BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

UNIVERSITAS INDONESIA

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

Definisi Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

Karakteristik Umum Responden

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

WIJI LESTARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi dan merupakan tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini serta

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data hasil penelitian yang diperoleh dari sampel yaitu anggota Posbindu Purwo Bakti Husodo Kelurahan Purwodiningratan yang berjumlah orang sebagai kelompok perlakuan (pendidikan ) dan sedangkan kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) dari Posbindu Hidup Sehat Kelurahan Mojosongo sebanyak orang. 1. Karakteristik Responden Hasil karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis kelamin, Usia, Tingkat pendidikan, Pekerjaan Jenis kelamin Tanpa pendidikan Pendidikan Perempuan 21 65,6 24 80,0 Laki-laki 11 34,4 6 20,0 Usia Tanpa pendidikan Pendidikan 24-34 Tahun 6 18,8 5 16,7 35-48 Tahun 6 18,8 10 33,3 49-59 Tahun 20 62,4 15 50,0 Tingkat Tanpa pendidikan Pendidikan pendidikan SD 4 12,5 4 13,3 SMP 2 6,3 6 20,0 SMA 18 56,3 16 53,3 PT 8 25,0 4 13,3 Pekerjaan Tanpa pendidikan Pendidikan IRT 13 40,6 17 56,7 Swasta 5 15,6 4 13,3 Guru 0 0,0 4 13,3 Pensiunan 1 3,1 1 3,3 Wiraswasta 8 25,0 4 13,3 PNS 5 15,6 0 0,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada kelompok perlakuan (pendidikan ) perempuan sebanyak 24 orang (80,0) begitu 52

53 pula pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) mayoritas adalah perempuan sebanyak 21 orang (65,6). Mayoritas responden pada kelompok perlakuan (pendidikan ) berusia 49-59 tahun sebanyak 15 orang (50,0). Pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) bahwa usia responden antara 49-59 tahun berjumlah 20 orang (62,4). Mayoritas responden pada kelompok perlakuan mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 16 orang (53,3), dan pada kelompok kontrol mayoritas responden juga mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 18 orang (56,3). Mayoritas responden pada kelompok perlakuan (pendidikan ) adalah sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 17 orang (56,7), dan pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan ) mayoritas responden juga adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 13 orang (40,6). B. Pengujian Hipotesis Sebelum data penelitian dianalisis, ada beberapa uji persyaratan analisis yang dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Uji Peryaratan dalam analisis ini adalah uji normalitas. Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normalitas data. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui normalitas adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah dengan melihat hasil Sig (p), jika Sig (p) > 0,05 berarti sebaran data dalam distribusi adalah sesuai kurve normal, sehingga lolos uji normalitas (variabel yang berdistribusi normal antara lain pengetahuan, sikap, stres, IMT), sebaliknya jika Sig (p), 0,05 berarti sebaran data dalam distribusi adalah tidak sesuai kurve normal, sehingga tidak lolos uji normalitas (variabel yang berdistribusi tidak normal antara lain riwayat merokok, pola makan asin, frekuensi olahraga, dan waktu olah raga).

54 1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang hipertensi terhadap Perubahan Perilaku Berisiko Pada Kelompok Perlakuan Tabel 4.2. Pengaruh Pendidikan tentang Hipertensi terhadap Variabel Dependen Pada Kelompok Perlakuan Variabel Dependen Perlakuan n Mean SD T P Pengetahuan Sebelum 15.90 1,94 Sesudah 17.53 1.76-5.05 < 0.001 Sikap Sebelum 67,33 6,09 Sesudah 71,10 5,94-2.61 0.014 Stress Sebelum.77 12,86 Sesudah. 8,36 1.01 0,2 IMT Sebelum 26.85 6,38 Sesudah 25.94 6,33 0,68 0,502 Riwayat Merokok Sebelum 3,00 1,44 Sesudah 3,70 0,65-2,84 0,005 Pola Makan Asin Sebelum 1.97 0,81 Sesudah 2.43 0,68-2,64 0,008 Frekuensi Olahraga Sebelum 1.87 0,90 Sesudah 2.53 0,86-3,47 0,001 Waktu Olahraga Sebelum 1.73 0,74 Sesudah 2.00 0,90-1,45 0,147 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan (dengan pendidikan hipertensi), didapatkan hasil terdapat pengaruh pendidikan tentang hipertensi yang secara statistik signifikan pada subjek yang diteliti baik pengetahuan (p = 0.000), sikap (p = 0.014), riwayat merokok (p = 0,005), pola makan asin (p = 0,008) dan frekuensi olah raga (p = 0,001) sedangkan tidak terdapat pengaruh pendidikan tentang hipertensi pada stress (p = 0,2), IMT (p = 0,502) dan waktu olah raga (p = 0,147).

