METODE VOLUME HINGGA UNTUK GRID TAK BERSTRUKTUR. Casmara, Dantje Kardana N *



dokumen-dokumen yang mirip
Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

SIMULASI ALIRAN PANAS PADA SILINDER YANG BERGERAK. Rico D.P. Siahaan, Santo, Vito A. Putra, M. F. Yusuf, Irwan A Dharmawan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOLUSI ANALITIK DAN SOLUSI NUMERIK KONDUKSI PANAS PADA ARAH RADIAL DARI PEMBANGKIT ENERGI BERBENTUK SILINDER

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

METODE ELEMEN BATAS UNTUK MASALAH TRANSPORT

Identifikasi Parameter Akustik Permukaan Sumber dengan Metode Elemen Batas

MODEL MATEMATIKA DENGAN SYARAT BATAS DAN ANALISA ALIRAN FLUIDA KONVEKSI BEBAS PADA PELAT HORIZONTAL. Leli Deswita 1)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB IV PROSES SIMULASI

ABSTRACT

BAB 2. TEORI POTENSIAL INKOMPRESIBEL

BAB 3 METODOLOGI. 40 Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

TEKNIK ADAPTASI GRID DAN PENGENDALIAN DISIPASI BUATAN UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN EULER DUA-DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODA VOLUME HINGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Distribusi Medan Akustik dalam Domain Interior dengan Metode Elemen Batas (Boundary Element Method)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE

Prosiding SNaPP2015 Sains dan Teknologi ISSN EISSN Subagyo

BAB III PEMODELAN PERSAMAAN INTEGRAL PADA ALIRAN FLUIDA

Aplikasi Bilangan Kompleks pada Dinamika Fluida

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

PENELITIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA TRAILING EDGE SIRIP ROKET PADA KECEPATAN TRANSONIK DENGAN SIMULASI NUMERIK

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

Solusi Penyelesaian Persamaan Laplace dengan Menggunakan Metode Random Walk Gapar 1), Yudha Arman 1), Apriansyah 2)

Analisis Komputasi Pengaruh Geometri Muka dan Kontrol Aktif Suction Terhadap Koefisien Tekanan Pada Model Kendaraan

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

KONTROL OPTIMAL UNTUK DISTRIBUSI TEMPERATUR DENGAN PENDEKATAN BEDA HINGGA

SKEMA NUMERIK UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN BURGERS MENGGUNAKAN METODE CUBIC B-SPLINE QUASI- INTERPOLANT DAN MULTI-NODE HIGHER ORDER EXPANSIONS

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

BAB-4. METODE PENELITIAN

IRVAN DARMAWAN X

Jurusan Teknik Mesin-Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2013

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap

Studi Analitik dan Numerik Perpindahan Panas pada Fin Trapesium (Studi Kasus pada Finned Tube Heat Exchanger)

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Aliran Darah Yang Terjadi Pada Pembuluh Darah Tanpa Penyempitan Arteri Dan Dengan Penyempitan Arteri

ANALISIS KOEFISIEN DRAG PADA MOBIL HEMAT ENERGI "MESIN USU" DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

APLIKASI METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK MENENTUKAN DISTRIBUSI TEMPERATUR KONDISI TUNAK

Solusi Numerik Persamaan Gelombang Dua Dimensi Menggunakan Metode Alternating Direction Implicit

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

terowongan angin baik dalam ukuran kendaraan yang sebenarnya maupun dalam ukuran skala. Akan tetapi cara-cara pengujian koefisien tahanan dalam terowo

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)

PENGARUH VARIASI JARAK ANTAR RING BERPENAMPANG SETENGAH LINGKARAN PADA PERMUKAAN SILINDER TERHADAP KOEFISIEN DRAG

Model Perahu Trimaran pada Aliran Laminar. Abstrak

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

PERBANDINGAN ANALISIS AERODINAMIKA PADA MOBIL SEDAN GENERIK BERBAGAI MODEL DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

TUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.

