BAB V PENGORGANISIRAN ANGGOTA LMDH BUKIT RIMBA UTAMA DESA PARAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. HALAMAN PERSETUJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma pengetahuan tradisional kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

BAB I PENDAHULUAN. urutan ketiga setelah Brazil dan Kongo. Hutan-hutan tropis ini memiliki kekayaan

BAB III METODE PENELITIAN. jaraknya kurang lebih 30 km dari pusat Kabupaten Trenggalek. Keberadaan

BAB VII REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET TENTANG PEDULI DARI POLUSI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang dituntut untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bojonegoro. Desa Tlogoagung ini desa yang berada ditengah-tengah

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN. Sehingga terjalin hubungan yang baik dan setara. Inkulturasi dengan

BAB V REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KELOMPOK PEDAGANG KLONTONG

BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara

BAB III METODE PENELITIAN

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII SEBUAH CATATAN REFLEKSI. sejuk, dan udara yang selalu berhembus, alamnya pun dikelilingi oleh pepohonan

BAB IV SELAYANG PANDANG DESA PARAKAN. Kecamatan Trenggalek. Desa ini berdekatan dengan alun-alun kota atau pusat

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Desa Sudimoro bermata pencaharian sebagai petani yang

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

PROGRAM DALAM MENGATASI KETIMPANGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KUBE

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN TEORITIK...

Lampiran 1. Tehnik Pengumpulan Data Tabel 10. Kebutuhan, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data Kebutuhan No

III. METODOLOGI KAJIAN

Lampiran 1. Surat Etik Penelitian

Lampiran 1 : Pedoman Pengumpulan Data (Wawancara, FGD, dan Observasi Kajian Pengembangan Masyarakat).

BAB VI MENYUSUN PERUBAHAN BERSAMA PEREMPUAN KORBAN NIKAH DINI. A. Diskusi dan Pengorganisasian Perempuan Korban Nikah Dini

BAB 6 DINAMIKA PENGORGANISIRAN MASYARAKAT. dalam bentuk deskriptif. Deskriptif ini akan penulis sesuaikan dengan prinsipprinsip

[ISSN ] Vol. 5 Edisi 10, Mar 2017

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN. memahami komunitas dampingan, sehingga memudahkan peneliti memahami

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

IV. METODE PENELITIAN

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN PEMUDA

BAB VI MENGEMBANGKAN ASET MENUMBUHKAN PERUBAHAN. A. Aksi Pendampingan Masyarakat Petani Tambak

STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM BERDASARKAN ANALISIS HARVARD DAN PEMBERDAYAAN LONGWE

III. METODE KAJIAN. 3.1 Batas Kajian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VI DINAMIKA PROSES MERENCANAKAN TINDAKAN DAN AKSI PERUBAHAN

BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISIRAN. dan dapat menjadi bagian dari masyarakat sangat dibutuhkan keberanian dan

BAB VI MEMBANGUN KESADARAN MENANAM SAYUR

Pemberdayaan Masyarakat

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI DINAMIKA AKSI PERUBAHAN. A. Membangun Kesepahaman Sebagai Warga Lokal. proses inkulturasi dengan masyarakat. Hal ini dikarenakan peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN

PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id

LAPORAN SINGKAT IMPLEMENTASI KEGIATAN PROYEK CCD-IFAD KAB. GORONTALO UTARA NOVEMBER 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kesehatan mental menurut pandangan orang Melayu Riau, sehingga menggunakan

Metode Penelitian Kualitatif

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

Memperkuat Partisipasi Warga dalam Tata Kelola Desa : Mendorong Kepemimpinan Perempuan

PENGKAJIAN KOM KO UN U I N TA T S A yoyok bekti prasetyo

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

PAR. Dr. Tantan Hermansah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

PRINSIP PARTISIPASI

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN... iv. MOTTO...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. COVER DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii. MOTTO... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penelitian Studi Kasus

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

BAB III USULAN PEMECAHAN MASALAH

III METODE PENELITIAN

BAB VI DINAMIKA PROSES PEMECAHAN MASALAH DAN PERENCANAAN PROGRAM. program atau proyek kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB VII RELFEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASSET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

-- PEMBANGUNAN KOPERASI -- SUATU METODE PERINTISAN DAN PENGORGANISASIAN KOPERASI PERTANIAN DI NEGARA BERKEMBANG Folke Dubell

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana umumnya desa-desa daerah pegunungan di Jawa. Daerah tersebut

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB VI PENUTUP. kemarau.kebutuhan ini baik untuk mengairi ladang atau untuk mencukupi

III. METODE KAJIAN 3.1. Tipe Kajian 3.2. Aras Kajian 3.3. Strategi Kajian

BAB V POTRET BURAM PEREMPUAN DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT WONOREJO. A. Profil Gerakan Perempuan dan Lingkungan Hidup di Wonorejo

Transkripsi:

BAB V PENGORGANISIRAN ANGGOTA LMDH BUKIT RIMBA UTAMA DESA PARAKAN Terdapat dua tahapan dalam proses pendampingan terhadap anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Rimba Utama Desa Parakan. Berikut akan dipaparkan tahapan per-tahapannya. A. Pengenalan Masyarakat Pengenalan masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah melakukan inkulturasi atau membaur dengan masyarakat. Inkulturasi penting untuk dilakukan karena peneliti bukan merupakan masyarakat lokal sehingga perlu untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat dan tokoh-tokoh kunci di Desa Parakan. Masyarakat Desa Parakan tergolong sebagai masyarakat yang majemuk. Banyak masyarakat pendatang baik dari kecamatan atau kabupaten lain di sekitar Kabupaten Trenggalek, dikarenakan posisi Desa Parakan yang dekat dengan pusat Kabupaten Trenggalek juga Kabupaten Tulungagung. Sehingga watak dari masyarakat Desa Parakan sedikit kekotaan, artinya sibuk dengan aktivitasnya sendiri dan sedikit sulit untuk menerima kedatangan orang baru di lingkungannya. Oleh karena itu, untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat peneliti menggunakan pendekatan tokoh. Artinya peneliti terlebih dahulu melakukan 75

76 pendekatan-pendekatan terhadap tokoh-tokoh kunci yang disegani di Desa Parakan, seperti Ibu Kepala Desa dan jajarannya, ketua-ketua kelompok, ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Rimba Utama Desa Parakan, juga sesepuh desa. Hal itu dilakukan dengan harapan agar dapat dibantu untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat luas. Setelah melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh kunci Desa Parakan, peneliti diajak untuk berpartisipasi di dalam forum-forum yang melibatkan masyarakat desa sehingga peneliti dapat dengan mudah membaur, dikenal, dan diterima baik oleh masyarakat Desa Parakan. Gambar 5.1. Peneliti Mengenalkan Diri Pada Forum Pelatihan di Desa Parakan Selain dengan ikut partisipasi dalam kegiatan-kegiatan desa, peneliti juga menggunakan cara sowan atau berkunjung ke rumah-rumah warga agar dapat mengenal dan dikenal masyarakat.

77 A. Pencarian dan Pengenalan Masalah Proses mencari dan mengenali masalah bertujuan untuk menggambarkan keadaan apa adanya yang ada di Desa Parakan dan belum diperbolehkan melakukan analisis. Oleh sebab itu, peneliti dilarang atau pantang terburu-buru untuk mengambil kesimpulan, menghakimi, menyalahkan, dan merumuskan masalah. Tujuan dari pencarian dan pengenalan masalah ini yakni sebagai sarana memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat, profil keluarga, profil keagamaan, tradisi dan ekonomi, serta profil pembangunan desa (termasuk politik pembangunan). Peneliti melakukan pencarian dan pengenalan masalah dengan berbagai cara, antara lain: 1. Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Focus Group Discussion atau yang biasa disingkat dengan FGD merupakan salah satu metode pendekatan dengan masyarakat yang bertujuan mengumpulkan informasi yang akurat dari warga, sesuai dengan namanya kegiatan menggunakan diskusi sebagai media penggalian data. Inti dari kegiatan FGD adalah partisipasi aktif dari warga, karena tujuan lain dari FGD selain menggali sebuah informasi yakni diperuntukkan mendorong masyarakat menjadi lebih aktif dan terbuka dalam mengemukakan berbagai macam permasalahan yang ada dalam kehidupan mereka sehari-harinya. FGD dapat dilakukan dengan cara resmi maupun tidak resmi. Resmi disini dapat dilakukan sebuah pertemuan dengan perangkat Desa Parakan, sementara

78 untuk kategori non resmi dapat melalui jalur-jalur pertemuan rutin organisasi lokal ataupun ketika berbincang ketika sowan atau berkunjung ke rumah warga. Tidak ada perbedaan dalam melakukan FGD secara resmi maupun non resmi, karena tujuan daripada itu semua adalah mendapatkan informasi satu sama lain dan memunculkan gagasan-gagasan segar yang nantinya dapat dilakukan secara kolektif. Dalam melakukan pengumpulan data dan sumber data maka peneliti bersama dengan masyarakat melakukan sebuah diskusi bersama untuk memperoleh data yang valid, sekaligus sebagai proses inkulturasi dan pengorganisiran. Dalam FGD yang dilakukan, partisipan atau informan tidak sebatas berdiskusi dalam posisi duduk, melainkan bisa berdiskusi dalam dinamika tertentu dengan menggunakan alat kerja tertentu. Gambar 5.2. Pertemuan LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan sebagai Sarana FGD