55 2. Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perubahan Perilaku Berisiko Pada Kelompok Kontrol Tabel 4.3. Perbedaan Berbagai Variabel Dependen Tentang Hipertensi Pada Kelompok Kontrol Variabel Dependen Perlakuan n Mean SD T P Pengetahuan Sebelum 16,41 2,08 Sesudah 16,00 1, 1,03 0,313 Sikap Sebelum 65,34 4,12 Sesudah 66,41 3,43-1,97 0,058 Stress Sebelum 35,03 11,36 Sesudah 33,78 9,83-0,58 0,559 IMT Sebelum 24,94 3,77 Sesudah 24,94 3,77 0,00 1,000 Riwayat Merokok Sebelum 3,94 0,25 Sesudah 3,97 0,18-1,00 0,317 Pola Makan Asin Sebelum 1,22 0,49 Sesudah 1,41 0,61-1,90 0,058 Frekuensi Olahraga Sebelum 2,09 0,68 Sesudah 2,19 0,69-1,73 0,083 Waktu Olahraga Sebelum 1,75 0,62 Sesudah 1,78 0,61-0,58 0,564 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol (tanpa pendidikan tentang hipertensi), didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada subjek yang diteliti baik pengetahuan (p = 0,313), sikap (p = 0,058), maupun perilaku beresiko seperti stress (p = 0,559), IMT (p = 1,000), riwayat merokok (p = 0,317), pola makan asin (p = 0,058), frekuensi olah raga (p = 0,083) dan waktu olah raga (p = 0,564).

56 3. Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Perubahan Perilaku Berisiko pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Tabel 4.4. Perbedaan Berbagai Variabel Dependen Tentang Hipertensi Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Variabel Dependen Kelompok N Mean SD T P Pengetahuan Kontrol 16.00 1, Perlakuan 17.53 1,76-3.89 < 0.001 Sikap Kontrol 66,41 3,43 Perlakuan 71,10 5,94-3.77 < 0.001 Stress Kontrol 33.78 9,83 Perlakuan 27.23 6,79-2,25 0,025 IMT Kontrol 24.94 3,77 Perlakuan 25.94 6,33-0,89 0,371 Riwayat Merokok Kontrol 3.97 0,18 Perlakuan 3.70 0,65-2,12 0,034 Pola Makan Asin Kontrol 1.41 0,61 Perlakuan 2.43 0,68-4,91 < 0,001 Frekuensi Olahraga Kontrol 2.19 0,69 Perlakuan 2.53 0,86-1,86 0,064 Waktu Olahraga Kontrol 2.19 0,61 Perlakuan 2.53 0,91-0,78 0,433 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa score variabel pengetahuan, sikap, stress, riwayat merokok, dan pola makan asin tersebut lebih tinggi pada kelompok yang diberi pendidikan tentang hipertensi dan perbedaan tersebut secara statistik signifikan (p < 0,05). Artinya pendidikan tentang hipertensi di dalam meningkatkan perilaku pada variabel tersebut bisa diandalkan, karena kecil kemungkinan terjadi suatu kebetulan saja. Sedangkan untuk score terkait perubahan perilaku lainnya yaitu IMT, waktu olah raga dan frekuensi olah raga lebih tinggi pada kelompok yang diberi pendidikan dari pada yang tidak, tetapi perbedaan itu secara statistik tidak signifikan (p > 0,05). Dengan kata lain perubahan itu tidak bisa diandalkan karena faktor kebetulan pada saat itu lebih besar.

57 4. Gain Score Hasil penghitungan gain score perbedaan pendidikan tentang hipertensi terhadap pengetahuan tentang hipertensi pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Gain Score Perbedaan Pendidikan tentang Hipertensi terhadap Perubahan Perilaku Beresiko pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Variabel Dependen Kelompok N Mean SD T P Pengetahuan Kontrol -0,41 1, Perlakuan 1,63 1,76-3,96 < 0,001 Sikap Kontrol 1,06 3,43 Perlakuan 3,77 5,94-2,75 0,019 Stress Kontrol -1,25 9,83 Perlakuan -2,47 8,36 0,34 0,736 IMT Kontrol 0,03 3,77 Perlakuan 0,70 6,33-3,24 0,502 Riwayat Merokok Kontrol 0,00 0,18 Perlakuan 0,92 0,65 0,68 0,003 Pola Makan Asin Kontrol 0,19 0,61 Perlakuan 0,47 0,68-2,52 0,029 Frekuensi Olahraga Kontrol 0, 0,69 Perlakuan 0,80 0,86-3,68 0,001 Waktu Olahraga Kontrol 0,03 0,61 Perlakuan 0,27 0,90-1,26 0,217 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pemberian intervensi / pendidikan tentang hipertensi mampu meningkatkan gain score secara signifikan pada subjek yang diteliti baik pengetahuan ( p = < 0,001), sikap (p = 0,019), riwayat merokok (p = 0,003), pola makan asin (p = 0,029), dan frekuensi olah raga (p = 0,001) artinya pendidikan tentang hipertensi di dalam meningkatkan perilaku pada variabel tersebut bisa diandalkan, karena kecil kemungkinan terjadi suatu kebetulan saja. Sedangkan untuk score terkait perubahan perilaku lainnya yaitu IMT, waktu olah raga dan frekuensi olah raga lebih tinggi pada kelompok yang diberi pendidikan dari pada yang tidak, tetapi perbedaan itu secara statistik tidak signifikan (p > 0,05). Dengan kata lain perubahan itu tidak bisa diandalkan karna faktor kebetulan pada saat itu lebih besar.

58 C. Pembahasan 1. Pengaruh pendidikan hipertensi terhadap pengetahuan tentang hipertensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan hipertensi mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan tentang hipertensi (0,000 < 0,05) dimana juga diperkuat dari hasil rata-rata pretest pengetahuan tentang hipertensi (15,90) sedangkan rata-rata postest (17,53). Pada penelitian ini untuk hasil dari pengetahuan untuk masing-masing kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan tidak dibandingkan berdasarkan jenis pendidikan responden melainkan dari hasil evaluasi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan. Dimana pada kelompok perlakuan yang dengan adanya pendidikan mampu meningkatkan pengetahuan mereka tentang hipertensi Hasil penelitian ini mendukung penelitian Beigi, et al. (2014) bahwa ada pengaruh program pendidikan dengan perubahan pengetahuan. Purwati, et al. (2014) dalam penelitiannya menyatakan ada pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan. Sari (2012) menyatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang bermakna sehingga terdapat pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan, Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan tentang hipertensi pada kelompok kontrol sebesar (16,00), sedangkan rata-rata pengetahuan pada kelompok perlakuan sebesar (17,63). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang hipertensi pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol dan terdapat perbedaan pengetahuan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p value 0,000 < 0,05) sehingga terbukti bahwa pendidikan tentang hipertensi mampu meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi. Masih adanya responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik tentang hipertensi tentu menjadi masalah tersendiri karena akan selalu berisiko hipertensi karena tidak mengetahui tentang pencegahan perilaku yang berisiko hipertensi. Hal ini sesuai pernyataan dari Sunaryo (2006) faktor penyebab masalah adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor

59 perilaku khususnya perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors) dimana faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan masyarakat terhadap, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya. Tingkat pendidikan responden dan pemanfaatan tehnologi informasi berpengaruh terhadap hasil pretest. Responden dengan pendidikan yang tinggi lebih bisa memanfaatkan media informasi melalui media cetak dan elektronik dalam mencari informasi tentang hipertensi dan pengaruhnya terhadap perubahan perilaku berisiko pada pasien hipertensi. Terbukti dengan hasil pretest yang mempunyai pengetahuan baik sebelum pendidikan dilaksanakan, pada kelompok perlakuan 5 orang (16,7) dan kelompok kontrol 16 orang (50). 2. Pengaruh pendidikan hipertensi terhadap sikap tentang hipertensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan hipertensi mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap sikap tentang hipertensi (0,014 < 0,05) dimana juga diperkuat dari hasil rata-rata pretest sikap tentang hipertensi (67,33) sedangkan rata-rata postest (71,00). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Sari (2012) bahwa terdapat terdapat pengaruh pendidikan terhadap sikap penderita hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata sikap tentang hipertensi pada kelompok kontrol sebesar (66,41), sedangkan rata-rata sikap pada kelompok perlakuan sebesar (71,10). Hal ini menunjukkan bahwa sikap tentang hipertensi pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol dengan p value 0,000 < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang bermakna antara sikap tentang hipertensi pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pemberian pendidikan mampu meningkatkan sikap responden tentang hipertensi, walaupun mayoritas sikap responden pada kelompok perlakuan dan kontrol cenderung negatif, hal ini memang karena hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian sehingga responden masih memiliki kecenderungan untuk mempunyai sikap negatif terhadap hipertensi, walaupun setelah diberikan pendidikan

60 mengalami rata-rata peningkatan sikap menjadi lebih positif. Hal ini sesuai pernyataan Allport dalam Azwar (2010), bahwa sikap mempunyai 4 (empat) tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), merespon, diartikan memberikan jawaban, apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga dan bertanggung jawab, dimana bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi, sehingga dengan adanya hipertensi yang dialaminya responden perlu lebih bertanggung jawab untuk mempunyai sikap yang lebih positif dalam upaya untuk membantu mengurangi perilaku berisiko hipertensi. 3. Pengaruh pendidikan hipertensi terhadap perubahan perilaku berisiko hipertensi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap stres sebagai salah satu faktor perilaku hipertensi, dimana rata-rata pretest stres (,77) sedangkan rata-rata postest (,), walaupun terjadi penurunan stres tetapi pemberian pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang bermakna dalam meningkatkan kekebalan terhadap stres pada responden. Hal ini disebabkan bahwa terjadinya stres dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya adalah tekanan pekerjaan ataupun terjadinya masalah dalam rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap IMT (obesitas) sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,502 > 0,05), dimana rata-rata pretest IMT (26,85) sedangkan rata-rata postest (25,94). Hasil ini mendukung penelitian Taylor dan Wu (2009) bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) relatif tidak berubah setelah konseling genetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan terhadap riwayat merokok sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,005 < 0,05). Menurut Anggara dan Prayitno (2012)

61 menyatakan bahwa konsumsi rokok berhubungan dengan tekanan darah. Hal ini berarti dengan pretest riwayat merokok (3,00) sedangkan rata-rata postest (3,70) yang berarti responden mengurangi aktivitas merokoknya sehingga mampu mengurangi perilaku berisiko hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan terhadap pola makan makanan asin sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,008 < 0,05) dengan rata-rata rata pretest pola makan (1,97) sedangkan rata-rata postest (2,43). Rekomendasi dari World Health Organization (WHO) bahwa pola konsumsi garam yang tepat dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi yaitu tidak lebih dari 100 mmol atau sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam setiap harinya (Anggraini, et al., 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan terhadap frekuensi olahraga sebagai salah satu faktor perilaku berisiko hipertensi (p value 0,001 < 0,05) dengan rata-rata pretest frekuensi olahraga (1,87) sedangkan rata-rata postest (2,53). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Lawler, et al. (2012) bahwa konseling telepon secara signifikan dapat meningkatkan perubahan beberapa perilaku yaitu aktivitas fisik asupan lemak dan sayuran. Beavers (2009) menyatakan bahwa tekanan darah akan meningkat ketika sedang melakukan aktivitas fisik, tetapi jika seseorang melakukan aktivitas fisik secara teratur akan lebih sehat dan tekanan darahnya akan lebih rendah daripada seseorang yang tidak melakukan aktivitas fisik. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang cenderung membuat seseorang mengalami kegemukan dan akan menaikkan tekanan darah (Suiraoka, 2012). Zuraidah, et al., (2012) menyatakan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan secara tepat dan teratur, serta frekuensi dan lamanya waktu yang digunakan dengan baik dan benar dapat membantu menurunkan tekanan darah. Olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur dapat mengurangi faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner, termasuk hipertensi (Simamora, 2012).

62 Hasil penelitian secara keseluruhan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perubahan perilaku berisiko yaitu riwayat merokok, pola makan makanan asin dan frekuensi olahraga (p value < 0,05) sedangkan pendidikan tidak berpengaruh terhadap perubahan perilaku berisiko yaitu stres dan IMT (p value > 0,05), hal ini berarti bahwa mayoritas responden mampu mengurangi perilaku berisiko setelah mendapatkan pendidikan yaitu dengan mengurangi merokok, mengurangi makan makanan yang asin serta meningkatkan frekuensi dan waktu berolahraga sedangkan untuk faktor stres, hal tersebut tergantung dari pribadi masing-masing responden dimana stres dapat terjadi setiap saat karena problem keluarga ataupun tekanan pekerjaan sedangkan tidak terdapat pengaruh pendidikan terhadap IMT karena waktu penelitian yang tidak melakukan observasi dalam jangka panjang Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Muninjaya (2010) bahwa tujuan pendidikan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target pendidikan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya. Perubahan perilaku berisiko pada pasien hipertensi tersebut juga disebabkan adanya tokoh-tokoh yang mempengaruhi, yaitu tokoh-tokoh yang memberikan pendidikan. Hal ini sesuai pernyataan dari Sunaryo (2006) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku adalah faktor pendukung (reinforcing factors) yang diantaranya adalah sikap dan perilaku pada petugas.

63 D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut : 1. Partisipan hanya terbatas pada responden di Posbindu Purwo Bakti Husodo dan Posbindu Hidup Sehat Surakarta sehingga ada kemungkinan diperoleh hasil yang berbeda apabila populasi partisipan diperluas. 2. Pelaksanaan pendidikan tentang hipertensi yang dilakukan oleh petugas kurang berjalan maksimal karena masih terdapat beberapa responden yang mengobrol sendiri sehingga hal ini mengganggu jalannnya atau pelaksanaan pendidikan. 3. Jenis penelitian menggunakan eksperimental kuasi cenderung melebih-lebihkan hasil dan kurang teliti dalam penentuan kelompok kontrol dan kelompok sampel. Dimana seharusnya untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok sampel bukan ditentukan langsung melainkan melalui random seperti pada penelitian RCT.