Tulisan pada bab ini menyajikan simpulan atas berbagai analisa atas hasil-hasil yang telah dibahas secara detail dan terstruktur pada bab-bab

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SOLUSI NUMERIK DARI PERSAMAAN NAVIER-STOKES

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

Menentukan Distribusi Temperatur dengan Menggunakan Metode Crank Nicholson

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

MODIFIKASI AIRFOIL NACA DENGAN METODA INVERS

Gambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9]

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Pengaruh Variasi Diameter O-ring pada Permukaan Silinder terhadap Koefisien Drag

MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

ANALISIS PERPINDAHAN KALOR YANG TERJADI PADA RECTANGULAR DUCT DENGAN ANSYS 11 SP1 DAN PERHITUNGAN METODE NUMERIK

ANALISA DIMENSI DAN KESERUPAAN

Studi Numerik Distribusi Temperatur dan Kecepatan Udara pada Ruang Kedatangan Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

Analisis Numerik Aliran Fluida di Sekitar Silinder Sirkular dengan Menggunakan Diskrititasi Order yang Berbeda

Transkripsi:

METODE VOLUME HINGGA UNTUK GRID TAK BERSTRUKTUR Casmara, Dantje Kardana N * ABSTRACT ID990000035 FINITE VOLUME; METHOD FOR UNSTRUCTURED GRID. The success of a computational method depends on the solution algorithm and mesh generation techniques. Cell distributions are needed, which allow the solution to be calculated over the entire body surface with sufficient accuracy. To handle ihe mesh generation for multi-connected region such as multi-element bodies, the Unstructured l-'inile Volume Method will be applied. The advantages of the unstructured meshes are it provides a great deal more flexibility for generating meshes about complex geometries and provides a natural setting for Ihe use of adaptive meshing. The governing equations to be discretized are inviscid and rotational Kulcr equations. Aplications of the method will be evaluated on flow around single and multi-component bodies. ABSTRAK METODE VOLUME IIINGGA UNTUK GRID TAK BERSTUKTUR. Keberhasilan suatu metode kornpiitasi terklak pada algolilma perhitungannya dan teknik pembuatan grid. Grid di sekitar model sangal dipcrlukan imluk mencari solusi yang diperlukan pada model dan sekitarnya dan untuk melihat interaksi anlara sualu >oomelri terhadap geometri lainnya. Pembuatan grid untuk model dengan banyak komponen dilakukan dengan teknik grid lak berstruktur. Sedangkan algoritma untuk grid tersebut adalah metode volume hingga. Keunggulan dari grid tak berstruktur adalah fleksibilitas yang tinggi unluk geometri yang kompleks. I'ersamaan atur yang akan digunakan adalah persamaan rotasional dari Euler. Penerapan melode ini dilakukan untuk mensimulasi aliran di sekitar benda berkomponen banyak. PENDAHULUAN Pengclahuan alinin secara detail disekitar suatu benda sangat dibutuhkan dalam desain rekayasa industri scpetti aliran fluida di suatu mesin, aliran dalam pipa, aliran pada bangunan lepas panliii, kapal laut, mobil dan pesawat terbang. Biasanya informasi ini diperoleh clengan uji coba di laboratorium. Dalam tahap desain, akan scring terjadi perubahan henluk geometri guna mendapatkan bentuk yang seoptimal nuingkin, schingga pengujian di laboratorium, misalnya di lab. terowongan angin, dari segi biaya dan waktu yang dibutuhkan akan sangat besar. Simuiasi numerik akan UlTLAGUISITTckmilogi ' l.ab. Mckanika I'luiila <lan Hiclrodiiinniikii PAU-Ilmu Rekayasa, ITB 425

merupakan alternatif untuk mendapatkan informasi diatas dengan cepat dan relatif murah. Tetapi bagaimanapun simulasi ini masih banyak mendapat kesulitan-kesulitan karena kemampuan komputer masih menjadi kendala untuk mensimulasi persamaan Navier-Stokes secara lengkap dan tiga-dimensi misalnya. Sehingga penyederhanaan persamaan dilakukan dengan berakibat bahwa hasil yang diperoleh tidak akan persis sama seperti hasil yang diperoleh di lapangan (real flow). Walaupun demikian, metode numerik dapat membantu mendesain, memprediksi dan menganalisa aliran di suatui model, sehingga pengujian model di laboratorium hanya akan dilakukan seminimal dan seefisien mungkin untuk mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan. Hampir semua aplikasi aliran pada suatu benda mempunyai bilangan Reynolds tinggi, sehingga metode numerik dengan metode potensial yang mensyaratkan bahwa aliran memenuhi syarat tak-viskos dan tak-rotasional cukup memadai untuk simulasi numerik. Tetapi aliran yang mempunyai aliran vortex (putaran) yang diakibatkan oleh interaksi antara suatu benda dengan aliran yang datang, persamaan potensial diatas tidak memadai. Metode alternatif yang dapat mengatasi masalah ini adalah metode numerik dengan menggunakan persamaan Euler. Persamaan Euler adalah persamaan tak-viskos, tetapi dapat diterapkan untuk aliran rotasional. Persamaan ini cukup luas digunakan untuk simulasi bidang aerodinamika terutama untuk aliran termampatkan (compressible flow) [ 1,2]. Dalam makalah ini, penelitian akan difokuskan pada penggunaan persamaan Euler untuk aliran termampatkan (compressible Euler flow) dengan bilangan Mach rendah. Saat ini teknik untuk menyelesaikan persamaan Euler yang populer adalah metode beda hingga (Finite Difference Method), metode elemen hingga (Finite Element Method) dan metode volume hingga (Finite Volume Method). Metode beda hingga menggunakan grid berstruktur. Untuk model yang sederhana seperti model tunggal (single component), pembuatan grid berstruktur tidak mengalami hambatan yang berarti, tetapi jika mode! terdiri dari beberapa komponen dan geometri model berbentuk kompleks, pembentukan grid akan mengalami hambatan yang besar. Kalupun berhasil, pembentukan grid tersebut akan memerlukan waktu (man hour) berbulan-bulan lamanya, sehingga efisiensi dari metode beda hingga akan menurun rendah. Dua metode terakhir yaitu metode elemen hingga (MEH) dan metode volume hingga (MVH) dapat mengatasi masalah diatas dengan penggunaan grid tak berstruktur, sehingga pembentukan grid di sekitar model berkomponen banyak dan kompleks sekalipun akan mudah dilakukan. Tetapi waktu perhitungan yang dibutuhkan oleh MEH relatif lebih besar daripada MVH. Sehingga dalam makalah ini untuk menyelesaikan persamaan Euler diatas akan menggunakan MVH. Kelebihan lain dari MVH adalah metode ini dapat diterapkan untuk grid berstruktur dan dalam diskritisisasi persamaan atur selalu dalam bentuk konservatif sehingga solusi yang diperoleh akan lebih akurat. 426

Aplikasi dari MVH dengan persamaan Euler termampatkan akan dikaji untuk aliran pada benda berkomponen banyak dengan bilangan Mach yang rendah. Pertama adalah aliran disekitar silinder tunggal dimana hasil analitiknya tersedia, sehingga keakuratan hasil numerik yang diperoleh dapat dipelajari. Kasus kedua adalah aliran disekitar beberapa silinder yang saling berdekatan. Aliran akan diberikan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. PERSAMAAN ATUR Untuk pemecahan persamaan atur Euler dengan metoda volume hingga maka diperlukan form u las i persamaan Euler dalam bentuk integral sebagai berikut: JJ - dq+ <f (f dy - G dx)= 0 (la) atau ^-\\wdsi+ -G dx)= 0 (lb) dengan p pu pv W = pw pv F = pu 2 +p puv G = puv pv 2 +p L phu. Persamaan (1 a) atau (1 b) ini dikenal sebagai persamaan Euler bergantung vvaktu {time-dependent Euler equation) yang ditulis dalam bentuk integral. Dari persamaan atur Euler 2-D pada persamaan (I.a atau l.b) dihasilkan empat persamaan yang memiliki lima buah variabel yang tidak diketahui harganya, yaitu densitas (p), komponen kecepatan kartesian (w,v), tekanan (p), energi dalam (E) Untuk memperoleh jawab trivial (trivial solution) dari kelima variabel tersebut maka perlu ditambahkan satu buah persamaan. Persamaan tambahan ini dapat diperoleh dengan cara mencari hubungan antara variabel-variabel aliran dengan memanfaatkan sifat-sifat termodinamik. Dalam penyelesaian persamaan Euler, persamaan tambahan yang diambil merupakan hubungan variabel tekanan (p) dengan variabel energi dalam (e) dan densitas (p) yang dapat dinyatakan sebagai berikut: = p(e,p) (2) 427

