dari petani kepada pedagang besar adalah sebesar Rp 5.000 per kg,. Pedagang besar juga memiliki kebebasan dalam menentukan harga jual kepada pedagang pengecer. Harga jual ratarata komoditas brokoli kepada pedagang pengecer adalah sebesar Rp 7.750, per kg. Sistem pembayaran pada saat melakukan pembelian dan penjualan menggunakan sistem tunai. Informasi harga diperoleh dari sesama pedagang besar. 6.5.4 Praktek Pembelian dan Penjualan serta Sistem Penentuan Harga di Tingkat Pengecer Pada saluran satu, pedagang pengecer berasal dari pasar Parung dan pasar induk Tangerang. Pedagang pengecer tersebut melakukan pembelian komoditas brokoli dari pedagang besar di pasar TU Kemang. Kegiatan pembelian komoditas brokoli biasanya berlangsung dari mulai sore hari sampai pada malam hari. Adapun jenis sayuran yang dibeli oleh pedagang pengecer tidak hanya satu jenis saja. Pembelian komoditas brokoli dilakukan secara tunai. Pedagang pengecer yang berasal dari Parung mengangkut sayuran yang dibeli dengan menyewa angkot. Sementara itu pedagang yang berasal dari Tangerang biasanya mengangkut sayuran dengan menggunakan sepeda motor. Penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengecer kepada konsumen akhir menggunakan sistem pembayaran tunai. 79

Pada saluran dua, pedagang pengecer berasal dari pasar induk Cipanas. Pembelian komoditas brokoli dilakukan di pasar penampungan Cipanas pada malam hari. Pedagang pengecer tidak hanya membeli satu jenis sayuran saja. Adapun sayuran tersebut diantarkan oleh pihak pedagang besar ke tempat pedagang pengecer dengan menggunakan sepeda motor. Hal itu dikarenakan pedagang pengecer yang menjadi pembeli merupakan pelanggan dari pedagang besar tersebut. Pada saluran tiga, pedagang pengecer berada di pasar Cisarua. Pada awalnya petani melakukan penawaran terhadap pedagang pengecer tersebut. Dalam hal ini, petani mendatangi pedagang besar secara langsung untuk melakukan survei harga, sekaligus menawarkan komoditas brokoli yang dimilikinya. Petani akan mengantarkan komoditas brokoli tersebut apabila telah terjadi kesepakatan harga dan jumlah massa yang diinginkan oleh pedagang pengecer. Dalam sistem penentuan harga, pedagang pengecer pada saluran satu dan saluran dua menjadi penerima harga (price taker) saat melakukan pembelian komoditas brokoli dari pedagang besar. Pada saluran satu, harga komoditas brokoli beragam. Harga ratarata dari pedagang besar kepada pedagang pengecer yang berasal dari pasar Parung adalah sebesar Rp 8.750, per kg. Hal ini diakibatkan karena pedagang besar menjadi penentu harga komoditas brokoli. Pada saat melakukan penjualan, pedagang pengecer memiliki kebebasan dalam menentukan harga kepada konsumen akhir. Harga ratarata komoditas yang ditentukan oleh pedagang pengecer pada saluran satu dan saluran dua kepada konsumen akhir adalah sebesar Rp 12.000, per kg. Dalam hal ini, konsumen akhir berperan sebagai penerima harga (price taker). Pada saluran tiga, pedagang pengecer memiliki kebebasan dalam menentukan harga beli komoditas brokoli terhadap petani. Harga beli ratarata brokoli dari petani adalah sebesar Rp 10.000, per kg. Demikian pula pada saat melakukan penjualan, pedagang pengecer menjadi penentu harga terhadap konsumen akhir. Harga jual brokoli yang ditentukan bagi konsumen akhir adalah sebesar Rp 13.000, per kg. Dalam hal ini, konsumen akhir berperan sebagai penerima harga (price taker). Pada kegiatan penelitian ini diketahui bahwa 80

pedagang pengecer memperoleh informasi harga melalui survei pasar, sesama pedagang pengecer, dan pedagang besar. Sistem pembayaran yang dilakukan saat melakukan kegiatan pembelian dan penjualan komoditas brokoli menggunakan sistem tunai. 6.5.5 Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga Kerjasama antar lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran dan kemudahan dalam memasarkan komoditas brokoli. Semakin besar biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga yang terlibat dapat mengakibatkan kerugian bagi lembaga tataniaga tersebut. Dengan melihat keadaan tersebut, diperlukan kerjasama antar lembaga yang baik. Hal ini dapat membantu setiap lembaga tataniaga dalam meminimalkan biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga tersebut. Dalam pengamatan pada saat penelitian, diketahui bahwa hubungan antar sesama petani terwujud dengan baik. Hal ini terjadi karena seluruh petani responden terikat dalam satu kelompok tani. Adapun peran kelompok tani Suka Tani, memberikan bantuan fasilitas dari pemerintah dalam mengembangkan kemampuan teknis dalam bertani sehingga dapat meningkatkan produktivitas hasil tani yang dijalankannya. Akan tetapi sesama anggota kelompok tani belum menjalin kerjasama dalam memasarkan komoditas usahataninya. Kerjasama antar lembaga tataniaga juga terjadi antara pedagang pengumpul desa dengan petani (pada saluran satu) dan antara pedagang besar dengan petani (pada saluran dua). Kerja sama yang terwujud berupa hubungan baik dalam menjalankan aktivitas pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul desa dan pengumpul besar sudah dikenal baik, sehingga kegiatan jual beli dapat dilakukan dengan lebih dari satu orang petani pada waktu yang sama. Hal ini dapat membantu pedagang pengumpul desa atau pedagang besar meminimalkan biaya transportasi apabila masih terjadi kekurangan muatan pada saat pengangkutan. Sementara itu, kerjasama yang terjadi di antara sesama pedagang besar berupa tukar menukar informasi perkembangan pasar. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan posisi tawar dan penentuan harga agar tidak terjadi perbedaan harga di tingkat pedagang yang sama. 81