ANALISIS SETTING OUT ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GPS REAL TIME KINEMATIC

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Penentuan Arah Kiblat Secara Geodetis

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

BAB I PENDAHULUAN I-1

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-202

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2017

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Aplikasi GPS RTK untuk Pemetaan Bidang Tanah

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perbandingan Ketelitian Hasil Pengukuran GCP... (Safi i, et al.)

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN AZIMUT PENGAMATAN MATAHARI DAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) (Studi Kasus: Kampus ITS Sukolilo, Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

Jurnal Geodesi Undip Juli 2014

AKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Oktober2015

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Atika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

MODUL 3 GEODESI SATELIT

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI)

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

Tugas Akhir. Andhika Prastyadi N Teknik Geomatika FTSP ITS

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

Kata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

ANALISA PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN KOORDINAT DAN ELEVASI DENGAN ALAT TOTAL STATION DAN GPS GEODETIC DI FOLDER SANGATTA KAB. KUTAI TIMUR ABSTRACT

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

Analisa Perbandingan Volume Cut and Fill menggunakan Total Station dan GPS CORS (Continouosly Operating Reference Station) Metode RTK NTRIP

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB ARAH KIBLAT DR. ING KHAFID DALAM PROGRAM MAWĀQIT 2001

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

UJI AKURASI PENENTUAN POSISI METODE GPS-RTK MENGGUNAKAN PERANGKAT CHC X91+

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN I.1.

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

Pengaruh Waktu Pengamatan Terhadap Ketelitian Posisi dalam Survei GPS

0 o 0 0 BT. Dari hasil perhitungan diperoleh azimuth Mushola Miftahul Huda terhadap

EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA. (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo)

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

Cara Mudah Penentuan Arah Kiblat

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

BAB III METODE PENGUKURAN

INSTALL PROGRAM YANG DIPERLUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM

PPK RTK. Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic)

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Cakupan

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma

Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tanggal 27 Oktober 2014;

PEMANFAATAN JRSP METODE ONLINE POST PROCESSING SPIDERWEB UNTUK PENGUKURAN BIDANG TANAH

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

Transkripsi:

ISSN 2621-9883 ELIPSOIDA Vol 01 No 01, Juli 2018 (7-11) @Departemen Teknik Geodesi UNDIP ANALISIS SETTING OUT ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GPS REAL TIME KINEMATIC Moehammad Awaluddin 1, Fauzi Janu Amarrohman 1, Bambang Darmo Yuwono 1, Armenda Bagas R. 1, M. Hudayawan Nur L. 1 1 Departemen Teknik Geodesi-Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, SH, Tembalang, Semarang-75123Telp./Faks: (024) 736834, e-mail: awal210874@gmail.com (Diterima 20 Mei 2018, Disetujui 5 Juni 2018) ABSTRAK Penentuan arah kiblat terdiri dari dua macam kegiatan, yaitu bagaimana cara menghitung arah kiblat dari suatu titik/lokasi dan bagaimana membawa arah