atau dp dp de + dp Dengan mengambil asumsi bahwa fluida sebagai gas ideal secara termal persamaan tingkat keadaan dinyatakan sebagai': P = prt (4) dimana R adalah konstanta gas. Dengan mengasumsikan fluida sebagai gas ideal secara kalori maka diperoleh hubungan persamaan sebagai berikut: y = (5) Dengan mensubstitusikan persamaan (5) dan (4) ke dalam persamaan (3) maka akan diperoieh hubungan matematik yang dinyatakan sebagai : p = (y-\)pe (6) Persamaan (6) merupakan persamaan tambahan yang digunakan dalam pemecahan persamaan atur Euler. Dalam penyelesaian persamaan atur aliran secara lengkap perlu adanya penerapan kondisi batas. Ada dua kondisi batas yang digunakan dalan pemecahan persamaan atur Euler, yaitu kondisi batas permukaan (dinding) (solid bondary condition) dan kondisi batas medan aliran terluar {far field bondary condition). Identifikasi kondisi batas permukaan dan medan aliran terluar biasanya dilakukan dengan menggunakan informasi tanda vektor normal dan vektor kecepatan pada batas aliran (flow boundary) n=(n x,n v ) ={u,v) (7) Untuk persamaan atur Euler, kondisi batas pada permukaan dinyatakan sebagai aliran tidak dapat menembus permukaan sehingga kecepatan normal terhadap permukaan berharga no! atau dituliskan sebagai : ( /.«),, = 0 (8) Kondisi batas medan aliran terluar dibedakan atas kondisi batas aliran masuk (inflow) dan kondisi batas aliran keluar (out flow) yang diidentifikasikan dengan arah vektor kecepatan normal yang melintasi kondisi batas aliran. 428

DISKRITASI RUANG VOLUME HINGGA Penyelesaian numerik persamaan Euler dua dimensional ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan volume berhingga yaitu dengan membagi domain solusi dengan sejumlah se! segitiga. Pembagian domain solusi dengan sel segitiga memungkinkan menyelesaikan masalah dengan melibatkan geometri yang rumit dan multi komponen secara mudah. Pembagian domain solusi dengan sel segitiga juga disebabkan karena volume berhingga yang digunakan bertipe sel ujung {cell vertex). Variabel-variabel aliran pada cell vertex disimpan di setiap ujung segitiga. Setelah volume-volume sel terbentuk maka perlu menentukan persamaan atur yang berlaku pada setiap volume sel. Dengan menerapkan persamaan (1) pada volume cell-a:. Volume dari cell-/t merupakan gabungan antar sel dengan titik pertemuan di titik k (Gambar-1), terbentuklah persamaan atur integral Euler yang dituliskan sebagai berikut: dengan ^ <\ (F dy-g dx)=q (9) Ot «* r, W k = Vektor variabel konservatif pada volume sel k F = Flux vektor dalam arah-x pada volume sisi sel k G = Flux vektor dalam arah-y pada volume sisi sel k Penempatan varibel W k di dalam volume sel k tidak dinyatakan secara eksplisit pada salah satu tempat dalam volume sel tersebut, sehingga untuk tujuan praktis perhitungan variabel ditempatkan pada titik pertemuan antar sel- (Gambar-1) dan harga vektor variabel konservatif rata-rata dinyatakan sebagai berikut: k \ \ W d (10) * n* dimana S k adalah luas gabungan volume kontrol yang berpusat pada titik pertemuan antar sel segitiga yang salah satu titik ujungnya berkumpul di titik k, seperti dapat dilihat pada Gambar-1. Penerapan persamaan (9) dilakukan dengan cara menjumlahkan kontribusi flux di setiap sisi (edge) yang menghadap ke titik ujung-& sehingga menghasilkan residu di titik ujung k. Diskritisasi suku kedua ruas kiri persamaan (9) adalah dy - G dx)* fa &y< ~ G t 429

