Tabel 4.1. Sifat sifat fisik material plat yang diuji.

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Data input simulasi. Shear friction factor 0.2. Coeficient Convection Coulomb 0.2

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

Konduksi Mantap 2-D. Shinta Rosalia Dewi

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

Sifat Sifat Material

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

1.2. Tujuan Penelitian 2

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP TEGANGAN DALAM SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Teknika Atw 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Hasil Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD

Komponen Struktur Tarik

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

Bab V : Analisis 32 BAB V ANALISIS

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Perpindahan Panas. Perpindahan Panas Secara Konduksi MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 02

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TransformasiTegangan Keadaantegangansecaraumum

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BebanAksial(lanjutan)

BAB III METODE PENELITIAN

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

STUDI KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN SPOT WELDING PADA ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin ABSTRAKSI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

Kategori Sifat Material

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini melakukan beberapa pengujian yaitu pengujian terhadap nilai tegangan Von Mises dan nilai distribusi temperatur dari lima variasi ketebalan plat. Tabel 4.1. menunjukkan jenis material baja Austenitic (Austenitic Grades) yang akan digunakan baik untuk pengujian plat terhadap nilai Tegangan Von Mises dan Distribusi Temperatur. Grade 316 & Massa Jenis (lj æþ ) Tabel 4.1. Sifat sifat fisik material plat yang diuji. Modulus Elastisitas (GPa) 0 100 0 C ( æþæþ ) Koefisien Ekspansi Termal Ratarata 101 o C 315 0 C ( æþæþ ) 316 o C 538 0 C ( æþæþ ) Konduktivitas 0-100 0 C ( æþ. ) Termal 100 0 C ~ ( æþ. ) Panas Spesifik ( lj. ) 316L/H 8000 193 15.9 16.2 17.5 16.3 21.5 500 740 Tahanan Listrik (nω.m) 4.1. Mesh dan Model Analisis Elemen Hingga Model analisis elemen hingga (AEH) dari proses RSW ditunjukkan dalam gambar 4.1 dan 4.2. Gambar 4.1. menjabarkan bahwa kontak antara dua benda kerja yang disebut Faying Surface. Model di-mesh menggunakan dua elemen; CONTAC48 dan PLANE42. Elemen CONTAC48 adalah elemen yang digunakan untuk merepresentasikan kontak dan geseran antara dua permukaan (atau antara sebuah node dan sebuah permukaan) dalam kondisi dua dimensi. Elemen ini memiliki dua derajat kebebasan pada tiap node yaitu UX dan UY. Elemen yang lain adalah PLANE42 yang digunakan untuk pemodelan struktur solid 2-D. Elemen ini dapat digunakan sebagai elemen bidang (baik tegangan atau regangan) atau sebagai elemen axisymmetric. Elemen ini didefinisikan oleh empat node yang memiliki dua derajat kebebasan pada tiap nodenya yaitu UX dan UY. Sebuah gaya tekan dari bagian atas elektroda atas dibebankan secara tegak lurus. 23

digilib.uns.ac.id 24 Area kontak 1 (B-E) Area kontak 2 (B-B) Area kontak 3 (B-E) B = Benda kerja E = Elektroda Gambar 4.1. Mesh dari Model AEH untuk permasalahan tegangan Von Mises Masalah termoelektrik untuk distribusi temperatur untuk model yang di- mesh memiliki satu elemen yaitu ; PLANE67 yang memiliki kapabilitas sebagai konduktor listrik dan termal. Elemen ini memiliki empat node yaitu TEMP dan VOLT. Gambar 4.2. adalah Model Elemen Hingga untuk kondisi meshing. Konveksi udara (garis merah) Tegangan listrik (garis kuning) Gambar 4.2. Mesh termoelektrik dari permasalahan distribusi temperatur

digilib.uns.ac.id 25 4.2. Hasil Pengujian Untuk Nilai Tegangan Von Mises Hasil dari pengujian di sub-bab ini akan menampilkan beberapa visualisasi pemodelan beserta grafik dan analisa terkait tentang Nilai Tegangan Von Mises dan memperlihatkan visualisasi dari material yang luluh yang ditandai dengan warna merah seperti pada Gambar 4.3. hingga 4.7. Gambar 4.3. Visualisasi Tegangan Von Mises untuk Plat 0.6 mm Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa warna merah yang timbul pada material plat adalah akibat dari tekanan elektroda atas yang bergerak ke bawah yang akhirnya menjepit plat dengan elektroda bawah. Plat yang digunakan memiliki variasi ketebalan dari 0.6 mm hingga 1 mm dengan tekanan plat yang tetap, sehingga akan didapatkan gradasi warna merah yang timbul akibat penekanan elektroda. Tegangan maksimum timbul pada ujung permukaan kontak antara elektroda dan benda kerja. Tekanan pada antarmuka Benda kerja dan Elektroda (B-E) cukup seragam di sekeliling bagian pusat sumbu dan di daerah sekitar tepi elektroda, yang mengalami konsentrasi tegangan yang tinggi dan hal ini menjadi alasan yang sama pada gambar 4.3. hingga 4.7. Gambar 4.4. di bawah menunjukkan distribusi tegangan Von Mises setelah tahap penekanan selesai dan tegangan maksimum yang timbul adalah 2800 úòâ æþ yang terjadi pada tengah-tengah permukaan kontak antara elektroda dan benda kerja. Tekanan kontak pada area kontak 1 B-E cukup seragam dari keseluruhan

