V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bogor terletak pada 6 o 19 6 o 47 LS dan 106 o o 13 BT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Peningkatan Produktifitas Usaha Lele SANGKURIANG (Clarias sp.) Ade Sunarma

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

Pematangan Gonad di kolam tanah

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

METODOLOGI PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

BUDIDAYA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy)

3 METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG USAHA IKAN GABUS

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

Bisnis Ternak Ikan Lele

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila


Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BUDIDAYA IKAN KOI Cyprinus carpio DI KELOMPOK PETANI KOI SUMBER HARAPAN, KABUPATEN BLITAR, JAWA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ikan Bawal Air Tawar

f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan ba

V. GAMBARAN UMUM CV JUMBO BINTANG LESTARI Lokasi Perusahaan dan Sejarah Perkembangan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

PELUANG BISNIS ONLINE BUDIDAYA IKAN LELE TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK PEMBENIHAN IKAN MAS DI MN. FISH FARM CIJAMBE, SUBANG

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

bio.unsoed.ac.id t901, KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PETUIANFAATAN H EWAN AVERTEBRATA SEBAGAI PAKAN ALA]UII UNTUK Oleh: lndarmawan

MODUL TEACHING FACTORY

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN TANGGUL KOLAM PEMBIBITAN LELE DI DAERAH RAWA

Transkripsi:

59 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Bogor terletak pada 6 o 19 6 o 47 LS dan 106 o 1 107 o 13 BT dengan luas wilayah sebesar 317.102 km 2. Batas-batas wilayah Kabupaten Bogor adalah DKI Jakarta di bagian Utara, Sukabumi di bagian Selatan, Kabupaten Lebak di sebelah Barat dan Purwakarta di bagian Timur. Klasifikasi iklim di Kabupaten Bogor menurut Schmidt dan Ferguson termasuk iklim tropis Tipe A (sangat basah) di bagian Selatan dan Tipe B (basah) di bagian Utara. Suhu berkisar antara 20 o C 30 o C. Curah hujan berkisar antara 2.500 mm sampai 5.000 mm per tahun (Setda Kabupaten Bogor, 2008). Ketinggian tempat berkisar antara 15 2.500 mdpl, dengan penyebaran sebagai berikut : 1. Wilayah daratan rendah (15-100 m) terletak di bagian Utara 2. Daerah bergelombang (100-500 m) di bagian Tengah 3. Pegunungan (500-1.000 m) 4. Pegunungan tinggi dan daerah puncak (2.000-2.500 m) Kecamatan Ciawi berada pada jarak 28 km dari Kabupaten Bogor. Batasbatas wilayah Kecamatan Ciawi adalah Kecamatan Sukaraja di sebelah Utara, Kecamatan Caringin di sebelah Selatan, Kecamatan Mega Mendung di sebelah Timur dan Kota Bogor di sebelah Barat. Luas wilayah Kecamatan Ciawi adalah 2.581 ha dengan pemanfaatan untuk persawahan sebesar 954 ha dan tanah daratan adalah 1.627 ha.

60 Klasifikasi kemampuan lahan yang terdapat di Kabupaten Bogor bervariasi. Sebanyak 60,6% wilayah ini merupakan lahan yang sesuai untuk perkembangan sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan. Kesesuaian lahan ini didukung oleh ketersediaan sarana irigasi seluas lebih dari 28 ha untuk melayani kebutuhan berbagai kegiatan pertanian termasuk budidaya perikanan. Wilayah Kabupaten Bogor dialiri oleh sungai-sungai dari daerah pegunungan di bagian Selatan ke arah Utara yang meliputi enam daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu : DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Ciliwung, DAS Bekasi, DAS Cisadane, DAS Citarum. Kabupaten Bogor mmiliki potensi air tanah tinggi yang terdapat di daerah Ciawi, Cigombong, dan Cibatok dengan ketebalan Akuifer 2 m sampai 77 m. Kabupaten Bogor juga memiliki danau atau situ-situ dengan jumlah sebanyak 95 situ. Situ-situ tersebut berfungsi sebagai tempat resapan air (reservoar) dan beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai objek wisata dan budidaya perikanan. Keberadaan DAS dan di situ ini mendukung kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Bogor sebagai sumber mata air yang dapat digunakan untuk budidaya perikanan. Perincian pemanfaatan lahan di KabupatenBogor adalah lahan sawah sebesar 48.412 ha, bangunan sebesar 41.128 ha, kebun sebesar 67.680 ha, padang rumput sebesar 820 ha, kolam sebesar 2.323 ha, hutan sebesar 60.875 ha, perkebunan sebesar 26.505 ha dan lain-lain 69.354 ha. Pengembangan lahan untuk areal perikanan masih dapat dilakukan melihat pemanfaatan lahan untuk kolam masih kecil dibandingkan dengan pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian yang lain.

61 5.2. Kegiatan Budidaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang 5.2.1. Kontruksi Kolam Ada dua macam/tipe kolam, yaitu kolam tanah (tradisional) dan kolam tembok. Pemilihan tipe kolam tersebut disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe kolam tanah maupun kolam tembok, pada masa pembenihan harus mempunyai : kolam tendon, kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, dan kolam pendederan. Pembudidaya menggunakan tiga jenis kolam, yang terdiri dari : (1) Kolam Tanah Kolam tanah digunakan untuk pendederan benih Ikan Lele. Ukuran kolam disesuaikan dengan ukuran lahan yang dimiliki oleh pembudidaya. Pembudidaya memiliki kolam pendederan berkisar antara 3 sampai 10 buah kolam. Kolam pendederan berbentuk persegi panjang dengan ukuran kolam rata-rata adalah 10m x 20m. Tinggi kolam pendederan berkisar antara 0,5 m sampai dengan 1 m. (2) Kolam Tembok Pembudidaya menggunakan kolam tembok untuk memelihara induk. Kolam induk berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8m x 6m. Ketinggian kolam adalah 1 meter dari dasar kolam. Dasar kolam tetap berbentuk tanah sementara sekeliling kolam ditembok. (3) KolamTerpal (Bak Plastik) Pembudidaya membuat bak plastik untuk kolam pemijahan dan penetasan. Rangka kolam dibuat dengan menggunakan bambu dan paku, kemudian terpal disesuaikan dengan ukuran rangka.

62 5.2.2. Pemilihan Induk dan Pemijahan Menurut Sunarma (2004), induk Ikan Lele Sangkuriang yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatifnya baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya tetes telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat. Persyaratan reproduksi induk betina Ikan Lele Sangkuriang antara lain, umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat : 700-1000 gram dan panjang standar 25-30 cm. Persyaratan induk jantan yang siap memijah, antara lain umur 1 tahun, berat 500-750 gram dan panjang standar 30-35 cm (Sunarma 2004). Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Untuk lebih praktis, hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata atau dengan meraba bagian perut. Induk jantan yang telah matang gonad ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan (Sunarma 2004). Teknik pemijahan yang digunakan oleh pembudidaya Ikan Lele Sangkuriang dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) Pemijahan alami (natural spawning) Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan alami menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan 1:1 baik jumlah maupun berat. Apabila induk betina atau jantan

63 lebih berat di bandingkan lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1:2 yang dilakukan secara bertahap. Pemijahan yang dilakukan terhadap induk betina dengan berat 2 kg per ekor dapat dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan dengan berat 1 kg per ekor. Pada saat pemijahan, induk betina dan jantan dipasangkan masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian induk jantan dengan induk yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik atau tembok dengan ukuran 2m x 1m dengan ketinggian air 15-25 cm. Kakaban untuk meletakan telur diletakkan di dasar kolam. Induk yang telah memijah dan mengeluarkan telurnya dipindahkan kembali kedalam kolam induk. Kolam induk yang telah memijah dibedakan agar tidak bercampur dengan induk yang belum memijah. Kakaban yang telah penuh dengan telur kemudian dipindahkan ke kolam penetasan. Ukuran induk 2 kg dapat menghasilkan sekitar 40.000 butir telur. (2) Pemijahan buatan (induced/artificial breeding) Pemijahan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitary/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari Ikan Lele atau Ikan Mas sebagai donor. Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg donor per kg induk (apabila menggunakan donor Ikan Lele) atau 2 kg donor per kg induk (apabila menggunakan donor Ikan Mas). Penyuntikan menggunakan ovaprim atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml per kg induk.

64 Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan induk jantan dengan perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi dengan sperma jantan dengan berat 0,7 kg). Penyuntikan dilakukan satu kali secara intramuscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antar penyuntikan dengan ovulasi telur 10-14 jam tergantung pada suhu inkubasi induk. Untuk induk ukuran 2 kg, telur yang dihasilkan dapat mencapai 80.000 butir telur. Hal ini karena telur yang muda juga dikeluarkan. Telur muda ini tidak akan menetas meskipun dibuahi oleh sperma karena belum matang. Telur yang akan menetas hanya sekitar setengahnya saja yaitu sekitar 40.000 butir telur. 5.2.3. Penetasan Telur dan Perawatan Larva Ketinggian air dalam kolam penetasan adalah 20 cm. Telur yang telah menempel di kakaban diletakkan di tiga bak yang berbeda. Tiap-tiap bak diletakkan lima kakaban. Hal ini untuk mencegah kepadatan larva dalam satu bak. Telur akan menetas dalam dua hari. Daya tetas telur adalah sebesar 90%. Telur yang tidak menetas akan tetap berwarna putih. Suhu yang ideal untuk proses penetasan adalah 28 o C. Telur Ikan Lele Sangkuriang menetas 30-60 jam setelah pembuahan pada suhu 22 o C 25 o C larva Ikan Lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva, sehingga tak perlu diberi pakan penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam hapa penetasan. Larva yang baru menetas tidak diberi pakan sampai umur larva empat hari, karena masih memiliki kandungan kuning telur. Pakan dapat

65 mulai diberikan setelah larva umur 4-5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam. Selama empat hari, perlu dilakukan kontrol terhadap air dan binatang yang mengganggu. 5.2.4. Pendederan dan Pembesaran Pendederan adalah pemeliharaan benih ikan yang berasal dari hasil pembenihan hingga mencapai ukuran tertentu. Persiapan yang harus dilakukan adalah mempersiapkan kolam pendederan. Setelah kolam pendederan siap, maka dilakukan penebaran benih. Kegiatan ini dilakukan pada pagi atau sore hari dengan kepadatan 200-300 ekor per m 2 berukuran 1-3 cm per ekornya. Proses produksi benih Ikan Lele Sangkuriang adalah sebagai berikut : (1) Pendederan I Benih yang telah berumur 4-5 hari kemudian dimasukkan ke dalam kolam pendederan hingga berumur 26 hari. Panjang standar untuk ukuran tersebut adalah 3-5 cm dengan bobot 0,62 gram. Padat tebar yang ideal adalah 100 ekor per m 2. Pakan yang diberikan adalah 20% dari bobot dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari. (2) Pendederan II Pada pendederan II, benih dipelihara hingga umur 40 hari. Panjang standar untuk benih pada pendederan II adalah 4-8 cm dengan bobot 3,89 gram. Padat tebar dalam kolam adalah 50 ekor per m 2. Tingkat pemberian pakan adalah 10% dari bobot. Frekuensi pemberian pakan adalah 3 kali sehari. Pakan buatan yang digunakan yaitu F99 selama 10 hari. Pakan F99 diberikan sebanyak 5 kg selama 10 hari per kolam.

66 Hasil pendederan belum cukup dijadikan ikan konsumsi, karena ukurannya masih kecil, yakni baru mencapai 5-8 cm/ekor (pendederan pertama) atau 8-12 cm/ekor (pendederan kedua). Ikan Lele yang dinilai layak untuk dikonsumsi adalah jika telah mencapai jumlah 6-12 ekor per kg. Karenanya, hasil pendederan perlu dipelihara lagi dikolam pembesaran. Maka dapat dikatakan bahwa kegiatan pembesaran merupakan pemeliharaan Ikan Lele hasil pendederan sampai mencapai ukuran konsumsi. Masa pemeliharaan biasanya lebih lama dibandingkan dengan pendederan, yaitu sekitar 3-4 bulan atau tergantung dari permintaan pasar. Jika dalam waktu tertentu pasar sudah membutuhkan dan ukuran Ikan Lele sudah layak jual, maka bisa dipanen untuk dijual. Pembesaran dapat dilakukan di beberapa tempat, tergantung dari situasi dan kondisi, seperti di kolam tanah, kolam yang dasarnya tanah dengan dinding tembok, atau kolam yang semuanya tembok. Sistem pengairan atau sumber air yang mengaliri kolam pembesaran, ada dua yakni : kolam irigasi semiteknis dan kolam irigasi teknis. Langkah selanjutnya adalah memupuk tanah dasar kolam untuk menumbuhkan makanan alami. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang berupa kotoran ayam sebanyak 400-500 gram/m 2, TSP dan urea masing-masing 10 gram/m 2, dan kapur pertanian sebanyak 15 gram/m 2. Jumlah kapur tersebut bisa juga disesuaikan dengan kesuburan perairan. Kapur pertanian ini berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan menaikkan tingkat keasaman (ph) tanah. Pupuk dan kapur diaduk rata kemudian ditebarkan keseluruh permukanan tanah dasar kolam. Ketinggian air yang dianjurkan selama proses pembesaran sebaiknya

