DIVERSIFIKASI PRODUK KERUPUK OPAK DENGAN PENAMBAHAN DAGING IKAN LAYUR (Trichiurus sp)

dokumen-dokumen yang mirip
DIVERSIFIKASI PRODUK KERUPUK OPAK DENGAN PENAMBAHAN DAGING IKAN LAYUR (Trichiurus sp)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KARAKTERISTIK KERUPUK IKAN SAPU-SAPU (Hyposarcus pardalis) Oleh : Iis Istanti C

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMANFAATAN CANGKANG RAJUNGAN (Portunus sp.) SEBAGAI FLAVOR. Oleh : Ismiwarti C

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Pengaruh Lama Pengasapan Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Air pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis ) Asap

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)*

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengunakan ikan nike sebanyak 3 kg, fluktuasi suhu yang diperoleh pada ruang pengering antara

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KARAKTERISTIK CUMI-CUMI (Loligo sp) KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

9/6/2016. Hasil Pertanian. Kapang; Aspergillus sp di Jagung. Bakteri; Bentuk khas, Dapat membentuk spora

UJI PRIKSIMAT ABON IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KECAMATAN RIMBO ULU KABUPATEN TEBO PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

EVALUASI TEKNIK PENYAJIAN IKAN NILA (Oreoc~tromis iziloticus) GORENG SECARA ORGANOLEPTIK AN1 SUDARYANI

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

5.1 Total Bakteri Probiotik

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

PENGARUH JENIS PENGEMAS DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU PRODUK NUGGET GEMBUS

KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI

Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan Tuna terhadap Karakteristik Hedonik Kue Bagea Khas Gorontalo

Transkripsi:

DIVERSIFIKASI PRODUK KERUPUK OPAK DENGAN PENAMBAHAN DAGING IKAN LAYUR (Trichiurus sp) Diversification Kerupuk Opaque Product With Addition Of Layur Fish (Trichiurus sp.) Meat Ella Salamah *, Mar atun Rohmah Susanti, Sri Purwaningsih Departemen Teknologi Hasil PerairanFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Darmaga, Bogor 16680 Diterima Maret 2007/ Disetujui Januari 2008 Abstrak Ikan layur merupakan salah satu jenis ikan air laut yang ada di Indonesia. Ikan ini belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Upaya peningkatan kesukaan dan pemanfaatan terhadap ikan ini adalah adanya diversifikasi menjadi produk yang digemari salah satunya adalah kerupuk opak. Kerupuk opak merupakan salah satu bentuk produk kerupuk yang cukup dikenal di Sukabumi. Kerupuk opak dibuat dari singkong secara sederhana dan tidak harus menggunakan teknologi proses yang rumit, sehingga dapat diterapkan dalam usaha skala kecil atau skala rumah tangga. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pendahuluan dan utama. Konsentrasi daging ikan layur (Trichiurus sp) yang digunakan pada penelitian pendahuluan meliputi 0% (kontrol) dan dengan penambahan daging ikan layur (Trichiurus sp) sebesar 6 %, 12 %, 18 %, 24 % dan 30 %. Penelitian tahap pendahuluan panelis lebih menyukai kerupuk opak dengan konsentrasi daging ikan sebesar 6% berdasarkan uji sensori. Kerupuk opak ikan terpilih tersebut digunakan pada penelitian utama dengan perlakuan pengemasan plastik PE (polietilen) tertutup (sealer) dan terbuka (tidak disealer), serta disimpan selama 6 minggu. Penelitian utama panelis lebih menyukai kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka pada penyimpanan minggu ke-1. Kerupuk opak ikan 6% dengan kemasan terbuka memiliki kadar air yaitu 14,05 %, kadar abu 4,70 %, protein 6,81 %, lemak antara 0,76 %, dan karbohidrat 73,90 %. Kerupuk opak ikan 6 % yang disimpan selama 1 minggu memiliki aktivitas air sebesar 0,64, tingkat kekerasan/kerenyahan sebesar 931,25 gf, volume pengembangan kerupuk 6,66 %, dan nilai Total Plate Count (TPC) rata-rata sebesar 2,25x10 2 koloni/ml. Kata kunci: kerupuk, ikan layur, pengemasan, penyimpanan PENDAHULUAN Daging ikan merupakan salah satu bahan baku yang dapat digunakan dalam produk kerupuk untuk memberikan cita rasa yang khas. Ikan yang akan digunakan adalah ikan layur (Trichiurus sp). Ikan layur tergolong ikan yang mudah didapat, bukan ikan musiman serta harganya relatif murah. Pemanfaatan ikan layur di Indonesia belum berkembang, masyarakat masih mengolah dan memanfaatkannya sebagai lauk pauk biasa dengan pengolahan sederhana, misalnya digoreng dan dibakar yang disajikan dalam menu, oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan pemanfaatan ikan layur tidak * Korespondensi: telp/fax (0251) 622915 53

hanya sebagai menu utama makan berat, namun dapat pula sebagai makanan ringan yang dapat dikonsumsi kapan saja. Di Indonesia sekitar 40 % dari jumlah produksi total perikanan Indonesia dijadikan bahan baku untuk produk olahan dan sekitar 80 % dari jumlah produk olahan tersebut berupa ikan asin, ikan kering, ikan asap, dan fermentasi (Dahuri 2004). Pemanfaatan ikan segar di Malaysia 30 % diserap oleh produk olahan yang terdiri dari ikan asin 11,5 %, kerupuk 11,5 %, dan surimi 6,4 %. Data ini menunjukkan produk kerupuk ikan memberikan andil dalam memudahkan dan meningkatkan suplai bahan pangan berprotein di tengah masyarakat sekaligus meningkatkan konsumsi hasil perikanan (Rohimah 1997 diacu dalam Syukri Armein 2003). Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari proses pembuatan opak ikan sebagai salah satu upaya pemanfaatan ikan layur dalam diversifikasi produk perikanan, memperoleh hasil kerupuk opak ikan yang terbaik dan mengetahui daya awet opak ikan terbaik dengan perlakuan kondisi pengemasan yang berbeda yaitu pengemasan terbuka (tidak disealer) dan pengemasan tertutup (disealer). METODOLOGI Alat dan Bahan Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan layur (Trichiurus sp.) dan singkong, sedangkan bahan tambahan adalah garam, kencur, kemiri dan minyak goreng, serta bahan-bahan untuk uji proksimat dan uji Total Plate Count (TPC) dari produk yang dibuat. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, alat penumbuk adonan, cetakan, penggorengan, kompor dan lain-lain. Alat lain yang digunakan adalah alat untuk uji proksimat, uji organoleptik, uji Total Plate Count (TPC), uji aktivitas air (AOAC 1995), dan uji kerenyahan. Metode Penelitian Penelitian mengenai pembuatan kerupuk opak ikan layur dengan perlakuan konsentrasi ikan terhadap singkong yaitu 0 %, 6 %, 12 %, 18 %, 24 %, dan 30 %. Ikan dan adonan kerupuk opak yang digunakan dihitung rendemen akhirnya. Kerupuk opak yang dihasilkan tersebut kemudian diuji hedonik sehingga dapat diketahui konsentrasi ikan yang lebih disukai oleh panelis, kemudian dilakukan analisis sifat fisik berupa uji 54

kerenyahan dan uji volume pengembangan, analisis proksimat, uji aktivitas air, serta uji Total Plate Count (TPC), selanjutnya dilakukan penyimpanan terhadap produk terpilih dengan perlakuan pengemasan terbuka dan pengemasan tertutup. Uji organoleptik skala hedonik dan mutu hedonik diuji dengan metode nonparametrik yaitu Kruskal Wallis dengan uji lanjut Multiple Comparisons, sedangkan analisis sifat fisik berupa uji kerenyahan,uji volume pengembangan, analisis proksimat, uji aktivitas air serta uji Total Plate Count (TPC), datanya diolah dengan analisis ragam pola faktorial (RAL) dengan dua kali ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui rendemen daging ikan, rendemen kerupuk opak ikan layur yang diperoleh, dan konsentrasi terpilih diperoleh melalui uji organoleptik yang selanjutnya digunakan pada penelitian utama. Konsentrasi daging ikan layur (Trichiurus sp) yang digunakan pada penelitian pendahuluan adalah 0 % (kontrol) serta penambahan daging sebesar 6 %, 12 %, 18 %, 24 % dan 30 %. Pengukuran Rendemen Pengujian yang dilakukan pada penelitian pendahuluan antara lain pengukuran rendemen ikan layur dan adonan kerupuk, uji hedonik, dan uji mutu hedonik kerupuk opak ikan layur. Hasil pengukuran rendemen disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rendemen ikan dan kerupuk opak ikan layur Bahan Berat Awal Berat Akhir Rendemen (%) Ikan Layur 1.500 gram 500 g 33,33 Adonan 3.000 gram 600 gram 20,00 Daging ikan layur yang dimanfaatkan pada pembuatan kerupuk hanya sebesar 33,33 % dari berat total seekor ikan layur utuh (1.500 gram). Adonan yang dipakai untuk membuat adonan kerupuk opak sebanyak 3.000 gram dan hasil akhir kerupuk opak kering yang diperoleh sebesar 600 gram, penyusutan ini terjadi karena ada proses pengeringan. 55

Uji Organoleptik Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan daging ikan sebesar 6 % dipilih untuk digunakan pada penelitian utama. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa kerupuk opak dengan penambahan daging ikan sebesar 6 % berbeda nyata dengan kerupuk opak ikan 18 %, 24 %, dan 30 %, namun tidak berbeda nyata dengan kerupuk opak ikan 12 %. Hasil uji Kruskal Wallis antara kerupuk opak ikan 6 % dan 12 % tidak berbeda nyata, sehingga pemilihan kerupuk opak yang terbaik didasarkan pada nilai rata-rata tertinggi yang mana kerupuk opak ikan 6 % pada hasil penelitian pendahuluan memiliki nilai rata-rata tertinggi pada parameter aroma = 5,27; rasa = 5,50; dan kerenyahan = 5,83 yang berarti tingkat kesukaan pada parameter tersebut berkisar antara agak suka sampai suka. Penelitian Utama Uji Organoleptik Kerupuk opak ikan terpilih tersebut digunakan pada penelitian utama dengan perlakuan pengemasan plastik PE (polietilen) dengan kondisi tertutup (disealer) dan terbuka (tidak disealer), serta disimpan selama 6 minggu. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa kondisi pengemasan terbuka merupakan kondisi pengemasan yang dikatakan baik, karena berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis kerupuk opak ikan yang dikemas dengan kemasan terbuka memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan kerupuk opak ikan yang dikemas dengan kondisi pengemasan tertutup. Begitu pula dengan lama penyimpanan 1 minggu merupakan lama penyimpanan yang baik untuk kerupuk opak ikan, karena apabila dilihat dari hasil uji Kruskal Wallis lama penyimpanan 1 minggu memeberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap lama peyimpanan lainnya pada parameter warna, penampakana, kerenyahan, dan rasa. Berdasarkan hasil secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka dan disimpan selama 1 minggu merupakan kerupuk opak ikan yang memiliki penilaian terbaik pada parameter warna, penampakan, dan kerenyahan. Selain itu, kerupuk opak 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan selama 1 minggu ini memiliki nilai rata-rata tertinggi pada parameter penampakan dan kerenyahan, serta berbeda nyata terhadap kerupuk opak yang lain. 56

Analisis Produk Analisis kimia yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan nilai gizi kerupuk selama penyimpanan 6 minggu. Nilai gizi dari suatu produk makanan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi mutu dari makanan tersebut. Analisis kimia dilakukan pada awal dan akhir dari penyimpanan kerupuk opak yaitu pada minggu ke-0 dan minggu ke-6. Analisis kimia dilakukan terhadap parameter kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat (by difference). Hasil analisis kimia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil analisis kimia kerupuk opak awal dan akhir penyimpanan 6 % Terbuka 6 % Tertutup Analisis awal akhir awal akhir SNI (1999) Kadar air 10,69 % 17,32 % 10,69 % 17,40 % maksimal 12 Kadar abu 4,38 % 5,16 % 4,38 % 5,02 % maksimal 1 Kadar protein 7,47 % 6,39 % 7,47 % 6,14 % maksimal 6 Kadar lemak 1,22 % 0,47 % 1,22 % 0,30 % minimal 0,8 Karbohidrat 76,79 % 70,59 % 76,79 % 71,01 % - Kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan pada minggu ke-1 memiliki kadar air yaitu antara 14,05 %, peningkatan kadar air tersebut dapat disebabkan oleh adanya interaksi kerupuk dengan lingkungan di sekitarnya. Peningkatan kadar air selama penyimpanan pada suhu kamar dimungkinkan oleh kelembaban udara di sekitar bahan tersebut, selain itu ketebalan dan teksturpun mempengaruhi kadar air kerupuk. Air akan mudah menguap pada produk yang tipis sehingga kadar airnya semakin kecil dan akan terjadi sebaliknya jika tekstur produk semakin tebal. Kadar abu kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan pada minggu ke-1 bernilai antara 4,70 %, peningkatan jumlah kadar abu selama penyimpanan disebabkan oleh kandungan garam atau kandungan daging ikan layur yang ditambahkan pada produk yang diuji yang kurang merata pada waktu pengadonan, sehingga pada pengujian akhir diperoleh kadar abu yang tinggi pada bagian produk dengan kandungan mineralnya lebih besar. Kadar protein kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan pada minggu ke-1 antara 6,81 %, kadar protein kerupuk opak ikan layur 6 % mengalami penurunan selama penyimpanan. Kerusakan protein dapat terjadi akibat adanya panas, 57

ph, bahan kimia, mekanik, dan lain sebagainya. Masing-masing cara tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap protein (Winarno 1997). Terjadinya perbedaan dan perubahan kadar protein disebabkan adanya proses pengadukan yang kurang kalis pada saat pembuatan adonan sehingga adonan yang dihasilkan tidak homogen. Pengadukan adonan sulit dilakukan karena alat yang digunakan masih bersifat tradisional menggunakan penumbuk kayu. Kadar lemak kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan pada minggu ke-1 0,76 %, penurunan kadar lemak dipengaruhi oleh oksidasi lemak selama penyimpanan. Konsentrasi gas oksigen menentukan laju reaksi oksidasi, yang mungkin terjadi bahan pangan sehingga akan mempengaruhi keawetan bahan pangan selama penyimpanan (Harris 1999). Kadar karbohidrat kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan pada minggu ke-1 73,90 %. Kadar karbohidrat ditentukan dari hasil pengurangan 100 % dengan kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein (by difference) sehingga kadar karbohidrat sangat tergantung dari faktor pengurangannya (Winarno 1997). a) Uji aktivitas air Aktivitas air (a w ) termasuk salah satu parameter yang sangat berguna untuk menunjukkan kebutuhan air atau hubungan air dengan mikroorganisme dan aktivitas enzim (Purnomo 1995). Aktivitas air merupakan jumlah air yang tersedia yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya (Winarno 1992). Hasil uji aktivitas air disajikan pada Gambar 1. Aktivitas air kerupuk opak ikan 6% dengan pengemasan terbuka yang disimpan pada minggu ke-1 sebesar 0,64, sehingga dapat diindikasikan dapat awet lebih lama. Interaksi antara lama penyimpanan dan jenis pengemasan memberikan pengaruh terhadap naik turunnya a w. Berdasarkan pernyataan dari Edward (1978) diacu dalam Marjuki 2006) bahwa lama penyimpanan akan mempengaruhi fluktuasi nilai a w produk, karena bertambahnya lama penyimpanan berarti memberikan kesempatan pada bakteri yang ada untuk tumbuh dengan memanfaatkan asam-asam amino, asam lemak, maupun komponen lainnya didukung jenis kemasan yang digunakan selama penyimpanan. 58

a w ta ṟa ta i ra ila N 0.8 0.75 0.7 0.65 0.6 0.55 y = 0.001x + 0.709 R² = 0.594 y = 0.024x + 0.609 R² = 0.963 0 1 2 3 4 5 6 7 Lama penyimpanan (minggu) 6% Terbuk a 6% Tertutup Gambar 1. Grafik regresi nilai rata-rata aktivitas air kerupuk opak selama penyimpanan b) Uji kekerasan Semakin kecil daya yang digunakan maka tingkat kerenyahan kerupuk tersebut semakin tinggi (Setiawan 2002). Kerenyahan kerupuk goreng meningkat sejalan dengan meningkatnya volume pengembangan kerupuk goreng (Muliawan 1991 diacu dalam Istanti 2006). Hasil uji kekerasan kerupuk opak selama penyimpanan disajikan pada Gambar 2. Nilai rat-rata uji kekerasan (gf) 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1587.5 1575 1337.5 1212.5 1237.5 1125 737.5 575 M0 M2 M4 M6 Lama penyimpanan (minggu) terbuka tertutup Gambar 2. Nilai uji kekerasan kerupuk opak ikan 6 % selama penyimpanan Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara lama penyimpanan dan jenis pengemasan memberikan pengaruh nyata (α = 0,05) terhadap nilai kekerasan kerupuk opak yang dihasilkan. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa interaksi antara lama penyimpanan dan jenis pengemasan pada kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan tertutup yang telah disimpan selama 6 minggu memberikan pengaruh yang berbeda nyata serta memiliki nilai kekerasan lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya, yang 59

berarti kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan tertutup memiliki nilai kerenyahan yang tinggi. Semakin kecil daya yang digunakan maka tingkat kerenyahan kerupuk tersebut semakin tinggi (Setiawan 2002). Kerupuk dengan kandungan amilopektin yang lebih tinggi akan memiliki pengembangan yang tinggi, karena pada saat proses pemanasan akan terjadi proses gelatinisasi dan akan terbentuk struktur yang elastis yang kemudian dapat mengembang pada tahap penggorengan sehingga kerupuk dengan volume pengembangan yang tinggi akan memiliki kerenyahan yang tinggi (Zulfiani 1992). Kerupuk opak kontrol (0 %) memiliki kandungan amilopektin yang lebih besar daripada kerupuk opak ikan 6 %, sehingga memiliki kerenyahan yang lebih besar. c) Uji pengembangan volume kerupuk opak Pengembangan volume kerupuk terjadi pada proses penggorengan. Terjadinya pengembangan ini dapat disebabkan oleh terbentuknya rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng karena pengaruh suhu, menyebabkan air yang terikat dalam gel menjadi uap (Lavlinesia 1995). Hasil uji pengembangan volume kerupuk opak selama penyimpanan disajikan pada Gambar 3. Persentase volume pengembangan kerupuk (%) 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% 7.14% 7.33% 7.33% 6.67% 6.67% 6% 6% M0 M2 M4 M6 Lama penyimpanan (minggu) 6% terbuka tertutup Gambar 3. Nilai uji pengembangan volume kerupuk opak ikan 6 % selama penyimpanan Nilai rata-rata volume pengembangan kerupuk opak ikan 6 % berkisar antara 5,99 % 6,67 %. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara lama penyimpanan dan jenis kemasan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05) terhadap nilai volume pengembangan kerupuk opak yang dihasilkan. 60

Semakin tinggi penambahan daging ikan maka volume pengembangan kerupuk opak semakin rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan yang menyebutkan bahwa semakin tinggi kandungan lemak semakin rendah pengembangan volume kerupuk. Adanya lemak dalam adonan dapat mengganggu proses gelatinisasi karena lemak membentuk lapisan lemak pada permukaan granula yang menyebabkan penetrasi air terganggu (Hodge dan Osman 1976 diacu dalam Lavlinesia 1995). d) Total Plate Count (TPC) Perhitungan Total Plate Count (TPC) bertujuan untuk menghitung semua mikroba yang tumbuh pada produk serta sebagai salah satu indikasi makanan layak atau tidak untuk dikonsumsi. Adanya bakteri dalam bahan pangan mengakibatkan pembusukan, menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan terjadinya fermentasi (Buckle et al. 1985). Pertumbuhan dan aktivitas mikroba merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan (Muchtadi 1989). Kerusakan kerupuk opak dapat ditandai dengan berkurangnya kerenyahan dan adanya pertumbuhan kapang pada permukaan kerupuk mentah. Gambar 4 memperlihatkan kurva nilai ratarata log kapang kerupuk opak selama penyimpanan. 3 2.5 2 Log TPC 1.5 1 0.5 0 0 2 4 6 Lama penyimpanan (minggu) 6% Terbuka 6% Tertutup Gambar 4. Kurva nilai rata-rata log kapang kerupuk opak selama penyimpanan Hasil pengamatan secara visual terhadap kerupuk opak selama penyimpanan 6 minggu tidak didapatkan kerupuk opak berkapang, namun pada akhir minggu ke-6 memasuki minggu ke-7 didapati kerupuk berkapang. Kapang ditemukan pada kerupuk opak ikan layur 6 % dengan perlakuan pengemasan tertutup, hal ini mungkin karena pada saat penjemuran kurang sempurna dan pada waktu proses pengemasan kerupuk 61

opak masih dalam keadaan panas, sehingga selama penyimpanan kondisi pada kemasan menjadi lembab dan memudahkan tumbuhnya kapang pada kerupuk. Lama penyimpanan dan jenis kemasan keduanya memberikan pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05) terhadap nilai TPC kerupuk opak yang dihasilkan. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa interaksi antara lama penyimpanan dan jenis kemasan pada kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan tertutup pada penyimpanan minggu ke-0 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan memiliki nilai TPC terkecil dibandingkan perlakuan lainnya. Penurunan dan peningkatan nilai aktivitas air pada kerupuk opak yang dikemas terbuka dan tertutup selama penyimpanan diduga terkait dengan adanya usaha pencapaian kelembaban nisbinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila kadar air bahan rendah sedangkan kelembaban sekitarnya tinggi, maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sekitarnya sehingga kadar airnya menjadi meningkat, dan apabila kadar air bahan tinggi sedangkan kelembaban sekitarnya rendah, maka akan terjadi penguapan air dari bahan sehingga kadar air rendah (Wiriano et al. 1984). Secara umum dapat dikatakan bahwa kadar air dan aktivitas air sangat berpengaruh dalam menentukan umur simpan dari makanan dari makanan, karena faktor ini akan mempengaruhi sifat-sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat fisiko kimia, perubahan-perubahan kimia, kerusakan mikrobiologis dan perubahan enzimatis (Sholehuddin 2005). KESIMPULAN DAN SARAN Panelis lebih menyukai kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka pada penyimpanan minggu ke-1 dengan nilai hedonik tertinggi, yaitu 6,00. Kerupuk opak ikan 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan pada minggu ke-1 memiliki kadar air yaitu 14,05 %, abu 4,70 %, protein 6,81 %, lemak 0,76%, dan karbohidrat 73,90 %. Aktivitas air sebesar 0,64, tingkat kekerasan/kerenyahan sebesar 931,25 gf, volume pengembangan kerupuk 6,66 %, dan nilai Total Plate Count (TPC) rata-rata sebesar 2,25x10 2 koloni/ml. Berdasarkan standar SNI yang digunakan kerupuk tersebut masih layak dikonsumsi sampai batas 1,00x10 4. Uji volume pengembangan terhadap kerupuk menunjukkan kerupuk ikan dengan konsentrasi 6 % dengan kemasan terbuka yang disimpan selama 1 minggu memiliki volume pengembangan yang cukup besar, yaitu 6,66 %. 62