79 Respon atau tingkat antusias masyarakat Desa Parakan terhadap isu pertanian sangat tinggi dikarenakan pertanian merupakan ladang perekonomian pokok mereka yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup masyarakat. Peneliti juga mencoba mendiskusikan dengan masyarakat tentang perekonomian masyarakat petani hutan. Masyarakat dapat dengan mudah menjawab pertanyaan dan juga mengajukan pertanyaan pada saat dilakukan FGD tentunya masih mengenai permasalahan-permasalahan pertanian mereka baik tentang harga hasil panen jagung yang hanya Rp 3.600,-/kg yang tentunya tidak seimbang dengan pengeluaran untuk perawatan tanaman. Masyarakat Desa Parakan pada umunya masih berparadigma matrealistis atau segala sesuatu harus ada untungnya (dari segi materi) untuk mereka. Salah satu anggota LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan, Sunarto (48 tahun) mengatakan Niki mangke entuk bantuan nopo bu? Biasane wonten loh lek undangan-undangan kados ngeten niki. (Ini nanti akan mendapat bantuan apa? Kalau ada undangan-undangan seperti biasanya ada). Karena masyarakat sudah terlalu terbiasa mendapatkan bantuan-bantuan berupa uang maupun berupa barang dari instansi-instansi dan dinas-dinas ketika diundang untuk menghadiri acaraacara sekolah lapang yang telah diadakan sebelum-sebelumnya.

80 Gambar 5.3. Salah Seorang Warga Mengutarakan Pendapatnya Pada Saat FGD Dalam perencanaan aksi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pertanian guna meningkatkan perekonomian petani hutan masyarakat juga sangat antusias. Tetapi di dalam FGD yang telah dilakukan terjadi ketimpangan dalam hal frekuensi mengutarakan pendapat antara laki-laki dan perempuan. Perempuan cenderung diam dan hanya mengiyakan dan terimo (menerima) segala keputusan. Berbeda dengan peserta laki-laki sangat aktif mengutarakan pendapat dalam forum FGD. 2. Pemetaan dan transek Mapping atau pemetaan wilayah bertujuan untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi daerah sekitar hutan secara umum dan menyeluruh. Meliputi data geografis, luas wilayah hutan, luas wilayah pemukiman, dan luas wilayah pekarangan bersama-sama dengan masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menyadari sepenuhnya permasalahan pertanian hutan mereka. Mulai dari penyebab hingga bagaimana

81 cara mengatasinya. Sedangkan transek merupakan teknik pengamatan secara langsung di lapangan dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa, di sekitar hutan, kondisi alam dan lingkungan yang dianggap cukup memiliki informasi dan mempunyai distribusi geografik terkhusus yang berada di RT 07 Desa Parakan. Ketika peneliti mengajak beberapa orang pesanggem (pengolah lahan di bawah tanaman pokok hutan) untuk melakukan pemetaan dan transek wilayah hutan dan lingkungan sekitar hutan atau disebut desa hutan, masyarakat kurang atusias. Hanya saja masyarakat selalu mengarahkan kepada ketua LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan karena menganggap ketua LMDH lebih tahu banyak tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kehutanan, sedangkan masyarakat tidak tahu banyak dan memiliki kesibukan yang tidak dapat diganggu di hutan. Peneliti juga kerap mengkuti petani hutan menjalankan aktivitasnya di hutan. Biasanya mereka berangkat pada pagi hari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB kemudian kembali lagi pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 16.30 WIB. Dengan cara itu, dapat dengan mudah dilakukan pemetaan juga transek bersama-sama dengan masyarakat petani hutan. Masyarakat dapat dengan mudah menceritakan pengalaman-pengalamannya juga keluh kesahnya ketika menjadi petani hutan ketika berada langsung di hutan tidak seperti dalam acaraacara formal.

82 Gambar 5.4. Warga Menunjukkan Keanekaragaman Tanaman di Hutan 3. Survey belanja rumah tangga Survei belanja rumah tangga atau bisa disebut survei ekonomi keluarga dilakukan dengan cara membagikan angket survey ekonomi keluarga kepada setiap masyarakat petani hutan agar masyarakat mengetahui dan menyadari pengeluaran dan pemasukannya setiap bulan. Dalam hal ini peneliti memberikan angket survey belanja rumah tangga kepada sejumlah 10 orang warga RT. 07 yang tergabung sebagai pesanggem LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan. Pada tanggal 4 Desember 2016 peneliti memulai untuk survey ekonomi keluarga di RT. 07 Desa Parakan. Dengan jumlah 47 pesanggem yang ada, hanya 10 orang yang bersedia untuk mengisi angket survey ekonomi keluarga. Pada survey belanja rumah tangga ini, masyarakat pada awalnya banyak yang melakukan kecurangan dengan memalsukan data belanja rumah tangganya hanya karena takut tidak mendapat bantuan jika ditulis semua sumber penghasilannya. Akhirnya dengan inisiatif salah satu anggota LMDH Bukit Rimba Utama Desa Parakan yang mengetahui adanya tindakan kecurangan tersebut, maka data hasil survey belanja rumah tangga itu dilihat atau review kembali bersama-sama.

83 Gambar 5.5. Pengisian Angket Survey Belanja Rumah Tangga Akhirnya untuk meminimalisir adanya pembiaran kecurangan yang berlarut-larut, maka keesokan harinya pada tanggal 5 Desember 2016 masyarakat diajak kembali berkumpul dengan tujuan untuk menghitung jumlah pendapatan dan pengeluaran perbulan mereka bersama-sama. Sehingga mereka dapat menyadari sepenuhnya permasalahan perekonomian mereka secara nyata. Mulai dari penyebab hingga bagaimana cara mengatasinya.