2017 PENYUSUNAN BAHAN AJAR BERORIENTASI KESEIMBANGAN LITERASI SAINS FISIKA SMP PADA KONTEKS PERSONAL TECHNOLOGY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

Analisis Buku Ajar Fisika Kelas X MIA Semester II Berdasarkan Literasi Sains di SMA Negeri Se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Literasi Sains Materi Suhu dan Kalor

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Ismail, 2016

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usep Soepudin, 2014

BABI PENDAHULUAN. sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan Indonesia masih menunjukan kualitas sistem dan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS BUKU AJAR BIOLOGI SMA KELAS X DI KOTA BANDUNG BERDASARKAN LITERASI SAINS

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui. pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUA N A.

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Hayat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widya Nurfebriani, 2013

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

2015 KONTRUKSI ALAT UKUR LITERASI SAINS SISWA SMP PADA KONTEN SIFAT MATERI MENGGUNAKAN KONTEKS KLASIFIKASI MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dini Rusfita Sari, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

R PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF LITERASI SAINS UNTUK PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA BIOTEKNOLOGI DI BIDANG PRODUKSI PANGAN

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

2015 KONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajran Bertema Alat Ukur Pada Kendaraaan Bermotor Untuk Meningkatkan Literasi Fisika

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

Unnes Physics Education Journal

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK-ASPEK LITERASI SAINS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

2016 PEMBELAJARAN STEM PAD A MATERI SUHU D AN PERUBAHANNYA D ENGAN MOD EL 6E LEARNING BY D ESIGNTM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. (BSNP, 2006). Pendidikan sains ini diharapkan dapat memberikan penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

BAB I PENDAHULUAN. agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hayat dan Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literate terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Literasi sains (science literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin yaitu literatus artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. Menurut OECD (2013), literasi sains di definisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Literasi Sains dirasa penting karena dalam kehidupan selalu dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk mengambil keputusan. Negara-negara maju sudah membangun literasi sains sejak lama, yang pelaksanaannya terintegrasi dalam pembelajaran. Pendidikan di Indonesia masih belum membangun literasi sains dalam proses pembelajarannya. Hal ini terlihat dari rendahnya prestasi siswa Indonesia di bidang sains mengakibatkan kalah bersaing dengan siswa-siswa Negara lain. Hal ini terdapat dalam hasil studi PISA (Programme for International Students Assessment) yang dilansir OECD (Organiztion for Economic Cooperation and Development) di tahun 2012, bahwa Indonesia berada di peringkat kedua terbawah dari negara-negara yang tergabung dalam studi tersebut, yaitu tepatnya urutan ke 64 dari 65 negara. Lalu di tahun 2015, Indonesia berada di peringkat ke 69 dari 76 negara yang berpartisipasi dalam PISA. PISA merupakan suatu program internasional yang mengukur tingkat literasi siswa terhadap tiga hal yaitu membaca, matematika, dan sains. Dalam PISA juga mengukur penguasaan 1

konsep, pemahaman serta penerapannya dalam fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Peserta yang tergabung dalam tes PISA adalah siswa 2

3 dengan rata-rata usia 15 tahun atau setara dengan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan mengambil sampel 96 siswa kelas VIII dari 3 SMP Negeri di kota Bandung berdasarkan cluster berbeda, bahwa dari 30 soal literasi sains mengenai konteks teknologi personal (Personal Technology) rata-rata siswa hanya bisa menjawab 17 soal, dan skor rata-rata siswa tersebut hanya mencapai 58,2 dari total skor 100. Penilaian PISA menyimpulkan bahwa siswa Indonesia masih kurang dalam pemahaman IPA. Kemampuan literasi sains siswa SMP Negeri di Kota Bandung yang digunakan sebagai sampel secara rata-rata masih berada dalam kategori kurang. Kemampuan siswa Indonesia secara keseluruhan masih belum bisa menerapkan pengetahuan sains dalam memahami dan mengidentifikasi yang berkaitan dengan fenomena alam. Salah satu faktor utama dari rendahnya aspek literasi sains pada siswa Indonesia bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih belum baik. Dengan sistem pendidikan yang belum baik berdampak pada kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan sains di Indonesia masih sangat rendah. Padahal dewasa ini pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap dunia pendidikan. Mulai dari pembenahan kurikulum hingga peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik pun diperhatikan. Pemerintah masih sebatas menyediakan fasilitas secara kuantitas bukan secara kualitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah bahan ajar. Fasilitas pembelajaran yang selama ini sangat dekat dengan siswa adalah buku teks pelajaran. Oleh karena itu buku teks pelajaran memiliki peran yang penting dalam pembelajaran sains, terutama dalam mengarahkan siswa untuk memiliki kemampuan literasi sains. Buku teks sering digunakan sebagai penyampai informasi yang telah siswa dapatkan di kelas. Buku teks mempengaruhi bagaimana guru sains mengatur kurikulum dan bagaimana persepsi siswa dalam mempelajari sains. Dan buku teks sains telah lama dijadikan

