BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Literasi sains (science literacy) berasal dari gabungan dua kata Latin yaitu literatus artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. Menurut OECD (2013), literasi sains di definisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Literasi Sains dirasa penting karena dalam kehidupan selalu dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk mengambil keputusan. Negara-negara maju sudah membangun literasi sains sejak lama, yang pelaksanaannya terintegrasi dalam pembelajaran. Pendidikan di Indonesia masih belum membangun literasi sains dalam proses pembelajarannya. Hal ini terlihat dari rendahnya prestasi siswa Indonesia di bidang sains mengakibatkan kalah bersaing dengan siswa-siswa Negara lain. Hal ini terdapat dalam hasil studi PISA (Programme for International Students Assessment) yang dilansir OECD (Organiztion for Economic Cooperation and Development) di tahun 2012, bahwa Indonesia berada di peringkat kedua terbawah dari negara-negara yang tergabung dalam studi tersebut, yaitu tepatnya urutan ke 64 dari 65 negara. Lalu di tahun 2015, Indonesia berada di peringkat ke 69 dari 76 negara yang berpartisipasi dalam PISA. PISA merupakan suatu program internasional yang mengukur tingkat literasi siswa terhadap tiga hal yaitu membaca, matematika, dan sains. Dalam PISA juga mengukur penguasaan 1
konsep, pemahaman serta penerapannya dalam fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Peserta yang tergabung dalam tes PISA adalah siswa 2
3 dengan rata-rata usia 15 tahun atau setara dengan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan mengambil sampel 96 siswa kelas VIII dari 3 SMP Negeri di kota Bandung berdasarkan cluster berbeda, bahwa dari 30 soal literasi sains mengenai konteks teknologi personal (Personal Technology) rata-rata siswa hanya bisa menjawab 17 soal, dan skor rata-rata siswa tersebut hanya mencapai 58,2 dari total skor 100. Penilaian PISA menyimpulkan bahwa siswa Indonesia masih kurang dalam pemahaman IPA. Kemampuan literasi sains siswa SMP Negeri di Kota Bandung yang digunakan sebagai sampel secara rata-rata masih berada dalam kategori kurang. Kemampuan siswa Indonesia secara keseluruhan masih belum bisa menerapkan pengetahuan sains dalam memahami dan mengidentifikasi yang berkaitan dengan fenomena alam. Salah satu faktor utama dari rendahnya aspek literasi sains pada siswa Indonesia bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih belum baik. Dengan sistem pendidikan yang belum baik berdampak pada kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan sains di Indonesia masih sangat rendah. Padahal dewasa ini pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap dunia pendidikan. Mulai dari pembenahan kurikulum hingga peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik pun diperhatikan. Pemerintah masih sebatas menyediakan fasilitas secara kuantitas bukan secara kualitas. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah bahan ajar. Fasilitas pembelajaran yang selama ini sangat dekat dengan siswa adalah buku teks pelajaran. Oleh karena itu buku teks pelajaran memiliki peran yang penting dalam pembelajaran sains, terutama dalam mengarahkan siswa untuk memiliki kemampuan literasi sains. Buku teks sering digunakan sebagai penyampai informasi yang telah siswa dapatkan di kelas. Buku teks mempengaruhi bagaimana guru sains mengatur kurikulum dan bagaimana persepsi siswa dalam mempelajari sains. Dan buku teks sains telah lama dijadikan
4 objek dari minat dan kepedulian dari kalangan para pendidik sains (Chiapetta & Filman & Sethna, 1991). Firman (2007) dalam Sari (2014a), menyatakan bahwa buku sains yang ada di Indonesia lebih menekankan kepada dimensi konten sains daripada dimensi proses dan konteks sains. Selain itu, Sari (2014a) menyatakan bahwa dari beberapa buku yang banyak digunakan di SMP di Kota Bandung memuat konten literasi sains yang tidak seimbang. Konten literasi sains yang banyak termuat dalam buku teks Fisika SMP masih didominasi oleh aspek Pengetahuan sains. Buku teks sains yang seharusnya digunakan yaitu buku teks yang mampu menuntun siswa untuk berpikir, memahami sains secara kontekstual dan juga mampu memberikan penerapan sains di kehidupan sehari-hari dan memunculkan strategi pemecahan masalah, agar siswa terbiasa berpikir ilmiah. Menurut Chiapetta, Fillman, dan Sethna (1991), aspek literasi sains terdiri dari empat kategori: pengetahuan sains, penyelidikan hakikat sains, sains sebagai cara berpikir, dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat. Buku teks sains yang berorientasi keseimbangan literasi sains yaitu yang kontennya memuat keempat aspek di atas dengan bobot pengetahuan sains sebanyak 40%, penyelidikan hakikat sains 20%, sains sebagai cara berpikir 20%, dan interaksi