BAB I PENDAHULUAN I.1.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Continuously Operating Reference Station (CORS) adalah sistem jaringan kontrol yang beroperasi secara berkelanjutan untuk acuan penentuan posisi Global Navigation Satelite System (GNSS) dan dapat diakses oleh siapapun yang membawa receiver dengan spesifikasi tertentu. Dalam mengakses CORS secara real time, receiver harus dilengkapi dengan sambungan internet agar dapat melakukan komunikasi data dari stasiun CORS ke receiver pengguna. Dalam hal ini data CORS menggunakan streaming NTRIP (Networked Transport RTCM via Internet Protocol). Indonesia sudah memiliki beberapa stasiun CORS, salah satunya adalah CORS GMU1 yang berada di Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT-UGM) Yogyakarta. CORS GMU1 mulai beroperasi sejak tahun Dalam website layanan CORS GMU1 yaitu informasi cakupan area koreksi yang diberikan masih dalam jarak secara teoritis, yakni diukur sejauh 30 kilometer dari titik dimana stasiun CORS didirikan dan tanpa diberikan informasi provider telekomunikasi apa yang digunakan untuk area tersebut. Sementara itu, jarak maksimum pengamatan Real Time Kinematic (RTK) NTRIP single base untuk mendapatkan koreksi streaming yang baik adalah 20 kilometer dari stasiun CORS yang digunakan (Janssen,dkk 2011). Pengamatan RTK-NTRIP membutuhkan bantuan koneksi internet dari modem yang ada dalam perangkat GPS. Koneksi internet tersebut bergantung pada layanan dari provider. Tiap provider mempunyai kinerja yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kinerja yang dimaksud terkait ketersediaan jaringan maupun kecepatan data dalam mengirimkan koreksi streaming dari masing-masing provider. Secara umum, dalam pengamatan RTK semakin jauh jarak rover dari base station maka nilai kepresisian yang dihasilkan semakin rendah. Namun demikian, dalam pengamatan RTK NTRIP selain pengaruh jarak dari base station, jaringan dari provider juga mempengaruhi kepresisian yang dihasilkan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pemetaan terkait informasi tingkat kepresisian hasil pengamatan 1

2 2 RTK NTRIP CORS GMU1 dari tiap provider telekomunikasi hingga jarak 20 km dari stasiun CORS GMU1. I.2. Tujuan Tujuan dari kegiatan aplikatif ini adalah : 1. Membuat perbandingan tingkat kepresisian hasil pengamatan RTK NTRIP dengan lima provider telekomunikasi, yaitu Telkomsel, Indosat, XL, Axis, dan Three. 2. Membuat peta kepresisian hasil pengamatan RTK NTRIP tiap provider dalam radius jarak 20 km dari stasiun CORS GMU1. I.3. Manfaat Hasil kegiatan aplikatif ini memberikan manfaat bagi pengguna layanan CORS dari GMU1 untuk dapat menentukan jenis provider telekomunikasi yang lebih tepat digunakan saat melakukan pengamatan RTK-NTRIP di lokasi yang berada dalam radius 20 km dari stasiun CORS GMU1. I.4. Lingkup Kegiatan Kegiatan aplikatif ini mencakup beberapa hal, yaitu : 1. Metode pengamatan yang digunakan adalah RTK-NTRIP single base dengan mountpoint GMU10 melalui server GFZ 2. Format data koreksi yang digunakan adalah RTCM V Provider telekomunikasi yang digunakan yaitu Telkomsel, Indosat, XL, Three, dan Axis. 4. Pengamatan dilakukan pada delapan arah mata angin dengan jarak kurang lebih 2,5 km; 5 km; 7,5 km; 10 km; 2,5 km; 15 km; 17,5 km; dan 20 km dari stasiun CORS GMU1. 5. Data yang digunakan untuk perhitungan kepresisian adalah hasil pengamatan RTK NTRIP posisi horisontal. 6. Alat yang digunakan adalah receiver GNSS Leica Viva GS08 dengan spesifikasi ketelitian horisontal 1cm + 1ppm.

3 3 I.5. Landasan Teori I.5.1. GNSS (Global Navigation Satellite System) Menurut Fahrurrazi (2010) Global Navigation Satellite System atau yang biasa disebut GNSS merupakan sistem satelit yang dirancang untuk keperluan navigasi, penentuan posisi, dan waktu. GNSS terdiri dari empat sistem satelit navigasi, yaitu Navstar GPS milik Amerika Serikat, GLONASS milik Rusia, Galileo milik Eropa, dan Compass milik China. Dari keempat sistem satelit tersebut, GPS dan GLONASS yang sudah beroperasi, sedangkan untuk Galileo dan Compass masih dalam tahap pengembangan. I GPS (Global Positioning System). Nama formal dari GPS adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positiong System). GPS merupakan sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikembangkan dan dikelola oleh Amerika Serikat sejak tahun Sistem satelit ini terdiri dari 24 satelit dengan jarak ketinggian orbit km dari bumi. GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu segmen satelit, segmen kontrol, dan segmen pemakai (Abidin 2000). Segmen satelit terdiri dari satelit-satelit GPS. Segmen kontrol terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengotrol satelit. Segmen pemakai terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal data GPS. Segmen GPS lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut (Abidin 2000): 1. Segmen satelit GPS merupakan stasiun radio di luar angkasa yang dilengkapi dengan antena untuk mengirim dan menerima sinyal gelombang. Sinyal dari satelit kemudian akan diterima receiver GPS yang ada di permukaan bumi dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, serta waktu. 2. Segmen kontrol merupakan stasiun pengontrol dan pemonitor satelit selain bertugas untuk mengontrol dan memonitor satelit, juga berfungsi untuk menentukan orbit dari seluruh satelit GPS. 3. Segmen pemakai harus memiliki alat penerima sinyal GPS yang berfungsi untuk menerima serta memproses sinyal dari satelit GPS untuk penentuan posisi, kecepatan, serta waktu.

4 4 I GLONASS. Sistem satelit GLONASS dibangun sejak 1970 dan secara resmi diumumkan oleh Rusia pada Februari Satelit GLONASS pertama kali diluncurkan pada 12 Oktober 1982 dan sampai sekarang ada 24 satelit yang telah berstatus operasional. Sama halnya dengan sistem GPS, sistem GLONASS juga didesain untuk dapat memberikan posisi, kecepatan, dan waktu di permukaan bumi. GLONASS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu segmen kontrol, segmen angkasa, dan segmen pemakai. Penjelasan lebih lanjut dari ketiga segmen tersebut adalah sebagai berikut (Casiano 2010): 1. Segmen kontrol yang terdiri dari sistem kontrol pusat dan stasiun jaringan yang ada di Rusia. Segmen kontrol GLONASS mirip dengan segmen kontrol GPS, berfungsi untuk memantau status satelit. 2. Segmen angkasa GLONASS merupakan satelit GLONASS yang berada di angkasa. Satelit tersebut akan mengirim dan menerima sinyal gelombang. 3. Segmen pemakai terdiri dari perangkat yang dapat menerima sinyal dari satelit GLONASS. Untuk mendapatkan posisi yang akurat, perangkat penerima sinyal tersebut minimal harus mendapat sinyal dari empat satelit. I GNSS-CORS. Continuously Operating Reference Station (CORS) adalah sistem jaringan kontrol yang beroperasi secara berkelanjutan untuk acuan penentuan posisi Global Navigation Satelite System (GNSS) dan dapat diakses oleh siapapun yang membawa receiver dengan spesifikasi tertentu. Dalam penentuan posisi, CORS dapat digunakan untuk pengukuran secara realtime maupun post-processing. Menurut Fahrurrazi (2010), penentuan posisi dengan CORS dilakukan dengan metode relatif yaitu penentuan posisi titik pengamatan terhadap titik referensi yang telah diketahui koordinatnya. Dalam hal ini stasiun CORS yang berperan sebagai titik referensi. Dua metode yang sering digunakan adalah differential GNSS (DGNSS) dan Real Time Kinematic (RTK). DGNSS melakukan pengukuran jarak antara receiver ke satelit dengan teknik korelasi gelombang kode. RTK melakukan pengukuran jarak dengan pengukuran fase gelombang sinyal pembawa yang dipancarkan satelit. Konsep dari sistem CORS dapat dilihat pada Gambar I.1.

5 5 Gambar I.1. Konsep sistem CORS (Sunantyo 2009) Infrastruktur dari GNSS-CORS terdiri dari dua komponen (Sunantyo 2009) yaitu master station dan rover station. Master station sebagai titik referensi dari GNSS CORS yang bertugas untuk merekam data dari stasiun server, download data dan koreksi untuk semua pengguna. Rover station sebagai pengguna dari GNSS CORS. I.5.2. CORS GMU1 CORS GMU1 berada di Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM. CORS GMU1 menyediakan layanan data RINEX dalam beberapa sampling rate dan streaming NTRIP untuk aplikasi RTK dan DGPS. Sampling rate dari data RINEX yang disediakan adalah 1 detik, 5 detik, dan 30 detik dengan format RINEX versi 2.1. Untuk layanan streaming NTRIP, CORS GMU1 memancarkan sinyal koreksi dalam format RTCM (1.x, 2.x, 3.x), CMR, dan CMR+. Untuk menggunakan data dari CORS GMU1, pengguna harus melakukan registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan username dan password. Server CORS GMU1 berfungsi sebagai NTRIP server serta NTRIP caster. Perangkat CORS GMU1 terdiri dari (Sunantyo 2009) : 1. Antena Leica AT504 GG Choke Ring Antenna 2. Receiver GNSS Javad Delta TRE G3T

6 6 3. Kabel Coaxial untuk penghubung receiver ke antena 4. Kabel RS232 dan UTP untuk penghubung receiver ke server 5. IBM X Software GNSS Spider Versi UPS APC Dari hasil penelitian Sunantyo,dkk (2009) posisi stasiun CORS GMU1 yang didefinisikan menggunakan software GAMIT versi dengan data pengamatan statik selama 10 hari, sampling rate 15 detik serta diikatkan dan diratakan dengan enam stasiun IGS ditunjukkan pada Tabel I.1. Tabel I.1. Koordinat posisi stasiun CORS GMU1 Sistem Koordinat Posisi X (m) : Y (m) : Z (m) : Kartesi dalam ITRF , , , σ x (m) : 0,00184 σ y (m) : 0,00407 σ z (m) : 0,00104 Koordinat Geodetik dalam WGS 84 Lintang (φ) : , LS Bujur (λ) : , BT Tinggi Geometrik (h) = 174,274 m Sistem proyeksi peta UTM N (m) : ,18692 E (m) : ,30529 I.5.3. RTK NTRIP Menurut Abidin (2000) sistem Real Time Kinematic (RTK) merupakan suatu akronim yang sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi realtime secara differensial menggunakan data fase. Karena dituntut untuk menghasilkan posisi secara realtime, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan data pseudorangenya ke pengguna secara realtime menggunakan sistem komunikasi data tertentu. Networked Transport of RTCM via Internet Protocol (NTRIP) merupakan layanan streaming data differential GPS melalui internet. NTRIP digunakan untuk mengirimkan koreksi data dari stasiun CORS ke receiver GPS pengguna, maupun perangkat yang lain, misal PC, laptop, atau smartphone. NTRIP terdiri dari empat komponen, yaitu NTRIP Source, NTRIP Server, NTRIP Caster, dan NTRIP Client. Skema hubungan antar komponen NTRIP dijelaskan pada gambar I.2.

7 7 Gambar I.2 Skema hubungan komponen NTRIP (Weber,dkk 2005) I NTRIP source. Komponen ini terdiri dari antena GNSS, receiver GNSS dan kabel penghubung. Antena GNSS didirikan diatas monumen atau tugu yang dapat ditempatkan di gedung atau di atas permukaan tanah. Kabel penghubung yang ada adalah kabel coaxial untuk penghubung antara antena dengan receiver serta kabel serial untuk penghubung antara receiver dengan server. NTRIP source berfungsi untuk menerima gelombang yang dipancarkan satelit-satelit GNSS. I NTRIP server. Merupakan bagian dari sistem CORS berupa komputer yang berfungsi untuk transfer data koreksi dari NTRIP source ke NTRIP caster. I NTRIP caster. Komponen ini berperan sebagai pemancar sinyal koreksi dari sistem CORS melalui jaringan internet dengan mengintegrasikan data dari receiver (NTRIP client). I NTRIP client. Merupakan komponen pengguna yang mendapat koreksi data dari sistem CORS. RTK NTRIP merupakan metode RTK yang pemancaran data fase dan data pseudorange menggunakan komunikasi lewat jaringan internet. Metode ini membutuhkan adanya jaringan internet untuk transfer koreksi data. Receiver yang digunakan harus memiliki koneksi internet dengan bantuan dari kartu GSM yang nantinya akan disetting pada receiver tersebut. Faktor yang mempengaruhi ketelitian posisi GPS ketika menggunakan satu base station atau lebih adalah (Bean dan Ferguson 2003):

8 8 1. Frekuensi yang digunakan 2. Jumlah base station 3. Lama pengamatan 4. Jarak dari base station Jarak antara stasiun referensi dengan rover atau variasi kondisi atmosfer antara stasiun referensi dengan rover merupakan salah satu faktor yang menentukan kecepatan dan keberhasilan proses solusi ambiguitas fase dalam RTK. Pada pengamatan RTK-NTRIP dengan satu base station, jarak maksimum untuk mendapat koreksi yang tinggi adalah sejauh 20 km (Janssen,dkk 2011). Selain itu, karena menggunakan koneksi internet dari provider telekomunikasi yang digunakan, pengaruh kekuatan sinyal dari provider juga akan berpengaruh karena koreksi dikirimkan melalui koneksi internet tersebut. Dalam pengamatan dengan sistem RTK, ada tiga jenis solusi yaitu (Hersanto 2010) : 1. Fix Rover telah terhubung ke stasiun referensi, memiliki ketelitian posisi dari 1 cm hingga 5 cm, ambiguitas fase telah terkoreksi, jumlah satelit yang teramati > 4, bias multipath terkoreksi. 2. Float Rover sudah terhubung ke stasiun referensi, memiliki ketelitian posisi dalam interval 5 cm hingga 1 m, ambiguitas fase belum terkoreksi, jumlah satelit yang teramati 4, bias multipath belum terkoreksi. 3. Standalone Rover tidak terhubung ke stasiun referensi, memiliki ketelitian posisi > 1 m, ambiguitas fase belum terkoreksi, jumlah satelit yang teramati 4, bias multipath belum terkoreksi I.5.4. RTCM Versi 3.0 The Radio Technical Commission for Maritime Services (RTCM) merupakan organisasi yang terdiri atas berbagai komite khusus yang bertugas mengembangkan standar radio navigasi dan radio komunikasi maritim. Format data RTCM dalam bentuk biner yang ringkas bagus untuk pemrosesan secara real time. Data RTCM

9 9 berupa beberapa jenis pesan yang berisi header dan body. Header berisi jenis pesan, waktu, dan panjang pesan. Body berisi data untuk setiap jenis pesan yang berisi pesan spesifik tertentu. Ada beberapa versi yang telah dikeluarkan, salah satunya adalah RTCM 3.0. RTCM versi 3.0 terbagi menjadi koreksi L1 dan L2 yang terdiri dari komponen koreksi ionosfer data fase dan koreksi geometrik data fase. Dengan mengirimkan koreksi tersebut secara terpisah memungkinkan adanya reduksi banwidth. RTCM versi 3.0 merupakan format data yang bersifat fleksibel. Format data ini adalah format data yang populer saat ini, karena kelebihannya dalam hal ekonomis dan menambah fleksibilitas. Jenis pesan dan isinya dari RTCM versi 3.0 dapat dilihat pada Tabel I.2. Tabel I.2. Jenis pesan dan isi pesan RTCM versi 3.0 (Rizos 2009) Jenis Pesan Isi 1001 Pengamatan RTK GPS L Perpanjangan pengamatan RTK GPS L1 mencakup signal to noise satelit 1003 Pengamatan RTK GPS L1 dan L Perpanjangan pengamatan RTK GPS L1dan L2 mencakup signal to noise satelit 1005 Koordinat stasiun referensi 1006 Koordinat stasiun referensi dengan informasi tinggi antena 1007 Deskripsi antena 1008 Deskripsi antena dan nomor seri antena 1009 Pengamatan RTK GLONASS L Perpanjangan pengamatan RTK GLONASS L1 mencakup signal to noise satelit 1011 Pengamatan RTK GLONASS L1 dan L Perpanjangan pengamatan RTK GLONASS L1dan L2 mencakup signal to noise satelit