4 objek dari minat dan kepedulian dari kalangan para pendidik sains (Chiapetta & Filman & Sethna, 1991). Firman (2007) dalam Sari (2014a), menyatakan bahwa buku sains yang ada di Indonesia lebih menekankan kepada dimensi konten sains daripada dimensi proses dan konteks sains. Selain itu, Sari (2014a) menyatakan bahwa dari beberapa buku yang banyak digunakan di SMP di Kota Bandung memuat konten literasi sains yang tidak seimbang. Konten literasi sains yang banyak termuat dalam buku teks Fisika SMP masih didominasi oleh aspek Pengetahuan sains. Buku teks sains yang seharusnya digunakan yaitu buku teks yang mampu menuntun siswa untuk berpikir, memahami sains secara kontekstual dan juga mampu memberikan penerapan sains di kehidupan sehari-hari dan memunculkan strategi pemecahan masalah, agar siswa terbiasa berpikir ilmiah. Menurut Chiapetta, Fillman, dan Sethna (1991), aspek literasi sains terdiri dari empat kategori: pengetahuan sains, penyelidikan hakikat sains, sains sebagai cara berpikir, dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat. Buku teks sains yang berorientasi keseimbangan literasi sains yaitu yang kontennya memuat keempat aspek di atas dengan bobot pengetahuan sains sebanyak 40%, penyelidikan hakikat sains 20%, sains sebagai cara berpikir 20%, dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat 20% (Wilkinson, 1999). Tetapi fakta menunjukkan bahwa buku teks sains yang beredar di Indonesia masih belum memuat keseimbangan aspek literasi sains. Kebanyakan buku hanya memuat aspek pengetahuan saja, sedangkan aspek lainnya seperti cara berpikir dan interaksi sains, masyarakat, dan teknologi benar-benar diabaikan. Ketidakseimbangan aspek literasi sains di dalam bahan ajar tersebut diduga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tingkat literasi sains siswa Indonesia berada di level sangat rendah. Karenanya penyusunan bahan ajar yang berorientasi keseimbangan literasi sains perlu dilakukan adanya, khususnya pada konten dari tema Personal Technology dalam buku ajar ini yang terdapat dalam KD 3.5 dan KD 3.11 di kelas 8, KD 3.6 dan KD 3.10 di kelas 9. Hal ini menjadi

5 salah satu usaha yang paling mendasar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin baik maka akan menghasilkan generasi bangsa yang tidak kalah bersaing dengan Negara lain. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah: Bagaimana bahan ajar yang memiliki keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology? Bahan ajar yang disusun dari penelitian ini adalah bahan ajar berupa buku cetak suplemen. Bahan ajar ini tidak digunakan sebagai buku utama yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SMP, tetapi sebagai bahan pendukung yang melengkapi keseimbangan literasi sains. Keseimbangan literasi sains dalam bahan ajar ini di bagi kedalam empat aspek besar yaitu berupa pengetahuan sains, penyelidikan hakikat sains, sains sebagai cara berpikir, dan interaksi sains, teknologi, dan masyarakat. Keempat aspek besar tersebut dijabarkan menjadi beberapa sub kembali. Adapun rincian pertanyaan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana desain bahan ajar yang memiliki keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology oleh siswa? 2. Bagaimana pengembangan bahan ajar yang berorientasi keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology yang dilakukan oleh pakar? Kelayakan bahan ajar untuk digunakan sebagai media pendukung yang mengandung keseimbangan literasi sains dinilai berdasarkan review oleh tiga orang ahli dan hasil uji keterbacaan bahan ajar tersebut oleh siswa. Uji keterbacaan bahan ajar didapat dengan melakukan uji rumpang dan penyebaran angket pada siswa. Berdasarkan hasil review pakar dan uji keterbacaan, akan didapat hasil keunggulan dan kelemahan dari bahan ajar yang memiliki keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology.

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun bahan ajar Fisika SMP yang memuat keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology. Tersusunnya bahan ajar ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa terutama dalam konteks Personal Technology, siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam sehingga hasil belajar akan meningkat serta pembelajaran Fisika di sekolah berlangsung lebih efektif. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini jika ditinjau dari segi praktik adalah dapat dijadikan sebagai suplemen (tambahan) dari bahan ajar yang digunakan di sekolah yang berorientasi keseimbangan literasi sains pada konteks teknologi personal bagi siswa Sekolah Menegah Pertama (SMP). E. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi mengenai latar belakang penelitian yang berisi temuan-temuan sebagai landasan dilakukannya penelitian, rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat yang didapat setelah melaksanakan penelitian, serta struktur keseluruhan dari organisasi skripsi. Bab II membahas tentang kajian teori. Pada bab ini menyajikan teori-teori yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini. Teori-teori tersebut afalah kajian mengenai penyusunan dan pengembangan bahan ajar, literasi sains, dan konteks teknologi personal (Personal Technology) dalam pembelajaran sains.

7 Bab III tentang metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian. Dalam bab ini terdiri dari metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, skema rancangan penelitian yang terdiri dari tiga tahap (pendefinisian, perancangan, dan pengembangan), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV tentang hasil dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang data hasil penelitian yang disertai dengan pembahasan atas jawaban dari rumusan masalah yang telah disebutkan di Bab I.Bab V tentang kesimpulan dan saran. Di bab terakhir ini terdapat kesimpulan secara keseluruhan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut. Dan terdapat pula saran yang berlandaskan komentar dari kekurangan yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan dan rencana penelitian yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya.