BAB I PENDAHULUAN. yang cepat. Mereka merupakan kunci generasi penerus. menentukkan suatu kualitas bangsa di masa depan. Upaya yang dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi keluarga, nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan impian akan anak

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lampiran 1 Kategori pengukuran data penelitian. No. Variabel Kategori Pengukuran 1.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

KUESIONER PENELITIAN

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

inovatif, sekarang ini kita kenal rice burger yang berasal dari Jepang yang mengganti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan strategi dalam peperangan. Menurut Anwar (1989) makanan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

KERIPIK LEVEL 03, 05 DAN 10

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

KUESIONER SEKOLAH. 1. Nama Sekolah : 2. NSPN : 3. Alamat Sekolah :

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

GAMBARAN RASA, WARNA, TEKSTUR, VARIASI MAKANAN DAN KEPUASAN MENU MAHASANTRI DI PESANTREN MAHASISWA KH.MAS MANSUR UMS

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

PENYUSUNAN MENU MAKAN ANAK USIA DINI

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

Bab 1.Pengenalan MP ASI

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak perhatian. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

Peta Konsep. Hal yang harus kamu tahu mengenai Pertumbuhan Makhluk Hidup ini antara lain. Perubahan yang terjadi pada makhluk hidup

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan. kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu

ANALISIS SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN DAN DAYATERIMA MENU (PERSEPSI) YANG DISAJIKAN DI LAPAS KELAS II B TASIKMALAYA.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

KONTRIBUSI ZAT GIZI MAKRO MAKAN SIANG TERHADAP STATUS GIZI DI SDIT Ar. RAIHAN, TRIRENGGO, BANTUL, YOGYAKARTA. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO

Kuesioner Penelitian Sekolah

PENGATUR POLA MENU MAKANAN BALITA UNTUK MENCAPAI STATUS GIZI SEIMBANG MENGGUNAKAN SISTEM INFERENSI FUZZY METODE SUGENO

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

KECUKUPAN GIZI PROTEIN DAN ENERGI MAKAN SIANG SISWA DI TK TARUNA AL-QURAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

KAMI TAHU YANG PASIEN MAU

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

Peneliti : Dr. Ai Nurhayati, M.Si. dkk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK JAMUR TIRAM

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRIWATI KELAS 2 SMA PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

KUESIONER PENYELENGGARAAN MAKANAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Mereka merupakan kunci generasi penerus yang akan menentukkan suatu kualitas bangsa di masa depan. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut dengan pemberiaan makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi diberikan sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang benar, sehingga anak tumbuh kembang dengan baik. Pemberian makanan anak sekolah biasa berlaku pada sekolah yang menerapkan program full days. Sekolah full days berarti anak beraktivitas seharian di sekolah. Lamanya waktu belajar dalam satu hari yaitu 9 jam, sehingga siswa lebih lama tinggal di sekolah dan melewati makan siang, Salah satu cara memenuhi kebutuhan gizi anak, pihak sekolah menyediakan makanan dan minuman bagi siswa. Penyediaan makanan tersebut dapat membantu anak mencapai status gizi yang baik dan proses belajar siswa tetap lancar. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi dalam arti sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan i

2 berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti kabohidrat, protein, dan lemak. 1 Makanan tidak hanya mengandung zat gizi seimbang namun memiliki rasa dan penampilan yang baik, sehingga makanan yang disajikan dapat dihabiskan oleh anak-anak. Kunci dari keberhasilan penyelenggaraan makanan yaitu makanan yang dikonsumsi habis tanpa meninggalkan sisa. Jika terdapat sisa makanan akan berpengaruh pada terbuangnya biaya makanan dan tidak terpenuhi kecukupan gizi anak. Suatu penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kesukaan dengan daya terima. Semakin suka siswa dengan menu yang disediakan maka daya terima terhadap menu yang disediakan semakin tinggi dan sebaliknya. Ada hubungan yang nyata antara daya terima dengan kecukupan energi dan zat gizi lain. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak makanan yang dihabiskan maka tingkat kecukupan energi dan zat gizi semakin baik serta sebaliknya. 2 Daya terima makanan timbul dari panca indera. Daya terima makanan seseorang dapat dilihat dari berapa banyak orang tersebut dapat menghabiskan makanan. 3 Daya terima ini banyak dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah penampilan makanan saat disajikan dan rasa makanan. Penerimaan terhadap makanan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain diantaranya seperti status gizi, tingkat kekenyangan, pengalaman masa lalu, dan kepercayaan terhadap makanan tertentu. Anak-anak umumnya

3 menyukai makanan yang padat energi. Anak lebih suka makanan yang disukai daripada makanan yang lebih bergizi. 4 Penelitian pada anak sekolah di kota Dumai di dapatkan asupan energi sebesar 45.5% dalam kategori kurang, asupan karbohidrat sebesar 52.2% dalam kategori kurang, asupan protein sebesar 41.7% dalam kategori kurang, dan asupan lemak sebesar 43.5% kategori kurang dari AKG. 5 Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan 40.6% penduduk mengkonsumsi makanan dibawah kebutuhan minimal (Angka Kecukupan Gizi) yang dianjurkan. Menurut kelompok umur didapat 24.4% pada balita dan 41.2% pada anak sekolah. 6 Sekolah Dasar Teladan Yogyakarta merupakan sekolah yang sudah hadir sejak tahun pelajaran 2014/2015. Sekolah dasar tersebut terdapat penyediaan makanan dan minuman. Anak sekolah membutuhkan makanan yang bervariasi yang dapat memberikan sumbangan energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Anak usia sekolah kebutuhan energi sebesar 1850 kkal, protein sebesar 49 gram, lemak 72 gram, dan karbohidrat 254 gram. 7 Kebutuhan gizi anak dapat diaplikasikan dalam bentuk makanan pokok, lauk nabati/lauk hewani, dan sayur. Setiap harinya, sekolah hanya menyediakan salah satu jenis lauk yaitu lauk nabati atau lauk hewani saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan ahli gizi SD Teladan Yogyakarta didapatkan bahwa daya terima anak terhadap lauk nabati tempe lebih sedikit dibandingkan dengan lauk hewani maupun lauk nabati lainnya. Tempe diolah dengan cara digoreng dan bacem saja, sehingga anak

4 cenderung merasa bosan terlebih untuk tempe goreng. Selain itu, dari segi penampilan tempe goreng hanya berbentuk persegi panjang dan warna kurang menarik. sehari. Penyediaan makan siang di sekolah adalah 1/3 dari kebutuhan Sumber makanan protein dapat diperoleh dari satu centong nasi, sepotong sedang pepes tempe, sepotong ayam bumbu kuning, sayur bening, dan satu buah jeruk. Protein yang tersedia dalam sehari adalah 15% dari total energi. Apabila asupan protein < 80% dari AKG, maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. 8 Anak harus menghabiskan lauk yang disediakan agar tidak terjadi kehilangan zat gizi yang diperlukan. Salah satu jenis makanan yang sedang digemari oleh masyarakat khususnya anak-anak adalah nugget. Nugget merupakan makanan yang kaya akan zat gizi. Bahan dasar pembutan nugget dapat berupa ayam, tempe, jamur tiram, dan tahu. Umumnya berbentuk pipih, bulat, dan kotak. Nugget yang digoreng akan berubah warna menjadi kekuning-kuningan dan kering. Tekstur yang kering dan renyah membuat anak menjadi suka. Selain nugget, perkedel merupakan salah satu olahan makanan yang umumnya terbuat dari kentang dan diolah dengan cara digoreng. Perkedel memiliki cita rasa yang gurih yang digemari oleh masyarakat luas terutama kalangan anak-anak. Bahan untuk pembuatan perkedel tidak hanya dengan kentang, namun dapat berupa tempe maupun tahu. Perkedel tempe sangat cocok dijadikan lauk pendamping nasi dan sayuran. Salah satu upaya mengatasi kebosanan anak akan lauk tempe diperlukan modifikasi resep. Adanya modifikasi tersebut diharapkan dapat

5 meningkatkan daya terima dan kesukaan anak terhadap olahan tempe, sehingga kebutuhan gizi anak dapat tercukupi. Oleh karena itu, tempe goreng dimodifikasi menjadi nugget dan perkedel. Nugget dan perkedel sangat digemari oleh anak-anak karena teksturnya yang renyah dan rasanya enak serta tetap mempertahankan nilai gizi tempe. Berdasarkan alasan yang diuraikan diatas, maka peneliti membuat modifikasi resep lauk nabati tempe untuk mengetahui perbedaan tingkat kesukaan dan daya terima anak sekolah dasar di SD Teladan Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat diambil rumusan masalah Apakah ada perbedaan modifikasi resep lauk nabati tempe terhadap tingkat kesukaan dan daya terima anak sekolah di SD Teladan Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan modifikasi resep lauk nabati tempe terhadap tingkat kesukaan dan daya terima anak sekolah di SD Teladan Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkat kesukaan hasil modifikasi resep lauk nabati tempe pada anak sekolah b. Diketahuinya daya terima hasil modifikasi resep lauk nabati tempe pada anak sekolah

