5 KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI KABUPATEN BANYUASIN

dokumen-dokumen yang mirip
6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

3 METODOLOGI PENELITIAN

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAPAL IKAN PURSE SEINE

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENANGKAPAN IKAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

DESKRIPSI ALAT TANGKAP IKAN DI KECAMATAN BONTOMANAI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

III. METODE PENELITIAN

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net ) induk udang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bentuk baku konstruksi jaring tiga lapis (trammel net)

MODUL MENGOPERASIKAN JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET)

Republik Indonesia BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 16 KABUPATEN TAHUN Subsektor Perikanan - Tangkap

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI PENYUSUNAN DIAGRAM TIMBANG NILAI TUKAR PETANI 18 KABUPATEN TAHUN 2015

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

4 HASIL. 4.1 Kondisi Perikanan Ikan Layang di Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

EFISIENSI TEKNIS DAN EKONOMIS ALAT TANGKAP JARING RAMPUS DI PPN KARANGANTU PROVINSI BANTEN YOHAN JIMMY RONALDO

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KONDISI PANGKALAN PENDARATAN IKAN PANGANDARAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

Sistem Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan sebagai Upaya Menjaga Kelestarian Perikanan di Cilacap

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

KAJIAN FISHING GEAR SERTA METODE PENGOPERASIAN RAWAI (LONG LINE) DI PERAIRAN BAGIAN SELATAN PULAU TARAKAN. Muhammad Firdaus 1), Kamelia 2)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran Mata Jaring. Judul desain. Ukuran Utama Kapa; Gross Tonase; Nama Alat tangkap; Kode klasifikasi;

BAB III BAHAN DAN METODE

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

TOTAL BIAYA. 1. Keuntungan bersih R/C 2, PP 1, ROI 0, BEP

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 KELAYAKAN USAHA PERIKANAN

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

3 METODOLOGI. Sumber: Google maps (2011) Gambar 9. Lokasi penelitian

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

EFISIENSI WAKTU PENDARATAN IKAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN JARING INSANG DI PPI DUMAI. Fitri Novianti 1) Jonny Zain 2) dan Syaifuddin 2)

UJI COBA DAN PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP JARING IKAN TERUBUK LAPIS DUA DI PERAIRAN BENGKALIS, PROVINSI RIAU

Alat Tangkap Longline

Transkripsi:

5 KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DI KABUPATEN BANYUASIN 5.1 Jaring Insang Hanyut 5.1.1 Unit penangkapan jaring insang hanyut Kapal jaring insang hanyut terbuat dari kayu dengan ukuran panjang (L) = 15 m, lebar (B) = 2.5 m, dalam (D) = 2 meter, dengan kapasitas muatan 2 5 GT. Seperti terlihat pada Gambar 7. Keterangan : 1. Ruang kemudi 2. Palka hasil tangkapan 3. Palka jangkar Gambar 7 Kapal jaring insang hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin Konstruksi gillnet terdiri atas : badan jaring (webbing), pelampung, pelampung tanda, pemberat (singker), tali ris atas (head rope) dan tali selambar. Jaring insang (gillnet) di daerah Sungsang yang menjadi objek penelitian lebih dikenal dengan sebutan jaring tangsi. Jumlah jaring yang digunakan saat operasi sebanyak 40 90 piece. Badan jaring terbuat dari bahan PA dengan ukuran mata jaring 2 2,75 inci. Dimensi jaring adalah panjang (L) tiap piece 41 meter dan lebar atau dalam (B) 3,5-5 m. Panjang tali ris atas dari 1640 3690 m, pelampung terbuat dari bahan plastik, dengan jumlah

58 pelampung tiap satu unit jaring yaitu 130 buah dengan ukuran pelampung 26 cm dan diameter 2,5 cm sedangkan pemberat terbuat dari timah dengan jumlah pemberat tiap satu unit jaring yaitu 780 buah dengan ukuran panjang pemberat 2 cm dan diameter 1 cm dan jaring insang hanyut dioperasikan oleh 4-5 orang. Adapun konstruksi jaring insang hanyut yang dioperasikan di Sungsang (Gambar 8). Gambar 8 Konstruksi jaring insang hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin 5.1.2 Teknik pengoperasian jaring insang hanyut Metode operasi penangkapan gillnet sama seperti alat tangkap gillnet lainnya. Teknik operasi terdiri atas : tahap persiapan, menuju daerah penangkapan ikan (fishing ground), penurunan jaring (setting), perendaman jaring (drifting), penarikan jaring (hauling) dan penanganan hasil tangkapan. Tahap persiapan meliputi pemeriksaan kondisi perahu yang dilakukan sendiri oleh nakhoda, pemeriksaan alat tangkap nelayan, penyiapan perbekalan berupa bahan bakar minyak (BBM), es, air tawar dan ransum ABK. Kemudian perahu