kiblat (setting out) yang sudah didapat tersebut ke lapangan. Penelitan ini menganalisis akurasi setting out arah kiblat dengan menggunakan metode GPS Real Time Kinematic. Akurasi metode ini akan dibandingkan dengan arah kiblat hasil rashdul kiblat serta pengukuran GPS Statik. Arah kiblat yang dihasilkan dari metode GPS RTK memiliki perbedaan dengan arah kiblat hasil hitungan metode vincenty sebesar 17 43.6516 pada titik yang berjarak 25 meter dari titik pengamatan kiblat. Sedangkan pada titik yang berjarak 40 meter memiliki perbedaan sebesar 6 28.2974. Arah kiblat yang dihasilkan dari metode GPS RTK memiliki perbedaan dengan arah kiblat metode rashdul kiblat sebesar 2 18 pada titik yang berjarak 25 meter dari titik pengamatan kiblat. Sedangkan pada titik yang berjarak 40 meter memiliki perbedaan sebesar 6 34. Kata kunci : Kiblat, Setting Out, GPS, RTK, Azimut,. ABSTRACT The direction of qiblah consists of two kinds of activities, namely how to calculate the qiblah direction from the point / location and how to bring the direction of qiblah to the field. This research analyzes the accuracy of setting out the direction of qiblah by using Real Time Kinematic GPS method. The accuracy of this method will be compared with Qibla direction that obtained form rashdul qiblah method and Static GPS measurements. The Qibla direction generated from the GPS RTK method has a difference with the direction of Qibla of the vincenty calculation of 17' 43.6516" at a point 25 meters from the Qibla observation point. While at a point that is within 40 meters has a difference of 6' 28.2974". The Qibla direction generated from the RTK GPS method has a difference with the direction of Qibla of the rashdul qiblah methode of 2' 18" at a point 25 meters from the Qibla observation point. While at a point that is 40 meters away has a difference of 6' 34". Keywords : qiblah, setting out, GPS, RTK, direction. 1. PENDAHULUAN Kiblat merupakan arah penting Umat Muslim saat melakukan ibadah shalat sehari-hari. Umat muslim wajib menghadapkan dirinya ke arah kiblat yaitu Ka bah di Mekkah al Mukarrahmah. Secara etimologis kiblat berasal dari kata qibala (bahasa Arab) yang berarti bertemu dan qiblatan berarti arah pertemuan. Ketika lokasi umat muslim melakukan ibadah shalat jauh dari Ka bah, misal di Indonesia, penentuan arah kibilat kemudian menjadi suatu permasalahan. Hal ini disebabkan pengamatan arah kiblat tidak dapat ditentukan secara langsung (Mawardi, 2014). Perkembangan teknologi pengukuran dan pemetaan mempengaruhi alat dan metode pengukuran dan perhitungan arah kiblat. Saat ini peralatan pengukuran posisi dengan teknologi GNSS (Global Navigation Satellite System) mempunyai ketelitian yang baik hingga orde milimeter (Abidin, 2007). Secara umum penentuan arah kiblat terbagi dalam dua pekerjaan, yaitu: perhitungan arah kiblat dari suatu titik/lokasi dan setting out arah kiblat yang sudah didapat tersebut ke lapangan. Setting out arah kiblat adalah membuat garis khayalan di lapangan dari suatu titik mengarah ke kiblat. Saat ini setting out arah kiblat ke lapangan menggunakan metode pengukuran sudut dengan alat Theodolit atau Total Station. Setting out tersebut membutuhkan reduksi data azimut kiblat yang sudah didapat di atas bidang hitungan ellipsoid menjadi azimut kiblat lapangan. Reduksi data tersebut berupa koreksi skew normal, garis geodesic dan defleksi vertikal. Metode pengukuan GPS Real Time Kinematic merupakan prosedur DGPS (Differential Global Positioning System) menggunakan data pengamatan fase, yang mana data atau koreksi fase dikirim secara seketika dari stasion referensi ke receiver pengguna. Pada metode ini koordinat titik langsung didapat saat itu 7

juga (Abidin, 2007). Setting out arah kiblat dengan menggunakan metode GPS Real Time Kinematic dapat membawa langsung azimut kiblat hasil hitungan ke lapangan. Metode ini tidak membutuhkan reduksi data azimut kiblat. Perhitungan arah kiblat di atas bidang bola dan ellipsoid dilakukan Izzudin (2012). Arah kiblat dihitung ke sudut cakupan azimut untuk arah kiblat berupa bangunan Kabah, Komplek Masjidil Haram dan Kota Mekkah. Arah kiblat pada bangunan Ka bah mempunyai sudut cakupan azimut berkisar pada angka di bawah 1. Sedangkan untuk Komplek Masjidil Haram berkisar orde detik, untuk Kota Mekkah di orde menit. Nugroho, AP dan Khomsin (2013) melakukan perhitungan arah kiblat di Kota Surabaya. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bidang perhitungan bola dan ellipsoid. Pada bidang bola arah kiblat memiliki perbedaan sebesar 1 8,7949-1 21,5281 terhadap hasil perhitungan arah kiblat pada bidang ellipsoid. Sedangkan, arah kiblat pada bidang ellipsoid dengan menggunakan rumus segitiga bola memiliki perbedaan sebesar 7 17,581-7 18,9383 terhadap hasil perhitungan arah kiblat pada bidang ellipsoid. Awaluddin (2016) mengkaji besarnya perbedaan arah kiblat pada tiga bidang hitungan ellipsoid, bola dan Peta Mercator. Arah Kiblat pada ketiga bidang hitungan tersebut dibandingkan dengan arah kiblat hasil pengukuran rashdul qiblat. Arah kiblat hasil hitungan di atas ellipsoid yang sudah dikoreksi dengan di atas bola mempunyai perbedaan yang jauh lebih kecil yaitu sebesar 45,7 jika dibandingkan dengan arah kiblat pada Peta Mercator. Perbedaan arah kiblat di atas ellipsoid yang sudah dikoreksi dengan arah kiblat hasil rashdul kiblat di lapangan sebesar 7 58,24. Sedangkan untuk selisih arah kiblat di atas bidang bola dengan azimut hasil rashdul kiblat sebesar 2 49,94. Penelitian-penelitian di atas sebagain besar belum ada yang melakukan pemasangan arah kiblat di lapangan yang merupakan salah satu masalah dalam penentuan arah kiblat dan membandingkan akurasinya dengan penentuan arah kiblat metode rashdul qiblat. Sedangkan Awaluddin (2016) sudah melakukan setting out arah kiblat dengan metode sudut dengan alat theodolit. Dalam penelitian tersebut terdapat kendala dalam mereduksi data azimut di atas bidang ellipsoid ke lapangan. Kendalanya adalah tidak adanya data defleksi vertikal karena kesulitan dalam pengukuran azimut astronomis. Hal tersebut mengakibatkan koreksi defleksi vertikal diabaikan. Jurnal ini berisi penelitian yang bertujuan untuk menganalisis akurasi setting out arah kiblat dengan menggunakan metode GPS Real Time Kinematic. Akurasi metode ini akan dibandingkan dengan arah kiblat hasil rashdul qiblat serta pengukuran GPS Statik. 2. PUSTAKA 2.1 Kiblat Kata kiblat dari aspek bahasa berasal dari kata qabala-yaqbulu-qiblatan yang berarti menghadap. Menurut beberapa kamus, kiblat diartikan arah ke Ka bah di Mekah (pada waktu salat), atau Ka bah itu sendiri. Sementara itu, dalam ensiklopedi, kiblat diartikan sebagai bangunan Ka bah atau arah yang dituju kaum muslimin dalam melaksanakan sebagian ibadah, arah untuk menghadap pada waktu salat. Dalam kitab fikih, kiblat didefinisikan sebagai arah Ka bah atau wujud Ka bah. Kiblat juga menjadi sinonim dari kata syatrah, al-simt, dan arah (Marwadi, 2014). Kiblat dalam literatur-literatur ilmu falak didefinisikan sebagai Arah terdekat dari seseorang menuju Ka bah dan setiap muslim wajib menghadap ke arahnya saat mengerjakan salat (Izzudin, 2012). Kiblat sebagai arah Ka`bah di Mekah dapat ditentukan dari setiap titik atau tempat di permukaan Bumi dengan melakukan perhitungan dan pengukuran. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat pada dasarnya adalah perhitungan untuk mengetahui guna menetapkan ke arah mana Ka bah di Mekah itu dilihat dari suatu tempat di permukaan Bumi ini, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan salat, baik ketika berdiri, rukuk, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Ka bah. Pengukuran arah kiblat kemudian menjadi permasalahan ketika lokasi suatu tempat jauh dari Ka bah karena tidak dapat dilakukan pengamatan penglihatan secara langsung. Apalagi dengan bangunan Ka bah yang mempunyai dimensi relatif kecil (belasan meter) dibandingkan jarak Ka bah ke lokasi misal di Kota Semarang (lebih dari 8.000 km) mengakibatkan penyimpangan arah dengan orde detik dapat membuat arah kiblat sudah tidak mengarah ke bangunan Ka bah. 2.2 GPS Real Time Kinematic Salah satu teknologi pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSS CORS (Global Navigation Sattelite System Continuosly Operating Reference Stations). CORS merupakan jaring kerangka geodetik aktif berupa stasiun permanen yang dilengkapi dengan receiver yang dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan satelit GNSS lainnya. CORS beroperasi secara kontinu selama dua puluh empat jam. Dengan menggunakan CORS sebagai stasiun referensi, pengukuran GPS secara diferensial cukup menggunakan satu receiver GPS di lapangan (Hafiz, 2014). Jurnal ELIPSOIDA, Volume 01 Nomor 01, Juli 2018 8

Sistem Real Time Kinematic (RTK) merupakan prosedur DGPS (Differential Global Positioning System) menggunakan data pengamatan fase, yang mana data atau koreksi fase dikirim secara seketika dari stasion referensi ke receiver pengguna. Data atau koreksi tersebut dapat dikirim melalui sinyal radio atau sinyal internet. Dengan adanya radio modem atau sistem NTRIP (Networked Transport Of RTCM Via Internet Protocol) sehingga proses pengiriman data atau koreksi fase dapat dilakukan secara seketika, membuat informasi posisi yang dihasilkan oleh sistem ini dapat diperoleh secara seketika. Pada GPS RTK-NTRIP ini menggunakan master referensi sehingga kendala jarak antara rover dan stasiun referensi (base station) menjadi masalah utama (Hafiz, 2014). 2.3 Setting Out Arah Kiblat Setting out arah kiblat di lapangan dapat dilakukan dengan metode trigonometris menggunakan alat theodolit/total station atau dengan menggunakan metode GPS Real Time Kinematic. Arah kiblat juga dapat ditentukan dengan metode rashdul qiblat. Metode ini memanfaatkan benda-benda langit yaitu posisi Matahari ketika berada di atas Ka bah yang disebut dengan yaumu rashdil qiblat. Peristiwa ini hanya terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 27/28 Mei dan tanggal 15/16 Juli (Izzudin, 2012). 2.3.1 Meode Trigonometris Hasil perhitungan arah kiblat berupa azimut dari suatu titik ke arah kiblat harus dipasang di lapangan. Alat pengukur sudut (theodolit atau total station) dapat dilakukan untuk memasang garis arah kiblat. Gambar 1. Sketsa setting out arah kiblat di lapangan dengan metode trigonometris Pada Gambar 1. dua buah BM P1 dan P2 dipasang di lapangan dan dilakukan pengukuran koordinat P1 dan P2 dengan menggunakan alat Receiver GNSS. Azimut P1 ke Kiblat dan azimut P1 ke P2 dihitung. Kemudian dengan data azimut tersebut arah kiblat (AzP1-Ka bah) dapat dipasang di lapangan. 2.3.2 Metode GPS Real Time Kinematic Setting out dengan metode GPS RTK membutuhkan data koordinat titik pengamatan kiblat (titik P1), azimut kiblat hasil hitungan di atas bidang ellipsoid serta jarak yang ditentukan sembarang. Kemudian dihitung koordinat titik ke 2 dengan menggunakan metode vincenty. 3. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian penentuan arah kiblat adalah di areal Kampus Undip Tembalang yaitu di lapangan terbuka depan Departemen Teknik Kimia dan samping Aula FPIK (Titik P1 dan P2). Metode pengukuran adalah statik diferensial. Titik GNSS yang dijadikan sebagai acuan adalah titik GNSS CORS CSEM milik Badan Informasi Geospasial. Peralatan yang digunakan adalah: Receiver GPS TopCon Hiper II, Total Station Sokkia Set 610, perangkat lunak Microsoft Excel dan ADJUST. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengamatan GPS titik-titik pengamatan, data GPS CORS CSEM serta data koordinat Ka bah (21 0 25 21,17 LU, 39 0 49 34,56 BT (Izzudin, 2012)). Titik pengamatan arah kiblat P1 dan satu titik bantu P2 dipasang di lapangan. Pada kedua titik tersebut dilakukan pengukuran GPS dengan metode GPS Statik dengan menggunakan referensi stasiun GNSS CORS CSEM. Perhitungan arah kiblat pada titik P1 dilakukan pada bidang hitungan ellipsoid dengan metode vincenty. Pemasangan arah kiblat di lapangan akan dilakukan pada titik P1 yang akan dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut. 1. Metode GPS RTK Dilakukan dengan menghitung koordinat titik berjarak 25m dan 40m dari titik P1 dengan azimut hasil hitungan arah kiblat di titik P1. Koordinat hasil hitungan metode vincenty yang merupakan koordinat geodetis ditransformasikan ke koordinat UTM. Koordinat UTM tersebut kemudian dicari di lapangan dengan metode GPS RTK. 2. Metode Rashdul Qiblat Pengukuran rashdul kiblat dilakukan pada tanggal 28 Mei 2017 dan 16 Juli 2017 di titik P1. Pengukuran pertama bayangan arah kiblat pada tanggal 28 Mei 2017 Jurnal ELIPSOIDA, Volume 01 Nomor 01, Juli 2018 9

masih dapat terlihat meskipun samar-samar karena intensitas cahaya matahari yang sudah melemah. Sedangkan pada 16 Juli 2017 cuaca mendung dan matahari sudah terlalu rendah sehingga bayangan arah kiblat tidak dapat diperoleh. Hasil arah kiblat dengan metode GPS RTK diukur lagi koordinat geodetisnya dengan metode GPS Statik, kemudian dihitung lagi azimut arah kiblat yang baru. Kemudian dilakukan analisis terhadap arah kiblat yang dihasilkan melalui hitungan dan setting out di lapangan. Hasil arah kiblat dengan metode GPS RTK juga diukur perbedaannya dengan arah kiblat hasil metode rashdul kiblat. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran GNSS adalah koordinat geodetis titik P1 dan P2 yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Koordinat geodetis hasil pengukuran GNSS CSEM 6 0 59 14,17 110 0 22 36,97 P1 7 3' 7.29468" 110 26' 31.77821" P2 7 3' 7.28993" 110 26' 32.77596" Arah kiblat di titik P1 dihitung dengan metode vincenty. Hasil hitungan arah kiblat di titik P1 adalah 294 0 23 15.241. Dengan menggunakan data koordinat titik P1 dan azimut arah kiblat di titik P1 dilakukan hitungan koordinat tiga titik yang berjarak 25m, dan 40m dengan menggunakan metode vincenty. Hasil koordinat dapat dilihat di Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Koordinat geodetis hasil hasil hitungan dengan metode vincenty dengan jarak 25m dan 40m dari P1 ke arah kiblat 25m 7 3' 6.9587" 110 26' 31.0363" 40m 7 3' 6.7570" 110 26' 30.5911" Tabel 3. Koordinat peta UTM hasil titik dengan jarak 25m dan 40m dari P1 ke arah kiblat Nama Titik E (m) N (m) 25m 438369.1928 9220473.2698 40m 438355.5272 9220479.4475 Setting out arah kiblat dilakukan pada jarak 25m dan 40m dengan metode GPS RTK. Titik-titik yang di-setting out adalah koordinat UTM pada Tabel 3. Setelah itu dilakukan pengukuran GPS statik pada titik hasil setting out (titik 25m dan 40m). Koordinat hasil pengukuran GPS statik pada titik tersebut dapat dilihat di Tabel 4. Tabel 4. Koordinat geodetis hasil hasil setting out arah kiblat pada jarak 25m dan 40m 25m 7 3' 6.95380" 110 26' 31.03578" 40m 7 3' 6.75387" 110 26' 30.59010" Kemudian dilakukan perhitungan azimut dari titik P1 ke titik 25m dan 40m dan dihitung perbedaannya dengan arah kiblat hasil hitungan metode vincenty (294 0 23 15.241 ). Hasil hitungan arah kiblat hasil setting out pada pada jarak 25 meter adalah 294 0 40 58.8926, memiliki perbedaan sebesar 17 43.6516 dengan arah kiblat hasil hitungan vincenty. Sedangkan pada jarak 40 meter, arah kiblatnya 294 0 29 43.5384, memiliki perbedaan sebesar 6 28.2974. Pengukuran rashdul kiblat dilakukan di titik P1. Kemudian dilakukan pengukuran sudut dengan total station sisi arah rashdul kiblat ke sisi arah kiblat hasil setting out dengan GPS RTK. Sudut hasil ukuran tersebut merupakan perbedaan arah kiblat dari kedua metode. Perbedaan arah kiblat hasil setting out pada jarak 25 meter adalah 2 18 sedangkan pada arah 40 meter adalah 6 34. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Azimut kiblat hasil setting out dengan GPS RTK jika dibandingkan dengan hasil hitungan metode vincenty berbeda sebesar 17 43.6516 pada titik jarak 25 meter dan 6 28.2974 pada titik jarak 40 meter. Azimut kiblat hasil setting out dengan GPS RTK jika dibandingkan dengan rashdul kiblat berbeda sebesar 2 18 pada titik jarak 25 meter dan 6 34 pada titik jarak 40 meter. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih untuk Departemen Teknik Geodesi dan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro yang telah mendanai penelitian dasar ini. DAFTAR PUSTAKA Abidin, H.Z. 2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Awaluddin, M., Yuwono, BD., Hani ah, Wicaksono, S. 2016. Kajian Penentuan Arah Kiblat Secara Geodetis. Jurnal Teknik, 37 (2), 2016, 84-87. Semarang. Hafiz, EG., Awaluddin, M., Yuwono, BD. 2014. Analisis Pengaruh Panjang Baseline Terhadap Jurnal ELIPSOIDA, Volume 01 Nomor 01, Juli 2018 10

Ketelitian Pengukuran Situasi Dengan Menggunakan GNSS Metode RTK-NTRIP (Studi Kasus: Semarang, Kab. Kendal dan Boyolali). Jurnal Geodesi UNDIP Vol. 3, No. 1, Tahun 2014, (ISSN : 2337-845X). Semarang Izzudin, A. 2012. Metode Penentuan Arah Kiblat dan Akurasinya. Annual International Conference on Islamic Studies XII IAIN Sunan Ampel. Surabaya. Marwadi. 2014. Aplikasi Teori Geodesi dalam Perhitungan Arah Kiblat: Studi Untuk Kota Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen. Al-Manahij : Vol. 8 No. 2. Hal 329-351. Purwokerto. Nugroho, AP & Khomsin. 2013. Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (Juni, 2013) ISSN: 2301-9271. Surabaya. Jurnal ELIPSOIDA, Volume 01 Nomor 01, Juli 2018 11