BAB V PENGORGANISIRAN ANGGOTA LMDH BUKIT RIMBA UTAMA DESA PARAKAN Terdapat dua tahapan dalam proses pendampingan terhadap anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Rimba Utama Desa Parakan. Berikut akan dipaparkan tahapan per-tahapannya. A. Pengenalan Masyarakat Pengenalan masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah melakukan inkulturasi atau membaur dengan masyarakat. Inkulturasi penting untuk dilakukan karena peneliti bukan merupakan masyarakat lokal sehingga perlu untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat dan tokoh-tokoh kunci di Desa Parakan. Masyarakat Desa Parakan tergolong sebagai masyarakat yang majemuk. Banyak masyarakat pendatang baik dari kecamatan atau kabupaten lain di sekitar Kabupaten Trenggalek, dikarenakan posisi Desa Parakan yang dekat dengan pusat Kabupaten Trenggalek juga Kabupaten Tulungagung. Sehingga watak dari masyarakat Desa Parakan sedikit kekotaan, artinya sibuk dengan aktivitasnya sendiri dan sedikit sulit untuk menerima kedatangan orang baru di lingkungannya. Oleh karena itu, untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat peneliti menggunakan pendekatan tokoh. Artinya peneliti terlebih dahulu melakukan 75
76 pendekatan-pendekatan terhadap tokoh-tokoh kunci yang disegani di Desa Parakan, seperti Ibu Kepala Desa dan jajarannya, ketua-ketua kelompok, ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Rimba Utama Desa Parakan, juga sesepuh desa. Hal itu dilakukan dengan harapan agar dapat dibantu untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat luas. Setelah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh kunci Desa Parakan, peneliti diajak untuk berpartisipasi di dalam forum-forum yang melibatkan masyarakat desa sehingga peneliti dapat dengan mudah membaur, dikenal, dan diterima baik oleh masyarakat Desa Parakan. Gambar 5.1. Peneliti Mengenalkan Diri Pada Forum Pelatihan di Desa Parakan Selain dengan ikut partisipasi dalam kegiatan-kegiatan desa, peneliti juga menggunakan cara sowan atau berkunjung ke rumah-rumah warga agar dapat mengenal dan dikenal masyarakat.
77 A. Pencarian dan Pengenalan Masalah Proses mencari dan mengenali masalah bertujuan untuk menggambarkan keadaan apa adanya yang ada di Desa Parakan dan belum diperbolehkan melakukan analisis. Oleh sebab itu, peneliti dilarang atau pantang terburu-buru untuk mengambil kesimpulan, menghakimi, menyalahkan, dan merumuskan masalah. Tujuan dari pencarian dan pengenalan masalah ini yakni sebagai sarana memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat, profil keluarga, profil keagamaan, tradisi dan ekonomi, serta profil pembangunan desa (termasuk politik pembangunan). Peneliti melakukan pencarian dan pengenalan masalah dengan berbagai cara, antara lain: 1. Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Focus Group Discussion atau yang biasa disingkat dengan FGD merupakan salah satu metode pendekatan dengan masyarakat yang bertujuan mengumpulkan informasi yang akurat dari warga, sesuai dengan namanya kegiatan menggunakan diskusi sebagai media penggalian data. Inti dari kegiatan FGD adalah partisipasi aktif dari warga, karena tujuan lain dari FGD selain menggali sebuah informasi yakni diperuntukkan mendorong masyarakat menjadi lebih aktif dan terbuka dalam mengemukakan berbagai macam permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka sehari-harinya. FGD dapat dilakukan dengan cara resmi maupun tidak resmi. Resmi disini dapat dilakukan sebuah pertemuan dengan perangkat Desa Parakan, sementara
78 untuk kategori non resmi dapat melalui jalur-jalur pertemuan rutin organisasi lokal ataupun ketika berbincang ketika sowan atau berkunjung ke rumah warga. Tidak ada perbedaan dalam melakukan FGD secara resmi maupun non resmi, karena tujuan daripada itu semua adalah mendapatkan informasi satu sama lain dan memunculkan gagasan-gagasan segar yang nantinya dapat dilakukan secara kolektif. Dalam melakukan pengumpulan data dan sumber data maka peneliti bersama dengan masyarakat melakukan sebuah diskusi bersama untuk memperoleh data yang valid, sekaligus sebagai proses inkulturasi dan pengorganisiran. Dalam FGD yang dilakukan, partisipan atau informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja tertentu. Gambar 5.2. Pertemuan LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan sebagai Sarana FGD
79 Respon atau tingkat antusias masyarakat Desa Parakan terhadap isu pertanian sangat tinggi dikarenakan pertanian merupakan ladang perekonomian pokok mereka yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat. Peneliti juga mencoba mendiskusikan dengan masyarakat tentang perekonomian masyarakat petani hutan. Masyarakat dapat dengan mudah menjawab pertanyaan dan juga mengajukan pertanyaan pada saat dilakukan FGD tentunya masih mengenai permasalahan-permasalahan pertanian mereka baik tentang harga hasil panen jagung yang hanya Rp 3.600,-/kg yang tentunya tidak seimbang dengan pengeluaran untuk perawatan tanaman. Masyarakat Desa Parakan pada umunya masih berparadigma matrealistis atau segala sesuatu harus ada untungnya (dari segi materi) untuk mereka. Salah satu anggota LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan, Sunarto (48 tahun) mengatakan Niki mangke entuk bantuan nopo bu? Biasane wonten loh lek undangan-undangan kados ngeten niki. (Ini nanti akan mendapat bantuan apa? Kalau ada undangan-undangan seperti biasanya ada). Karena masyarakat sudah terlalu terbiasa mendapatkan bantuan-bantuan berupa uang maupun berupa barang dari instansi-instansi dan dinas-dinas ketika diundang untuk menghadiri acaraacara sekolah lapang yang telah diadakan sebelum-sebelumnya.