59 berangkat dari pelabuhan (fishing base) menuju daerah penangkapan ikan (fishing ground) dengan dipimpin langsung oleh juru mudi sebagai fishing master. Penentuan fishing ground didasarkan pada kebiasaan dan pengalaman nelayan gillnet. Setting atau penawuran jaring dilakukan setelah menemukan fishing ground. Penawuran jaring dilakukan pada dini hari, dalam satu hari dilakukan satu kali setting. Penawuran jaring memerlukan waktu 1-2 jam. Penawuran jaring biasanya dilakukan pada pukul 05.00 06.00 WIB dimulai dengan penurunan pelampung tanda, lembaran atau badan jaring sampai pada pelampung yang terakhir. Jaring gillnet direntangkan dengan mengikuti arah arus atau angin. Apabila semua lembaran jaring telah turun, lalu mesin kapal dimatikan dan melakukan drifting kurang lebih 1-1,5 jam. Hauling atau penarikan jaring dilakukan menjelang siang hari sekitar pukul 09.00 10.00 WIB. Penarikan jaring memerlukan kerjasama yang baik, biasanya menghabiskan waktu 2 3 jam. Penarikan dilakukan piece demi piece, dimulai dari yang paling dekat dengan kapal sampai piece yang terakhir. Penanganan ikan diawali dengan melepaskan ikan yang terjerat pada mata jaring setelah dilakukan hauling. Hasil tangkapan yang diambil dibersihkan dari sampah atau kotoran yang melekat dan dicuci dengan menggunakan air laut. Hasil tangkapan yang telah disortir menurut jenis dan ukuran ikan kemudian dimasukkan ke dalam palka yang telah diberi es. Penanganan ikan di dalam palka juga harus cermat untuk menjaga mutu ikan hasil tangkapan Gambar 9.

60 Mulai Persiapan di Fishing Base Navigasi ke daerah Penangkapan Daerah Penangkapan Setting Drifting tidak Hauling Penanganan Hasil Tangkap ya Trip Cuku p? Navigasi ke Fishing base Selesai Gambar 9 Teknik pengoperasian jaring insang hanyut di Kabupaten Banyuasin 5.2 Bagan Tancap 5.2.1 Unit penangkapan bagan tancap Ukuran dari bagan ini bervariasi, namun yang digunakan selama penelitian memiliki ukuran : panjang 18 m, lebar 8 m tinggi dari dasar perairan 11 m. Jaring yang dipakai untuk penangkapan ikan pada alat bagan tancap adalah jaring yang terbuat dari waring atau nilon dengan ukuran mata jaring 0,5 mm.

61 Posisi jaring dari bagan tancap terletak dibagian bawah dari bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu berbentuk segi empat, bingkai tersebut dihubungkan dengan tali pada keempat sisinya. Tempat pemutaran jaring terletak dibagian atas dari bangunan bagan. Pada keempat sisinya diberi pemberar 5-7 kg untuk tiap pemberat, hal ini berfungsi sebagai alat untuk mempercepat proses agar jaring lebih cepat tenggelam kedalam air. Jaring yang digunakan 18 x 8 m yang membentuk segi empat atau bujur sangkar, dan hal ini umum digunakan dilokasi penelitian. Adapun konstruksi bagan tancap yang dioperasikan di Sungsang Gambar 10. Keterangan : 1. Rumah tunggu 4. Pemberat 2. Rolan/Penggulung jaring 5. Rangka 3. Jaring 6. Lampu Gambar 10 Konstruksi bagan tancap yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin Lampu yang digunakan pada bagan tancap adalah lampu petromaks. Jumlah lampu yang digunakan umumnya tidaklah sama tergantung dari kemampuan untuk menyediakannya. Umumya di lokasi penelitian para nelayan bagan tancap menggunakan 2 hingga 3 buah lampu. Jika menggunakan 3 buah lampu maka 1 buah lampu diletakkan diatas bangunan bagan yang digunakan untuk menarik ikan yang berada agak jauh bangunan bagan untuk mendekati

