BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dini Rusfita Sari, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.
|
|
- Liana Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada tahun ajaran 2013/2014 negara Indonesia mulai memberlakukan kurikulum Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum 2013 adalah keikutsertaan Indonesia pada salah satu studi internasional Programme for International Student Assesment (PISA). Sejak tahun 2006 hasil capaian literasi sains siswa Indonesia dalam PISA selalu berada di posisi yang rendah. Hal ini disebabkan bentuk asesmen PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks aplikasi sains maupun aspek sikap sains. (BSNP, 2013) National Research Council dalam Shwartz (2006) menyatakan bahwa sekarang ini pencapaian literasi sains siswa merupakan salah satu tujuan utama dalam pendidikan sains. Hal ini berlaku pula di negara Indonesia, dapat dilihat
2 2 dari acuan kurikulum yang sedang dikembangkan di Indonesia saat ini. Literasi sains didefinisikan PISA sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan persiapan yang penting bagi generasi muda untuk dapat hidup dalam masyarakat modern. Pemahaman ini memungkinkan bagi individu untuk dapat berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat dimana ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang signifikan. Pemahaman sains dan teknologi ini juga memberdayakan individu untuk dapat berpartisipasi secara tepat dalam penentuan kebijakan publik dimana masalah ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kehidupan mereka. (OECD, 2009) Salah satu cabang mata pelajaran sains adalah kimia, menurut Sastrawijaya (1998) pembelajaran kimia bertujuan untuk memperoleh pengalaman tentang berbagai fakta dan kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kimia, dan memiliki keterampilan dalam penguasaan laboratorium. Pemahaman tentang konsep-konsep kimia akan membantu para siswa untuk berpartisi pada permasalahan yang sedang dihadapi publik, karena itu dirasa perlu adanya tes untuk mengukur kemampuan literasi kimia siswa. Salah satu penelitian yang mengukur kemampuan literasi kimia untuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dikembangkan oleh Shwartz (2006) di Irak. Salah satu kerangka teoritis yang menjadi dasar dalam penelitian yang dilakukannya adalah kemampuan siswa dalam menggunakan pemahaman mengenai konsep kimia untuk menjelaskan fenomena. Hasil kajian terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007 menyebutkan bahwa untuk sistem penilaian hendaknya mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA untuk mendorong Proses Belajar Mengajar (PBM) berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif. Soal-soal PISA bukanlah
3 3 alat untuk mengukur konteks, tetapi mengukur (kompetensi) proses sains, pengetahuan, dan sikap sains yang disajikan terkait dengan konteks (OECD, 2009). Sementara itu, alat ukur yang dikembangkan guru biasanya hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun aspek sikap sains. Begitu pula hasil temuan pada kumpulan tes yang beredar di toko buku atau yang tersebar di perpustakaan sekolah menunjukkan lebih banyak tes yang mengujikan pengetahuan sains dari aspek kognitif dan perhitungan saja. Tes yang ada tidak banyak menguji pemahaman konsep sains, apalagi menguji keterampilan menggunakan pengetahuan sains untuk memahami proses sains dan mengatasi masalah-masalah sains (Sudiatmika, 2010). Hal ini menyebabkan siswa tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, alat ukur yang dikembangkan guru dalam pembelajaran sains, termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya diarahkan pada penggunaan konteks sebagai wahana untuk mencapai literasi sains siswa. Pemilihan konteks yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria yang dirumuskan oleh Jong (2006) yaitu: 1) Konteks yang digunakan dikenal dan relevan untuk siswa (perempuan dan laki-laki), 2) Konteks yang digunakan tidak mengganggu perhatian siswa terhadap konsep yang dihubungkan, 3) Konteks yang digunakan tidak terlalu menyulitkan bagi siswa, dan 4) Konteks yang digunakan tidak membingungkan siswa. Baehr (1995) menyatakan bahwa konteks keramik dapat digunakan untuk mengajarkan konsep ikatan kimia (kovalen dan ionik), elektronegativitas, material berhidrat dan kerapatan. Materi mengenai ikatan kimia merupakan salah satu materi yang bersifat abstrak. Sifat abstrak dari materi kimia membuat siswa kesulitan memahaminya. Kebanyakan siswa tidak memahami konsep partikel (atom, ion, molekul) yang terlibat dalam ikatan kimia, serta siswa kesulitan menghubungkan antara ikatan kimia pada dengan sifat zatnya. Hal ini dapat diatasi dengan mengkaitkan struktur zat dalam pembelajaran ikatan kimia. Hal ini
4 4 dapat dilakukan dengan penggunaan konteks pembelajaran yang mengkaitkan ikatan kimia, struktur zat dan sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan konteks keramik sebagai konteks pembelajaran. Terdapat dua jenis keramik yang kita ketahui, yakni keramik tradisional dan keramik modern. Pada jaman dahulu keramik hanya dikenal sebagai barang lokal yang bernilai seni. Namun, keramik di masa kini banyak digunakan dalam industri, penggunaannya sudah lebih luas lagi. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Hasil capaian literasi sains siswa di Indonesia yang selalu berada di posisi rendah disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun aspek sikap sains. Sistem penilaian siswa di Indonesia membutuhkan sistem penilaian yang mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA untuk mendorong PBM berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA? Permasalahan tersebut diuraikan menjadi sub-sub masalah berikut : Bagaimana karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi ikatan kimia? Bagaimana kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas? Bagaimana penilaian ahli terhadap kesesuaian karakteristik soal literasi sains dalam PISA dengan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi?
