Penanaman Dengan Konsep Lahan Basah Di Kebun Raya Sriwijaya Dalam Mendukung Konservasi Gambut Di Provinsi Sumatera Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut

TEKNIK REHABILITASI (REVEGETASI) LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI Sumbangsih Pengalaman dan Pembelajaran Restorasi Gambut dari Sumatera Selatan dan Jambi

SINTESIS RPI 5 : PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN GAMBUT DI INDONESIA

POTRET GAMBUT KALIMANTAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Pengelolaan lahan gambut

LAPORAN TRIWULAN BADAN RESTORASI GAMBUT RI KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JULI SEPTEMBER 2016

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

Restorasi Gambut Harus Berpihak Kepada Ajas Manfaat

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

IMPLEMENTASI PP 57/2016

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GREEN PROSPERITY PROJECT PERTEMUAN MITRA JENDELA-2 PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS MASYARAKAT

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengukuran Biomassa Permukaan dan Ketebalan Gambut di Hutan Gambut DAS Mentaya dan DAS Katingan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini

Final Report Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran di Hutan Desa Kepayang Kabupaten Muba Sumatera Selatan

PERANAN LAHAN BASAH (WETLANDS) DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Agroforestri. di Daerah Rentan Kebakaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEBUN RAYA BALIKPAPAN

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

I. PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. Lahan gambut di dunia mencapai luas 400 juta ha. Sekitar350 juta ha dari

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

BAB I PENDAHULUAN. di antara dua sungai besar. Ekosistem tersebut mempunyai peran yang besar dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh : Sri Wilarso Budi R

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

TERM OF REFERENCE REHABILITASI HUTAN LINDUNG GAMBUT (HLG) LONDERANG DESA RAWASARI, KECAMATAN BERBAK, KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROYEK MCA-I RIMBA

2017, No Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

Karakteristik dan definisi Petani swadaya dalam konteks perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN ENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kuningan berada di provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pilihan yang sulit dihindari (Manwan, dkk dan Suryana. 2004). Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUSUTAN MUKA AIR TANAH PADA LAHAN GAMBUT NON PASANG SURUT AKIBAT PENAMBAHAN SALURAN SUB TERSIER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pranatasari Dyah Susanti Adnan Ardhana

Setitik Harapan dari Ajamu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM KEBUN RAYA BOGOR

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Transkripsi:

Penanaman Dengan Konsep Lahan Basah Di Kebun Raya Sriwijaya Dalam Mendukung Konservasi Gambut Di Provinsi Sumatera Selatan Wetland Concept Planting in Sriwijaya Botanical Garden to Support Peat Conservation in South Sumatra Province Sri Maryani, A. Ubaidillah, Oom Komalasari, Oktaf Juairyah,Wenni Tania D. Balitbangda Prov. Sumsel Telp/Fax. (0711)374456/350077 Email: smaryani2014@gmail.com ABSTRACT Sriwijaya Botanical Garden has characteristic of land in elevation category low-lying, while the types of peat were very deep (> 3m), type of groundwater level are shallow. Sriwijaya Botanical Garden needs peat management in order to optimally condition ground water will not drop too deep and drastic, prevent symptoms dry not turning, surface degradation peat excessive and oxidation layers containing material sulfidik (pyrites). Planting adapted to the environment wetlands be an alternative to keep conservation peat as an effort to restore. Implemented Pattern with plants of wetland that applied with hight seeds at least 100 cm, the distance between plants 3m, the distance between the planting 4m, land plant divided 1 ha for every block planting, planted every 0.25 ha with a kind of different plant, and the installation of stake in each hole cropping. Some parties participate planting at the Sriwijaya Botanical Garden, from some oil company, BP2LHK, central conservation herbs botanical garden Indonesian of institutions science (LIPI) Bogor, and board of Sriwijaya Botanical Garden.The percentage the success of life plant with high seeds 200 cm is 95 %, while seeds with a height 50-100 cm is 89 %. Keywords: sriwijaya Botanical Garden, Wetlands, Peat Conservation ABSTRAK Kebun Raya Sriwijaya dengan karakteristik lahan ditinjau dari parameter elevasi termasuk kategori dataran rendah, sedangkan jenis gambutnya tergolong sangat dalam (>3m), dengan tipe muka air tanah tergolong dangkal. Kebun Raya Sriwijaya yang merupakan lahan gambut memerlukan pengelolaan secara optimal agar kondisi air tanah tidak turun terlalu dalam dan drastis. Penanaman dengan pola yang disesuaikan untuk lingkungan lahan basah menjadi alternatif untuk tetap menjaga konservasi gambut di lokasi ini sebagai upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan basah sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Pola penanaman untuk jenis tanaman jenis lahan basah yg diterapkan dilokasi ini adalah penanaman dengan tinggi bibit minimal 100 cm, jarak antar tanaman 3m, jarak antar jalur tanam 4m, lahan tanaman dibagi perpetak dengan 1 anak petak ±1 ha, ditanam setiap 0,25 ha dengan jenis tanaman berbeda, serta pemasangan ajir pada setiap lubang tanamnya. Beberapa pihak yang berpartisipasi dalam penanaman di lokasi Kebun Raya Sriwijaya di antaranya dari Perusahaan SKK Migas, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup Palembang, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, serta UPT Kebun Raya 846