10 10 I.5.5. Teknologi Seluler Teknologi seluler dideskripsikan dalam beberapa generasi, yakni (MOXA 2007): 1. 1G 1G merupakan generasi pertama teknologi seluler berbasis data analog. 1G digunakan untuk panggilan suara. Transfer data yang digunakan adalah perpindahan sinyal analog antar telepon. 2. 2G 2G merupakan generasi yang menggunakan data digital, dimana panggilan suara dikonversi menjadi data biner dan ditransmisikan dalam bentuk digital. 2G digunakan untuk panggilan suara dan pesan singkat antar telepon. Kecepatan data dalam generasi ini rendah, yakni 9,6 Kbps. Dalam generasi ini diwakili oleh sistem Global System for Mobile Communication (GSM). GSM menggunakan tiga frekuensi, yakni 900 Mhz, 1800 Mhz, dan 1900 Mhz. 3. 2,5G Dengan kemajuan teknologi, kecepatan data yang tinggi sangatlah dibutuhkan. Oleh karena itu, diitemukan generasi baru sebagai penyempurna dari generasi sebelumnya, yakni generasi 2,5G. 2,5G didesain untuk akses internet dan pertukaran multimedia antar telepon. Kecepatan transfer data generasi ini mencapai 100Kbps. Pada generasi 2,5G ditemukan General Packet Radio Service (GPRS) yang dapat menyediakan koneksi internet secara terus menerus. Untuk menambah kemampuan dalam transfer data, muncul teknologi baru yakni Enhanced Data for GSM Evolution (EDGE) dengan kecepatan transfer data mencapai 384Kbps. 4. 3G Generasi 3G menghasilkan teknologi Universal Mobile Telecomunication System (UMTS) sebagai sistem komunikasi untuk transfer pembicaraan, gambar, dan data dengan kecepatan transfer data maksimum hingga 2Mbps.

11 11 I.5.6. Provider Telekomunikasi di Indonesia Komunikasi merupakan hal yang sangat penting di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi, saat ini untuk berkomunikasi dipermudah dengan menggunakan telepon ataupun telepon genggam, sehingga jarak bukan lagi menjadi suatu masalah untuk dapat berkomunikasi. Dengan telepon genggam proses komunikasi dapat berjalan dengan cepat. Media telepon genggam ini harus terintegrasi dengan layanan dari provider telekomunikasi. Di Indonesia sendiri, menurut Depkominfo (2010) tercatat ada sebelas provider, yaitu : Tabel I.3. Provider telekomunikasi di Indonesia No Provider Produk 1 Natrindo Telepon Seluler (NTS) Axis 2 Indosat (Seluler) IM3, Mentari, Matrix 3 Indosat (StarOne) StarOne 4 Telkom (Flexi) Flexi 5 Telkomsel Telkomsel 6 Exelcomindo Pratama XL 7 Bakrie Telekom Esia 8 Mobile8 Fren 9 Sampoerna Telecom Ceria 10 Smart Telecom Smart 11 Hutchinson CP Telecommunication Three Dari Tabel I.3, dapat dilihat bahwa provider yang ada sangatlah banyak. Hal ini tentunya akan menyebabkan adanya proses persaingan di antara masing-masing provider untuk mendapatkan pelanggan yang banyak. Kualitas dari layanan data dapat ditingkatkan dengan melakukan pembangunan menara Base Transceiver Station (BTS) secara terus menerus untuk memperluas area jangkauan dari jaringan tersebut.

12 12 Tabel I.4. Jumlah menara BTS masing-masing provider (Depkominfo 2010) No Provider Jumlah menara BTS (unit) Tahun 2007 Tahun Natrindo Telepon Seluler (NTS) Indosat Telkom Telkomsel Exelcomindo Pratama Bakrie Telekom Mobile Sampoerna Telecom 270 *** 9 Smart Telecom *** Hutchinson CP Telecommunication *** *** = tidak ada data Jumlah menara BTS tiap provider berbeda, jumlah keseluruhan dari masingmasing provider dapat dilihat pada Tabel I.4. Dari Tabel I.4 dapat disimpulkan bahwa provider Telkomsel memiliki jumlah menara yang paling banyak di antara provider yang lainnya yakni sejumlah unit pada tahun 2007 dan unit pada tahun 2008 diikuti Exelcomindo Pratama dan Indosat pada peringkat kedua dan ketiga. I.5.7. Kepresisian Menurut Mikhail (1981) presisi merupakan derajat atau tingkat kedekatan dari pengukuran yang diulang terhadap pengukuran lain. Presisi diindikasikan dari pola penyebaran data. Penyebaran data yang sempit, maka semakin tinggi kepresisian dari pengukuran tersebut, dan sebaliknya. Kaitannya dengan simpangan baku, semakin tinggi kepresisiannya maka nilai simpangan baku akan semakin kecil. Tingkat kepresisian ditunjukkan dengan nilai simpangan baku, dirumuskan pada persamaan (I.1). Dalam hal ini, : nilai ukuran ke-i...(i.1)

