BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menjalankan pembagunan nasional yang berlangsung secara

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

BAB II LANDASAN TEORI

PPh Pasal 22. Bendaharawan Pemerintah

Landasan Hukum: Pasal 22 UU PPh. PMK No. 154/ PMK.03/ 2010 j.o. No. 224/ PMK.011/ PMK No. 253/ PMK.03/ 2008

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 of 5 21/12/ :45

Karakteristik. Tujuan : Kesederhanaan dan Kemudahan pengenaan pajak agar tepat waktu

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PERBEDAAN ANTARA PEMUNGUTAN DAN PEMOTONGAN

Pertemuan 4 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 & PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Pembedaan dan Penggolongan Pajak didasarkan pada suatu kriteria,seperti:

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara

Pajak Penghasilan Pasal 21

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

BENDAHARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 BAB III

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 175/PMK.011/2013 TENTANG

Pemungut PPh Pasal 22

BAB 2 LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

BAB II LANDASAN TEORI. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/PMK.010/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

2015, No Mengingat c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta dalam rangka melaksanakan ketentuan P

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut masyarakat umum pajak adalah iuran yang secara paksa dipungut dan

IBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-08/PJ/2012 TENTANG

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BAB 2 LANDASAN TEORI. perpajakan. Beberapa definisinya antara lain definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

2015, No Mengingat memberikan kepastian hukum pelaksanaan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Umum Pajak

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB III PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 22

PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB IV KETENTUAN LAINNYA

Modul ke: PPh Pasal 22. Fransisca Hanita Rusgowanto S.Kom, M.Ak. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1.Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

2017, No ketentuan tarif pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas barang kiriman dengan tarif bea masuk untuk barang kiriman, perlu mengganti

Definisi PPh Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22. Perbedaan Antara Pemungutan dan Pemotongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

TOPIK : PENDAHULUAN. Mekanisme pembayaran utang PPh Manfaat withholdingtax system Kewenangan Kemen-Keu Pengenaan Pembatasan

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah Indonesia sejak lama melakukan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Peranan pemerintah dalam menjalankan pembagunan nasional yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan akan membutuhkan dana yang tidak sedikit salah satu sumber penerimaan dan pendapatan Indonesia dalam menjalankan pembangunan nasional ialah dengan adanya penerimaan. Pengertian itu sendiri menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik, yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara (Resmi, Peran Teori dan Kasus.2008:1). Menurut Resmi dalam buku Peran Teori dan Kasus (2008:3), memiliki dua fungsi yaitu fungsi Budgetair (sumber keuangan negara) artinya merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan dan fungsi kedua ialah fungsi regulered (mengatur) artinya sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Pentingnya peranan dalam negara maka Direktorat Jendral Pajak melakukan upaya untuk memaksimalkan penerimaan dengan dikeluarkan peraturan peran UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan 1

B A B I P E N D A H U L U A N 2 Tata Cara Peran, yang didalamnya tertuang ketentuan dalam sistem pemungutan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pemungutan dengan adanya sistem pemungutan yang menjunjung tinggi hak wajib dengan diberlakunya self assessment system. Pada self assessment system,sistem pemungutan memberi kewenangan wajib dalam menentukan berapa besar yang terutang setiap tahunnya oleh karena itu wajib diberi kepercayaan dalam menghitung, memperhitungkan, membayar serta melaporkan sendiri jumlah yang terutang, sistem pemungutan tersebut dilakukan untuk kewajiban wajib atas terutang. Hal ini dapat digunakan sebagai pengukuran dalam pelaksanaan sistem pemungutan tersebut seberapa besar tingkat kepatuhan atas pemahaman peraturan peran yang berlaku pada pemahaman wajib akan hak dan kewajibannya dalam peran mengerti dalam pembayaran dan pelaporan, ini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib akan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan maupun Masa secara benar dan tepat waktu. Diharapkan juga semakin tingginya tingkat pemahaman peraturan peran maka kepatuhan wajib semakin baik. Menurut Timbul Simanjuntak dan Imam Mukhlis dalam buku Dimensi Ekonomi Peran Dalam Pembangunan Ekonomi (2012:85) kepatuhan adalah kepatuhan sukarela, yaitu mencakup tingkatan kesadaran untuk tunduk terhadap peraturan peran dan sekaligus terhadap administrasi yang berlaku tanpa perlu disertai dengan tindakan dari otoritas sebelumnya. Kepatuhan sangat diperlukan untuk memaksimalkan sistem pemungutan, kurangnya pemahaman wajib akan peraturan peran akan menjadi masalah yang

