1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang dikenal dengan minyak nilam (patchouli oil). Minyak nilam merupakan komoditas ekspor yang digunakan sebagai bahan baku wewangian (parfum), kosmetika, farmasi, dan kebutuhan industri makanan (Mangun, 2008). Karena sifat aromanya yang sangat kuat, minyak ini lebih banyak digunakan dalam industri parfum. Minyak nilam bersifat fiksatif yang mempunyai kemampuan dalam mengikat aroma wangi dan mencegah penguapan zat pewangi sehingga harumnya dapat bertahan lama. Saat ini baik alami atau sintetis belum ada yang dapat menggantikan minyak nilam. Indonesia merupakan negara pengekspor minyak nilam terbesar berkisar 90% (Manurung 2010). Tujuan ekspor minyak nilam meliputi negara Singapura (37,17%), Amerika Serikat (17,92%), Spanyol (16,45%), Prancis (8,85%), Switzerland (6,93%), Inggris (4,42%) (Anonim, 2008). Hal itu merupakan peluang besar bagi para petani untuk membudidayakan tanaman nilam. Masalah utama yang dihadapi petani nilam adalah adanya gangguan penyakit pada tanaman nilam yaitu penyakit layu bakteri dan penyakit budog. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit penting yang 1 1
2 menyebabkan kerugian cukup besar bagi petani nilam. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Gejala awal serangan penyakit yaitu salah satu daun pucuk layu dan diikuti dengan daun bagian bawah. Pada serangan lanjut, akar dan pangkal batang membusuk dan terlihat adanya massa bakteri berwarna kuning keputihan seperti susu (Nasrun et al.,2007). Penyakit budog disebabkan oleh cendawan Synchytrium sp. Gejala penyakit ditandai dengan pembengkakan atau kutil berupa benjolan kecilkecil pada pangkal batang, cabang atau ranting yang dekat dengan permukaan tanah. Gejala tersebut berkembang ke batang, cabang, ranting, dan tulang daun sehingga permukaannya kelihatan kasar dengan warna hitam kecoklatan. Daun yang baru terbentuk berukuran kecil-kecil, kaku, keriting, tebal berwarna merah keunguan (Nurmansyah. 2011). Penyakit tersebut juga sering dijumpai di perkebunan nilam di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas sehingga menyebabkan produktivitas nilam tidak optimal. Pengendalian penyakit layu bakteri umumnya dilakukan petani dengan menggunakan bakterisida sintetik sedangkan pada penyakit budog menggunakan fungisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik tersebut diketahui banyak menimbulkan efek negatif antara lain pencemaran lingkungan, pencemaran hasil panen, dan gangguan kesehatan pada manusia. Oleh karenanya perlu upaya pengendalian penyakit yang lebih ramah lingkungan. Corynebacterium merupakan salah satu agens hayati yang
3 bersifat antagonis untuk mengendalikan intensitas penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Penelitian terdahulu mengenai Corynebacterium sudah dilakukan pada tanaman padi yang terserang penyakit kresek atau penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Hasil penelitian Ismail dkk (2011) menunjukan bahwa Corynebacterium mampu menekan perkembangan serangan penyakit kresek 58,1%. Selain itu Corynebacterium sebagai agens pengendali hayati efektif pula untuk mengendalikan penyakit karat pada tanaman krisan yang disebabkan oleh jamur Puccinia horiana menekan intensitas serangan 38,49% (Hanudin dkk, 2010). Oleh karena itu perlu dicoba aplikasi Corynebacterium untuk menekan penyakit layu bakteri dan budog pada tanaman nilam. Limpakuwus merupakan suatu desa yang membudidayakan tanaman nilam, namun pertumbuhannya belum optimal. Petani nilam tidak melakukan pemupukan pada saat tanam dan masa pertumbuhannya. Nilam dibiarkan tumbuh begitu saja sampai masa panen. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan kurang optimal dan tanaman nilam dapat mudah terserang penyakit sehingga menyebabkan hasil produksi kurang optimal. Pemupukan perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman. Pemupukkan seharusnya dilakukan pada awal tanam dan pada masa pertumbuhannya. Pemupukan pada tanaman nilam sangat diperlukan karena selain dapat meningkatkan produksi dan kandungan minyak nilam juga sebagai usaha
4 meningkatkan ketahanan tanaman terhadap gangguan penyakit. Kondisi tanaman nilam yang sehat dapat meningkatkan pertumbuhan nilam. pertumbuhan yang maksimal perlu dilakukan pemupukan yang tepat. Pemupukan sangat perlu dilakukan karena tanaman nilam membutuhkan unsur hara yang cukup dari dalam tanah. Pertumbuhan vegetatif adalah komponen paling penting dalam tanaman nilam, karena akar, batang, cabang, dan daun mengandung minyak nilam. Kandungan minyak atsiri yang paling banyak adalah pada daun (Daniel, 2012). Nitrogen (N) adalah unsur hara penting untuk tanaman. Kebutuhan tanaman akan N lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara lainnya, sehingga dengan adanya unsur N dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Kekurangan N akan menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh secara optimal, sedangkan kelebihan N pertumbuhan akan menjadi sukulen yaitu tanaman mengandung banyak air (Duan et al. 2007). Pemupukan dengan dosis yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Salah satu bahan yang mengandung N adalah urea. Urea adalah salah satu pupuk yang umum digunakan dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk urea mengandung nitrogen 46%. (Lingga dan Marsono, 2008). Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian tentang pemberian dosis pupuk urea dan konsentrasi Corynebacterium pada tanaman nilam di daerah endemik penyakit layu dan budog sehingga diharapkan dapat
5 meningkatkan hasil nilam serta menurunkan intensitas penyakit layu dan budog pada tanaman nilam secara ramah lingkungan. 1.2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut dapat dirumuskan yaitu: 1. Apakah pemberian dosis urea dan konsentrasi Corynebacterium berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman nilam di daerah endemik penyakit layu bakteri dan budog? 2. Adakah interaksi antara pemberian dosis urea dan konsentrasi Corynebacterium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman nilam di daerah endemik penyakit layu bakteri dan budog? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh pemberian dosis urea dan konsentrasi Corynebacterium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman nilam di daerah endemik penyakit layu bakteri dan budog. 2. Mengetahui interaksi antara pemberian dosis urea dan konsentrasi Corynebacterium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman nilam di daerah endemik penyakit layu bakteri dan budog. 1.4. Manfaat penelitian
6 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam meningkatkan hasil nilam dan melakukan pengendalian penyakit layu bakteri dan budog pada tanaman nilam dengan pemberian dosis urea yang tepat dan memanfaatkan Corynebacterium.