Sriwijaya. Persentase keberhasilan hidup tanaman dengan tinggi bibit 200 cm adalah 95%, sedangkan bibit dengan ketinggian 50-100 cm adalah 89%. Kata kunci: lahan Basah, Kebun Raya Sriwijaya, Konservasi Gambut PENDAHULUAN Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi yang memiliki ekosistem gambut dan berada di wilayah tropis dengan sebaran musim waktu hujan dan kemarau yang sudah dipengaruhi dengan perubahan iklim memiliki kerentanan terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan ini merupakan ancaman yang cukup serius terhadap lingkungan dengan meningkatkan emisi karbon yang berpengaruh terhadap perubahan iklim global dan menurunkan biodiversitas. Sumatera Selatan mempunyai kawasan bergambut seluas 1,4 juta ha atau 16,3% dari luas wilayah, dan kondisi tersebut merupakan salah satu sumberdaya alam yang potensial untuk dikelola dan dimanfaatkan bagi kepentingan dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Salah satu bentuk konservasi dan pemanfaatan kawasan bergambut di Provinsi Sumatra Selatan adalah dengan adanya pembangunan Kebun Raya. Kebun Raya adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2011 Tentang Kebun Raya). Kebun Raya Sriwijaya yang terletak di provinsi Sumatera Selatan ini adalah bagian dari kekayaan bangsa yang memiliki banyak fungsi, yaitu selain merupakan pusat pengetahuan Botani, kawasan konservasi, kawasan pendidikan dan penelitian, juga sebagai sarana rekreasi di alam terbuka dengan tematik tanaman obat dan lahan basah (Gambar 1). VISI Gambar 1. Bagan Visi dan Pengembangan Kebun Raya Sriwijaya Kebun Raya Sriwijaya yang berlokasi di jalan Raya Palembang Prabumulih Desa Bakung, Kec. Indralaya Utara, Kab. Ogan Ilir, dengan jarak tempuh dari Palembang ± 45 Km atau ± 90 menit, menuju ke lokasi melewati Jalan Eks. PT. Patra Tani dengan jarak ± 8 Km. Luas lahan yang dialokasikan untuk Kebun Raya Sriwijaya sekitar ±100 hektar dengan tipologi lahan yang didominasi oleh lahan rawa bergambut. Penanaman di lahan Kebun Raya Sriwijaya dengan tipologi lahan basah akan membutuhkan seleksi jenis, adaptasi dan modifikasi teknik penanaman yang berbeda dengan teknik yang biasa 847

dilakukan pada lahan kering (Bastoni, 2009). Sehingga diperlukan penelitian tentang kegiatan penanaman di lahan Kebun Raya Sriwijaya dengan karakteristik lahan basah yang bertujuan untuk mendukung konservasi gambut di provinsi Sumatera Selatan. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan memperhatikan hasil kajian bersama tentang karakteristik lahan gambut di lokasi Kebun Raya Sriwijaya (Bastoni, dkk) yang dilakukan pada bulan Februari 2015-April 2015 di desa Bakung kecamatan Inderalaya Utara kabupaten Ogan Ilir. Penelitian diawali dengan survey lokasi, wawancara dengan masyarakat, selain itu dilakukan pengumpulan data sekunder yang menunjang penelitian berupa laporan penanaman dari pihak-pihak terkait yang melakukan penanaman di Kebun Raya Sriwjaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Penanaman di Kebun Raya Sriwijaya Konsep penanaman pada lahan basah yang jauh berbeda dengan penanaman di lahan aluvial. Beberapa karakter lahan sebagai faktor keberhasilan dalam kegiatan penanaman di lahan basah adalah ketebalan gambut, kematangan gambut, kedalaman dan durasi genangan air pada lahan yang belum didrainase serta fluktuasi musiman muka air tanah untuk lahan yang telah didrainase. Kebun Raya Sriwijaya dengan jenis gambut yang tergolong sangat dalam (>3m) di beberapa titik di lokasi ini (Bastoni, dkk 2015) mempunyai fungsi strategis untuk mengkoleksi dan mengkonservasi beragam jenis tanaman obat dan tanaman lahan basah (Gambar 2) Gambar 2. Peta Kedalaman Gambut di lokasi Kebun Raya Sriwijaya (Bastoni dkk, 2015) Kisaran Ketebalan Gambut di lokasi Kebun Raya Sriwijaya adalah 218-697 cm, dengan ketebalan rata-rata yaitu 452 cm, tipologi ini termasuk pada kelas kedalaman gambut : Sangat Dalam. Mengingat pentingnya lahan gambut, baik secara ekonomis maupun ekologis, maka pengelolaan dan pemanfaatannya harus dilakukan hati-hati dan mendapat manfaat secara optimal, dengan tetap mempertahankan fungsi ekologisnya. 848

Gambar 3. Karakteristik Elevasi di lokasi Penelitian (Bastoni dkk, 2015) Kisaran Elevasi pada lokasi Kebun Raya Sriwijaya adalah 15-23 m dpl, dengan rata-rata elevasi 18 m dpl, dan modus : 17 m dpl. Gambar 4. Kondisi genangan di lokasi Kebun Raya Sriwijaya saat musim hujan Gambar 5. Kondisi kering di lokasi Kebun Raya Sriwijaya saat musim kemarau 849

Karakteristik lahan basah di Kebun Raya Sriwijaya (Gambar 2,3,4,dan 5) akan sangat mempengaruhi metode penanaman serta jenis tanaman yang akan di tanam karena dibutuhkan jenis tanaman dengan resistensi tinggi terhadap karakteristik lingkungan lahan gambut yang asam, kondisi genangan di musim hujan dan kondisi kering di musim kemarau. Beberapa jenis tanaman yang memenuhi syarat ini sehingga cocok ditanam di Kebun Raya Sriwijaya adalah Pulai (Alstonia spp), Ramin (Gonystylus bancanus), Belangeran (Shorea belangeran), Meranti rawa (Shorea pauciflora), Nyatoh (Palaquium burckii), Medang putih (Alseodaphne sp.), Medang lendir (Alseodaphne sp.), Gaharu (Aqualaria sp), Bayur ((Pterospermum sp.) Lokasi Kebun Raya Sriwijaya ini sebelumnya ditanami dengan tanaman kelapa sawit. Alih fungsi lahan gambut yang telah menjadi perkebunan kelapa sawit pada ekosistem rawa gambut merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya degradasi lahan gambut (Riwandi, 2003). Aktifitas pembukaan dan pembersihan lahan (land clearing) dan pembuatan saluran (kanalisasi) menyebabkan terjadinya perubahan tata air (hidrologi). Kondisi ini berpengaruh pada terjadinya perubahan tingkat kesuburan lahan, penurunan muka tanah (subsidensi) dan kering (Las et al. 2008) Pada saat penanaman beberapa pohon sawit dibiarkan tetap tumbuh sebagai naungan/penutup tanaman yang baru ditanam. Langkah-langkah penanaman yang diterapkan di lokasi Kebun Raya Sriwijaya dengan kondisi lahan gambut adalah sebagai berikut : Penyiapan Lahan dan Pembibitan Tahapan ini adalah memastikan bibit yang akan didistribusikan adalah bibit yang baik, dikemas didalam keranjang atau kotak yang dibuat secara khusus untuk pengangkutan bibit, pengangkutan bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Selain itu bibit yang akan diangkut sebaiknya disiram terlebih dahulu untuk menghindari penguapan atau stress karena pengangkutan. Bibit yang belum siap untuk didistribusikan ke lubang tanam agar dikumpulkan terlebih dahulu pada tempat yang teduh dan disiram, dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam, dan pemasangan ajir stelah penanaman. Pemeliharaan Tahap ini terdiri dari kegiatan Penyiangan dan Pendangiran, Penyiapan dan distribusi bibit sulaman, Penyulaman, Pemupukan.Penyiangan dilakukan berdasarkan situasi dan kondisi yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyulaman pada tahun pemeliharaan berjalan. Bibit penyulaman di sediakan sebanyak 10 % dari bibit yang di tanam Desain Tanam di lokasi Kebun Raya Sriwijaya Desain tanam yang ada di lokasi Kebun Raya Sriwijaya didasarkan atas nilai estetika, walaupun beberapa perusahaan penanaman menerapkan desain tanam yang berbeda. Desain tanam oleh PT. Trubus Mitra Swadaya sebagai vendor PT. ConocoPhillips (Grissik) di Kebun Raya Sriwijaya, berdasarkan lokasi tanam seluas 35,41 ha yang dibagi menjadi beberapa jalur dengan jenis tanaman yang berbeda untuk setiap jalurnya (Gambar 6). Untuk lokasi tanam yang bersinggungan dengan masyarakat, akan di beri jarak ±30 meter, baru dimulai titik tanam, sedangkan untuk lahan yang tidak bersinggungan dengan masyarakat titik tanam akan sampai ke tepi batas lokasi penanaman.(gambar 7). Desain tanam oleh PT. Lutfi Septian Afif (LSA) sebagai vendor PT. Pertamina Jambi Merang di Kebun Raya Sriwijaya, berdasarkan lokasi tanam seluas 12,06 ha yang membagi luasan tanam tersebut menjadi 12 anak petak. Masing-masing anak petak dengan luasan ± 1 hektar di buat pola tanam ditata setiap 0,25 ha dengan 1 jenis tanaman, 850

sehingga setiap anak petak akan ada 4 jenis tanaman lahan basah yang berbeda.(gambar 8). Jarak antar tanaman ±3 meter sedangkan jarak antar jalur adalah 4 meter (Gambar 9). Tahapan penanaman di lokasi Kebun Raya Sriwijaya sebagai tahapan restorasi gambut dilakukan dengan cara rewetting berupa pembangunan sekat kanal, pembuatan sumur bor terutama pada lokasi yang dekat dengan titik tanam, serta penimbunan kanal pada kawasan konservasi. Selanjutnya, revegetasi dilakukan mencakup suksesi alam, pengkayaan tanaman, serta penanaman pola maksimal. Gambar 6. Peta Desain Tanam PT. ConocoPhillips (Grissik) di Kebun Raya Sriwijaya Gambar 7. Desain Tanam PT. ConocoPhillips (Grissik) di Kebun Raya Sriwijaya 851

Gambar 8. Desain Tanam di lokasi Kebun Raya Sriwjaya oleh PT. Pertamina Jambi Merang Gambar 9. Pola Tanam di lokasi Kebun Raya Sriwjaya oleh PT. Pertamina Jambi Merang Evaluasi Tanaman Keberhasilan kegiatan penanaman di lokasi Kebun Raya Sriwijaya ini dinilai berdasarkan variabel luas realisasi pemeliharaan tanaman, prosentase tumbuh tanaman yang telah ditanam, kondisi tanaman yang telah ditanam melalui kesehatan tanaman di lapangan, mengetahui tingkat keberhasilan akhir pada tiap pemeliharaan. Tabel 1 Data Distribusi Tanaman oleh PT. JOB Pertamina Talisman Jambi Merang 852

Petak 1 2 3 Bibit Mati Bibit Mati Jenis Bibit Total Petak Jenis Bibit 200 cm 50-100 cm 200 cm 50-100 cm Prupuk 36 Gelam 196 Pulai 318 Pulai 348 Jelutung 118 Perupuk 50 7 Tembesu 272 762 Belangeran 200 Medang 18 Kayu labu 50 Bangunan Cafetaria D Sub total 648 196 Sub total 472 290 Pulai 350 Kayu Labu 50 Tembesu 252 8 Meranti 257 Belangeran 220 Belangeran 200 Sub total 252 570 Pulai 54 220 813 Perepat 7 Meranti 185 76 Tembesu 25 Medang 202 Taman Bermain E 9 Jelutung 635 Sub total 393 420 Punak 4 Sub total 189 913 Medang 185 Beriang 236 Beriang 168 Belangeran 75 123 Gelam 122 Pulai 59 159 839 10 Kayu labu 18 280 Perepat 2 Punak 4 Rumah Kaca F Jelutung 100 Sub total 136 703 Sub total 22 670 Total 844 822 1102 692 4 5 6 Tembesu 300 Tembesu 270 Medang 209 40 Meranti 200 Gelam 285 879 11 Jelutung 110 174 Beriang 41 Prupuk 38 20 Punak 4 Sub total 148 664 Sub total 213 666 Belangeran 413 Jelutung 107 379 Medang 208 Beriang 214 30 12 Perepat 2 Punak 13 Pulai 210 kayu labu 25 20 Sub total 2 811 Main hall G Sub total 354 429 Total 2.849 7.343 9.992 Prupuk 25 Tembesu 441 Belangeran 350 Sub total 25 791 Tabel 2 Data Tanaman Mati oleh PT. JOB Pertamina Talisman Jambi Merang 812 833 Petak Jenis Bibit Bibit Mati Total Petak Jenis Bibit Bibit Mati Total 853

1 2 4 5 6 200 cm Prupuk 10 50-100 cm 200 cm 50-100 cm Gelam 100 Pulai 3 Pulai 20 Jelutung 10 Perupuk 10 7 Tembesu Belangeran 17 Medang Kayu labu Bangunan Cafetaria D Sub total 20 117 Kayu Labu 2 Tembesu Meranti 3 Belangeran 5 Belangeran 3 27 Sub total 0 5 Perepat Meranti Tembesu 4 Medang 50 9 Taman Bermain E Jelutung 50 Sub total 15 12 Punak Beriang Beriang Belangeran 7 Gelam 30 Pulai 9 10 Kayu labu Perepat Punak Rumah Kaca F Jelutung 20 Sub total 0 66 Sub total 0 50 Tembesu 35 Tembesu Medang 100 Meranti 50 Gelam 135 11 Jelutung 48 50 Beriang Prupuk Punak Sub total 48 100 Jelutung 68 Beriang Punak 69 Medang 110 Perepat Pulai kayu labu 1 Sub total 0 122 Sub total 68 1 Total 151 812 Prupuk 13 Tembesu 56 Belangeran 25 Sub total 0 94 94 137 100 50 100 Tabel 3 Data Persentasi Keberhasilan Hidup Tanaman oleh PT. JOB PTJM Deskripsi Jumlah bibit 200 cm 50-100 cm Total 854

Bibit Tertanam 2.849 7.143 9.992 Bibit mati 151 812 963 % Keberhasilan 95% 89% 90% Dari tabel diatas terlihat bahwa persentase keberhasilan hidup tanaman dengan tinggi bibit 200 cm adalah 95%, sedangkan bibit dengan ketinggian 50-100 cm adalah 89%, sehingga semakin tinggi bibit yang ditanam tingkat resistensinya akan semakin besar. Gambar 10. Kondisi Tanaman Lahan Basah di Lokasi Kebun Raya Sriwijaya KESIMPULAN 1. Penanaman dengan konsep kombinasi yaitu dengan jenis tanaman yang berbeda tiap petak tanam akan memberikan tingkat keberhasilan tanam yang lebih tinggi. 2. Penanaman di lahan basah memerlukan teknik penanaman khusus, dan biaya yang relatif lebih besar daripada penanaman di tanah aluvial. 3. Persentase keberhasilan hidup tanaman di Kebun Raya Sriwijaya dengant pemakaian bibit setinggi 200 cm adalah 95%, sedangkan bibit dengan ketinggian 50-100 cm adalah 89%. Saran-saran : Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran yaitu : 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kondisi karakteristik lahan di Kebun Raya Sriwijaya terhadap keberhasilan hidup setiap tanaman jenis lahan basah. 2. Diperlukan koordinasi dari seluruh pihak terkait untuk mendukung konservasi gambut di provinsi Sumatera Selatan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada Balitbangda Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kebun Raya Sriwijaya serta perusahaan SKK Migas (Conocho Phillips dan PT. JOB Talisman Jambi Merang) selaku pihak penanam di lokasi Kebun Raya Sriwijaya yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA 855

Agus F., dan Subiksa I. G. M., 2008, Lahan Gambut : Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan, Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center (ICRAF), Bogor. Balitbangnovda Provinsi Sumatera Selatan, 2013, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Pembangunan Kebun Raya Sumatera Selatan. Dokumen Rancangan Teknis PT. ConocoPhillips (Grissik) untuk Kebun Raya Sriwijaya, 2015 Dokumen Rancangan Teknis PT. Pertamina Jambi Merang untuk Kebun Raya Sriwijaya, 2016 Rahmayanti M., 2007, Kontribusi Kebakaran Lahan Gambut Terhadap Pemanasan Global, Jurnal Sains dan Teknologi, Vol. iii no.2, http://digilib.uin-suka.ac.id/7908/- (diakses tanggal 27 Februari 2015). Saidy, A. R., dan Badruzsaufari, 2009, Hubungan antara Konsentrasi Cr(VI) dan Sifat Kimia Tanah: Informasi Awal untuk Remediasi Lahan Bekas Tambang di Kalimantan Selatan, Jurnal Tanah Trop., 14(2): (97-103). Subiksa I.G.M., dan Wahyunto, Genesis Lahan Gambut di Indonesia, World Agroforestry Center (ICRAF), Bogor. Suriadikarta, D.A., 2008, Pemanfaatan dan Strategi Pengembangan Lahan Gambut Eks PLG Kalimantan Tengah, Jurnal Sumberdaya Lahan, 2(1): (31-44). Suwondo, Sabiham S., Sumardjo, Paramudya B., 2010, Analisis Lingkungan Biofisik Lahan Gambut Pada Perkebunan Kelapa Sawit, Jurnal Hidrolitan, 1 : 3 : (20-28). Suwondo, Sabiham S., Sumardjo, Paramudya B., 2012, Efek Pembukaan Lahan Terhadap Karakteristik Biofisik Gambut Pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Bengkalis, Jurnal Natur Indonesia, 14(02), http://ejournal.unri.ac.id/index.php/jn/article/view/219- (diakses tanggal 27 Februari 2015) Suryadi U. E., Notohadisuwarno S., dan Maas A., 2005, Penilaian Hidrofobisitas Gambut Obrogen Pontianak akibat Variabilitas Muka Air Tanah dan Penggunaan Lahan, Jurnal Agrosains, XVIII(2), http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataid=139 (diakses tanggal 27 Februari 2015) Wardhana, A.W., 2001. Dampak Pencemaran lingkungan. Andi Offset, Yogyakarta. Widyati Enny, 2011, Kajian Optimasi Pengelolaan Lahan Gambut dan Isu Perubahan Iklim, Jurnal Tekno Hutan Tanaman, 4(2): (57-68). 856