67 tetap dipertahankan setinggi 75-150 cm. Jika ukuran benih yang ditebarkan berukuran 8-12 cm, padat penebaran 50 ekor/m 2 dan jika Ikan Lele yang ditebarkan 5-8 cm, padat penebarannya 60-75 ekor/m 2. Untuk memacu pertumbuhan, selama pemeliharaan, Ikan Lele diberi pakan tambahan. Pakan buatan seperti pelet dan pakan alternatif dapat diberikan. Jika pakan yang diberikan berupa pakan buatan seperti pelet, pemberiannya dilakukan pada pagi, sore dan malam hari sebanyak 3-5% per hari dihitung dari jumlah atau bobot Ikan Lele yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap agar setiap ekor Ikan Lele memperoleh pakan dalam jumlah yang mencukupi. Pemberian pakan secara asal-asalan bisa mempengaruhi pertumbuhan Ikan Lele, sehingga ukuran Ikan Lele yang dipanen tidak rata. Hal ini disebabkan Ikan Lele yang hanya sedikit mendapatkan pakan tentu pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan yang mendapat pakan dalam jumlah yang cukup. Setiap dua minggu sekali perlu dilakukan sampling atau mengambil contoh Ikan Lele untuk mengetahui pertumbuhannya, sehingga dapat direncanakan waktu pemanenannya dan perkiraan kebutuhan pakannya. Lama pemeliharaan 3-4 bulan atau menurut kebutuhan. 5.2.5. Pemanenan dan Pengangkutan Sebelum dipasarkan, Ikan Lele yang baru dipanen harus dibiarkan atau diberok dahulu selama semalam. Tujuan pemberokan ini adalah agar benih atau ikan konsumsi yang baru dipanen tidak stres, sehingga kondisi tubuhnya segar kembali. Dengan demikian kalau akan dijual atau ditebar kembali dalam kolam, kondisinya tetap baik.

68 Pemanenan merupakan bagian akhir dari kegiatan pembesaran. Cara pemanenan bisa menentukan kualitas Ikan Lele. Cara pemanenan yang baik dan sesuai dengan yang dianjurkan akan menghasilkan Ikan Lele yang berkualitas baik pula, yakni Ikan Lele dengan kondisi hidup, tidak cacat dan tidak luka-luka. Ikan Lele yang berkualitas seperti itu tentu harganya lebih tinggi dibandingkan dengan Ikan Lele yang telah mati dan penuh luka. Tingkat kelangsungan hidup Ikan Lele sangat tergantung dari pengelolaan selama pemeliharaan. Mortalitas atau tingkat kehilangan atau kematian Ikan Lele selama pembesaran relatif sedikit, yakni 5-10% dari total yang dipelihara. Pengangkutan adalah proses pemindahan Ikan Lele dari satu tempat ke tempat lain. Pengangkutan dapat dilakukan terhadap berbagai ukuran Ikan Lele, baik Ikan Lele yang masih berukuran kecil (benih) maupun Ikan Lele yang berukuran konsumsi atau yang siap dijual. Mengangkut Ikan Lele ada dua cara yang dapat dilakukan, yaitu cara tertutup dan cara terbuka. Cara tertutup diterapkan untuk pengangkutan Ikan Lele ukuran kecil atau jarak angkutnya jauh. Wadah angkutnya dapat berupa kantung plastik berisi air sebanyak ¼ bagian dan oksigen. Wadah ini selanjutnya diikat dengan karet. Sementara pengangkutan secara terbuka diterapkan untuk ikan ukuran besar (diatas 50 gram per ekor) atau jarak angkutnya dekat. Karena jika menggunakan sistem tertutup dengan kantung plastik, Ikan Lele yang berukuran besar, patilnya bisa menyebabkan kantung plastik bocor. Disamping itu, sistem terbuka dapat memberikan kesempatan kepada Ikan Lele untuk mengambil oksigen langsung ke udara bebas. Wadah angkutnya dapat berupa tong plastik

69 yang diisi air sebanyak ¼ bagian. Setelah diisi air, Ikan Lele dapat dimasukan ke dalam tong dan ditutup agar tidak loncat. Kebutuhan oksigen untuk setiap kantung plastik tergantung jarak dan waktu pengangkutan. Pengangkutan jarak jauh dengan waktu yang lama biasanya membutuhkan oksigen sebanyak 2/3 bagian kantung plastik. Sementara untuk jarak dekat dan waktu yang tidak lama hanya membutuhkan oksigen sebanyak ½ bagian kantung plastik. 5.2.6. Penanggulangan Hama dan Penyakit Kegiatan budidaya Ikan Lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp (Ditjen Perikanan Budidaya 2006). Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam. Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan (Ditjen Perikanan Budidaya 2006).

70 Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006).