digilib.uns.ac.id 26 sumbu x sehingga timbul konsentrasi tegangan yang berwarna merah yang cukup tinggi. Tegangan sisa timbul saat elektroda atas menekan plat bagian atas dan bawah sehingga deformasi plastis terjadi saat elektroda menekan ke arah bawah. Gambar 4.4. Visualisasi Tegangan Von Mises untuk Plat 0.7 mm Gambar 4.5. Visualisasi Tegangan Von Mises untuk Plat 0.8 mm Gambar 4.4. dan 4.5. telah memperlihatkan perbedaan tegangan seperti yang diharapkan dan akan terus memperlihatkannya hingga ketebalan plat 1 mm seperti yang ditunjukkan Gambar 4.6. dan 4.7. di bawah ini.

digilib.uns.ac.id 27 Gambar 4.6. Visualisasi Tegangan Von Mises untuk Plat 0.9 mm Gambar 4.7. Visualisasi Tegangan Von Mises untuk Plat 1.0 mm Nilai tegangan tertinggi (warna merah) pada plat 0.6 mm pada akhirnya menurun walaupun tak seluruhnya hilang yang menandakan Tegangan Von Mises masih timbul walaupun nilainya jauh lebih kecil dibandingkan plat 0.5 mm

digilib.uns.ac.id 28 Nilai Tegangan Von Mises 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 0.6 mm 0.7 mm 0.8 mm 0.9 mm 1 mm Variasi Ketebalan Plat 0.6 mm 0.7 mm 0.8 mm 0.9 mm 1 mm Gambar 4.8. Barchart untuk Nilai Tegangan Von Mises Terhadap Variasi Berdasarkan visualisasi pemodelan dan rekapitulasi Nilai Tegangan Von Mises yang ada di grafik terlihat adanya penurunan pada nilai tegangan dari variasi ketebalan 0.6 mm 2156 úòâ æþ, 1714 úòâ æþ, Thakur, et al., memberikan kondisi kondisi pengelasan dan hasil yang dibandingkan dengan milik penulis untuk validasi pemodelan seperti yang ada pada tabel berikut. Tabel 4.2. Perbandingan Gaya tekan elektroda dan Tegangan maksimum dari hasil milik Thakur, et al., dan penulis Macam macam Gaya tekan elektroda Tegangan maksimum Thakur, et al. Penelitian ini Elemen - PLANE223 - CONTA172 - TARGE169 - PLANE42 - CONTAC48 Ketebalan Plat hingga 1 mm dengan nilai 3794 úòâ æþ, 28000 úòâ æþ, 1398 úòâ æþ berturut turut. 3000 N 2,81 kpa 2850 N - 3,794 kpa - 2,800 kpa - 2,156 kpa - 1,714 kpa - 1,398 kpa Tegangan maksimumm milik Thakur, et al., yang bernilai 2,81 kpa timbul pada tepi permukaan kontak antara elektroda dengan benda kerja dan tekanan

digilib.uns.ac.id 29 kontak pada antarmuka B-E dan area sekitar tepi elektroda terdapat konsentrasi tegangan. Hal ini sejalan dengan yang dibahas penulis di beberapa paragraf di atas. Hasil di atas juga sejalan dengan teori yang dikeluarkan Hosford, bahwa keluluhan (yielding) akan timbul ketika nilai tegangan geser akar rata rata kuadrat mencapai nilai kritis. Hal ini bermakna bahwa tegangan geser timbul saat keluluhan pada Rim (tepian) ketika elektroda menekan plat, sehingga nilai nilai yang muncul berikutnya akan berbanding lurus menjadi semakin kecil karena tekanan elektroda tetap sementara ketebalan plat bertambah. 4.3. Hasil Pengujian Untuk Nilai Distribusi Temperatur Hasil dari pengujian di sub-bab ini akan menampilkan beberapa visualisasi pemodelan beserta grafik dan analisa terkait tentang Nilai distribusi Temperatur. yang diperlihatkan Gambar 4.9. hingga 4.13. Gradasi warna merah yang diperlihatkan adalah profil temperatur dan bentuk nugget yang terbentuk. Pada proses pengelasan, temperatur di pusat faying surface meningkat dengan cepat. Pelelehan (melting) timbul pada faying surface dan meluas ke material yang ada di dekatnya. Dikarenakan tahanan yang ada bertemu dengan arus listrik pada faying surface, panas Joule dihasilkan pada permukaan ini lebih besar daripada panas yang dihasilkan pada titik lain pada permukaan las. Gambar 4.9. Visualisasi Distribusi commit Temperatur to user untuk Ketebalan Plat 0.6 mm