13 13 : nilai rata-rata hasil ukuran : jumlah ukuran Rumus (I.1) digunakan data berupa populasi, apabila data berupa sampel maka dirumuskan sebagai persamaan (I.2)....(I.2) Dalam hal ini, : nilai ukuran ke-i : nilai rata-rata hasil ukuran : jumlah ukuran Simpangan baku posisi horisontal dihitung menggunakan persamaan (I.3)....(I.3) Dalam hal ini, = simpangan baku posisi horisontal σ E σ N = simpangan baku Easting = simpangan baku Northing I.5.8. Sistem Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) Sistem koordinat UTM merupakan rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global. Bumi dibagi menjadi 60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 bujur dan memiliki meridian tengah tersendiri. Berbeda dengan koordinat geografis yang satuan unitnya adalah derajat, koordinat UTM menggunakan satuan unit meter. Setiap zona memiliki panjang x sebesar meter dan panjang y sebesar meter. Ciri-ciri sistem koordinat UTM adalah (Prihandito,2010): 1. Silinder, transversal, secant, conform Silinder : semua titik di permukaan bumi diproyeksikan pada bidang silinder kemudian didatarkan Transversal : bidang silinder menyinggung bumi Secant : bidang silinder memotong bumi Conform : mempertahankan bentuk permukaan bumi 2. Memotong bola bumi di dua meridian standar, k=1

14 14 3. Lebar tiap zona 6, sehingga bumi dibagi menjadi 60 zona 4. Meridian tengah tiap zona k=0, Absis semu (T/E) = meter 6. Ordinat semu (U/N) = meter

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station) Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Survei, Pengukuran Dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 MODUL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kadaster merupakan sistem informasi kepemilikan tanah beserta berbagai hak maupun catatan yang mengikutinya dengan melibatkan deskripsi geometrik dari persil tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekarang ini teknologi GNSS berkembang dengan pesat baik dari segi metode pengamatan, efisiensi, ketelitian maupun jangkauannya. Berawal dari metode statik yang proses

Lebih terperinci

Atika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

Atika Sari, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya, ANALISA PERBANDINGAN KETELITIAN PENENTUAN POSISI DENGAN GPS RTK-NTRIP DENGAN BASE GPS CORS BIG DARI BERBAGAI MACAM MOBILE PROVIDER DIDASARKAN PADA PERGESERAN LINEAR (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari,

Lebih terperinci

Kata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider

Kata Kunci : GPS, CORS, NTRIP, RTK, Provider Analisa Perbandingan Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS RTK-NTRIP dengan Base GPS CORS Badan Informasi Geospasial (BIG) dari Berbagai Macam Mobile Provider (Studi Kasus : Surabaya) Atika Sari 1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN: 2301-9271 1 Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill Firman Amanullah dan Khomsin Jurusan

Lebih terperinci

MODUL 3 GEODESI SATELIT

MODUL 3 GEODESI SATELIT MODUL 3 GEODESI SATELIT A. Deskripsi Singkat Geodesi Satelit merupakan cabang ilmu Geodesi yang dengan bantuan teknologi Satelite dapat menjawab persoalan-persoalan Geodesi seperti Penentuan Posisi, Jarak

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN POSISI GPS CORS RTK-NTRIP DENGAN METODE RAPID STATIK King Adhen El Fadhila 1) dan Khomsin 2) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (MULTI) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION SIDANG TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION Yoga Prahara Putra yoga.prahara09@mhs.geodesy.its.ac.id JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP JIKA TERSEDIA JARINGAN DATA INTERNET Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime: RTK-Radio;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan suatu Lembaga Pemerintah yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur. Kegiatan tersebut meliputi

Lebih terperinci

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc www.pelagis.net 1 Materi Apa itu GPS? Prinsip dasar Penentuan Posisi dengan GPS Penggunaan GPS Sistem GPS Metoda Penentuan Posisi dengan GPS Sumber Kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem satelit navigasi adalah sistem yang digunakan untuk menentukan posisi di bumi dengan menggunakan teknologi satelit. Sistem ini memungkinkan sebuah alat elektronik

Lebih terperinci

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel. Pengantar Teknologi Nirkabel: Telepon Selular (Ponsel) Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel. Wireless

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Salah satu kegiatan eksplorasi seismic di darat adalah kegiatan topografi seismik. Kegiatan ini bertujuan

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penetuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tertib administrasi bidang tanah di Indonesia diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah tersebut memuat

Lebih terperinci

AKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara

AKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara Akurasi Pengukuran Gps Metode RTK-NTRIP...(Safi i dan Aditya) AKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara (Accuracy of GPS Measurement Using RTK-NTRIP

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime:

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Disampaikan Dalam Acara Workshop Geospasial Untuk Guru Oleh Ir.Endang,M.Pd, Widyaiswara BIG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jln. Raya Jakarta Bogor Km. 46 Cibinong, Bogor 16911

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S. Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) (Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang) Jl. Raden Saleh, 43 jakarta 10330 Phone : 62.021.3143080 Fax. 62.021.327958 E-mail : Coremap@indosat.net.id

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA 1. SISTIM GPS 2. PENGANTAR TANTANG PETA 3. PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang boleh dimanfaatkan

Lebih terperinci

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA SISTIM GPS SISTEM KOORDINAT PENGGUNAAN GPS SISTIM GPS GPS Apakah itu? Singkatan : Global Positioning System Dikembangkan oleh DEPHAN A.S. yang