5 5 C. Tujuan Penelitian Terkait dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber untuk membuat alat ukur penilaian literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : Guru Berupa contoh alat ukur penilaian literasi sains yang sesuai dengan karakteristik soal-soal literasi sains PISA. Lembaga Pendidikan Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di institusi terkait di masa yang akan datang. Peneliti Lain Sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan alat ukur literasi sains dan dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam konteks dan konten pembelajaran yang berbeda. E. Stuktur Organisasi Skripsi Berikut ini penjabaran urutan penulisan skripsi secara terperinci dari setiap bab dan sub bab. Skripsi ini tersusun atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab II Kajian Pustaka; Bab III Metode penelitian; Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; serta Bab V Kesimpulan dan Saran.
6 6 Bab I terdiri atas lima sub bab, meliputi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi. Latar belakang dari penelitian ini adalah hasil capaian literasi sains Indonesia yang selalu berada di posisi bawah diantara negara-negara anggota PISA yang lain. Hal ini disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun aspek sikap sains. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA, sehingga tujuan dari penelitian yakni untuk mendapatkan alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan untuk membuat alat ukur penilaian literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas. Bab II terdiri atas sub bab Kajian Pustaka. Kajian pustaka dijabarkan kembali ke dalam beberapa bagian, yakni kajian teoritis mengenai Literasi Sains/Kimia, Rekonstruksi Pendidikan, Karakteristik Teks Bacaan Konteks-Konten, Kualitas Alat Ukur Literasi Sains, Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains, dan Tinjauan Materi Pembelajaran Konteks Keramik dalam Konten Ikatan Kimia, serta penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian bidang yang sedang diteliti. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa maka dibutuhkan alat ukur penilaian literasi sains, dimana bersarkan hasil kajian
7 7 terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007, disebutkan bahwa soal-soal yang dikembangkan hendaknya mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA. Hasil analisis terhadap Baehr disebutkan bahwa konteks keramik salah satunya dapat digunakan untuk menjelaskan konsep ikatan kimia, dalam kurikulum 2013 tercantum bahwa ikatan kimia merupakan salah satu konsep yang harus diberikan kepada siswa SMA kelas X, oleh karena itu dirasa perlu untuk mengkonstruksi alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks keramik pada konten ikatan kimia. Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 Yael Shwartz, Ruth Ben-Zvi and Avi Hofstein mengenai pencapaian literasi kimia siswa Sekolah Menengah Atas di Israel. Penelitian ini didukung oleh beberapa jurnal terkait literasi sains yang ditulis oleh Dolf Witte dan Kees Beers berjudul Testing of Chemical Literacy pada tahun 2003, serta artikel yang ditulis oleh Holbrook mengenai pentingnya pendidikan sains di sekolah untuk meningkatkan literasi sains siswa. Bab III terdiri atas delapan bagian sub bab, meliputi Lokasi dan Objek/Subjek Penelitian, Model Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Alur Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data. Fokus dari penelitian ini adalah alat ukur yang dikonstruksi, alat ukur yang dikembangkan kemudian diujicobakan pada siswa SMA kelas X semester ganjil sebanyak satu kelas yang berjumlah 40 siswa, yang diambil dari salah satu SMA di kabupaten Bogor. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstrusi pendidikan (educational rescontruction) (Duit, et al., 2012), dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methode jenis sequential exploratory design, dimana penelitian dimulai dengan pengumpulan dan analisis data kualitaif dengan tujuan eksplorasi dan dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah maka digunakan instrumen penelitian, yang meliputi lembar kesesuaian konteks dan konten, alat ukur penilaian literasi sains, dan lembar validasi ahli, serta lembar penilaian kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik soal literasi sains dalam PISA. Data mengenai karakteristik teks bacaan keramik-
8 8 ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber dalam penyusunan alat ukur ukur dijelaskan melalui analisis deskriptif. Sedangkan, data dari hasil validasi dikelompokkan lalu diolah, hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas alat ukur dan untuk memperbaiki alat ukur yang dikembangkan, sehingga pada tahap akhir selain mendapatkan nilai dari kualitas alat ukur yang dikembangkan, juga mendapatkan alat ukur yang telah diperbaiki. Data kesesuaian karakteristik alat ukur yang dikembangkan dengan alat ukut literasi sains dalam PISA ditunjukkan dalam bentuk persentase. Bab IV terdiri atas empat sub bab, meliputi karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi ikatan kimia, validitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari hasil CVR, kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari nilai reliabilitas, serta penilaian ahli mengenai kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan dengan karakteristik soal literasi sains dalam PISA. Teks bacaan yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur literasi sains/kimia memiliki karakteristik yakni memuat aspek konten ikatan kimia yang secara khusus dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009 dan diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks keramik dengan tujuan agar membuatnya mudah diterima siswa Teks wacana kontekskonten yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam penurunan kisi-kisi butir soal. Kisi-kisi yang disusun disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009, untuk kemudian dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan butir soal literasi sains. Alat ukur penilaian literasi sains yang telah dikontruksi kemudian diuji validitasnya dan reliabilitasnya, dengan tujuan untuk mengetahui kulitas dari alat ukur. Penilaian ahli mengenai kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan karakteristik soal-soal PISA dikumpulkan melalui angket.