80 Gambar 5.3. Salah Seorang Warga Mengutarakan Pendapatnya Pada Saat FGD Dalam perencanaan aksi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pertanian guna meningkatkan perekonomian petani hutan masyarakat juga sangat antusias. Tetapi di dalam FGD yang telah dilakukan terjadi ketimpangan dalam hal frekuensi mengutarakan pendapat antara laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung diam dan hanya mengiyakan dan terimo (menerima) segala keputusan. Berbeda dengan peserta laki-laki sangat aktif mengutarakan pendapat dalam forum FGD. 2. Pemetaan dan transek Mapping atau pemetaan wilayah bertujuan untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi daerah sekitar hutan secara umum dan menyeluruh. Meliputi data geografis, luas wilayah hutan, luas wilayah pemukiman, dan luas wilayah pekarangan bersama-sama dengan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menyadari sepenuhnya permasalahan pertanian hutan mereka. Mulai dari penyebab hingga bagaimana
81 cara mengatasinya. Sedangkan transek merupakan teknik pengamatan secara langsung di lapangan dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa, di sekitar hutan, kondisi alam dan lingkungan yang dianggap cukup memiliki informasi dan mempunyai distribusi geografik terkhusus yang berada di RT 07 Desa Parakan. Ketika peneliti mengajak beberapa orang pesanggem (pengolah lahan di bawah tanaman pokok hutan) untuk melakukan pemetaan dan transek wilayah hutan dan lingkungan sekitar hutan atau disebut desa hutan, masyarakat kurang atusias. Hanya saja masyarakat selalu mengarahkan kepada ketua LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan karena menganggap ketua LMDH lebih tahu banyak tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehutanan, sedangkan masyarakat tidak tahu banyak dan memiliki kesibukan yang tidak dapat diganggu di hutan. Peneliti juga kerap mengkuti petani hutan menjalankan aktivitasnya di hutan. Biasanya mereka berangkat pada pagi hari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB kemudian kembali lagi pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB. Dengan cara itu, dapat dengan mudah dilakukan pemetaan juga transek bersama-sama dengan masyarakat petani hutan. Masyarakat dapat dengan mudah menceritakan pengalaman-pengalamannya juga keluh kesahnya ketika menjadi petani hutan ketika berada langsung di hutan tidak seperti dalam acaraacara formal.
82 Gambar 5.4. Warga Menunjukkan Keanekaragaman Tanaman di Hutan 3. Survey belanja rumah tangga Survei belanja rumah tangga atau bisa disebut survei ekonomi keluarga dilakukan dengan cara membagikan angket survey ekonomi keluarga kepada setiap masyarakat petani hutan agar masyarakat mengetahui dan menyadari pengeluaran dan pemasukannya setiap bulan. Dalam hal ini peneliti memberikan angket survey belanja rumah tangga kepada sejumlah 10 orang warga RT. 07 yang tergabung sebagai pesanggem LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan. Pada tanggal 4 Desember 2016 peneliti memulai untuk survey ekonomi keluarga di RT. 07 Desa Parakan. Dengan jumlah 47 pesanggem yang ada, hanya 10 orang yang bersedia untuk mengisi angket survey ekonomi keluarga. Pada survey belanja rumah tangga ini, masyarakat pada awalnya banyak yang melakukan kecurangan dengan memalsukan data belanja rumah tangganya hanya karena takut tidak mendapat bantuan jika ditulis semua sumber penghasilannya. Akhirnya dengan inisiatif salah satu anggota LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan yang mengetahui adanya tindakan kecurangan tersebut, maka data hasil survey belanja rumah tangga itu dilihat atau review kembali bersama-sama.
83 Gambar 5.5. Pengisian Angket Survey Belanja Rumah Tangga Akhirnya untuk meminimalisir adanya pembiaran kecurangan yang berlarut-larut, maka keesokan harinya pada tanggal 5 Desember 2016 masyarakat diajak kembali berkumpul dengan tujuan untuk menghitung jumlah pendapatan dan pengeluaran perbulan mereka bersama-sama. Sehingga mereka dapat menyadari sepenuhnya permasalahan perekonomian mereka secara nyata. Mulai dari penyebab hingga bagaimana cara mengatasinya.