dimana subskrip e menunjukkan sisi (edge). Untuk mendistribusikan kontribusi flux, masing-masing titik komputasi ditandai dengan label integer yang unik dan masingmasing edge mempunyai hubungan matrik dengan label N!t A^, A^, N 4. Titik Nj dan A^ menunjukkan titik ujung edge sedangkan N 3 dan N 4 menunjukkan titik ujung yang lain daripada dua segitiga yang bertemu di edge dengan label Nj dan N 2 seperti dapat dilihat pada Gambar-2. Perlu diperhatikan bahwa posisi Nj, N 2, N 3 berlawanan arah dengan arah jarum jam sedangkan Nj, A^, N 4 searah dengan arah jarum jam. Hal ini penting untuk menjamin agar pemberian tanda pada integrasi flux untuk titik k benar. Integrasi harga ini dijumlahkan pada titik dengan label N 3 dan dikurangkan pada titik dengan label N 4. Pada prakteknya, untuk keseimbangan flux, harga F e dan G e diambil ratarata, sehingga suku-suku pada ruas kanan persamaan (11) dapat dituliskan sbb : - 1 yx N2 dengan mensubtitusikan persamaan (10) dan (11) ke dalam persamaan (9) diperoleh bentuk persamaan sebagai berikut: (13) dimana P k PA PA W k = - Pe H e»e - PA+A (14) W k = Vektor variabel konservatif pada volume sel k F t, = Flux vektor dalam arah-x pada batas sisi sel e G (, = Flux vektor dalam arah-y pada batas sisi sel e Persamaan (14) merupakan persamaan Euler bentuk semi-diskrit yang akan dipecahkan secara numerik. Untuk merangkum besaran dalam arah-x dan arah-y pada persamaan (14), maka diperkenalkan besaran fluk kecepatan Q e pada batas sisi tipikal e di volume sel k sebagai Q e =u e &y-v e Ax (15) sehingga persamaan (14) dapat dituliskan sebagai: 430

(16) atau PA < =! = 0 (17) dimana C{W k ) adalah operator konvektif untuk sel-k, yang menyatakan kesetimbagan flux-flux konvektif dalam bentuk diskrit yang melewati dinding sel yang melingkupi sel-k. INTEGRASI WAKTU Untuk memperoleh solusi aliran dalam kondisi tunak dilakukan dengan proses melangkah dalam waktu sampai kondisi konvergen diperoleh. Salah satu cara untuk mendeteksi kondisi konvergen adalah dengan mengetahui harga residu yang semakin kecil. Skema yang digunakan Jameson dalam melangkah waktu atau integrasi waktu adalah metoda eksplisit Runge-Kutta bertingkat ganda[l]. HASIL DAN DISKUSI Dalam memahami karakteristik dinamika aliran kompresibel benda dua dimensi secara komputasiona! pada bilangan Mach rendah, dilakukan pengujian terhadap aliran subsonik melalui silinder tunggal dan aliran melalui dua silinder Aliran subsonik disekitar silinder tunggal Kasus ini dihitung secara numerik untuk melihat kemampuan dari metode Euler termampatkan untuk mensimulasi aliran dengan bilangan Mach rendah (M=0.15). Aliran ini dapat dikatakan sebagai aliran tak-termampatkan (incompressible). Sehingga hasil numerik yang diperoleh dapat dibandingkan dengan hasil analitik metode potensial untuk aliran pada sebuah silinder tunggal. Untuk mengkaji kasus ini, grid yang digunakan adalah tipe-o dengan jumlah elemen 9408 dan jumlah titik 4802. Seperti dapat dilihat pada Gambar.3.a. Sed.angkan GambarJ.b memperlihatkan perbandingan hasil distribusi koefisien tekanan (CP) di permukaan atas silinder. Walaupun hasil numerik yang diperoleh sedikit berbeda dengan hasil analitiknya, tetapi sebagai alat prediksi cukup memadai. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh keterbatasan metode 431