9 9 Bab V terdiri atas dua sub bab, yaitu Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan terdiri atas informasi dari permasalahan yang diangkat yakni mengenai karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains, kualitas alat ukur yang dikembangkan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya serta penilaian kesesuaian karakteristik alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan soal literasi sains PISA. Rekomendasi yang diberikan berupa saran-saran agar penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.
2015 KONTRUKSI ALAT UKUR LITERASI SAINS SISWA SMP PADA KONTEN SIFAT MATERI MENGGUNAKAN KONTEKS KLASIFIKASI MATERIAL
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. A. Latar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. A. Latar
Lebih terperinci2015 KONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi dunia OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) mengembangkan suatu program yang disebut PISA (Programme for International Student Assessment).
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek/Objek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada alat ukur literasi sains/kimia dan pengujian kualitas alat ukur yang telah dikonstruksi menggunakan
Lebih terperinciSRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia, maka program pendidikan seharusnya dapat menjawab kebutuhan manusia secara utuh dalam menghadapi kenyataan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek/Objek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada konstruksi alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada konten sel Volta menggunakan konteks baterai Li-ion
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini terdiri atas lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran sains bagi siswa berguna untuk mempelajari alam sekitar dan pengembangannya yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widya Nurfebriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sains dalam kehidupan manusia membuat kemampuan melek (literate) sains menjadi sesuatu yang sangat penting. Literasi sains merupakan tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hayat dan Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literate terhadap
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Hayat dan Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literate terhadap sains. Literate terhadap sains ini penting dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Penelitian ini melibatkan empat orang dosen sebagai validator yang terdiri dari dosen biokimia serta dosen yang berpengalaman di bidang literasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA memiliki potensi yang besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai bagian dari pendidikan pada umumnya berperan penting untuk menyiapkan peserta didik yang mampu berpikir kritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan dalam standar global merupakan suatu tantangan tersendiri bagi pendidikan di negara kita. Indonesia telah mengikuti beberapa studi internasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan sains dan teknologi telah mendatangkan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan. Kesejahteraan suatu bangsa bukan hanya bersumber pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Untuk itu, pendidikan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inelda Yulita, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan di sekolah memiliki tujuan agar peserta didik mampu mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta mampu mengembangkan dan menerapkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian yang dilakukan memuat aspek kualitatif juga kuantitatif. Menurut Syaodih
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek/Obyek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kualitas validitas isi dan validitas konstruk pada alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman sekarang adalah kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan sains. Kemampuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia. Ilmu kimia memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang masuk dalam kurikulum pendidikan menengah di Indonesia. Ilmu kimia memiliki peran yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (BSNP, 2006). Pendidikan sains ini diharapkan dapat memberikan penguasaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA atau sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi, objek dan subjek penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, alur penelitian,
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN BUKU AJAR SUB TOPIK KARBOHIDRAT MENGGUNAKAN KONTEKS MADU UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Ucapan Terima Kasih... iii Abstrak... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... ix Daftar Lampiran... x Bab I :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan itu sendiri merupakan usaha sadar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang meliputi tahapan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan ialah pengembangan dan validasi, dengan model rekonstruksi guruan (Model of Educational Reconstruction/ MER). Pada
Lebih terperinciDAFTAR ISI Ismail, 2016
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Pengembangan dan Validasi (Development and Validation Methods) yang dikembangkan oleh Adams dan Wieman (2010). Metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecakapan hidup atau life skills mengacu pada beragam kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan yang penuh kesuksesan dan kebahagiaan, seperti kemampuan
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN COVER... I HALAMAN HAK CIPTA... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vii UCAPAN TERIMA KASIH... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu negara dalam mengikuti berbagai pentas dunia antara lain ditentukan oleh kemampuan negara tersebut dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi obyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menjadi pemicu dalam kemajuan ilmu pendidikan. Mutu pendidikan perlu ditingkatkan karena disadari saat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Sedangkan model penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Sedangkan model penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan pada hampir semua mata pelajaran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempunyai peran penting dalam kehidupan manusia. IPA mengajukan berbagai pertanyaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran (mixed methods). Metode campuran adalah teknik penelitian di mana teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhannya, maka layanan pendidikan yang tepat bagi anak perlu terus-menerus ditingkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan praktikum di laboratorium merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya mata pelajaran kimia. Kimia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define,
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) meliputi tahapan define, design and develop
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan yang tertata dengan baik dapat menciptakan generasi yang berkualitas, cerdas, adaptif,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian yang memiliki aspek kualitatif dan kuantitatif adalah analisis konten.