6 c. Diketahuinya perbedaan modifikasi resep lauk nabati tempe terhadap tingkat kesukaan anak sekolah di SD Teladan Yogyakarta d. Diketahuinya perbedaan modifikasi resep lauk nabati tempe terhadap daya terima anak sekolah di SD Teladan Yogyakarta e. Diketahuinya hubungan tingkat kesukaan terhadap daya terima modifikasi resep lauk nabati tempe anak sekolah di SD Teladan Yogyakarta D. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini termasuk dalam bidang penyelenggaraan makanan di institusi. E. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah pengetahuan mengenai tingkat kesukaan dan daya terima modifikasi resep lauk nabati tempe pada anak sekolah di SD Teladan Yogyakarta 2. Manfaat Praktik a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang pentingnya mengikuti perkembangan gizi kuliner kaitannya dengan penyusunan menu dan standar resep.

7 b. Bagi Institusi Memberikan informasi dan masukan kepada pihak sekolah mengenai menu makanan yang dapat meningkatkan rasa dan penampilan makanan. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesukaan dan daya terima anak sekolah terhadap lauk nabati tempe. c. Bagi Peneliti lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda. F. Keaslian Penelitian 1. Lubis, M. Zulfadli (2015), meneliti tentang Tingkat Kesukaan dan Daya Terima Makanan serta Hubungannya dengan Kecukupan Energi dan Zat Gizi pada Santri Putri MTS Darul Muttaqien Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan dan daya terima serta hubungannya dengan kecukupan zat gizi pada santri putri MTS Darul Muttaqien Bogor. Sampel penelitian adalah sampel putri MTS Darul Muttaqien Bogor. Lokasi penelitian berda di Pondok Pesantren Darul Muttaqien, Parung, Kabupaten Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah Cross sectional study. Hasil dari penelitian in adalah ada hubungan antara tingkat kesukaan dengan daya terima dan hubungan antara daya terima dengan tingkat kecukupan energi serta zat gizi lain. Persamaan dalam penelitian adalah tingkat kesukaan dan daya

8 terima. Perbedaan dari penelitian ini adalah sampel penelitian, lokasi, dan jenis penelitian. 2. Lestari, Wahyu Budi (2014) meneliti tentang Pengaruh Penyajian Makanan Ala Bento terhadap Daya Terima Anak Prasekolah di TK Bina Anak Sholeh Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara penyajian ala sekolah dan penyajian ala bento dengan persepsi anak serta untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada penyajian ala sekolah dengan penyajian ala bento terhadap daya terima anak. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimental dengan rancangan quasy experimental. Sampel penelitian adalah anak prasekolah. Lokasi penelitian di TK Bina Anak Sholeh Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah ada hubungan antara penyajian ala sekolah dan penyajian ala bento dengan persepsi anak. Adanya perbedaan penyajian ala sekolah dengan penyajian ala bento terhadap daya terima anak di TK BIAS Yogyakarta. Persamaan terdapat pada daya terima dan jenis penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penyajian makanan ala bento, sampel, dan lokasi penelitian. 3. Lilis Setyaningsih (2016) meneliti tentang Efektivitas dan Unit Cost Modifikasi Resep Lauk Hewani dan Lauk Nabati pada Makanan Diit TKTP Ibu Bersalin di RSKIA Sadewa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan unit cost modifikasi resep lauk hewani dan lauk nabati pada makanan diit TKTP

9 ibu bersalin. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan intact group comparison design. Sampel penelitian adalah ibu hamil. Lokasi penelitian di RSKIA Sadewa. Hasil dari penelitian tersebut adalah modifikasi lauk nabati nugget tempe pada makanan diet TKTP efektif berdasarkan nilai gizi, daya terima dan tingkat kesukaan, sedangkan modifikasi resep lauk nabati perkedel kentang kacang merah efektif pada nilai gizi dan tingkat kesukaan. Ada perbedaan unit cost lauk hewani bandeng goreng dan lauk nabati tempe garit, sedangkan unit cost lauk hewani ayam goreng dan lauk nabati perkedel kentang kacang merah tidak terdapat perbedaan. Persamaan dengan penelitian ini yaitu modifikasi resep. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu sampel penelitian, lokasi penelitian, dan rancangan penelitian.