62 sumber cahaya. Posisi lampu untuk bagan tancap digantungkan pada bangunan bagan dengan ketinggian 0-2 m dari permukaan air laut. Alat penangguk ikan (serok) berfungsi untuk menangguk ikan yang tertangkap di jaring untuk dimasukkan kedalam keranjang. Keranjang yang digunakan sebagai tempat ikan hasil tangkapan kemudian direbus selama 45 menit setelah sudah cukup matang kemudian ikan tersebut dikeringkan selama 12 jam untuk kemudian dibawa kedalam perahu dan selanjutnya dibawa ke darat. Perahu yang digunakan oleh nelayan bagan tancap di lokasi penelitian menggunakan mesin bermerek Changchai 20 PK. Untuk transportasi ke bagan biasanya menggunakan perahu yang hampir sama dengan kapal jaring insang hanyut dengan spesifikasi yaitu kapal bagan tancap terbuat dari kayu dengan ukuran panjang (L) = 12 m, lebar (B) = 2 m, dalam (D) = 1,5 m, dengan kapasitas muatan 2 5 GT. Seperti terlihat pada Gambar 11. Keterangan : 1. Ruang kemudi 2. Palka hasil tangkapan 3. Palka jangkar Gambar 11 Kapal bagan tancap yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin 5.2.2 Teknik pengoperasian bagan tancap Cara pengoperasian alat tangkap ini hampir sama dengan alat tangkap lainnya, yaitu dimulai dari persiapan di darat. Menjelang senja, para nelayan yang mempunyai alat tangkap bagan tancap sudah mempersiapkan alat-alat

63 perlengkapan seperti lampu, perahu, bekal dan persiapan lainnya. Setelah sekitar pukul 18.00 lampu mulai dinyalakan sebuah lampu dipasang diatas bangunan bagan, sedang lampu lainnya digantungkan kira-kira 20-30 cm diatas permukaan air dimana jaring ditenggelamkan. Karena adanya cahaya diatas jaring ini maka ikan akan dapat tertarik untuk berkumpul diatas jaring atau ditengah-tengah jaring yang telah lebih dahulu diturunkan. Setelah kira-kira 3 5 jam atau setelah terlihat keadaan ikan sudah banyak berkumpul jaring mulai diangkat perlahan-lahan menggunakan tenaga manusia. Sewaktu penarikan jaring lampu yang berada diatas bangunan bagan diturunkan berdekatan dengan bangunan lainnya dengan maksud untuk lebih mengkonsentrasikan ikan-ikan agar tetap berkumpul pada sumber cahaya. Ikanikan yang tertangkap pada saat jaring diangkat atau dimasukkan kedalam keranjang menggunakan alat penangguk ikan (serok). Setelah hasil tangkapan diambil maka jaring diturunkan kembali secara perlahan-lahan agar dapat dilakukan penangkapan selanjutnya Gambar 12.

64 Mulai Persiapan di Fishing Base Daerah Penangkapan Bagan Tancap Setting tidak Soaking Hauling ya Cukup Tangkap? Penanganan Hasil Tangkap Selesai Gambar 12 Teknik pengoperasian bagan tancap di Kabupaten Banyuasin 5.3 Rawai Hanyut 5.3.1 Unit penangkapan rawai hanyut Kapal rawai hanyut hampir sama seperti yang digunakan pada jaring insang hanyut dan bagan tancap dengan spesifikasi yaitu kapal rawai hanyut terbuat dari kayu dengan ukuran panjang (L) = 13 m, lebar (B) = 2.5 m, dalam (D) = 1,5 m, dengan kapasitas muatan 2 5 GT. Seperti terlihat pada Gambar 13.

65 Keterangan : 1. Ruang kemudi 2. Palka hasil tangkapan 3. Palka jangkar Gambar 13 Kapal rawai hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin Rawai merupakan suatu alat penangkapan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada setiap cabangnya diikatkan sebuah mata pancing. Rawai termasuk ke dalam jenis longline, Rawai di daerah Sungsang menggunakan 83 basket. Nelayan di daerah Sungsang menggunakan rawai yang terdiri dari tali utama yang terbuat dari PE diameter 3 mm dan tali cabang menggunakan senar nomor 200 300. Tali utama yang digunakan berjumlah satu buah. Pada satu tali utama tersebut terdapat 1000 3000 tali cabang. Mata pancing yang digunakan bernomor 7 dengan jumlah 1000 3000 mata pancing untuk setiap unit rawai. Pada setiap tali cabang terdapat satu buah mata pancing. Panjang tali cabang sekitar 1 m dengan jarak antar tali cabang sekitar 3 m. Deskripsi alat tangkap rawai di daerah Sungsang Gambar 14.

