4 TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman hutan yang dibudidayakan. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah kawasan khatulistiwa di sekitar 12 LU - 12 LS dengan iklim Af dan Am menurut sistem klasifikasi Koppen, maupun kelas iklim A, B dan C menurut sistem Schmidth- Ferguson pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (dpl). Jumlah hujan yang baik (optimum) untuk budidaya tanaman kelapa sawit adalah 2 000 2 500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun serta tidak defisit air (Lubis, 2008). Temperatur yang optimum yaitu 24 28 C, minimum 18 C dan maksimum 32 C. Kecepatan angin 5 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan membuat tanaman yang baru menjadi rebah (Lubis, 2008). Menurut Setyamidjaja (2006), kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80% dan penyinaran matahari yang cukup. Kelapa sawit yang tidak mendapat sinar matahari cukup, pertumbuhannya akan terhambat, produksi bunga betina menurun dan gangguan hama/penyakit meningkat. Lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah 5-7 jam per hari. Lama penyinaran ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi, tingkat pembentukan bunga (sex ratio) serta produksi buah. Selain itu, jenis tanah juga berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, alluvial dan organosol/gambut. Lubis (2008) menyatakan bahwa derajat keasaman (ph) tanah sangat terkait dengan ketersediaan hara yang diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada ph 4.0 6.0, tetapi ph optimumnya berada antara 5.0 5.6. Tanah dengan ph rendah dapat ditingkatkan derajat kemasamannya dengan cara
pengapuran. Tanah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut. 5 Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan tanaman baik TBM dan TM yaitu: konsolidasi, pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit, penyisipan tanaman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, kastrasi serta penunasan pelepah. Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya (Sutarta et al., 2003). Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan menjadi sangat penting karena usaha tersebut memerlukan biaya sebesar 40 60 % dari biaya pemeliharan tanaman atau sekitar 30 % dari total biaya produksi. Menurut Pahan (2008), strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Selanjutnya Sutarta (2002) menambahkan bahwa pemupukan yang ideal harus berprinsip pada 4 T yaitu: tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara aplikasi dan tepat waktu aplikasi.
6 Pupuk yaitu: Menurut PPKS (2005), jenis pupuk dibagi berdasarkan kelompoknya Hara Kelompok Jumlah Unsur Makro Mikro Tunggal Majemuk N, P, K, Ca B, fe, Cu, Zn 1 unsur 3 unsur Bentuk Padat Prill Urea Tablet Pupuk Tablet Cair Pupuk Cair Organik Binatang Pupuk Kandang Asal Tanaman Mikro Bio Kompos Pupuk Alam/ Tambang Sintesis RP, KCl TSP, Urea Pelepasan Biotik/ Abiotik Lambat Larut Cepat Larut Mineral Biofertilizer RP, Dolomit TSP, Urea Pupuk in Organik Pupuk Organik Sifat Asam ZA, Kieserit Netral MOP Basa RP, Dolomit
7 Dosis Pemupukan Siahaan dan Buma (1992) menyatakan bahwa untuk mengetahui dosis pupuk yang harus ditambahkan ke dalam tanah yaitu dengan mempertimbangkan jumlah hara yang diserap tanaman, status hara dalam daun, hara yang terangkut bersama hasil panen, hara yang kembali ke tanah, hara yang hilang dari zona perakaran dan kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara. Selain itu, juga dapat mempertimbangkan data agronomi tanaman (mencakup pertumbuhan, produksi dan gangguan hama/penyakit), data hasil percobaan pemupukan (kalau ada) dan pelaksanaan pemupukan sebelumnya. Kisaran dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral Kelompok Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon) Umur (tahun) Urea SP-36 MOP Kieserite Jumlah 3-5 2.00 1.50 1.50 1.00 6.00 6-13 2.75 2.25 2.25 1.50 8.75 14-20 2.50 2.00 2.00 1.50 7.75 21-25 1.75 1.25 1.25 1.00 5.25 Sumber: Lubis (2008) Menurut Riwandi (2002), tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P dan K yang sangat banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan optimal. Sementara itu berdasarkan analisis tanah dan daun yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tanaman kelapa sawit memerlukan koreksi takaran pupuk yang akan diberikan. Namun, takaran pupuk tersebut hanya berlaku 1 tahun sehingga setiap tahun harus dilakukan analisis ulang tentang tanah dan daun untuk menentukan takaran pupuk yang tepat bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan pupuk untuk setiap lokasi berbeda-beda, bergantung dari kondisi lokasi terebut. Secara umum terdapat dosis optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit. Mangoensoekarjo dan Semangun (2007) menyatakan bahwa gejala kekahatan salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun. Hal ini merupakan indikasi bahwa tanaman menderita defisiensi unsur hara tertentu. Menurut para ahli, gejala visual tersebut baru timbul pada tingkat kekahatan yang
8 cukup lanjut. Pada tingkat kekahatan yang lebih ringan, tanaman belum menunjukkan gejala pada daun, tetapi sebenarnya tanaman sudah menderita kekurangan, tanaman tidak tumbuh optimal dan dengan demikian produktivitasnya juga tidak optimal (berada dalam kondisi suboptimum). Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk Menurut Hakim (2007), tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan yaitu di dalam bokoran yang bersih dari gulma. Sebelum kegiatan pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang tidak boleh dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling tidak ada jarak sekitar 12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk lainnya. Hakim (2007) menambahkan bahwa tempat penyebaran pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dengan umur 1 bulan sampai pelepah menutupi bokoran adalah seluruh tempat di bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus ditaburkan di luar bokoran, di atas penutup tanah. Cara tersebut juga dilakukan pada TBM yang pelepahnya sudah melewati bokoran. Tempat penaburan pupuk pada tanaman yang sudah menghasilkan (TM) dibedakan berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu: (a) nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran, (b) P 2 O 5 dan MgO (phosphate dan magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai ujung bokoran. Namun, apabila Rock Phosphate yang digunakan, maka tempat penaburan pupuk adalah di gawangan di pinggir rumpukan pelepah. Cara Pemupukan Menurut Hakim (2007) ada beberapa cara pemupukan pada kelapa sawit yang biasa digunakan yaitu: a) Surface application (top dressing, broadcast atau disebar di atas tanah langsung)
9 b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan) c) Sub soil placement (pocket/ dibenam) d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan) e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi sedikit) f) Nutritional spray (follar spray/melalui daun) Waktu Pemupukan Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan. Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang kemaraunya di bawah 3 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3 bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa sawit (Hakim, 2007).