numerik pada bilangan Mach yang idealnya M=0.0. Seperti diketaliui bahwa bilangan M=0.0 adalah singularitas untuk suatu metode numerik dimana metode tersebut tidak mampu menghitung dan kemudian divergen. Pada bilangan Mach rendah ini, kecepatan suara jauh lebih besar dibanding dengan kecepatan lokalnya, sehingga penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut supaya hasil yang diperoleh cukupteliti. Aliran subsonik disekitar dua buah silinder Kasus ini merupakan kasus utama dari makalah ini yang memperlihatkan bahwa untuk geometri yang kompleks sekalipun, pembentukan grid untuk dua buah silinder yang saling berdekatan dapat dibuat dibuat dengan mudah dan dapat dihitung dengan metode volume hingga. Grid untuk perhitungan ini dapat dilihat pada Gambar.4.a dengan jumlah elemen 10174 dan juralah titik 5206. Grid tampak dekat dari dua silinder ini diperlihatkan pada Gambar.4.b. Kontur bilangan Mach dan pola streamline di sekitar dua silinder diperlihatkan pada gambar 4.c dan 4.d.. Disekitar silinder sebelah kiri, kontur bilangan Mach sedikit bergerigi, tidak semulus kontur di silider sebelah kanan, hal ini disebabkan terjadi perbedaan luas sel cukup besar diperbatasan silinder kiri dengan grid dari silinder kanan (lihat Gambar 4.b.)- Perbaikan grid lebih lanjut supaya distribusi grid di perbatasan grid satu dengan yang lainnya dapat lebih merata (smooth) sangat diperlukan. Sedangkan distribusi koefisien tekanan (CP) dipermukaan atas dua buah silinder dapat dilihat pada gambar 5.. KESIMPULAN Dengan melihat hasil hasil perhitungan yang diimplementasikan terhadap 2 buah studi kasus dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode numerik dengan menggunakan persamaan Euler untuk aliran termampatkan yang diaplikasikan pada silinder tunggal dengan bilangan Mach rendah diperoleh hasil yang cukup memuaskan. 2. Pembentukan grid tak berstruktur untuk geometri yang kompleks yaitu grid disekitar dua buah silinder yang saling berdekatan dapat dilakukan dengan mudah serta perhitungan terhadapnya dengan menggunakan metode volume hingga memberikan hasil pendekatan yang cukup baik. 3. Perbaikan lebih lanjut mengenai kualitas grid linaupun metode perhitungannya masih sangat diperlukan khususnya untuk bilangan mach rendah. 432

DAFTAR PUSTAKA 1. A. JAMESON, W. SCHMIDT and E. TURKEL,"Numerical Solutions of the Euler Equations by Finite Volume Methods Using Runge-Kutta Time Stepping Schemes", A1AA Paper 81-1256, June (1981) 2. A. JAMESON, "Transonic Aerofoil Calculations Using Euler Equations", in 'Numerical Methods in Computational Aerodynamics', ed. PL. Roe, Academic Pres,(1987) 3. A. RIZZ1 and L. ERIKSSON, "Computation of Inviscid Incompressible Flow with Rotation", J. Fluid Mechanics, Vol. 153, pp. 275-312, (1985) 433

Elemen Segl-Tlga Gambar I. Bentuk sel dari grid tak berstuktur V Dummy Cells Gambar 2. Distribusi sel dan sel-maya (dummy cell) di permukaan benda 434

\ i I1 Iw1 1 1TO? si 1 11 1HiL I m SB 11 Ml H M i XKKfc, EKSc a) 1 i I 1 1 f Nurm rjk An» ilk 3.00 ft 0.00 / 'J. / 7 / 7 3? r- * \ \ \ * \ \ 0.5-0.2 0.00 0.2S \ 0.U Gambar 3. Aliran pada silinder tunggal (M = 0.15) a) Grid untuk perhitungan (NE = 9408, NP = 4802) b) Distribusi koefisien tekanan dipermukaan atas silinder 435

mm ip -i\ w w I I a) b) M D.16-, 0.16^ 18 / Vo.17' c) d) Gambar 4. Aliran pada dua buah silinder (M = 0.15) a) Grid keseluruhan (NE = 10174, NP = 5206) b) Grid tampak dekat c) Kontur bilangan Mach d) Pola streamline 436

IP 2.5 -CP 2.0 1.5 1.0 f \ \ A / \ \ 0.5 00-0.5 ^ A\ -1.0-3.0-2.5-2.0-1.5-1.0-0.8 0.0 0.5 1.0 X Gambar 5. Aliran pada dua buah silinder (M = 0.15) - Distribusi koefisien tekanan (CP) dipermukaan atas silinder 437

DISKUSI M. BUN JAMBV Mengapa Anda tidak menggunakan software Metode Elemen Hingga yang sudah dilengkapi dengan pre-prosesor yang mungkin dapat digunakan untuk membuat grid? CASMARA Metode Volume Hingga yang dijelaskan dalam makalah ini dapat menggunakan grid yang dihasilkan oleh pre-prosesor Metode Elemen Hingga. Tapi karena software Metode Elemen Hingga tidak tersedia, maka digunakan teknik lain yang cukup sederhana dan efektif yaitu overlapped grid. Teknik ini menggunakan grid dari Metode Beda Hingga untuk single component yang banyak tersedia di literatur. Untuk multi component, grid dibuat untuk masing-masing komponen, kemudian grid yang overlapped dihilangkan, sehingga menghasilkan grid yang dapat digunakan untuk Metode Elemen Hingga. 438