sains, teknologi dan masyarakat 20% (Wilkinson, 1999). Tetapi fakta menunjukkan bahwa buku teks sains yang beredar di Indonesia masih belum memuat keseimbangan aspek literasi sains. Kebanyakan buku hanya memuat aspek pengetahuan saja, sedangkan aspek lainnya seperti cara berpikir dan interaksi sains, masyarakat, dan teknologi benar-benar diabaikan. Ketidakseimbangan aspek literasi sains di dalam bahan ajar tersebut diduga menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tingkat literasi sains siswa Indonesia berada di level sangat rendah. Karenanya penyusunan bahan ajar yang berorientasi keseimbangan literasi sains perlu dilakukan adanya, khususnya pada konten dari tema Personal Technology dalam buku ajar ini yang terdapat dalam KD 3.5 dan KD 3.11 di kelas 8, KD 3.6 dan KD 3.10 di kelas 9. Hal ini menjadi
5 salah satu usaha yang paling mendasar dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin baik maka akan menghasilkan generasi bangsa yang tidak kalah bersaing dengan Negara lain. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah: Bagaimana bahan ajar yang memiliki keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology? Bahan ajar yang disusun dari penelitian ini adalah bahan ajar berupa buku cetak suplemen. Bahan ajar ini tidak digunakan sebagai buku utama yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SMP, tetapi sebagai bahan pendukung yang melengkapi keseimbangan literasi sains. Keseimbangan literasi sains dalam bahan ajar ini di bagi kedalam empat aspek besar yaitu berupa pengetahuan sains, penyelidikan hakikat sains, sains sebagai cara berpikir, dan interaksi sains, teknologi, dan masyarakat. Keempat aspek besar tersebut dijabarkan menjadi beberapa sub kembali. Adapun rincian pertanyaan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana desain bahan ajar yang memiliki keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology oleh siswa? 2. Bagaimana pengembangan bahan ajar yang berorientasi keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology yang dilakukan oleh pakar? Kelayakan bahan ajar untuk digunakan sebagai media pendukung yang mengandung keseimbangan literasi sains dinilai berdasarkan review oleh tiga orang ahli dan hasil uji keterbacaan bahan ajar tersebut oleh siswa. Uji keterbacaan bahan ajar didapat dengan melakukan uji rumpang dan penyebaran angket pada siswa. Berdasarkan hasil review pakar dan uji keterbacaan, akan didapat hasil keunggulan dan kelemahan dari bahan ajar yang memiliki keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology.
6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun bahan ajar Fisika SMP yang memuat keseimbangan literasi sains dalam konteks Personal Technology. Tersusunnya bahan ajar ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa terutama dalam konteks Personal Technology, siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam sehingga hasil belajar akan meningkat serta pembelajaran Fisika di sekolah berlangsung lebih efektif. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini jika ditinjau dari segi praktik adalah dapat dijadikan sebagai suplemen (tambahan) dari bahan ajar yang digunakan di sekolah yang berorientasi keseimbangan literasi sains pada konteks teknologi personal bagi siswa Sekolah Menegah Pertama (SMP). E. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi mengenai latar belakang penelitian yang berisi temuan-temuan sebagai landasan dilakukannya penelitian, rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini, tujuan dilakukannya penelitian, manfaat yang didapat setelah melaksanakan penelitian, serta struktur keseluruhan dari organisasi skripsi. Bab II membahas tentang kajian teori. Pada bab ini menyajikan teori-teori yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini. Teori-teori tersebut afalah kajian mengenai penyusunan dan pengembangan bahan ajar, literasi sains, dan konteks teknologi personal (Personal Technology) dalam pembelajaran sains.
7 Bab III tentang metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian. Dalam bab ini terdiri dari metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, skema rancangan penelitian yang terdiri dari tiga tahap (pendefinisian, perancangan, dan pengembangan), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV tentang hasil dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang data hasil penelitian yang disertai dengan pembahasan atas jawaban dari rumusan masalah yang telah disebutkan di Bab I.Bab V tentang kesimpulan dan saran. Di bab terakhir ini terdapat kesimpulan secara keseluruhan dari penelitian yang telah dilakukan tersebut. Dan terdapat pula saran yang berlandaskan komentar dari kekurangan yang ditemukan pada penelitian yang dilakukan dan rencana penelitian yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya.