KONSUMEN MINYAK GORENG A. Customer Needs and Benefits (Harapan Pelanggan) Survei pendahuluan dilakukan dengan wawancara langsung kepada konsumen minyak goreng Cap Sendok, yaitu orang yang membeli langsung minyak goreng Cap Sendok untuk mengetahui atributatribut mutu. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen dan pakar, maka diperoleh sepuluh jenis atribut penentu mutu minyak goreng yang menjadi prioritas konsumen dalam memilih minyak goreng untuk dikonsumsi, yaitu keamanan pangan, kehalalan, nilai gizi, warna, label, kemasan, harga, aroma, kekentalan, dan merek. Tabel 16 menunjukkan hasil analisis prioritas atribut mutu minyak goreng berdasarkan kombinasi pakar dan Tabel 17 menunjukkan hasil analisis prioritas atribut mutu minyak goreng. Tabel 16. Hasil Analisis Kepentingan Antar Atribut Mutu Minyak Goreng Atribut Warna Harga Nilai gizi Kemasan Merek Label Kehalalan Kekentalan Aroma Keamanan produk Warna 2,667 0,338 0,802 3,322 1,551 0,305 1,933 1,933 0,155 Harga 0,316 1,245 1,551 0,802 0,245 1 1 0,229 Nilai gizi 3 4,139 2,408 1,379 3,271 3,680 1 Kemasan 2,220 0,740 0,338 0,922 1 0,245 Merek 0,581 0,305 0,902 0,467 0,177 Label 0,581 1,401 1,291 0,221 Kehalalan 3,758 4,317 0,870 Kekentalan 0,922 0,160 Aroma 0,196 Keamanan produk Tabel 17. Hasil Analisis Prioritas Atribut Mutu Minyak Goreng No Atribut Bobot Rangking 1 Keamanan pangan 0.257 1 2 Kehalalan 0.183 2 3 Nilai gizi 0.173 3 4 Warna 0.080 4 5 Label 0.066 5 6 Kemasan 0.058 6 7 Harga 0.050 7 8 Aroma 0.050 8 9 Kekentalan 0.046 9 9 Merek 0.035 10 75
Hasil dari analisis perhitungan data menggunakan pairwise comparison, memberikan rangking pembobotan dari masingmasing atribut sebagai berikut : keamanan pangan (0.257), kehalalan (0.183), nilai gizi (0.173), warna (0.080), label (0.066), kemasan (0.058), harga (0.050), aroma (0.050), kekentalan (0.046), dan merek (0.035). Di lain pihak, nilai Incon (Konsistensi Indeks) merupakan nilai ukuran dari seberapa besar kemungkinan ketidakkonsistenan kita dalam menetapkan prioritas untuk elemenelemen yang ada. Konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan prioritas untuk elemenelemen perlu untuk memperoleh hasilhasil yang sahih/akurat dalam dunia nyata. Nilai Konsistensi Indeks harus 10 persen atau kurang. Ketidakkonsistenan yang lebih besar menunjukkan kekurangan informasi atau kekurangpahaman sehingga hasilnya menjadi tidak akurat (Saaty, 1993). Nilai Incon yang diperoleh adalah lebih kecil dari 0,1 yaitu sebesar 0,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketidakkonsistenan gabungan pendapat konsumen pakar rendah, sehingga pendapat tersebut dipandang konsisten. Dari hasil analisis kepentingan antar atribut diatas, diketahui bahwa faktor keamanan pangan merupakan faktor utama bagi konsumen dalam membeli minyak goreng, diikuti oleh faktor kehalalan, nilai gizi, warna, label, kemasan, harga, aroma, kekentalan, dan merek. B. Planning Matrix (Riset Pasar dan Rencana Strategik) Dari hasil analisis data untuk riset pasar dalam upaya memperbaiki mutu, diketahui bahwa faktor pelabelan memiliki rasio perbaikan sebesar 2.00, sedangkan faktor keamanan pangan, kemasan, dan merek memiliki rasio perbaikan sebesar 1.333. Dengan rasio perbaikan tersebut maka PMG Cap Sendok perlu memperbaiki mutu minyak goreng dengan atribut pelabelan sebesar 1 %; diikuti oleh atribut keamanan pangan sebesar 0.333 %; kemasan sebesar 0.333 %, dan merek sebesar 0.333 %. Hasil dari analisis sasaran proyek dapat dilihat pada Tabel 18. 76
Tabel 18. Hasil Analisis Planning Matriks Atribut Minyak Goreng Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk Atribut Target Tingkat Rasio Nilai Skor Evaluasi Kepentingan Perbaikan Keamanan pangan 4 3 10 1.333 Kehalalan 5 5 9 1.000 Nilai gizi 4 4 8 1.000 Warna 4 4 7 1.000 Label 4 2 6 2.000 Kemasan 4 3 5 1.333 Harga 4 4 4 1.000 Aroma 4 4 3 1.000 Kekentalan 4 4 2 1.000 Merek 4 3 1 1.333 C. Technical Response (Tanggapan Atas Karakteristik Proses) Tahap ini merupakan tahap untuk menentukan jenis aktivitas proses yang terkait dengan spesifikasi dan harapan konsumen. Penentuan aktivitas proses dilakukan oleh para pakar dengan teknik brainstorming dan studi literatur. Hasil dari analisis tanggapan atas karakteristik proses dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Analisis Matriks Technical Response Minyak Goreng Karakteristik Proses Produksi No Atribut Tingkat Kepentingan Penerimaan bahan baku Penanganan bahan baku Degumming Bleaching Deodorisasi Kristalisasi Penyaringan Pengemasan Penyimpanan Distribusi 1 Keamanan pangan 10 10 10 10 10 10 5 5 10 5 1 2 Kehalalan 9 10 0 1 1 1 0 0 1 0 0 3 Nilai gizi 8 10 5 5 5 10 5 5 1 1 1 4 Warna 7 10 5 5 10 5 1 1 1 1 1 5 Label 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Kemasan 5 0 0 0 0 0 0 0 5 5 5 7 Harga 4 10 5 5 10 10 10 10 0 1 1 8 Aroma 3 1 0 0 0 10 0 0 1 1 0 9 Kekentalan 2 0 1 0 0 0 5 5 0 0 0 10 Merek 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Dari hasil perhitungan data diketahui bahwa, aktivitas proses yang berpengaruh kuat terhadap atribut keamanan pangan adalah penanganan bahan baku, degumming, bleaching, deodorisasi, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi; sedangkan proses kristalisasi dan penyaringan memiliki pengaruh 77
yang sedang. Kehalalan dipengaruhi kuat oleh proses penerimaan bahan baku, dan dipengaruhi sedang oleh proses pengemasan. Nilai gizi dipengaruhi kuat oleh penerimaan bahan baku dan deodorisasi; dipengaruhi sedang oleh proses penanganan bahan baku, pengemasan, dan penyimpanan; serta dipengaruhi lemah oleh degumming dan distribusi. Atribut warna dipengaruhi kuat oleh proses penerimaan bahan baku, degumming, bleaching, dan deodorisasi; dipengaruhi sedang oleh proses penanganan bahan baku dan distribusi; serta dipengaruhi lemah oleh proses pengemasan dan penyimpanan. Atribut label tidak dipengaruhi oleh proses apapun. Atribut kemasan dipengaruhi secara sedang oleh proses pengemasan, penyimpanan, dan distribusi. Atribut harga dipengaruhi secara kuat oleh proses penanganan bahan baku, bleaching, dan deodorisasi; dipengaruhi secara sedang oleh proses degumming, kristalisasi, dan penyaringan; serta dipengaruhi secara lemah oleh proses penanganan bahan baku, penyimpanan dan distribusi. Atribut aroma dipengaruhi secara kuat oleh proses deodorisasi; dipengaruhi secara sedang oleh proses penyimpanan; dan dipengaruhi secara lemah oleh proses penerimaan bahan baku dan pengemasan. Atribut kekentalan dipengaruhi secara kuat oleh proses kristalisasi; dipengaruhi secara sedang oleh proses deodorisasi, penyaringan, dan penyimpanan; serta dipengaruhi secara lemah oleh proses penanganan bahan baku dan distribusi. Atribut merek tidak dipengaruhi oleh proses apapun. D. Relationship (Tanggapan Atas Kebutuhan Pelanggan) Tahap ini merupakan tahap untuk membandingkan tingkat kepuasan konsumen terhadap atributatribut mutu produk minyak goreng yang dihasilkan oleh PMG Cap Sendok. Dari hasil analisa, diketahui bahwa konsumen minyak goreng Cap Sendok merasa tidak puas akan label yang ada pada kemasan. Walaupun demikian, konsumen merasa cukup puas dengan faktor keamanan pangan, kemasan, dan merek. Faktor nilai gizi, warna, harga, aroma, dan kekentalan memuaskan konsumen, sedangkan faktor kehalalan sangat memuaskan konsumen. Hal ini merupakan bahan pertimbangan bagi PMG Cap Sendok untuk memperbaiki mutu minyak goreng yang dihasilkan terutama atribut label, merek, kemasan, serta keamanan pangan. Tabel 20 78
menunjukkan hasil analisis kepuasan konsumen terhadap atribut mutu CPO yang dihasilkan PMG Cap Sendok dan perhitungan analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 20. Hasil Analisis Relationship Terhadap Atribut Mutu Minyak Goreng Cap Sendok Sangat Atribut tidak Tidak Cukup Puas Sangat Jumlah Total Nilai Tingkat puas puas puas puas nilai indeks kepuasan Keamanan pangan 4 6 9 8 3 30 90 18.00 3 Kehalalan 0 0 3 16 11 30 128 25.60 5 Nilai gizi 0 0 8 17 5 30 117 23.40 4 Warna 0 2 11 15 2 30 107 21.40 4 Label 7 6 10 7 0 30 77 15.40 2 Kemasan 1 4 21 4 0 30 88 17.60 3 Harga 0 3 7 12 8 30 115 23.00 4 Aroma 0 2 5 23 0 30 111 22.20 4 Kekentalan 0 1 14 15 0 30 104 20.80 4 Merek 3 5 15 6 1 30 87 17.40 3 E. Technical Correlations Analisis Technical Correlations diperlukan untuk mengetahui hubungan keterkaitan antar karakteristik proses yang satu dengan proses lainnya. Suatu perubahan pada salah satu proses dapat mengakibatkan perubahan pada proses lainnya. Dari hasil analisa data diketahui bahwa proses penerimaan bahan baku memiliki hubungan kuat positif terhadap proses penanganan bahan baku, proses degumming, bleaching, dan deodorisasi, serta memiliki hubungan yang negatif terhadap proses kristalisasi, penyaringan, dan penyimpanan. Proses penanganan bahan baku tidak memiliki hubungan kuat positif terhadap proses apapun, namun memiliki hubungan yang positif terhadap proses degumming, bleaching, dan deodorisasi, serta memiliki hubungan negatif terhadap proses kristalisasi, penyaringan, dan penyimpanan. Proses degumming memiliki hubungan kuat positif terhadap proses bleaching dan deodorisasi; memiliki hubungan yang positif terhadap proses penyimpanan; serta memiliki hubungan negatif terhadap proses kristalisasi dan penyaringan. Proses bleaching memiliki hubungan kuat positif terhadap proses deodorisasi; memiliki hubungan positif terhadap proses penyimpanan; serta memiliki hubungan negatif terhadap proses kristalisasi dan penyaringan. 79
Proses deodorisasi memiliki hubungan positif terhadap proses penyimpanan, serta memiliki hubungan negatif terhadap proses kristalisasi dan penyaringan Proses kristalisasi memiliki hubungan kuat positif terhadap proses penyaringan, serta memiliki hubungan positif terhadap proses penyimpanan, dan memiliki hubungan negatif terhadap proses pengemasan. Proses penyaringan memiliki hubungan positif terhadap proses penyimpanan minyak goreng, dan memiliki hubungan negatif terhadap proses pengemasan. Proses pengemasan memiliki hubungan positif terhadap proses penyimpanan dan distribusi minyak goreng, sedangkan proses penyimpanan memiliki hubungan positif dengan distribusi minyak goreng. Hasil analisis untuk technical correlations tersebut dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Hasil Analisis Karakteristik Proses Produksi Untuk Technical Correlations Minyak Goreng No. Aktivitas Proses Penerimaan bahan baku Penanganan bahan baku Degumming Bleaching Deodorisasi Kristalisasi Penyaringan Pengemasan Penyimpanan Distribusi 1 Penerimaan bahan baku 2 Penanganan bahan baku 3 Degumming 4 Bleaching 5 Deodorisasi 6 Kristalisasi 7 Penyaringan 8 Pengemasan 9 Penyimpanan 10 Distribusi F. Technical Matrix (Prioritas Tanggapan Teknis Dan Target Teknis) Technical Matrix berisi informasi mengenai tingkat kepentingan tanggapan teknis berdasarkan kebutuhan dan harapan pelanggan, serta nilai relatif dari karakteristik proses yang menjadi target performansi teknis yang harus dicapai perusahaan. Dari hasil analisa perhitungan data, didapat bahwa aktivitas proses yang paling menentukan mutu minyak goreng adalah proses penerimaan bahan baku CPO (0.202). Hal itu kemudian diikuti oleh proses 80
deodorisasi (0.155), bleaching (0.137), degumming (0.108), penanganan bahan baku (0.104), kristalisasi (0.078), penyaringan (0.078), pengemasan (0.069), penyimpanan (0.041), dan distribusi (0.028). Hasil analisis hubungan keterkaitan antar proses produksi dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hasil Analisis Technical Matrix Minyak Goreng Karakteristik Proses Produksi No Atribut Tingkat Kepentingan Penerimaan bahan baku Penanganan bahan baku Degumming Bleaching Deodorisasi Kristalisasi Penyaringan Pengemasan Penyimpanan Distribusi Total 1 Keamanan pangan 10 10 10 10 10 10 5 5 10 5 1 2 Kehalalan 9 10 0 1 1 1 0 0 1 0 0 3 Nilai gizi 8 10 5 5 5 10 5 5 1 1 1 4 Warna 7 10 5 5 10 5 1 1 1 1 1 5 Label 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Kemasan 5 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 7 Harga 4 10 5 5 10 10 10 10 0 1 1 8 Aroma 3 1 0 0 0 10 0 0 1 1 0 9 Kekentalan 2 0 1 0 0 0 5 5 0 0 0 10 Merek 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Nilai Tingkat Kepentingan 383 197 204 259 294 147 147 132 77 54 1.894 Nilai Relatif 0,202 0,104 0,108 0,137 0,155 0,078 0,078 0,069 0,041 0,028 1,000 Rangking 1 5 4 3 2 6 6 7 8 9 Proses pelaksanaan Quality Function Deployment (QFD) adalah dengan menyusun satu atau lebih matriks yang disebut dengan rumah kualitas (House Of Quality). Matriks diatas menjelaskan halhal yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen dan cara untuk memenuhinya. Rumah kualitas juga menggambarkan hubungan antara keinginan konsumen dengan aktivitas perusahaan serta mengevaluasi kemampuan perusahaan. Analisis yang dilakukan terhadap rumah kualitas menghasilkan tiga hal yang harus dilakukan oleh perusahaan yaitu memperbaiki, mempertahankan dan meningkatkan mutu. Konsep rumah kualitas untuk PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk dapat dilihat pada Gambar 7. 81
BOBOT KONVERSI Penerimaan bahan baku Penanganan bahan baku Degumming HARAPAN KONSUMEN Bleaching Deodorisasi Kristalisasi Penyarinagn Pengemasan Penyimpanan Distribusi PT. AAL, Tbk Target Rasio Keamanan pangan 10 3 4 1.33 Kehalalan 9 5 5 1.00 Nilai gizi 8 4 4 1.00 Warna 7 4 4 1.00 Labelling 6 2 4 2.00 Kemasan 5 3 4 1.33 Harga 4 4 4 1.00 Aroma 3 4 4 1.00 Kekentalan 2 4 4 1.00 Merek 1 3 4 1.33 PT. AAL, Tbk 5 4 3 4 3 3 3 2 4 3 Nilai Tingkat Kepentingan 383 197 204 259 294 147 147 132 77 54 Nilai Relatif 0,202 0,104 0,108 0,137 0,155 0,078 0,078 0,069 0,041 0,028 Keterangan : : kuat : sedang : lemah : hubungan kuat positif : hubungan positif : hubungan kuat negatif : hubungan negatif Gambar 7. House Of Quality PMG Cap Sendok, PT. Astra Agro Lestari, Tbk 82