66 Gambar 14 Konstruksi rawai hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin 5.3.2 Teknik pengoperasian rawai hanyut Tahapan yang dilakukan untuk mengoperasikan alat tangkap rawai hanyut hampir sama dengan pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut, yaitu tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan (fishing ground), penurunan jaring (setting), perendaman (soaking) dan pengangkatan/penarikan jaring (hauling). 1. Tahap persiapan Persiapan yang dilakukan terdiri dari persiapan perbekalan melaut, persiapan umpan dan memeriksa seluruh peralatan. Perbekalan yang disiapkan antara lain pembelian bahan bakar, oli, es balok, air tawar, garam dan makanan. Pengecekan peralatan yang dilakukan untuk mempelancar jalannya pengoperasian antara lain mempersiapkan dan memeriksa alat tangkap, mesin, kapal, palka ikan, dan lampu petromaks. Persiapan perjalanan ke fishing ground yaitu mencakup pemasangan umpan, penyiapan pelampung, jangkar dan penyusunan tali temali. Penebaran pancing dilakukan setelah arah dan kekuatan arus diketahui. Nelayan biasanya berangkat dari fishing base pada waktu siang hari menjelang sore hari.

67 2. Tahap pencarian daerah penangkapan (fishing ground) Penentuan daerah penangkapan (fishing ground) untuk menangkap ikan dilakukan berdasarkan informasi atau pengalaman nelayan dalam operasi penangkapan sebelumnya. Perairan yang sering dijadikan daerah penangkapan ikan adalah Laut Mentok, Sungai Sembilang, Sungai Barong, Sungai Manan, Sungai Benu, Laut Jambi, Laut Tujuh, Laut Palu dan Laut Jermal. Setelah berada di daerah penangkapan ikan, nelayan akan memeriksa kondisi dasar perairan dan kedalaman perairan. 3. Tahap penurunan alat tangkap rawai hanyut (setting) Penurunan pancing ke perairan dilakukan setelah diketahui kedalaman dan kondisi dasar perairannya serta potensi ikannya. Penaburan rawai diawali dengan penurunan jangkar dan pelampung tanda, setelah itu rangkaian tali cabang yang sudah dipasangi umpan dilepaskan satu persatu. Pada waktu penurunan alat rawai mesin kapal dimatikan. Umpan yang digunakan adalah ikan yang sudah mati seperti belanak, sampah dan ikan talang/simbak. 4. Tahap perendaman alat tangkap rawai hanyut (soaking) Setelah alat tangkap dilepaskan ke perairan, maka rawai didiamkan atau direndam kurang lebih selama 2 3 jam. Pada saat perendaman, salah satu ujung tali selambar dikaitkan pada salah satu sisi kapal dan mesin dalam keadaan mati. Perendaman pancing ini dilakukan untuk memberikan waktu pada ikan agar dapat mendeteksi keberadaan umpan dan kemudian memakannya. Nelayan berharap dengan adanya waktu perendaman, maka ikan yang tertangkap lebih banyak. Waktu perendaman tidak boleh terlalu lama, karena dapat dikhawatirkan ikan yang sudah tertangkap dapat terlepas. Walaupun ini sudah diantisipasi dengan menggunakan mata pancing yang memiliki kait, tidak tertutup kemungkinan ikan masih dapat terlepas. 5. Tahap pengangkatan/penarikan alat tangkap rawai hanyut (hauling) Setelah pancing rawai direndam kurang lebih 2 3 jam maka nelayan mulai melakukan pengangkatan rawai. Pada saat melakukan hauling, tali utama (main line) berada di sebelah kanan kapal dengan membentuk sudut

68 30-45 antara haluan kapal dengan tali utama (main line). Pada waktu penarikan rawai ke atas kapal, letak rawai diatur agar memperlancar pemasangan umpan selanjutnya pada waktu rawai akan diturunkan kembali. Hauling dilaksanakan dalam waktu sekitar 2 4 jam. Setelah pelampung dan pemberat semuanya diangkat baru kapal melanjutkan pelayaran ke daerah penangkapan lainnya Gambar 15. Mulai Persiapan Mencari umpan Pemotongan umpan Pemasangan umpan pada mata pancing Pencarian daerah penangkapan ikan Dasar perairan Musim penangkapan Pengalaman nelayan ya Tidak DPI Cocok? Setting Soaking Hauling Tidak ya HT Cukup? Kembali ke fishing base Selesai Gambar 15 Teknik pengoperasian rawai hanyut di Kabupaten Banyuasin