digilib.uns.ac.id 30 Gambar 4.10. Visualisasi Distribusi Temperatur untuk Ketebalan Plat 0.7 mm Gambar 4.9. dan 4.10. di atas hingga Gambar 4.13. berikutnya, tidak akan menimbulkan gradasi warna merah yang signifikan seiring semakin tebalnya plat sebagai tanda timbulnya tegangan listrik di bagian antarmuka plat yang berubah menjadi panas sehingga membentuk Nugget. Gambar 4.11. Visualisasi Distribusi Temperatur untuk Ketebalan Plat 0.8 mm

digilib.uns.ac.id 31 Gambar 4.12. Visualisasi Distribusi Temperatur untuk Ketebalan Plat 0.9 mm Gambar 4.13. Visualisasi Distribusi Temperatur untuk Ketebalan Plat 1 mm Gambar 4.13. di atas masih menunjukkan gradasi yang relatif sama mulai dari gambar 4.9., namun bukan berarti tidak ada perbedaan sama sekali, nilai temperatur antarmuka plat sebagai tempat timbulnya Nugget menunjukkan eskalasi mulai dari ketebalan plat 0.6 mm hingga 1 mm seperti yang diperlihatkan Barchart pada gambar 4.12. di bawah ini.

digilib.uns.ac.id 32 Nilai Temperatur Maksimum 1680 1660 1640 1620 1600 1580 1560 1540 1520 1500 1480 0.6 mm 0.7 mm 0.8 mm 0.9 mm 1 mm Variasi Ketebalan Plat 0.6 mm 0.7 mm 0.8 mm 0.9 mm 1 mm Gambar 4.14. Barchart Distribusi Temperatur Terhadap Variasi Ketebalan Plat Berdasarkan visualisasi pemodelan dan rekapitulasi nilai Distribusi Temperatur yang ada di grafik terlihat adanya kenaikan dari ketebalan plat 0.6 mm dengan nilai 1547 o C, ketebalan plat 0.7 mm bernilai 1599 o C, kemudian ketebalan plat 0.8 mm dengan 1630 o C, lalu ketebalan plat 0.9 mm dengann 1657 o C, yang terakhir ketebalan plat 1 mm bernilai 1665 o C. Tabel 4.3. Perbandingan Temperatur maksimum dari hasil milik Thakur, et al., Saleem, et al., Zhigang, et al. dan penulis Thakur, et al. Zhigang, et al. Saleem, et al. - PLANE223 - CONTA172 - TARGE169 Penelitian ini - PLANE67 Macam macam Elemen Temperatur Maksimum Koefisien konveksi udaraa - PLANE223 - CONTA172 - TARGE169 1559 o C 21 W/m. o C - PLANE 67 2127 o C 25 W/m. o C - 1547 o C - 1599 o C - 1630 o C - 1657 o C commit to - user 1665 o C 1450 o C 23 W/m 2. o C 25 W/m 2. o C

digilib.uns.ac.id 33 Zhigang, H., et al., menyatakan bahwa energi panas dihasilkan di sepanjang garis kontak dari faying surface yang disebabkan tahanan kontak, saat temperatur dari antarmuka plat dan elektroda masih pada tahap awal pengelasan. Sementara itu Thakur, et al., menyatakan bahwa saat pengelasan mulai mendingin, dalam waktu yang sangat singkat temperatur pusat nugget menurun. Temperatur pada pusat antarmuka benda kerja dengan elektroda menurun lebih lambat tapi tetap berjalan. Hasil penelitian juga memperkuat teori Incropera, 2011, bahwa Distribusi Temperatur dalam dinding dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan panas dengan kondisi batas yang tepat. Untuk kondisi tunak (steady state), dengan tidak adanya sumber yang terdistribusi di dalam dinding. Maka, untuk satu-dimensional, konduksi tunak (steady state) dalam dinding bidang tanpa pertumbuhan panas, flux panas adalah konstan, tidak tergantung jarak x. Penelitian ini memberikan kondisi batas di sekeliling area keseluruhan baik di area tepi elektroda dan area tepi plat dengan kondisi batas temperatur ruang sebesar 21 o C dan juga pemberian tegangan listrik yang konstan sehingga menimbulkan panas di bagian antarmuka plat yang membentuk Nugget seperti yang tampak pada visualisasi. Semua tampilan visualisasi dari distribusi temperatur di atas juga telah divalidasi sesuai hasil visualisasi dari jurnal Thakur dan Zhigang seperti pada bab 2.