PENDAHULUAN. topik perdebatan. Pemerintah dan rakyat, yang diwakili oleh parlemen dan

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. ini harus berani bekerja keras guna meningkatkan dan melipat gamdakan produksi

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

I. PENDAHULUAN. sebagai penyedia pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P )

TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

RINCIAN DANA ALOKASI DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN 2016

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. BPS-Statistics of Serdang Bedagai Regency

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

RINCIN DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 135,16

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

ANGKA RAMALAN 2 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

PRODUKSI PADI JAGUNG DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

ANGKA TETAP TAHUN 2014 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

ANGKA RAMALAN 1 TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

PENDAHULUAN. padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian

LAMPIRAN. Mulai. Penentuan Lokasi Penelitian. Pengumpulan. Data. Analisis Data. Pengkajian keandalan jaringan irigasi

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI BENGKULU (ANGKA RAMALAN I 2015)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

TINJAUAN HARGA PRODUSEN GABAH KALIMANTAN TENGAH 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI. wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Negara arab seperti : Arab Saudi,Iran, Irak dll. pasar yang demikian potensial untuk dimasuki oleh para produsen makanan.

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2013)

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Hasan Basri Tarmizi*, Safaruddin**

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 sebanyak 78,3 ribu rumah tangga

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah beras. Hal ini karena beras

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. petani di pedesaan ternyata demikian besar, seperti diadakannya penyuluhan-penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008

4.1. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang Wilayah. Kebijaksanan tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai meliputi beberapa prinsip dasar, yaitu :

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Pentingnya ketahanan pangan dalam pembangunan nasional sudah bukan lagi topik perdebatan. Pemerintah dan rakyat, yang diwakili oleh parlemen dan organisasi non pemerintah, sepakat bahwa ketahanan pangan harus menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan nasional. Paling tidak ada tiga alasan penting yang melandasi kesadaran semua komponen bangsa atas pentingnya ketahanan pangan. Pertama, akses atas pangan yang cukup dan bergizi bagi setiap penduduk merupakan salah satu pemenuhan hak azasi manusia. Kedua, konsumsi pangan dan gizi yang cukup merupakan basis bagi pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Ketiga, ketahanan pangan merupakan basis bagi ketahanan ekonomi, bahkan bagi ketahanan nasional suatu negara berdaulat (Deptan, 2002b). Karena itu jumlah penduduk Indonesia cukup besar dan terus berkembang, sektor pertanian (sebagai sumber penghasil dan penyedia utama pangan) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup besar dan terus berkembang dalam jumlah, keragaman dan mutunya. Telah menjadi kebijakan nasional untuk memenuhi sejauh mungkin kebutuhan konsumsi bangsanya dari produksi dalam negeri, karena secara politis Indonesia tidak ingin tergantung kepada negara lain. Untuk itu, sektor pertanian menghadapi tantangan yang cukup kompleks. Tantangan ini juga terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Perkembangan sektor pertanian juga tidak terisolasi dari suasana reformasi dan segala dinamika aspirasi 11

masyarakatnya dan perubahan tatanan pemerintahan ke arah desentralisasi, yang secara keseluruhan sedang mencari bentuknya (Deptan, 2002b) Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen yang tinggi dalam mewujudkan ketahanan pangan bagi rakyatnya. Komitmen yang tinggi tersebut telah diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan dan program-program peningkatan produksi pangan, khususnya beras. Besarnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi perberasan ini didasari oleh pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia, serta bahwa usahatani padi merupakan sumber pendapatan dan sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat pedesaan (Suryana dan Mardianto, 2001). Salah satu dari kebijakan harga yang ditetapkan pemerintah tersebut adalah mengenai harga gabah dan beras yang telah dilakukan pemerintah sejak 1973 dan telah mengalami perubahan/ penyesuaian. Kebijakan ini ditetapkan atas dasar pertimbangan dalam rangka untuk meningkatkan produksi pangan nasional serta untuk meningkatkan pendapatan petani melalui jaminan harga yang wajar (Anonimus, 2002). Upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah. Kekeringan dan banjir yang tidak jarang mengancam produksi dibeberapa daerah, penurunan produktivitas lahan pada sebagian areal pertanaman, hama penyakit tanaman yang terus berkembang, dan tingkat kehilangan hasil pada saat dan setelah panen yang masih tinggi merupakan masalah yang perlu dipecahkan serta tidak adanya pencatatan usahatani menyebabkan petani tida dapat menghitung berapa besar keuntungan/ kerugian 12

yang diperoleh. Hal ini penting artinya dalam upaya meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraannya (Sumaryanto dan Sudaryanto, 2001). Dalam menanggulangi masalah di atas, pemerintah telah mengeluarkan beberapa instrumen kebijakan jangka pendek yang pada intinya dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gejolak harga. Kebijakan tersebut antara lain adalah: Pertama penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk padi/beras; dan Kedua pengenaan tarif, kuota, dan pengaturan waktu impor serta operasi pasar untuk komoditas tersebut (Deptan, 2004) Penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) dapat dilihat dari perubahan dan penyesuaian HPP gabah selama empat tahun terakhir pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah Lima Tahun Terakhir Instruksi Presiden Jenis Harga (Rp/Kg) Keadaan No.13 Tahun 2005, GKP 1.730 Di penggilingan Tgl 10 Oktober 2005, GKG 2.280 Di gudang penyimpanan berlaku mulai 1 Januari 2006 2.250 Di penggilingan No.1 Tahun 2008, Tgl 22 April 2008, berlaku mulai 22 April 2008 No.8 Tahun 2008, Tgl 24 Desember 2008, berlaku mulai 1 Januari 2009 No.7 Tahun 2009, Tgl 29 Desember 2009, berlaku mulai 1 Januari 2010 Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010 BERAS 3.550 Di gudang penyimpanan GKP 2.200 Di petani 2.240 Di penggilingan GKG 2.800 Di penggilingan 2.840 Di gudang BULOG BERAS 4.300 Di gudang BULOG GKP 2.400 Di petani 2.440 Di penggilingan GKG 3.000 Di penggilingan 3.040 Di gudang BULOG BERAS 4.600 Di gudang BULOG GKP 2.640 Di petani 2.685 Di penggilingan GKG 3.300 Di penggilingan 3.345 Di gudang BULOG BERAS 5.060 Di gudang BULOG 13

Dari Tabel 1 dapat dikemukakan bahwa setiap tahun harga pembelian pemerintah (HPP) gabah ditingkat petani selalu terjadi kenaikan. Periode 1 Januari 2006 april 2008 terdapat kenaikan HPP gabah Rp 470/Kg (27,17%) sementara april 2008 1 Januari 2009 terdapat kenaikan HPP Rp 200/Kg (9,03%) dan periode 1 Januari 2009 1 Januari 2010 terdapat kenaikan Rp 240/Kg (10%), demikian juga HPP gabah dan beras ditingkat penggilingan dan digudang Bulog. Meski demikian, kenaikan HPP gabah dan beras yang berlaku 1 Januari 2010 itu adalah sangat penting bagi petani. Sebab musim panen padi sudah mulai terjadi. Dengan HPP yang baru itu, maka setidaknya pertama, jatuhnya harga gabah petani saat panen raya tiba bisa dicegah. Kedua, ada dampak psikologis positif dari kenaikan HPP ini kepada harga gabah di tingkat petani, sehingga pendapatan petani naik. Ketiga, memberikan gairah kepada petani untuk terus menanam padi karena pemerintah terbukti masih memberikan perhatian pada nasib petani melalui penetapan HPP baru ini (Sinartani, 2010). Walaupun demikian dampak penetapan HPP gabah yang baru ini bagi petani masih perlu dipertanyakan. Untuk itu penelitian perlu dilakukan terutama bagi daerah yang telah memasuki masa panen Januari-Februari 2010. Kebupaten Serdang Bedagai salah satu kabupaten sentra produksi padi sawah yang pada umumnya semua daerah masa panen Januari Februari 2010. Gambaran luas panen, produksi, produktivitas padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai menurut Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2. 14

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Kebupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun 2008 No Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Kw/Ha) 1 Kotarih 620 2.349 37,89 2 Dolok Masihul 4.008 18.997 47,40 3 Sipispis 803 3.704 46.15 4 Dolok Merawan 0 0 0.00 5 Tebing Tinggi 5.270 24.978 47.40 6 Bandar Khalifah 6.814 32.299 47.40 7 Tanjung Beringin 9.058 41.850 47.20 8 Teluk Mengkudu 5.152 24.448 47.45 9 Sei Rampah 5.881 27.935 47.50 10 Perbaungan 11.101 53.283 48.00 11 Pantai Cermin 6.770 32.090 47.40 12 Silinda 580 2.489 42.95 13 Bintang Bayu 688 3.176 46.15 14 Serba Jadi 1.981 9.458 47.75 15 T. Syahbandar 2.255 10.406 46.15 16 Sei Bamban 9.703 46.091 47.50 17 Penggajahan 2.485 11.868 47.75 Jumlah 73.169 345.430 47,21 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2008 Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa kecamatan Perbaungan memiliki produksi tertinggi pada tahun 2008 sebesar 53.283 Ton dengan luas panen 11.101 Ha dan produktivitas 48.00 Kw/Ha dan 82,2 % desa yang terdapat di kecamatan Perbaungan menghasilkan padi sawah. Gambaran luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kecamatan Perbaungan menurut Desa dapat dilihat pada Tabel 3. 15

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan No Desa/Kelurahan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 Adolina - - - 2 Batang Terap - - - 3 Bengkel 301 1956 6,49 4 Cinta Air 613 2923 4,76 5 Cintaman Jernih 335 2144 6,4 6 Deli Muda Ilir - - - 7 Deli Muda Ulu - - - 8 Jambur Pulau 397 2340 5,89 9 Kesatuan 717 3531 4,92 10 Kota Galuh 231 1053 4,55 11 Lidah Tanah 400 2160 5,4 12 Lubuk Bayas 873 3687 4,22 13 Lubuk Cemara 281 1918 6,82 14 Lubuk Dendang 390 2496 6,4 15 Lubuk Rotan 676 3226 4,77 16 Melati I 715 3476 4,86 17 Melati II 1847 8720 4,72 18 Pematang Sijonam 468 2905 6,20 19 Pematang Tatal 157 904 5,75 20 Simpang Tiga Pekan 80 512 6,4 21 Suka Beras 1175 5420 4,61 22 Suka Jadi 346 2013 5,81 23 Sungai Buluh 920 4182 4,54 24 Sungai Naga Lawan 1214 6568 5,41 25 Sungai Sijenggi 95 604 6,35 26 Tanah Merah 457 2424 5,30 27 Tanjung Buluh - - - 28 Tualang 593 3235 5,45 Jumlah 13281 68397 5,15 Sumber : Kantor Kecamatan Perbaungan 2007 Dari Tabel 3 dapat dikemukakan bahwa Desa Melati II merupakan desa yang ada di Kecamatan Perbaungan sebagai sentra produksi padi dan telah panen bulan Januari 2010. Kemudian kondisi ini disesuaikan dengan pola tanam di desa tersebut sebagai berikut : 16

Gambar : Pola Tanam Padi Sawah di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des Jan Palawija MT I Padi Sawah MT II Padi Sawah Dari hasil pra survey yang telah dilakukan dapat dikemukakan terdapat petani yang menjual gabahnya di atas harga HPP. Dari pengamatan di lapangan petani belum tentu mau menjual gabahnya pada pemerintah walaupun pemerintah telah menaikkan harga pembelian pemerintah. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian sejauh mana dampak kenaikan harga HPP gabah yang ditetapkan pemerintah itu terhadap pendapatan petani di daerah penelitian. Identifikasi Masalah Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Apakah petani menjual gabahnya sesuai dengan HPP yang ditetapkan pemerintah? 2. Bagaimana perbedaan harga penjualan gabah sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah? 3. Bagaimana perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah? 4. Bagaimana sikap petani terhadap HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah? 17

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kesesuaian harga penjualan gabah petani dengan HPP yang ditetapkan pemerintah. 2. Untuk mengetahui perbedaan harga penjualan gabah petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah. 3. Untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah kenaikan HPP gabah tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah. 4. Untuk mengetahui sikap petani terhadap HPP tahun 2010 yang ditetapkan pemerintah. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah daerah dan instansi terkait dalam menciptakan kestabilan harga gabah untuk meningkatkan pendapatan petani. 2. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan, baik pihak akademis maupun non-akademis. 18