B A B I P E N D A H U L U A N 3 cukup berpengaruh karena akan mempengaruhi penerimaan pada kas negara sehingga tujuan pemerintah untuk pembangunan nasional tidak terealisasi dengan baik. Kepatuhan wajib Orang Pribadi atau Badan yang sadar dalam peraturan peran yang berlaku untuk melakukan kewajibannya atas penghasilan dalam melakukan memperhitungkan, membayar, melaporkan yang terutang secara benar dan tepat waktu, beberapa penghasilan yang ada untuk diketahui, yaitu: Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah atas penghasilan berupa gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan (Mardiasmo, Peran Edisi Terbaru 2016, 2016:197). Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah salah satu bentuk pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh pihak lain terhadap Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap kegiatan perdagangan barang. Pengenaan PPh 22 ada yang dilakukan pada saat penjualan ada pula pada saat pembelian.pada umumnya pengenaan PPh Pasal 22 ini dikenakan terhadap perdagangan barang yang dianggap menguntungkan sehingga penjualan atau pembeliannya kemungkinan besar akan mengalami keuntungan dan dengan demikian,pantaslah atas Wajib Pajak tersebut dikenakan cicilan pembayaran penghasilan (Susyanti dan Dahlan, Peran untuk Praktisi dan Akademisi, 2015:85).

B A B I P E N D A H U L U A N 4 Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal,penyerahan jasa,atau hadiah dan penghargaan,selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 (Susyanti dan Dahlan, Peran untuk Praktisi dan Akademisi 2015:92). Pajak Penghasilan Pasal 24 merupakan yang bayar atau terutang diluar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib dalam negeri yang dapat dikreditkan terhadap total penghasilan terutang dalam satu tahun (Susyanti dan Dahlan, Peran untuk Praktisi dan Akademisi 2015:104). Pajak Penghasilan 25 adalah Pajak penghasilan mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.pembayaran dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan: 1. Wajib Pajak membayar sendiri (PPh pasal 25) 2. Melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal 21,22,23, dan 24). Definisi penghasilan tersebut atas pemotong maupun pemungut, pembayaran dan pelaporan yang terutang, yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemotong atau Pemungut Pajak Penghasilan a. PPh Pasal 21 menurut Resmi (2008:180) adalah wajib orang pribadi atau wajib badan, termaksud bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pomotongan atas penghasilan sehubungan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana

B A B I P E N D A H U L U A N 5 dimaksud dalam Pasal 21.Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/KMK.03/2008 adalah : 1) Pemberi kerja yang terdiri atas : a) Orang pribadi dan badan b) cabang,perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan, dan unit tersebut; 2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas kepada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah,honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan; 3) Dana pensiun, badan penyelengaraan jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. 4) Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar: a) Honorarium,komisi,fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga

B A B I P E N D A H U L U A N 6 ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya. b) Honorarium, komisi, fee,atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri. c) Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pegawai magang. 5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintahan, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apa pun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan. b. Menurut Resmi (2008: 297) pemungut PPh pasal 22 ayat (1) UU PPh menyatakan bahwa Menteri Keuangan dapat menetapkan : 1) Bendahara pemerintah untuk memungut sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang. 2) Badan-badan tertentu untuk memungut dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan 3) Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut dari pembeli atas pembelian barang yang tergolong sangat mewah. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuagan Nomor 224/PMK.011/2012. Pemungut PPh Pasal 22 meliputi:

B A B I P E N D A H U L U A N 7 1) Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang. 2) Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pada Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah,Instansi atau Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya,berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang. 3) Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP). 4) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran(KPA), berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung. 5) Badan Usaha Milik Negara, yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, yang meliputi: a) PT Pertamina(Persero), PT Perusahaan Listrik Negara(Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk., PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)Tbk.,PT Garuda Indonesia (Persero)Tbk.,PT Pembagunan Perumahan (Persero)Tbk.,PT Wijaya Karya (Persero)Tbk.,PT Adhi Karya (Persero)Tbk.,PT Hutama Karya(Persero)Tbk.,PT Krakatau Steel (Persero),dan b) Bank-bank Badan Umum Milik Negara.

B A B I P E N D A H U L U A N 8 6) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil industrinya kepada distributor di dalam negeri. 7) Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (ATM), dan impoter umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri. 8) Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas. 9) Industri dan Eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya. 10) Wajib Pajak Badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. c. Menurut Resmi (2008: 327) pemotong PPh pasal 23 terdiri atas : 1) Badan Pemerintah. 2) Subjek Pajak badan dalam negeri. 3) Penyelengaraan kegiatan. 4) Bentuk usaha tetap. 5) Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya. 6) Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang di tunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong PPh Pasal 23, yaitu:

B A B I P E N D A H U L U A N 9 a) Akuntan,arsitek, dokter, notaris,pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. b) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelengarakan pembukuan atas pembayaran beupa sewa. d. Pemotongan PPh Pasal 24 merupakan terutang diluar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau di peroleh wajib dalam negeri yang dapat dikreditkan terhadap total penghasilan terutang dalam satu tahun. Penggabungan Penghasilan yang berasal dari Luar negeri, menurut Susyanti dan Dahlan dalam buku Peran untuk praktisi dan akademisi (2015:104), sebagai berikut: 1) Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun diperolehnya penghasilan tersebut. 2) Penggabungan penghasilan lainnya )seperti sewa,bunga,royalti, dan lain-lain) dilakukan dalam tahun diterimanya penghasilan tersebut 3) Untuk penghasilan berupa deviden, dilakukan dalam tahun pada saat perolehan. Apabila terjadi kerugian diluar negeri maka kerugian tersebut tidak diperhitungkan dalam menghitung penghasilan kena dan tidak dapat dikompesasikan. 4) PPh Pasal 25 pemotongan berdasarkan pengitungan angsuran bulanan. Besarnya angsuran dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan (PPh Pasal 21 ayat (1)) adalah sebesar penghasilan yang terutang menurut Surat

B A B I P E N D A H U L U A N 10 Pemberitahuanan Pajak penghasilan tahun yang lalu dikurangi dengan: a) Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23. b) Pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22. c) Pajak penghasilan yang bayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun 2. Wajib dalam pembayaran dan Pelaporan SPT perlu diketahui agar tidak dikenai sanksi administrasi yang berlaku.dapat dilihat dari tabel sebagai berikut mengenai ketentuan pembayaran dan pelaporan: Tabel 1.1 Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan No. Jenis SPT Masa Batas Waktu Pembayaran 1 PPh Pasal 21/26 tanggal 10 bulan berikutnya 2 PPh Pasal 23/26 tanggal 10 bulan berikutnya 3. PPh Pasal 25 tanggal 15 bulan berikutnya Batas Waktu Pelaporan 4 PPh Pasal 22, PPN, dan PPnBM oleh Bea Cukai 5 PPh Pasal 22-bendaharawan Pemerintah 1 hari setelah dipunggut pada hari yang sama saat penyerahan barang 7 hari setelah pembayaran tanggal 14 bulan berikutnya

B A B I P E N D A H U L U A N 11 No. Jenis SPT Masa Batas Waktu Pembayaran 6 PPh pasal 22-pertamina sebelum Delivery Order di bayar 7 PPh Pasal 22 Pemungut tanggal 10 bulan tertentu berikutnya 8 PPh Pasal 4 ayat (2) tanggal 10 bulan berikutnya 9 PPN dan PPnBM akhir bulan berikutnya sebelum penyampaian SPT 10 PPN dan PPnBM tanggal 17 bulan Bendaharawan berikutnya 11 PPN dan PPnBM tanggal 15 bulan Pemungut berikutnya Non-Bendaharawan 12 PPh Wajib Pajak Orang tanggal 25 bulan ketiga Pribadi setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun 13 PPh Wajib Pajak Badan tanggal 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun Sumber: Resmi (2008: 44) Batas Waktu Pelaporan paling lambat tanggal 20 setelah masa berakhir. akhir masa` berikutnya. paling lama 3 bulan setelah akhir tahun atau bagian tahun paling lama 4 bulan setelah akhir tahun atau bagian tahun Berdasarkan uraian diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap wajib badan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang bergerak pada sektor perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan penjualan

B A B I P E N D A H U L U A N 12 komoditi perkebunan. PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan perusahaan milik Negara yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1996, seperti yang dinyatakan dalam akta Notaris Harun Kamil, S.H., No. 41 tanggal 11 Maret 1996 dan telah memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan C2-8336.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 Agustus 1996. Akta pendirian ini selanjutnya mengalami perubahan sesuai dengan akta Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH., No. 05 tanggal 17 September 2002 dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-20857 HT.01.04.TH.2002 tanggal 25 Oktober 2002. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui wajib badan dalam melakukan kewajibannya dalam menghitung, memperhitungkan, membayar serta melaporkan sendiri jumlah yang terutang, sesuai dengan Undang-Undang Peran yang berlaku. Berdasarkan latar belakang tersebut mengenai pemahaman peraturan peran sangat penting terhadap kepatuhan wajib,maka penelitian menarik judul mengenai PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti ialah: 1. Bagaimanakah perusahaan memahami peraturan peran?

B A B I P E N D A H U L U A N 13 2. Sejauh mana pengaruh pemahaman peraturan peran terhadap kepatuhan peran? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui bagaimanakah perusahaan memahami peraturan peran. 2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemahaman peraturan peran terhadap kepatuhan peran. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi: 1. Bagi peneliti Agar penelitian ini dapat menjadi penambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi jawaban atas pemasalahan akan diteliti. 2. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dengan materi yang berhubungan dengan skripsi ini dan dapat memberikan informasi tentang pemahaman peraturan peran terhadap kepatuhan wajib. 3. Bagi wajib Dapat membantu wajib dengan pengetahuan peran dan melaksanakan kewajiban wajib.