V. KEADAAN UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN KUALITAS AIR

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Surabaya, 24 Februari Penulis. Asiditas dan Alkalinitas Page 1

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

Ir. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun

MONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen

PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN KUALITAS AIR

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

Tabel 1. Karakteristik Waduk Ir. H. Juanda (Prihadi 2004)

Abstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition

PENGARUH PENCAMPURAN MASSA AIR TERHADAP KETERSEDIAAN OKSIGEN TERLARUT PADA LOKASI KERAMBA JARING APUNG DI WADUK CIRATA, PURWAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

PENGARUH PERCAMPURAN BERBAGAI KOLOM AIR TERHADAP KADAR DO (Dissolved Oxygen) DI KARAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK SAGULING, KABUPATEN BANDUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

II. TINJAUAN PUSTAKA. Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAN KELEMBAGAAN USAHA KERAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK JATILUHUR

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

FENOMENA DAMPAK UPWELLING PADA USAHA BUDIDAYA IKAN DENGAN KJA DI DANAU DAN WADUK

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Sebaran Nutrien dan Oksigen Terlarut (DO) di Teluk Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air yang. mencapai kedalaman > 50 cm dari permukaan tanah (Noor, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

Ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan plankton yang berlebihan di Waduk Cirata

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BEBAN PENCEMARAN LIMBAH PERIKANAN BUDIDAYA DAN YUTROFIKASI DI PERAIRAN WADUK PADA DAS CITARUM

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat

DAUR AIR, CARBON, DAN SULFUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1. Morfometri Waduk Cirata Waduk Cirata dibangun pada tahun 1983 terletak diantara Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur di DAS Citarum. Waduk Cirata berada pada ketinggian 200 meter dpl. Luas permukaan waduk adalah 603.200 Ha dan volume rata-rata sekitar 2.165 juta m 3. Kedalaman rata-rata waduk sekitar 34,9 m dan kedalaman maksimum mencapai 106 m. Karakteristik Waduk Cirata disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik Waduk Cirata No. Uraian Keterangan 1. Lokasi pada DAS Di bagian tengah 2. Ketinggian dari muka laut (m) 200 3. Selesai dibangun 1988 4. Volume air x 1000 m 3 2.160.000 5. Luas permukaan (A), ha 6.200 6. Kedalaman rata-rata (m) 34,9 7. Kedalaman maksimum (Z maks ),m 106 8. Status kesuburan Mesotrophic-Eutotrophic 9. Pola pencampuran masa air Oligomictic (rare) 10. Rasio A (Z maks ) 0,54 11. Kondisi tanpa oksigen dimulai pada lapisan kedalaman (m) 9 m (anoxic, sore hari) 5 m (anoxic, pagi hari) Sumber: BPWC, 2003. Waduk Cirata terletak berurutan (cascade) diantara Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur seperti terlihat pada Gambar 5. Waduk ini dibangun dengan membendung Sungai Citarum. Secara adminitrasi waduk ini berada pada 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta dan Cianjur Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1).

82 Citarum River Cascade Sungai Citarum + 643 Waduk Saguling Rencana Rajamand + 220 Waduk Cirata Waduk Djuanda PJT II + 107 Sumber: BPWC, 2010. Gambar 5. Kaskade Sungai Citarum Berdasarkan informasi yang diterima di lapangan, kondisi waduk telah terjadi perubahan kedalaman, terutama pada musim kemarau. Hal ini mengakibatkan volume waduk berkurang hingga 30% dari keadaan normal. 5.2. Perkembangan KJA di Waduk Cirata Area pemanfaatan waduk untuk KJA terletak pada hampir semua kedalaman, kecuali untuk kedalaman > 80 m. Kedalaman yang paling banyak ditemukan KJA adalah pada kedalaman 21 30 m seperti tersaji pada Tabel 11. Kegiatan budidaya ikan KJA di Waduk Cirata telah melebihi daya dukung dari yang diperbolehkan maksimal 12.000 petak. Kegiatan perikanan ini sangat pesat perkembangannya, yang ditunjukkan oleh pertambahan jumlah KJA seperti tersaji Tabel 12 dan Gambar 6.

83 Tabel 11. Kisaran Kedalaman, Rasio Kedalaman, dan area Pemanfaatan KJA di Waduk Cirata Tahun 2003 Kisaran Luasan (ha) Rasio (%) Pemanfaatan KJA (ha) Kedalaman Area (ha) % 0 10 428 9.2 40 2,45 11 20 584 12.5 119 7,28 21 30 1.200 25,7 451 27,60 31 40 748 16,1 387 23,68 41 50 594 12,7 198 12,12 51 60 785 16,8 347 21,24 61 70 200 4,3 59 3,61 71 80 120 2,6 33 2,02 81 90 5 0,1 0 0 Total 4.664 100 1.634 100 Sumber: Prihadi, 2005. Tabel 12. Perkembangan Budidaya Ikan dalam KJA Waduk Cirata No. Tahun Jumlah KJA diperbolehkan (Unit) Jumlah Kolam /Petak (Unit) Jumlah Petani (RTP Jumlah Kematian Ikan (Ton) 1. 1988 12.000 74 25-2. 1989 12.000 351 80-3. 1990 12.000 899 210 10 4. 1991 12.000 1.613 358 24 5. 1992 12.000 2.056 469-6. 1993 12.000 3.820 936 39 7. 1994 12.000 6.473 1.498 1.437 8. 1995 12.000 7.690 1.716 404 9. 1996 12.000 15.289 2.472-10. 1997 12.000 25.558 2.472 3.883 11. 1998 12.000 17.477 1.602-12. 2000 12.000 28.736 1.635-13. 2001 12.000 30.429 1.672 1128 14. 2003 12.000 39.690 3.899-15. 2007 12.000 51.418 2.838 550 16. 2008 12.000 51.418 2.838 80 Sumber: BPWC, 2008.

84 60.000 50.000 40.000 Jumlah 30.000 20.000 10.000-1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 2000 2001 2003 2007 2008 Jumlah yang Dianjurkan 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 Jumlah Kolam 74 351 899 1.613 2.056 3.820 6.473 7.690 15.289 25.558 17.477 28.736 30.429 39.690 51.418 51.418 Pemilik 25 80 210 358 469 936 1.498 1.716 2.472 2.472 1.602 1.635 1.672 3.899 2.838 2.838 Jumlah Kematian Ikan - - 10 34-39 1.437 404-3.883 - - 1.128-550 80 Sumber: BPWC, 2008. Gambar 6. Grafik Perkembangan KJA Tahun 1988-2008 Hasil sensus terakhir yang dilaksanakan oleh BPWC pada tanggal 2 Juli sampai dengan 23 Agustus 2007, diperoleh data jumlah KJA 51.418 dengan jumlah pemilik sebanyak 2.838 RTP yang tersebar dalam 3 (tiga) zona yang secara rinci tersaji pada Tabel 13 dan Tabel 14. Tabel 13. Jumlah Kepemilikan dan Pekerja di Waduk Cirata Tahun 2007 Wilayah Zona 1 Bandung Zona 2 Purwakarta Zona 3 Cianjur Jumlah Petak < 4 5-8 9-16 17-24 25-49 > 50 Jumlah Jumlah Pekerja Pemilik Asli Pendatang 55 194 377 179 116 37 958 1.019 111 69 131 202 74 53 36 565 1.551 194 161 303 440 186 158 67 1.315 1.096 649 Total 285 628 1.019 439 327 140 Sumber: BPWC Tahun 2007. 3.666 954 2.838 4.620 7.458

85 Tabel 14. Jumlah KJA di Waduk Cirata Tahun 2007 Wilayah No. Nama Desa Zona 1 Bandung Zona 2 Purwakarta Zona 3 Cianjur Jumlah Petani (RTP) Jumlah KJA (Petak Keramba) 1 Margalaksana 497 8.403 2 Margaluyu 262 6.337 3 Nanggeleng 51 586 4 Nyenang 128 1.794 5 Bojong Mekar 20 328 Jumlah 958 17.448 1 Citamiang 93 1.487 2 Sinar Galih 83 2.288 3 Tegal datar 302 5.822 4 Pasir Jambu 87 1.573 Jumlah 565 11.170 1 Bobojong 220 2.614 2 Mande 413 8.140 3 Cikidang Bayangbang 250 3.374 4 Kertajaya 174 2.790 5 Gunung Sari 54 1.078 6 Kamurang 204 4.804 Konstruksi Jaring (% Drum Busa Besi 46,66 53,34 79,08 20,92 42,44 57,94 Jumlah 1.315 22.800 Total 2.838 51.418 56,06 43,94 Sumber: BPWC Tahun 2007. 5.3. Produksi Budidaya ikan KJA telah berkembang di waduk ini dan meningkatkan produksi ikan di wilayah ini. Produksi ikan meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2007 dan tahun 2010 terjadi penurunan produksi. Tabel 15 menyajikan data produksi KJA di Waduk Cirata.

86 Tabel 15. Data Produksi KJA di Waduk Cirata Periode Tahun 2000-2010 No. Tahun Kabupaten Jumlah Purwakarta Cianjur Bandung Bandung (Ton) Barat 1. 2000 5.223,18 - - 9.711,18 2. 2001 5.815,00 14.638,60 4.488,00-24.913,67 3. 2002 6.795,00 14.639,00 4.460,00-27.134,00 4. 2003 9.956,00 15.363,47 5.700,00-29.099,60 5. 2004 13.090,24 14.900,00 3.780,13-33.575,44 6. 2005 15.451,42 17.135,00 5.585,20-40.543,88 7. 2006 39.679,00 18.009,89 7.957,46-72.658,89 8. 2007 34.408,00 18.531,49 14.970,00-68.769,29 9. 2008 28.196,48 30.500,80-16.636,73 75.334,01 10. 2009 32.245,03 33.005,83-18.612,86 83.863,72 11. 2010 43.859,00 39.120,62-4933.26 15.876,49 Jumlah 234.718,42 215.844,70 62.770,59 35.249,59 481.480,10 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2011. Selain produksi ikan, petani ikan KJA di Waduk Cirata setiap tahunnya mengalami kamatian massal ikan yang terjadi karena adanya up welling. Pada Tabel 16 dapat dilihat jumlah ikan yang mati dan besarnya kerugian akibat kematian ikan. Tabel 16. Data kematian Ikan akibat Up Welling di Waduk Cirata Tahun 2000-2008 No. Tahun Jumlah Ikan yang Mati (Kg) Kerugian (Rp) 1. 2001 1.120.000 4.480.000 2. 2002 422.536.531 3.860.308.100 3. 2003 37.766.897 3.892.550.000 4. 2004 114.159.864 2.390.856.570 5. 2005 246.138.600 3.132.529.500 6. 2006 348.529.428 3.399.682.000 7. 2007 512.371.340 5.255.209.000 8. 2008 28.951 370.042.300 Jumlah 1.681.531.221 22.301.177.470 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2011. Akibat kegiatan budidaya ikan KJA mempengaruhi kualitas lingkungan waduk, seperti penurunan kualitas air dan peningkatan sedimentasi. Tingkat sedimentasi disajikan pada Tabel 17 dan Gambar 9.

87 Tabel 17. Pengukuran Sedimentasi Waduk Cirata Tahun 1989 2007 (10 6 m 3 ) Uraian Tahun Pengukuran 1987 1989 1991 1993 1997 2000 2007 Desain New Jec 1984-11,32 22,64 33,96 56,60 73,58 113,20 Volume Sedimen - 0,567 10,106 11,267 25,515 14,811 80,690 Trend Akumulasi Sedimen - 0,567 10,673 21,984 47,499 62,310 143,000 Akumulasi Sedimen - 0,567 10,673 21,984 47,499 62,310 143,000 Kapasitas Total Waduk 1.973 1.972,43 1.962,29 1.951,02 1.921,17 1.910,69 1.827,00 Kapasitas Efektif Waduk 796 795,00 790,00 789,20 789,89 781,60 787,90 Sumber: BPWC, 2011. 160 PERKEMBANGAN SEDIMENTASI WADUK CIRATA 140 VOLUME (Juta m3) 120 100 80 60 40 20-1987 1989 1991 1993 1997 2000 2007 VOLUMESEDIMEN (10^6 m3) AKUMULASISEDIMEN (10^6 m3) DESAINNEW JEC1984 TRENDAKUMULASISEDIMEN (10^6 m3) Sumber: BPWC, 2011. Gambar 7. Perkembangan Sedimentasi Waduk Cirata Tahun 1989-2007

88 5.4. Kondisi Kualitas Air Waduk Cirata Salah satu tugas BPWC adalah melakukan pemantauan kualitas air Waduk Cirata. Setiap 4 bulan sekali diadakan pemantauan kualitas air. Uraian kondisi kualitas air Waduk Cirata diperoleh dari laporan pemantauan kualitas air Waduk Cirata Triwulan II tahun 2011 (PJB, 2011). Pengukuran yang dilakukan dibedakan atas 3 bagian yaitu pada permukaan (kedalaman 0,2 meter), kedalaman 5 meter dan dekat dasar waduk dengan lokasi pengukuran pada 6 stasiun yang dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber: BPWC, 2011. Gambar 8. Peta Pengambilan Sampel Pengukuran Kualitas Air oleh BPWC

89 5.4.1. Temperatur Air Hasil Pengukuran temperatur air waduk PLTA Cirata pada Triwulan II tahun 2011 disajikan pada Tabel 18 dan Gambar 9. Rata-rata temperatur air Waduk Cirata di permukaan 29,4 0 C, pada kedalaman 5 m sebesar 28,3 0 C dan di dekat dasar 26,5 0 C. Temperatur berperan langsung dalam aktifitas dan proses metabolisme organisme, serta berpengaruh terhadap kelarutan oksigen di dalam air. Peningkatan temperatur air akan meningkatkan metabolisme, konsumsi oksigen, dan aktifitas organisme, sehingga produksi ammonia dan karbon dioksida dalam air akan meningkat. Tabel 18. Temperatur Air Waduk Cirata pada periode Triwulan II tahun 2011 No. Stasiun Temperatur air ( o C) pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar Kedalaman air (m) 2 29.2 29.1 26.4 74 3 29.6 28.4 26.4 95 4 29.8 29.1 26.5 85 5 28.1 26.6 26 13 6 30.6 27.9 27.1 55 9 29.2 28.8 26.5 95 Min. 28.1 26.6 26.0 13 Maks. 30.6 29.1 27.1 95 Rata-rata di waduk 29.4 28.3 26.5 70 Sumber: BPWC, 2011. 40 30 0.2 m 5 m Dekat dasar Temperatur air ( o C) 20 10 0 2 3 4 5 6 9 Stasiun sampling Gambar 9. Temperatur Air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun 2011.

90 5.4.2. Oksigen Terlarut (DO) Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut air Waduk Cirata pada Triwulan II diperoleh pada permukaan (0,2 m) kadar oksigen berkisar 4.0 mg/l - 6,8 mg/l dengan rata-rata 5,5 mg/l, dan pada kedalaman 5 m berkisar dari 1,5 mg/l - 4,6 mg/l (rata-rata 2,8 mg/l); sedangkan kadar DO di dekat dasar waduk berkisar dari 1,1 mg/l - 4,6 mg/l (rata-rata 2,2 mg/l). Menurut data yang terkumpul secara umum terlihat bahwa distribusi vertikal DO di Waduk Cirata menunjukkan profil clinograde, yaitu makin ke dalam kadar DO makin rendah. Pada permukaan (0,2 m) kadar DO umumnya paling tinggi, sedangkan pada kedalaman 5 m menurun. Kadar oksigen terlarut akan menentukan kecepatan metabolisme dan respirasi, kandungan DO akan berkurang dengan naiknya temperatur. Pengukuran kadar oksigen terlaurt disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 10. Tabel 19. Kadar Oksigen Terlarut Air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II Tahun 2011 No. Stasiun Kadar DO pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar 2 5.8 4.5 1.4 3 4.0 1.5 1.1 4 4.2 2.5 1.3 5 6.6 4.6 4.6 6 5.8 1.7 3.5 9 6.8 1.7 1.2 Min. 4.0 1.5 1.1 Maks. 6.8 4.6 4.6 Rata-rata di waduk 5.5 2.8 2.2 Sumber: BPWC, 2011.

91 8 0.2 m 5 m Dekat dasar Kadar O 2 terlarut 6 4 2 0 2 3 4 5 6 9 Stasiun sampling Gambar 10. Kadar Oksigen Terlarut Air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun 2011 5.4.3. Karbondioksida Kadar CO 2 bebas air Waduk Cirata pada pengukuran Triwulan II disajikan pada Tabel 20 dan Gambar 11. Di dalam waduk pada permukaan kadar CO 2 berkisar dari 0-3 mg/l, pada kedalaman 5 m rata-rata 4 mg/l dan pada kedalaman dekat dasar lebih meningkat lagi hingga mencapai rata-rata 7,2 mg/l. Adanya peningkatan kadar CO 2 pada bagian perairan yang makin dalam diperkirakan dari proses respirasi fitoplankton, zooplankton, bakteri dan kecilnya pengguna CO 2 dalam proses fotosintesis fitoplankton. Jumlah CO 2 yang besar pada bagian dasar dapat disebabkan oleh dekomposisi yang intensif bahan-bahan pencemar yang terakumulasi di dasar perairan.

92 Tabel 20. Kadar Karbondioksida Waduk Cirata pada Periode Triwulan II Tahun 2011 No. Stasiun Kadar CO 2 pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar 2 1.1 1.4 7.6 3 2.8 3.2 8.4 4 3.0 5.6 12.8 5 0.0 2.1 2.6 6 1.4 7.3 5.3 9 1.0 4.6 6.5 Min. 0.0 1.4 2.6 Maks. 3.0 7.3 12.8 Rata-rata di waduk 1.5 4.0 7.2 Sumber: PJB BPWC, 2011. 14 12 0.2 m 5 m Dekat dasar Kadar CO 2 bebas 10 8 6 4 2 0 2 3 4 5 6 9 Stasiun sampling Gambar 11. Kadar Karbondioksida Air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun 2011

93 5.4.4. Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) air waduk secara umum bersifat netral, pada permukaan berkisar dari 6, s.d. 8,3 (rata-rata 7,4), pada kedalaman 5 m berkisar dari 7,0 s.d 7,7 (rata-rata 7,2) sedangkan pada kedalaman dekat dasar berkisar dari 6,6 s.d. 7,3 (rata-rata 7,0). Keasaman (ph) air Waduk Cirata terdapat pada Tabel 21 dan Gambar 12. Derajat keasaman umumnya dipengaruhi oleh jumlah ion karbonat dan bikarbonat di dalam air, dan jumlah karbondioksida dari aktivitas fotosintesis algae yang tinggi pada siang hari sehingga peningkatan nilai ph bisa mencapai mendekati basa. Tabel 21. Nilai ph Air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II tahun 2011 No. Stasiun ph air pada kedalaman Kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar air (m) 2 7.5 7.7 7.1 74 3 6.9 7.0 6.8 95 4 7.1 7.0 6.6 85 5 8.3 7.7 7.3 13 6 7.6 7.0 7.1 55 9 7.1 7.0 6.9 95 Min. 6.9 7.0 6.6 13 Maks. 8.3 7.7 7.3 95 Rata-rata di waduk 7.4 7.2 7.0 70 Sumber: PJB BPWC, 2011. 10 8 6 ph 4 2 0 2 3 4 5 6 9 Stasiun sampling 0.2 m 5 m Dekat dasar Gambar 12. Nilai ph air Waduk Cirata Periode Triwulan II Tahun 2011

94 5.4.5. Hidrogen Sulfida Pada permukaan waduk pengukuran kandungan H 2 S rata-rata adalah 0,002 mg/l, sedangkan pada kedalaman 5 m adalah rata-rata 0,009 mg/l. Sedangkan pada kedalaman dekat dasar rata-rata 0,384 mg/l (Tabel 22). Kandungan H 2 S pada perairan berasal dari sumber pembentukannya, yang biasanya berasal dari respirasi anaerob senyawa-senyawa pencemar yang terakumulasi di dasar waduk. Namun demikian, kadar H 2 S juga dapat disebabkan oleh rendahnya nilai ph, dimana makin rendah keasaman air akan makin sedikit H 2 S yang terionisasi. Tabel 22. Kadar H 2 S air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II tahun 2011 No. Stasiun Kadar H 2 S pada Kedalaman 0.2 m 5 m Dekat Dasar 2 Tt tt 0.029 3 Tt tt 0.141 4 Tt 0.009 0.981 5 Tt tt tt 6 0.002 tt tt 9 Tt tt tt Min. 0.002 0.009 0.029 Maks. 0.002 0.009 0.981 Rata-rata di waduk 0.002 0.009 0.384 Sumber: PJB BPWC, 2011. 1.2 1.0 0.2 m 5 m Dekat dasar Kadar H 2 S 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 2 3 4 5 6 9 Stasiun sampling Gambar 13. Kadar H 2 S air Waduk Cirata Periode Triwulan II tahun 2011

95 5.4.6. Kesadahan Tingkat kesadahan air Waduk Cirata pada kedalaman 0,2 m rata-rata adalah 31 mg CaCO 3 /L, pada kedalaman 5 m adalah 35 mg CaCO 3 /L, dan dekat dasar 40 mg CaCO 3 /L. Kriteria tingkat kesadahan air waduk Cirata tergolong lunak dengan kadar CaCO 3 pada umumnya < 60 mg/l CaCO 3. Tingkat kesadahan air sangat berpengaruh terhadap toksisitas logam berat terhadap ikan karena makin rendah kesadahan air akan semakin tinggi toksisitasnya. Tabel 23. Kesadahan Air Waduk Cirata pada Periode Triwulan II Tahun 2011 No. Stasiun Kadar CaCO 3 pada kedalaman 0.2 m 5 m Dekat dasar 2 26 26 40 3 26 42 40 4 32 42 40 5 36 34 36 6 36 44 42 9 28 22 40 Min. 26 22 36 Maks. 36 44 42 Rata-rata di waduk 31 35 40 Sumber: BPWC, 2011. 50 40 Kadar CaCO 3 30 20 10 0 2 3 4 5 6 9 Stasiun sampling 0.2 m 5 m Dekat dasar Gambar 14. Kesadahan air Waduk Cirata Periode Triwulan II tahun 2011

96 5.4.7. Unsur Hara Dan BOD Hasil pengukuran unsur hara nitrogen (NO - 2, NO - 3, dan NH 3 -N) dan BOD pada Triwulan II. Kadar rata-rata unsur hara nitrogen pada permukaan berkisar dari 0,92 mg/l s.d. 1,63 mg/l (rata-rata 1,16 mg/l), pada kedalaman 5 m berkisar dari 1,16 mg/l s.d. 9,45 mg/l (rata-rata 2,69 mg/l) dan pada kedalaman dekat dasar berkisar dari 1,02 mg/l s.d. 1,72 mg/l (rata-rata 1,26 mg/l). Untuk BOD, pada permukaan berkisar dari 7,36 mg/l s.d 16,91 mg/l (rata-rata 10,72 mg/l) pada kedalaman 5 m berkisar dari 8,24 mg/l s.d. 14,12 mg/l (rata-rata 10,80 mg/l) dan pada kedalaman dekat dasar berkisar dari 3,97 mg/l s.d. 16,47 mg/l (rata-rata 11,03 mg/l). Berdasarkan kandungan unsur hara Nitrogen dan BOD pada setiap stratifikasi kedalaman air waduk berfluktuasi, namun pada umumnya termasuk kategori eutrofik (> 0,02 mg/l N-anorganik dan > 6,0 mg/l). Tabel 24. Unsur Hara Nitrogen dan BOD Perairan Waduk Cirata Periode Triwulan II tahun 2011 Kedalaman air 0,2 m 5 m Dekat dasar Stasiun NO 2 + NO 3 + NH 3 PO 4 BOD NO 2 + NO 3 + NH 3 PO 4 BOD NO 2 + NO 3 + NH 3 PO 4 BOD 2 0.93 0.11 7.69 1.16 0.11 9.41 1.03 0.12 13.17 3 1.61 0.11 12.67 1.16 0.10 8.24 1.72 0.13 4.31 4 0.92 0.11 10.57 1.16 0.11 10.00 1.03 0.16 15.69 5 0.96 0.11 9.13 9.45 0.11 14.12 1.03 0.14 16.47 6 1.63 0.10 16.91 1.62 0.09 10.00 1.71 0.02 12.54 9 0.92 0.10 7.36 1.62 0.10 13.04 1.02 0.12 3.97 Min 0.92 0.10 7.36 1.16 0.09 8.24 1.02 0.02 3.97 Maks. 1.63 0.11 16.91 9.45 0.11 14.12 1.72 0.16 16.47 Ratarata 1.16 0.11 10.72 2.69 0.10 10.80 1.26 0.11 11.03 Sumber: PJB BPWC, 2011.