Lebih terperinci

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM Dandy Firdaus 1, Damar Widjaja 2 1,2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telekomunikasi saat ini memegang peranan penting pada setiap lini kehidupan. Perkembangan bisnis kartu perdana seluler GSM akhir-akhir ini telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang GNSS CORS GMU1 milik Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM sudah beroperasi sejak tanggal 27 Juni 2009. Antena stasiun GMU1 dipasang pada pilar yang terdapat

Lebih terperinci

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

B A B IV HASIL DAN ANALISIS B A B IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Output Sistem Setelah sistem ini dinyalakan, maka sistem ini akan terus menerus bekerja secara otomatis untuk mendapatkan hasil berupa karakteristik dari lapisan troposfer

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661 A369 Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech I Gede Brawiswa Putra, Mokhamad Nur Cahyadi Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG Winardi Puslit Oseanografi - LIPI Sekilas GPS dan Kegunaannya GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan

Lebih terperinci

INSTALL PROGRAM YANG DIPERLUKAN

INSTALL PROGRAM YANG DIPERLUKAN INSTALL PROGRAM YANG DIPERLUKAN NTRIP Client untuk membaca data koreksi dari stasiun CORS pada mode survey NTRIK-RTK Serial Bluetooth untuk melakukan setting perubahan pada alat E-GNSS ke pilihan mode

Lebih terperinci

STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS

STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo GEOMATIC ENGINEERING ITS STUDI TENTANG CONTINUOUSLY OPERATING REFERENCE STATION GPS (Studi Kasus CORS GPS ITS) Oleh: Prasetyo Hutomo 3505.100.023 GEOMATIC ENGINEERING ITS CORS (Continuously Operating Reference System) CORS (Continuously

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengolahan Data Data GPS yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah hasil pengukuran secara kontinyu selama 2 bulan, yang dimulai sejak bulan Oktober 2006 sampai November 2006

Lebih terperinci

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) III. 1 GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Global Positioning System atau GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit [Abidin, 2007]. Nama

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Pengaruh Panjang Baseline Terhadap Ketelitian Pengukuran Situasi Dengan Menggunakan GNSS Metode RTK-NTRIP (Studi Kasus: Semarang, Kab. Kendal dan Boyolali) Ega Gumilar Hafiz, Moehammad Awaluddin,

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) Gutama Indra 1, Dewi Agustini Santoso 2, M. Ary Heryanto 3 1,2,3) Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Metode Real Time Point Precise Positioning (RT-PPP) merupakan teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam berkomunikasi di mana saja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu perkembangan teknologi yang demikian pesat adalah teknologi komunikasi data, baik melalui perangkat-perangkat mobile seperti handphone, PDA dan sebagainya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang. Komunikasi adalah alat bagi seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan metode terestris dan ekstra-terestris. Penentuan posisi dengan metode terestris dilakukan dengan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2015

Jurnal Geodesi Undip April 2015 Analisis pengukuran penampang memanjang dan penampang melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP Dimas Bagus, M. Awaluddin, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Verifikasi Koordinat Titik Dasar Teknik Orde 3 dengan Pengukuran GNSS Real Time Kinematic Menggunakan Stasiun CORS Geodesi UNDIP di Kota Semarang Arinda Yusi Madena, L. M Sabri, Bambang Darmo Yuwono *)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Candi Borobudur adalah monumen Buddha termegah dan kompleks stupa terbesar di dunia yang diakui oleh UNESCO. Bangunan Candi Borubudur tersebut secara keseluruhan menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL 3.1 Data yang Digunakan Data GPS yang digunakan dalam kajian kemampuan kinerja perangkat lunak pengolah data GPS ini (LGO 8.1), yaitu merupakan data GPS yang memiliki panjang

Lebih terperinci

PPK RTK. Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic)

PPK RTK. Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic) Mode Survey PPK (Post Processing Kinematic) selalu lebih akurat dari RTK (Realtime Kinematic) Syarat Kondisi Keuntungan / Kekurangan PPK Tidak diperlukan Koneksi Data Base secara realtime Diperlukan 1

Lebih terperinci

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM UU no. 4 Tahun 2011 tentang INFORMASI GEOSPASIAL Istilah PETA --- Informasi Geospasial Data Geospasial :

Lebih terperinci

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai

Lebih terperinci

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia

BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia BAB II CORS dan Pendaftaran Tanah di Indonesia Tanah merupakan bagian dari alam yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia. Hampir seluruh kegiatan manusia dilakukan di atas bidang tanah.

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

Company LOGO. Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak. Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia

Company LOGO. Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak. Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia Company LOGO Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia Produk Telekomunikasi Seluler di Indonesia 3G / 3.5G (HSDPA) GSM Mobile CDMA Fixed Wireless CDMA Internet Mobile

Lebih terperinci

Dalam subbab ini penulis memberikan beberapa SIMCARD GSM yang dipakai oleh penulis.

Dalam subbab ini penulis memberikan beberapa SIMCARD GSM yang dipakai oleh penulis. SIMCARD (KARTU HP) SIMCard (Kartu HP) merupakan chip yang berbentuk seperti kartu diletakkan di dalam handphone. SIMCard ini sering juga disebut dengan RUIM (Removable User Identity Module). Dengan kartu

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015 APLIKASI MOBILE IP (TELKOMSEL,INDOSAT,XL) UNTUK VERIFIKASI TDT ORDE-3 MENGGUNAKAN METODE RTK-NTRIP (Studi Kasus : Stasiun CORS UNDIP) Dzaki Adzhan, Bambang Darmo Yuwono, Moehammad Awaluddin *) Program

Lebih terperinci

SISTEM UNTUK MENGAKSES INTERNET

SISTEM UNTUK MENGAKSES INTERNET BAB 2 SISTEM UNTUK MENGAKSES INTERNET Peta Konsep Sistem untuk Mengakses Internet Jaringan Komputer Topologi Bus Topologi Jaringan Protokol Jaringan Media Transmisi Jaringan Berdasarkan Area Kerja Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group

BAB I PENDAHULUAN. global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group Laporan Tugas Akhir-BAB I BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Global System for Mobile communication (GSM) adalah sebuah standar global untuk komunikasi bergerak digital. GSM adalah nama dari sebuah group

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor pendapatan ekonomi di suatu negara. Bahkan menjadi tolak ukur maju tidaknya ekonomi suatu wilayah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat dengan bantuan penyelarasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan survei Global Navigation Satellite System (GNSS) mengalami kemajuan yang sangat pesat. Teknologi GNSS merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditinjau dari aspek teknologi, perkembangannya di Indonesia dapat dikatakan mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satu contohnya adalah perkembangan penggunaan

Lebih terperinci

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanskap bisnis telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat cepat, tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun persaingan. Dari sisi teknologi

Lebih terperinci

UJI AKURASI PENENTUAN POSISI METODE GPS-RTK MENGGUNAKAN PERANGKAT CHC X91+

UJI AKURASI PENENTUAN POSISI METODE GPS-RTK MENGGUNAKAN PERANGKAT CHC X91+ Uji Akurasi Penentuan Posisi Metode GPS-RTK... (Syetiawan, et al.) UJI AKURASI PENENTUAN POSISI METODE GPS-RTK MENGGUNAKAN PERANGKAT CHC X91+ (Accuracy Test Analysis of GPS-RTK Positioning using CHC X91+)

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA 1.1 Deskripsi Kantor Pertanahan Kabupaten Subang 1.1.1 Lokasi Dalam program latihan akademik (PLA) penelitian dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten subang, yang beralamat

Lebih terperinci

Pengertian dan Macam Sinyal Internet

Pengertian dan Macam Sinyal Internet Pengertian dan Macam Sinyal Internet Rizki Regina Ulfauziah Just_regina@yahoo.com Abstrak Ilmu Teknologi di dunia ini sangat luas dan akan akan terus berkembang, salah satunya yaitu pada Sinyal atau Jaringan.

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang GPS(Global Positioning System) adalah sebuah sistem navigasi berbasiskan radio yang menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan, dan waktu kepada pengguna di

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016 ANALISIS PENGUKURAN BIDANG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN GNSS METODE RTK-NTRIP PADA STASIUN CORS UNDIP, STASIUN CORS BPN KABUPATEN SEMARANG, DAN STASIUN CORS BIG KOTA SEMARANG Rizki Widya Rasyid, Bambang Sudarsono,

Lebih terperinci

p o t r e t u d a r a

p o t r e t u d a r a SOFTWARE ada di dalam Micro-SD RTKLIB/ RTKCONV untuk konversi data LOG Rinex RTKLIB/RTKPOST untuk Post Processing (PPK) Program Android untuk instalasi program RTKGPS+ dan command nya Demo Proses Data

Lebih terperinci

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit

Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit Teknologi Automatic Vehicle Location (AVL) pada Sistem Komunikasi Satelit Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Besar pada mata kuliah Sistem Komunikasi Satelit prodi S1 Teknik Telekomunikasi. Oleh

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Verifikasi TDT Orde 2 BPN dengan Stasiun CORS BPN-RI Kabupaten Grobogan Rizna Trinayana, Bambang Darmo Yuwono, L. M. Sabri *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM

URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM URUTAN PENGGUNAAN E-GNSS SECARA UMUM PASANG UNIT PADA TITIK SURVEI DAN COLOKKAN POWER BANK SETTING KONEKSI BLUETOOTH dan KAMERA HP SETTING PILIHAN MODE SURVEI SINGLE MULAI SURVEI Pengaturan dasar KONEKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan terjadi bila terdapat produk yang sama dari beberapa produsen berbeda memperebutkan pasar sama. Persaingan dapat ditemukan di berbagai bentuk bisnis, termasuk

Lebih terperinci

GPS (Global Positioning Sistem)

GPS (Global Positioning Sistem) Global Positioning Sistem atau yang biasa disebut dengan GPS adalah suatu sistem yang berguna untuk menentukan letak suatu lokasi di permukaan bumi dengan koordinat lintang dan bujur dengan bantuan penyelarasan

Lebih terperinci

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma Daftar Periperal : E-GNSS Potret Antena Eksternal dengan Pole Mounting Rover Receiver TX Transceiver (optional) Hanya dipasang pada BASE Station Untuk RTK Radio Modem Telemetry RX Transceiver (optional)

Lebih terperinci

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH Keberadaan sistem GPS CORS memberikan banyak manfaat dalam rangka pengukuran bidang tanah terkait dengan pengadaan titik-titik dasar

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Sistem Satelit Navigasi Global

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Sistem Satelit Navigasi Global BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Sistem Satelit Navigasi Global GNSS (Global Satellite Navigation System) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mencakup seluruh sistem satelit navigasi global yang sudah beroperasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA IV.1 SOFTWARE BERNESE 5.0 Pengolahan data GPS High Rate dilakukan dengan menggunakan software ilmiah Bernese 5.0. Software Bernese dikembangkan oleh Astronomical Institute University

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada bidang telkomunikasi, teknologi menjadi hal yang sangat penting. Teknologi di bidang telekomunikasi berkembang dengan sangat cepat. Perkembangan tersebut didorong

Lebih terperinci

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma

E-GNSS Potret. Daftar Periperal : Pole Mounting Rover Receiver. Antena Eksternal dengan Mounting untuk Pole/Jalon Prisma Daftar Periperal : E-GNSS Potret Antena Eksternal dengan Pole Mounting Rover Receiver TX Transceiver (optional) Hanya dipasang pada BASE Station Untuk RTK Radio Modem Telemetry RX Transceiver (optional)

Lebih terperinci

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication

Teknologi Komunikasi. INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Advertising & Marketing Communication Modul ke: Teknologi Komunikasi INFRASTRUKTUR KOMUNIKASI Broadband & Telecommunication USO Fakultas Ilmu Komunikasi Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI DVB-H

BAB II TEKNOLOGI DVB-H BAB II TEKNOLOGI DVB-H 2.1. Pendahuluan Mobile TV adalah pengiriman kanal TV ke terminal pelanggan baik terminal berupa handset, PDA atau sejenisnya. Mobile TV terminal didesign untuk digunakan sesuai

Lebih terperinci

batas tersebut akan ada peringatan bawah telah melewati batas yang sudah ditentukan tersebut. Sistem ini diharapkan kita mampu mengetahui secara cepat

batas tersebut akan ada peringatan bawah telah melewati batas yang sudah ditentukan tersebut. Sistem ini diharapkan kita mampu mengetahui secara cepat SISTEM PEMANTAU POSISI KENDARAAN PENGIRIMAN BARANG BERBASIS GPS DAN SMS Prof. Dr. I Wayan Simri Wicaksana, SSi., MEng., 1 Eko Supriyanto 2 1. Dosen Universitas Gunadarma 2. Mahasiswa Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi menuntut semua sektor bisnis harus memiliki strategi agar dapat bersaing dengan para pesaing lainnya. Salah satunya dengan memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat dirasakan pengaruhnya adalah semakin mudahnya pemenuhan kebutuhan manusia dalam hal berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang

BAB I PENDAHULUAN. pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi atau komunikasi di Indonesia sudah sedemikian pesatnya di segala bidang. Penyebab kondisi ini karena Indonesia sedang memasuki dunia globalisasi.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JRSP METODE ONLINE POST PROCESSING SPIDERWEB UNTUK PENGUKURAN BIDANG TANAH

PEMANFAATAN JRSP METODE ONLINE POST PROCESSING SPIDERWEB UNTUK PENGUKURAN BIDANG TANAH PEMANFAATAN JRSP METODE ONLINE POST PROCESSING SPIDERWEB UNTUK PENGUKURAN BIDANG TANAH Proposal Penelitian Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Pada Program Diploma IV Pertanahan

Lebih terperinci

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis BAB I KONSEP SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia, dalam sepuluh tahun terakhir banyak bermunculan perusahaan yang bergerak dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pemetaan situasi skala besar pada umumnya dilakukan secara teristris yang memerlukan kerangka peta biasanya berupa poligon. Persebaran titik-titik poligon diusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transmisi merupakan suatu pergerakan informasi melalui sebuah media jaringan telekomunikasi. Transmisi memperhatikan pembuatan saluran yang dipakai untuk mengirim

Lebih terperinci

Bab 10 Global Positioning System (GPS)

Bab 10 Global Positioning System (GPS) Bab 10 Global Positioning System (GPS) 10.1 Metode Penentuan Posisi Dengan GPS sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS dapat

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER. : Karyn Vusvyta NIM : DOSEN PEMBIMBING : Dr. Deris Stiawan, M.T. FAKULTAS ILMU KOMPUTER JURUSAN SISTEM KOMPUTER

JARINGAN KOMPUTER. : Karyn Vusvyta NIM : DOSEN PEMBIMBING : Dr. Deris Stiawan, M.T. FAKULTAS ILMU KOMPUTER JURUSAN SISTEM KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER NAMA : Karyn Vusvyta NIM : 09011181419007 DOSEN PEMBIMBING : Dr. Deris Stiawan, M.T. FAKULTAS ILMU KOMPUTER JURUSAN SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2016 JARINGAN KOMPUTER PADA KANTOR

Lebih terperinci

Sinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket

Sinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket Sinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket Wahyu Widada dan Sri Kliwati Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jln. Raya LAPAN Rumpin Bogor

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PENJEJAKAN POSISI DENGAN GPS MELALUI JARINGAN GSM-CSD BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR

PEMROGRAMAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PENJEJAKAN POSISI DENGAN GPS MELALUI JARINGAN GSM-CSD BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR PEMROGRAMAN PERANGKAT LUNAK APLIKASI SISTEM PENJEJAKAN POSISI DENGAN GPS MELALUI JARINGAN GSM-CSD BERBASIS VISUAL BASIC TUGAS AKHIR Oleh YULIANTO SETIAWAN 0405230515 TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI

Lebih terperinci

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol Pertemuan ke 5 Wireless Application Protocol WAP Wireless Application Protocol disingkat WAP adalah sebuah protokol atau sebuah teknik messaging service yang memungkinkan sebuah telepon genggam digital

Lebih terperinci