Lebih terperinciABSTRAK KATA PENGANTAR HALAMAN PERSEMBAHAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan variabel, gejala, atau keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, uraian tersebut berdasarkan pada informasi diagnostik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan yang baik dicerminkan oleh lulusan yang memiliki kompetensi yang baik. Mutu pendidikan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah seperti
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia seutuhnya dan bertanggungjawab terhadap kehidupannya. Tujuan pendidikan sains (IPA) menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu komponen terpenting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang pendidikan banyak mendapatkan perhatian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Bandung, dimana peserta yang dilibatkan merupakan siswa yang telah mengikuti pembelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode Weak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (R&D). Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains atau IPA adalah studi mengenai alam sekitar, dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan sebuah kampanye global bertajuk "Education for All" atau "Pendidikan untuk Semua". Kampanye "Education
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan mixed methods. Mixed methods adalah metode penelitian hasil dari penggabungan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan IPA peserta didik Indonesia dapat dilihat secara Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Lebih terperinciKimia merupakan salah satu rumpun sains, dimana ilmu kimia pada. berdasarkan teori (deduktif). Menurut Permendiknas (2006b: 459) ada dua hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kimia merupakan salah satu rumpun sains, dimana ilmu kimia pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh tingkat pendidikannya, sehingga bagi bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperincidiselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu eksak yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Kita selalu menggunakan ilmu ini dalam setiap aktivitas, misalnya kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar berbasis web pada topik kimia unsur menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus mempelajari materi dan energi yang ditinjau dari segi sifat-sifat, reaksi, struktur, komposisi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pengembangan bahan ajar khususnya Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (educational
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan pendidikan atau Research and Development. Metode penelitian pengembangan pendidikan adalah metode
Lebih terperinciPerangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII
SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII Rizqi Annisavitri Program Magister Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain embedded di mana metode kualitatif dan kuantitatif dipergunakan untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Development and Validation, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan Conceptual Change Text (CCT)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian berupa Research and Development (R&D) dengan model 3D, lokasi
47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian memaparkan tentang paradigma penelitian, metode penelitian berupa Research and Development (R&D) dengan model 3D, lokasi dan subjek penelitian. Diuraikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu studi internasional yang mengukur tingkat pencapaian kemampuan sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 19 Bandung dan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 19
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 23 Bandung. Dalam penelitian ini jumlah seluruh responden yang mengerjakan soal adalah 40 orang siswa di kelas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian ini memuat aspek kualitatif dan kuantitatif. Menurut Firman (2013), penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research & Development (R&D). Menurut Gall, Gall, & Borg (2003, hlm. 569) Research & Development adalah metode
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. instrumen penelitian dan teknik pengolahan data. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pra experiment
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan data. A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa salah satunya bergantung pada sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa salah satunya bergantung pada sumber daya manusianya (SDM). Sumber daya manusia berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Keikutsertaan Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan desain pembelajaran yang dikembangkan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa. Indonesia sebagai negara yang selalu berupaya memperbaiki kualitas pendidikan masyarakatnya,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode preexperiment atau disebut juga dengan metode quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian... 6 1.3
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Karawang tahun ajaran 2014-2015. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode pre-eksperimental, yaitu paradigma penelitian dimana terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan yang diasumsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kualitas pendidikan di Indonesia masih banyak yang harus diperbaiki. Hal ini bisa diketahui berdasarkan beberapa temuan dari lembaga non-profit internasional yang memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional selain matematika dan bahasa Indonesia.
Lebih terperinci